Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

HIKMAH DITURUNKANNYA AL-QUR’AN SECARA


BERANGSUR-ANGSUR
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH STUDI AL-QUR’AN DAN
HADITS YANG DI AMPU OLEH:

Dr. Nur Hasaniyah. S.Ag, MA

Oleh:

Putri Maia Salsabila


(220302110011)
Ella Aprillia Dwi Melisa Putri
(220302110129)
Rofi’ul Ilmi (220302110001)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS FAKULTAS


HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
GANJIL/2023
1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia
Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga

tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. yang kita nantikan

syafaatnya di hari kiamat kelak.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dengan judul “Hikmah Diturunkannya
Al-Qur’an Secara Berangsur Angsur”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadits.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak sempurna dan masih
terdapat kekurangan atau kesalahan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki kesalahan kesalahan tersebut.
Harapan penulis yaitu semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, termasuk
penulis sendiri.

Malang, 17 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah......................................................................................................5

C. Tujuan........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

A. Proses Diturunkannnya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur...........................................7

B. Latar Belakang Diturunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur...............................13

C. Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur........................................15

BAB II PENUTUP.................................................................................................................16

A. Kesimpulan...............................................................................................................16

B. Daftar Pustaka...........................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT

melalui perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Al-Quran


merupakan pedoman hidup bagi umat Islam dalam menjalankan segala aspek
kehidupan. Hikmah diturunkannya Al-Quran secara berangsur-angsur sangat penting
untuk dipelajari, karena dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana Allah
SWT menuntun umatnya, dan memberikan pengajaran yang dapat diaplikasikan
secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Hikmah dari Turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur adalah memberikan


kesempatan dan waktu bagi umat Islam untuk secara bertahap dapat memahami dan
menghayati ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Quran. Hal ini diamini oleh para
ulama bahwa dengan turunnya ayat-ayat Al-Quran secara berangsur-angsur
memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk memahami dan mengaplikasikan
ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Quran secara bertahap dan tidak terburu-
buru.

Selain itu, hikmah lain dari turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur adalah

memberikan penyemangat dan motivasi kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬ dalam


menjalankan misinya sebagai Rasul dan utusan Allah SWT. Turunnya ayat-ayat Al-
Quran secara bertahap memberikan penghiburan dan kekuatan serta keyakinan bahwa
Allah SWT. senantiasa memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada Nabi

Muhammad ‫ ﷺ‬dalam memimpin umatnya.

Melalui makalah ini, akan dibahas tentang hikmah turunnya Al-Quran secara

berangsur-angsur, serta bagaimana pembelajaran dari hikmah tersebut dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari hikmah dari turunnya

Al-Quran secara berangsur-angsur, diharapkan dapat menambah pemahaman dan

keimanan kita
4
sebagai umat Islam, serta dapat membawa dampak positif dalam menjalankan

kehidupan sehari-hari.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an secara berangsur angsur?

2. Mengapa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur angsur?

3. Apa hikmah dibalik turunnya Al- Qur’an secara berangsur angsur?

3. Tujuan

1. Mengetahui proses turunnya Al-Qur’an secara berangsur angsur.

2. Mengetahui latar belakang Al-Qur’an duturunkan secara berangsur angsur.

3. Mengetahui hikmah dibalik turunnya Al- Qur’an secara berangsur angsur.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Proses Diturunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur

A. Pengertian Turunnya Al-Qur’an

Kitab suci Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬secara

berangsur-angsur dalam dua periode (Makkah dan Madinah). Periode Makkah

(610622M) di mulai pada malam 17 Ramadhan tahun 41 dari Milad Nabi sampai

dengan 1 Rabi’al-Awwal tahun 54 dari Milad Nabi (12 tahun 5 bulan 13 hari). Ayat-

ayat yang diturunkan oada masa itu kemudian di sebut ayat-ayat Makkiyah yang

berjumlah 4.726 ayat dan terdiri atas 89 surat. Sedangkan periode Madinah (622-632

M) dimulai tanggal 1 Rabi’al-Awwal tahun 54 sampai dengan 9 Dzulhijjah tahun 63

dari Milad Nabi atau bertepatan dengan tahun ke-10 Hijrah (9 tahun 9 bulan 9 hari).

