Disusun Oleh:
Novia Indriyani (180111135)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu pedoman bagi pembaca dalam pengetahuan profil salah satu tokoh Muhammadiyah.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi KH. Ahmad Dahlan 2
B. Pola pemikiran KH. Ahmad Dahlan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 2
DAFTAR PUSTAKA
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammadiyah sebagai organisasi besar di negeri ini tentu banyak faktor
yang mempengaruhi tentang keberadaanya. Selanjutnya muhammadiyah sebagai
organisasi pembaharu pasti ada maksud dan tujuan yang melandasinya. Dengan
maksud dan tujuan tersebut muhammadiyah bergerak dengan besar kecilnya kegiatan
sebagai contoh amal usaha muhammadiyah. Dalam makalah ini akan dijelaskan
tentang “Salah satu tokoh Muhammadiyah”. Mengenai hal-hal tersebut kami akan
jelaskan selengkapnya dalam pembahasan.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa salah satu tokoh Muhammadiyah ?
C. Tujuan
Untuk mengenal salah satu tokoh Muhammadiyah secara lebih dalam dari
berbagai sudut pandang, Sehingga sebagai bagian dari keluarga Muhammadiyah kita
dapat mengetahui salah satu tokoh Muhammadiyah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke
Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada
Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada
tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Pada tahun 1909 Kyai Haji Ahmad Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi
yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan
pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang
diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para
anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah
sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat
permanen. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren
tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan
mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18
November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini bergerak di bidang
kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasi inilah beliau berusaha
memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.
Pada tanggal 1 Desember 1911 M. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah Sekolah
Dasar di lingkungan Keraton Yogyakarta. Di sekolah ini, pelajaran umum
diberikan oleh beberapa guru pribumi berdasarkan sistem pendidikan
gubernemen. Sekolah ini barangkali merupakan Sekolah Islam Swasta pertama
yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan subsidi pemerintah.
Sumbangan terbesarnya K.H. Ahmad Dahlan, yaitu pada tanggal 18 November
1912 M. mendirikan organisasi sosial keagamaan bersama temannya dari
Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin, haji Tamim, Haji Hisyam, Haji
syarkawi, dan Haji Abdul Gani.
3
Sementara itu, usaha-usaha Muhammadiyah bukan hanya bergerak pada bidang
pengajaran, tapi juga bidang-bidang lain, terutama sosial umat Islam.
4
filosofis pendidikan Beliau musti lebih banyak merujuk pada bagaimana
beliau membangun sistem pendidikan. Namun naskah pidato terakhir
beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk dicermati karena
menunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap pencerahan akal suci
melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang
menggambarkan tingginya minat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu:
1) Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang
dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan
akal sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari
hati yang suci;
2) Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;
3) Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia
yang hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada
petunjuk Allah swt. Pribadi K.H. Ahmad Dahlan adalah pencari
kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-
Manaar sehingga meskipun tidak punya latar belakang pendidikan
Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran
Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.
5
menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyah menurut K.H.
Ahmad Dahlan adalah:
1) Baik budi, alim dalam agama
2) Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum)
3) Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwasanya
K.H. Ahmad Dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar
jasanya bagi dunia pendidikan di Indonesia ini.
Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) lahir di Kauman,
Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah,
K.H. Ahmad Dahlan mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir,
Arab, dan India, untuk kemudian berusaha menerapkannya di Indonesia.
Ahmad Dahlan juga sering mengadakan pengajian agama di langgar atau
mushola. Pada tahun 1912 beliau mendirikan Muhammadiyah yang semata-
mata bertujuan untuk mengadakan dakwah Islam, memajukan pendidikan dan
pengajaran, menghidupkan sifat tolong-menolong, mendirikan tempat ibadah
dan wakaf, mendidik dan mengasuh anak-anak agar menjadi umat Islam yang
berarti, berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai
dengan ajaran Islam.
Ide-ide yang di kemukakan K.H.Ahmad Dahlan telah membawa
pembaruan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang
semula bersistem pesantren menjadi sistem klasikal, dimana dalam pendidikan
klasikal tersebut dimasukkan pelajaran umum kedalam pendidikan madrasah.
Meskipun demikian, K.H. Ahmad Dahlan tetap mendahulukan pendidikan
moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan.
7
Daftar Pustaka