Jadi total lama kedua periode tersebut adalah 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Ayat-ayat

yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyah, meliputi 1.510 ayat

dan mencakup 25 surat. (Kurniasih et al., 2020)

Al-Qur’an sebagai wahyu Allah Swt. diturunkan kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

dengan perantaraan malaikat Jibril as., sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat

as-Syu’ara ayat 192-195:

‫وِانَّ ٗه لَـتَ ۡن ِز ۡيل ر ِ ب ا ۡل‬


‫ٰعلَ ِم ۡي ن‬

‫لسا ن ر ب م ِب ۡي ٍ ن‬
ِ َ ٍ ِ
‫’ى‬
‫ع‬

6
“Dan Al-Quran ini benar-benar ditirunkan oleh Tuhan semesta alam; dia dibawa turun

oleh Al-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi

7
salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan; dengan bahasa Arab

yang jelas” Ayat di atas mengutarakan bahwa al-Qur’an adalah Kalam Allah yang

dituangkan oleh malaikat Jibril as ke dalam hati Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan lafadznya

berbahasa Arab. Maksud turunan disini bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit

dunia, tetapi yang dimaksudnya adalah turunnya al-Qur’an itu secara bertahap.

Sebagai ungkapan (untuk arti menurunkan) dalam ayat di atas menggunakan kata

“tanzil”. Menurut ahli bahasa antara kata “tanzil” dengan “inzal” berbeda

pengertiannya. Kata “tanzil” berarti turun secara berangsur-angsur, sedang “inzal”

hanya menunjukkan turun atau menurunkan dalam arti umum. Dengan demikian,

dapat dipahami bahwa penurunan al-Qur’an adalah secara bertahap dan berangsur-

angsur, bukan sekaligus seperti halnya kitab kitab suci terdahulu. Asy-Sya’bi

menyebutkan bahwa Al-Qur’an mula-mula turun pertama kalinya pada malam qadar

(lailatul qadr) di bulan Ramadhan. Kemudian setelah itu turunnya berlanjut secara

berangsur-angsur sesuai dengan kejadian dan pristiwa selama kurang lebi 23 tahun.

(Muhammad Yasir, 2016)

B. Proses Diturunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur

Bukti dari keagungan Alquran bahwa ia turun dalam tiga kali, hal ini tidak
dialami oleh Kitab Suci Samawi sebelumnya. Adapun yang dimaksud dengan
tahaptahap turunnya Alquran, ialah tertib dari fase-fase disampaikannya mulai dari
sisi Allah SWT hingga kepada nabi Muhammad ‫ ﷺ‬. Kitab Suci ini tidak seperti
kitab-kitab suci sebelumnya. Sebab, kitab suci ini diturunkan secara bertahap,
sehingga betul-betul menunjukkan kemu’jizatannya. Disamping itu, penyampaiannya
pun sangat luar biasa. Turunnya Alquran yang pertama kali pada malam Lailatul
Qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari
malaikat-malaikat akan kemulian umat Muhammad.(Kurniasih et al., 2020) Tentang
turunnya Alquran secara berangsur-angsur di jelaskan oleh Allah SWT dalam
firmannya Surat Al Isra ayat 106: “Dan Alquran itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan
8
Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S.. Al Isra: 17/106) Namun, turunnya
Alquran secara berangsurangsur

9
itu mendapatkan celaan dari orang-orang kafir. Allah berfirman dalam Surat Al Furqan
ayat 32: “Berkatalah orang-orang yang kafir; “Mengapa Alquran itu tidak diturunkan
kepadanya sekalih turun saja? demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya
dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (Q.S.. Al Furqan: 25/32)
Menurut anggapan orang-orang kafir maupun kaum musyrikin, kitab-kitab yang
datang dari Tuhan, lazimnya diturunkan secara sekaligus. Mereka meragukan Al-
Qur’an sebab diturunkannya dengan cara berbeda dengan penurunan kitab-kitab
samawi lainnya. Sehingga mereka mengemukakan pertanyaan: Mengapa Al-Qur’an
tidak diturunkan sekaligus? Untuk menjawab pertanyaan mereka, maka Allah SWT
telah menjelaskan dalam ayat di atas (Q.S.. Al Furqan: 25/32) dimana di jelaskan
bahwa salah satu hikmah Alquran diturunkan secara bertahap salah satunya untuk
menguatkan hati Nabi dalam menerima dan menyampaikan kalam Allah kepada umat
manusia (Az-Zarqani; 46). Penyikapan terhadap nilai dan keyakinan dalam
masyarakat Arab merupakan salah satu penyebab pewahyuan Al-Qur’an tidak di
turunkan sekaligus, namun secara bertahap. Dengan rentang waktu tersebut maka
pesan di dalam A-Qur’an yang terdiri dari doktrin aqidah, norma syari’ah dan
tuntunan moral (akhlak) tersampaikan secara bertahap. Dengan mengetahui hubungan
pewahyuan ayat-ayat Al-Qur’an dengan realita sosial juga akan diketahui bahwa
Alquran mempunyai hubungan historitas yang kuat dengan kondisi masyarakat tanpa
menafikan dan mengurangi nilai wahyu ilahiya-Nya yang bersifat samawi (Ali
Engineer; 1999: 43). Secara kronologis proses penurunan Al- Qur’an Al-Karim,
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dalam tiga fase
(Rahmawati, 2013) sebagai berikut:

 Fase Pertama

Fase pertama, turunnya Al-Qur’an, kitab suci ini diturunkan ke Lauhul Mahfudz

secara keseluruhan. Dalil tahapan pertama ini adalah firman Allah SWT berikut,

o ‫محفُوظ‬
ْ ‫م ِج ۡ ي‬ ‫ۡ ل ه َو قُ ۡر‬
‫ٌد ِ في و‬ ‫ٰان‬
‫ٍح‬

Artinya, “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang mulia, yang

1
0
(tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh". (QS. Al-Buruj [85]: 21-22)

1
1
Fase pertama, penyampaian Al-Qur’an dari Allah SWT kepada Lauh al-Mahfuzh.

Maksudnya, sebelum Al-Qur’an disampaikan kapada Rasulullah ‫ ﷺ‬sebagai

utusan Allah SWT terhadap manusia, Al-Qur’an terlebih dahulu disampaikan

kepada Lauh alMahfuzh, yakni suatu tempat lembaran yang terpelihara dimana Al-

Qur’an pertama kali ditulis pada lembaran tersebut. Sebagian tafsir Lauh Mahfudz

disamakan dengan Kitabin Maknun yang berarti “kitab yang terjaga”. Akan tetapi

secara umum Lauhil Makhfudh diartikan sebagai suatu tempat yang di dalamnya

tersimpan segala sesuatu yang berkaitan dengan Qada dan Qodar Allah SWT

Fase turunnya Alquran melalui Lauh Mahfuzh dimulai ketika Allah SWT

pertama kali menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬melalui malaikat

Jibril. Seluruh ayat Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬

melalui malaikat Jibril langsung dicatat oleh Malaikat hafizh di Lauh Mahfuzh

sebagai sumber wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dari Allah SWT.

Setelah ayat-ayat tersebut ditulis di Lauh Mahfuzh, maka selanjutnya malaikat

Jibril turun ke bumi dan menyerahkan ayat-ayat tersebut kepada Nabi Muhammad

‫ ﷺ‬untuk diwahyukan secara bertahap kepada umat manusia. Dalam proses ini,

sejumlah ayat Al-Qur’an turun dalam rangka menghadapi peristiwa-peristiwa tertentu

yang terjadi pada masa itu, seperti pertentangan dengan para musyrikin dan

sebagainya.

Dalam hal ini, turunnya Al-Qur’an melalui Lauh Mahfuzh menunjukkan

betapa mulia dan agungnya Al-Qur’an sebagai sumber wahyu yang dijaga secara ketat

oleh Allah SWT dan para malaikat-Nya.

Adapun hikmah diturunkannya Al-Qur’an pada tahap pertama adalah hikmah

keberadaan al-Lauh al-Mahfudzh itu sendiri sebagai batu tulis yang terjaga, yang

diciptakan Allah untuk merekam dan mendokumentasikan apaapa yang ada dan yang
1
2
akan ada di hari akhir nanti. Selain itu, hikmah turunya Alquran tahap pertama sebagai

wujud dari keinginan-Nya yang Maha Bijaksana, kemauan-Nya Yang Maha Pasti,

kekuasan-Nya yang Maha Besar dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi, semua ini

akan menguatkan iman kita terhadap takdir dan qadha-Nya.

 Fase Kedua

Fase kedua, turunnya Alquran ke langit pertama dengan sekaligus. Dilangit

pertama itu, Alquran disimpan pada bayt al-‘izzah. Menurut pendapat yang shahih

Baitul Izzah ini ada di langit yang paling bawah atau langit dunia.

Fase kedua ini, merupakan lanjutan dari fase sebelumnya. Untuk fase kedua turunnya

Al-Qur’an, kitab suci ini diuturunkan secara utuh dari Lauhul Mahfudz ke Baitul

‘Izzah pada bulan Ramadhan, bertepatan dengan malam lailatul qadar. Dalil yang

menjadi landasan untuk fase ini adalah firman Allah swt berikut,

‫ٱ ۡل هد و ٱ ۡلف ُر َقا ن‬ ‫وب َي‬ ‫ل‬ ‫ٗد‬ ‫ٱَّل ِذ ي أن ِ ي ۡ لق ءا‬ ‫َ ضا‬ ‫ش ۡه ُر‬
‫من ى‬ ‫ِن ت‬ ‫لنَّاس‬ ‫ى‬ ‫ِز َ ل ِه ُر ٱ ن‬ ‫م ن‬
‫ف‬
‫ر‬

Artinya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di

dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan

penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang

bathil).” (QS. Al-Baqarah [2]: 185) Ayat al-Quran di atas juga diperkuat hadits

berikut,

‫جْ ب ِري‬ ‫من س َما ِء ال فج‬ ‫ِع‬ ‫ اّللوح ُ َ في‬:‫من ال ِّذ ْك ِر )أي‬ ‫ص َ ل الُق ْرآن‬
‫عليه‬ ‫ َع َ ل‬،‫ُّدْ ن يَ ا‬ ‫ال‬ َّ
‫ْي ز ِة‬ ‫ و ع‬،(‫المحفوظ‬
‫ت ال‬ ‫ض‬
‫ف‬

‫علَى الن ِيﷺ‬ ‫السالم ِ ل‬


‫ِب‬ ‫ز ِه‬
‫ْن‬

10
Artinya, “Al-Quran dipisahkan dari ad-Dzikr (Lauhul Mahfudz) lalu diletakkan di

Baitul Izzah di langit dunia. Kemudian Jibril menyampaikannya kepada Nabi ‫ﷺ‬

.” (HR. Hakim dalam al-Mustadrak) Para mufasir, seperti Ibnu Katsir dalam Tafsir

AlQur’an

10
al-‘Adzim, Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib, Abdurrahman as-Sa’di dalam

Tafsir as-Sa’di, dan pakar tafsir lalinnya, sepakat bahwa Al-Qur’an diturunkan pada

bulan Ramadhan secara utuh dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izzah.

Beberapa Riwayat yang sahih dari Ibn Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud

adalah turunnya Al-Qur’an dari Lauh Mahfudzh ke Bait al’Izzah di langit. Ulama

berbeda pendapat tentang bagaimana proses turun serta masanya.

 Fase Ketiga

Fase ketiga, ini, merupakan fase terakhir dari turunnya Al-Qur’an. Pada fase ini, Al-
Qur’an diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Ayat-ayat

yang turun berangsur sesuai dengan konteks peristiwa saat itu. Dalil yang menjadi
dasar fase ketiga ini adalah firman Allah swt berikut :
‫و ِإنَّه تَن ِزيل ر ِ ب ٱ ْل ٰ َعلَ ِمين‬
‫َ زل ِ ه ٱل ح ٱ ْْلَ ِمين‬
‫ُّرو‬
‫علَ ٰى ِ َلت ُكون من ٱ ْل ُمن ِذ ِرين‬
‫ك‬ ‫ب‬
‫ْل‬
‫لسا ر ب م ِبي ٍ ن‬
ِ َ ِ
‫ٍن ’ى‬
‫ع‬
Artinya, “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu

(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi

peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas." (QS. As-Syu’ara [26]: (193-195)

Sebenarnya, dari Lauhul Mahfudz, Jibril menerima Al-Qur’an dari malaikat penjaga

secara berkala selama dua puluh malam. Lalu Jibril menurunkan Al-Qur’an kepada

Nabi Muhammad saw berangsur selama dua puluh tahun. Ada yang mengatakan lebih

dari itu. (Al-Arjuzah al-Munabihah, hal 86) Sebenarnya bukan Al-Qur’an saja yang

diturunkan pada bulan Ramadhan. Tetapi juga kitab-kitab umat terdahulu diturunkan

11
‫‪ bersabda:‬ﷺ ‪pada bulan suci ini. Rasulullah‬‬

‫ن من‬
‫ت التَّ ْو ٍ ْ‬ ‫صحف ِ إ ه علَ ْي س َلم ِ في أ لَ ْيلَ ٍة من َ ضا وُأ ْن‬ ‫أُ ْن ِزلَت‬
‫َرُاة لس ت ي‬ ‫ل م ن ‪ِ ،‬زل‬ ‫َّو‬ ‫ْب َرا ي ِه ال‬
‫م‬ ‫َم‬
‫ض‬ ‫ر‬

‫‪12‬‬
‫ضان‬ ‫ل ا ْل ف ْ ر‬ ‫ضا ْ ن‬
َ ‫وعش خ م‬ َ ‫عش خ م‬ ‫ضا وا ْ ِْل ْن َ َلث‬ ‫ر َم‬
‫ِرين ل ْن م‬ ‫ْرَقان َب‬ ُ‫ ِز وأ‬، ‫ن‬ ‫َرة ل ْن م‬ ‫َلث‬ ‫ِجيل‬ ،‫ن‬
‫ت ر‬ َ‫ْل‬ ‫ت ر‬

Artinya: “Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan. Taurat

diturunkan pada hari keenam Ramadhan. Injil diturunkan pada tanggal tiga belas

Ramadhan. Zabur diturunkan pada tanggal delapan belas Ramadhan. Dan Al Qur'an

diturunkan pada tanggal dua puluh empat Ramadhan.” Ibnu Katsir juga menjelaskan,

“Allah swt mengistimewakan bulan puasa dari bulan-bulan lainnya, dengan

memilihnya sebagai bulan diturunkannya al-Qur’an. Pada bulan ini, Allah juga

menurunkan kitab-kitab yang lain pada para nabi-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1, hal

215) Melalui hadits di atas dan diperkuat pernyataan Ibnu Katsir, kita bisa mengambil

poin penting. Allah memuliakan bulan Ramadhan bukan saja dengan diturunkannya Al-

Qur’an, tetapi juga semua kitab-kitab umat terdahulu. Hanya saja, jika kitab-kitab yang

lain diturunkan sekaligus kepada para nabi, Al-Qur’an tidak demikian. Tetapi melalui

berbagai tahap dan juga berangsur sesuai konteks tertentu. Mengenai diturunkannya Al-

Qur’an pada bulan Ramadhan, Allah swt berfirman,

‫ص ْمُه‬
‫’من ٱ ْل وٱ ْلُف ْرَقا َ ِ من ُ ك َ ر ف‬ ‫ش ْه ُر َ ضان ى ِ ه ٱ ْلقُ ْر ن ِ س و‬
‫ِنۚ م ه ُم ٱل ْل َي‬ ‫ُهَد ٰ ى‬ ‫م ٱلَّ ِذ أُ ن ِز َءا ل ِفي هًُدى ل’ نل َّا َب‬
‫ش ْه‬ ‫ن َد‬ ‫ت‬ ‫ِ’ي‬ ‫ر‬
‫ش‬ ‫ٰن‬

‫و ِلتُ َك‬
‫و ََل ي ُ ك ُم َ و ِلتُ ْك ِمُلو ۟ا ٱ‬ َ ‫سَف ٍر ف ’م ْ ن أَ َّيا ٍم أُ َ خ َرۗ ُي ِريُد ٱ‬ َ‫و َمن كان م ضا عل‬
‫ِ’ب ُرو ۟ا‬
‫ْل ِعَدّة‬ ‫ِريد ٱ ْلعُ ر‬ ‫ل َّّلُ ِب ُ ك ُم ٱ ْلي ر‬ ‫ِعَدّة‬ ‫ِري أَ ْو ٰى‬

‫س‬ ‫س‬

‫ٱ َّ ل ّل علَ ى هدَ َ َّ ش ُك ُرون‬


‫ول َ عل‬ ٰ َ
ُ
‫ما ٰى ك ُك ْم ت‬
‫ْم‬

13
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di

dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan

penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang

bathil).” (QS. Al-Baqarah [2]: 185) Terkait ayat di atas, para mufassir (ulama pakar

tafsir) sepakat bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an,

tepatnya pada malam lailatul qadar. Pada malam itu, al-Qur’an diturunkan secara utuh

(30 juz) dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izzah. Kemudian “Jibril dengan nama ruhul

14
amin berangsur menurunkan Al-Qur’an padanya (Nabi Muhammad saw) di dalam

Gua Hira Makkah tidak sekaligus melainkan sedikit demi sedikit menurut

keperluan,selama waktu tertentu, sampai selesai Al-Qur’an diturunkan” “Turunnya

selama beberapa tahun, lebih dari 20 tahun lamanya.” (Al-Arjuzah al-Munabihah,

hal. 86-87)

2. Latar Belakang Diurunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur

Allah SWT menurunkan Alquran secara berangsur-angsur kepada Nabi

Muhammad ‫ ﷺ‬. Al-Qur’an dalam Surah Al-Isra' Ayat 106 dan tafsirnya

menjelaskan alasan mengapa ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-

angsur.

‫ع ْ ث وَ ن َّز ْل ٰنهُ تَ ْن ِز ْي ًَل‬ ‫علَى النَّا‬ ‫وقُ ْر ٰانًا َ ر ْ ق َر َا‬


‫ٰلى ك‬ ‫ِس‬ ‫ْق ٰنه ٗه َلت‬

‫م‬

Al-Qur’an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad)

membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar

menurunkannya secara bertahap. (QS Al-Isra': 106)

Tafsir Kementerian Agama menerangkan, dalam ayat ini Allah SWT menerangkan

bahwa Alquran diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur

sebagian demi sebagian. Agar ia dapat membacakannya kepada umatnya, serta

memberi pemahaman secara perlahan-lahan.

Ayat Al-Qur’an pertama kali diwahyukan di bulan Ramadhan, pada malam qadar,

kemudian seterusnya diturunkan kepada Nabi berangsur-angsur sesuai dengan

kebutuhan dan peristiwa yang terjadi dalam tempo kurang dari 23 tahun.

Sebagian ayat-ayat Al-Qur’an merupakan penjelasan yang berhubungan dengan suatu

peristiwa yang terjadi. Firman Allah SWT, "Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak

datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan


15
kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik." (QS Al-Furqan: 33) Dengan

demikian, kaum Muslimin merasakan bahwa mereka selalu mendapat bimbingan dan

16
petunjuk dari Allah SWT ketika menghadapi setiap peristiwa yang terjadi di antara

mereka.

Bagi Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬, penurunan Alqur’an secara berangsur-angsur itu amat

besar manfaatnya dalam memperteguh hatinya, seperti dijelaskan Allah SWT dalam

firmanNya.

Pada umumnya ayat-ayat yang diturunkan berkisar antara lima sampai dengan sepuluh

ayat sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana dikatakan Umar bin Khattab

Diriwayatkan dari Umar, dia berkata, "Pelajarilah Alquran lima ayat-lima ayat.

Karena sesungguhnya Jibril menurunkannya lima ayat lima ayat. (Riwayat al-

Baihaqi).

Referensi:

At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an Karya Syekh Muhammad ‘Ali Ash-shabuny, hal 35

3. Hikmah Diurunkannya Al-Qur’an Secara Berangsur- Angsur

Hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur merupakan suatu

metode yang dapat bermanfaat bagi kita untuk mengaplikasikan kedua proses tersebut

yang harus dilalui. Sebab dalam proses diturunkannya Al-Qur’an secara bertahap

dapat meningkatkan mutu pendidikan umat Islam untuk meluruskan perilakunya,

membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya sendiri. Seperti yang kita

ketahui, segala yang Allah SWT kehendaki itu memiliki tujuan dan mengandung

segala hikmah. Begitu juga dengan proses penurunan Al-Qur’an secara bertahap.

Proses diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur memiliki beberapa hikmah,

diantaranya :(Kurniasih et al., 2020)

1. Sebagai penguatan hati Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬. dalam menerima dan

menyampaikan kalam Allah SWT. kepada umat manusia. Dalam melaksanakan

17
tugasnya, Rasulullah sering menghadapi hambatan dan tantangan. Di samping itu

dengan adanya wahyu

18
Allah SWT dapat juga menghibur hati beliau pada saat menghadapi kesulitan,

kesedihan, dan perlawanan dari orang-orang kafir.

2. Memudahkan Nabi dalam menghafal lafadz Al-Qur’an. Mengingat Al-Qur’an bukan

sya’ir atau prosa tetapi kalam Allah yang sangat berbobot isi maknanya sehingga

diperlukan hafalan dan kajian secara khusus. Dan untuk membacanya kepada umat

serta menjelaskan beserta contoh tentu akan memberatkan Rasulullah ‫ﷺ‬. jika

AlQuran diturunkan sekaligus.

3. Memudahkan umat pada masa itu untuk menghafal, mencatat dan memahami Al-

Qur’an secara berangsur. Pada masa kemampuan menulis dan membaca sangat

langka.

Mereka menghandalkan kekuatan akal dalam menghafal.

4. Untuk memberikan kesempatan sebaik-baiknya untuk umat Isalm untuk

meninggalkan sikap mental atau tradisi-tradisi jahiliyah yang buruk

secara

berangsurangsur. Proses berangsur-angsur memungkinkan umat Islam untuk belajar

dan menerapkan ajaran Allah secara bertahap. Ini membantu masyarakat muslim

dalam memahami dan mengamalkan ajaran islam dengan lebih baik.

5. Menjawab problematika masyarakat. Hal ini menerangkan apa-apa yang dibutuhkan

masyarakat sesuai dengan kondisi dan problem yang dihadapi. Ini memungkinkan

pesan Allah untuk memberikan pedoman yang relevan dan praktis dalam berbagai

situasi.

6. Memberikan pengaruh besar dalam proses dakwah dan pembentukan umat. Pada

periode Mekkah diturunkan terlebih dahulu ayat yang mengandung tauhid dan

keadilan sosial. Pada periode Madinah diturunkan ayat yang mengandung hukum

dalam berbagai aspek kehidupan. Ayat-ayat hukum pun diturunkan secara bertahap

sesuai dengan kondisi masyarakat pada waktu itu


19
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Ayat-ayat Al-Qur’an tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan, tetapi secara

berangsur-angsur. Surat-surat yang diturunkanya pun tidak sama jumlah panjang dan

pendeknya, terkadang diturunkan sekaligus secara penuh dan terkadang sebagianya saja.

Dengan diturunkanya Al-Qur’an secara berangsur-angsur banyak hikmah yang akan

diperoleh yaitu menetapkan hati Rasulullah ‫ﷺ‬, melemahkan lawan-lawannya, mudah

difahami dan dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa atau

kejadian.

Hikmah Diturunkannya Al-Quran Secara Bertahap yaitu: Untuk menguatkan hati

Nabi Muhammad Saw; Supaya mudah dihafal dan dipahami; Supaya orang-orang

mukmin antusias dalam menerima Al-Qur’an dan giat mengamalkannya; Mengiringi

kejadian- kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum; Untuk

melemahkan lawan-lawannya; Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari Al-

Qur’an.

Selain itu, dengan diturunkannya Al-Quran secara berangsur-angsur, Al-Quran

menjadi sebuah kitab suci yang terus hidup dan relevan hingga saat ini. Perlahan-lahan,

ayat-ayat Al-Quran ini diterima oleh umat manusia, dan menjadi norma dalam kehidupan

sehari-hari.

Dalam hal ini, kita dapat belajar bagaimana Al-Qur’an merangkum gagasan yang

dijalankan oleh para nabi sebelumnya, dan dengan tidak adanya cacat atau kesalahan

dalam ajaran-ajarannya, Al-Quran dapat dijadikan sebagai pedoman bagi umat manusia.

11
0
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasih, M. D., Lestari, D. A., & Fauzi, A. (2020). Hikmah Penurunan Al-Qur’an Secara

Berangsur. MimbarAgamaBudaya,37(2), 11–20. https://doi.org/10.15408/mimbar.v37i2.18914

Muhammad Yasir, A. J. (2016). Studi Al-Quran. In Journal of Chemical Information and

Modeling (Vol. 53, Issue 9).

Abror, Muhammad. 2021. Tiga Fase Turunnya Kitab Suci Al-Qur'an. Nu

Online. https://islam.nu.or.id/ramadhan/tiga-fase-turunnya-kitab-suci-al-qur-an-

KebpV

Hasan. 2022. Mengapa Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur?.Nu Online

Mojokerto.https://nuonlinemojokerto.or.id/mengapa-al-quran-diturunkan-secara-

berangsurangsur/

11
1

Anda mungkin juga menyukai