Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROFIL TOKOH MUHAMMADIYAH


KH. AHMAD DAHLAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Masa Ta’aruf Universitas Muhammadiyah Cirebon

Disusun Oleh:
Novia Indriyani (180111135)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu pedoman bagi pembaca dalam pengetahuan profil salah satu tokoh Muhammadiyah.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 9 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi KH. Ahmad Dahlan 2
B. Pola pemikiran KH. Ahmad Dahlan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 2
DAFTAR PUSTAKA

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammadiyah sebagai organisasi besar di negeri ini tentu banyak faktor
yang mempengaruhi tentang keberadaanya. Selanjutnya  muhammadiyah sebagai
organisasi pembaharu pasti ada maksud dan tujuan yang melandasinya. Dengan
maksud dan tujuan tersebut muhammadiyah bergerak dengan besar kecilnya kegiatan
sebagai contoh amal usaha muhammadiyah. Dalam makalah ini akan dijelaskan
tentang “Salah satu tokoh Muhammadiyah”. Mengenai  hal-hal tersebut kami akan
jelaskan selengkapnya dalam pembahasan.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa salah satu tokoh Muhammadiyah ?

C. Tujuan
Untuk mengenal salah satu tokoh Muhammadiyah secara lebih dalam dari
berbagai sudut pandang, Sehingga sebagai bagian dari keluarga Muhammadiyah kita
dapat mengetahui salah satu tokoh Muhammadiyah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi KH. Ahmad Dahlan


Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama
kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan anak
keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan,
kecuali adik bungsunya. Tokoh ulama' pendiri Muhammadiyah, perjuangannya
dalam berda'wah Islam   lewat   Muhammadiyah  tak   pernah  luntur  hingga
wafat beliau di tahun 1923 M. Semboyan beliau yang masih dipegang teguh oleh
aktivis Muhammadiyah sampai saat ini adalah : "Hidup-hidupilah
Muhammadiyah dan jangan mencari hidup pada Muhammadiyah." Sepanjang
hidup beliau berda'wah memberantas TBC (Tahayul Bid'ah Churofat) dan
berusaha menciptakan masyarakat Islam dengan amal usaha.
Ia berasal dari keluarga yang didaktis dan terkenal alim dalam ilmu agama.
Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar, seorang imam dan khatib masjid besar
KratonYogyakarta. Sementara ibunya bernama Siti Aminah, putri K.H. Ibrahim
yang pernah menjabat sebagai penghulu di Kraton Yogyakarta.
Ide pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan mulai disosialisasikan ketika menjabat
khatib di Masjid Agung Kesultanan. Salah satunya adalah menggarisi lantai
Masjid Besar dengan penggaris miring 241/2 derajat ke Utara. Ketika berusia
empat puluh tahun, 1909, Ahmad Dahlan telah membuat terobosan dan strategi
dakwah: ia memasuki perkumpulan Budi Utomo. Melalui perkumpulan ini,
Dahlan berharap dapat memberikan pelajaran agama kepada para anggotanya.
Gerakan pembaruan K.H. Ahmad Dahlan, yang berbeda dengan masyarakat
zamannya mempunyai landasan yang kuat, baik dari keilmuan maupun keyakinan
Qur’aniyyah guna meluruskan tatanan perilaku keagamaan yang berlandaskan
pada sumber aslinya, Al-Qur’an dengan penafsiran yang sesuai dengan akal sehat.
Berangkat dari semangat ini, ia menolak taqlid dan mulai tahun 1910 M.
penolakannya terhadap taqlid semakin jelas. Akan tetapi ia tidak menyalurkan ide-
idenya secara tertulis.

2
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke
Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada
Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada
tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Pada tahun 1909 Kyai Haji Ahmad Dahlan masuk Boedi Oetomo - organisasi
yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan
pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang
diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para
anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah
sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat
permanen. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren
tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan
mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18
November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini bergerak di bidang
kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasi inilah beliau berusaha
memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.
Pada tanggal 1 Desember 1911 M. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah Sekolah
Dasar di lingkungan Keraton Yogyakarta. Di sekolah ini, pelajaran umum
diberikan oleh beberapa guru pribumi berdasarkan sistem pendidikan
gubernemen. Sekolah ini barangkali merupakan Sekolah Islam Swasta pertama
yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan subsidi pemerintah.
Sumbangan terbesarnya K.H. Ahmad Dahlan, yaitu pada tanggal 18 November
1912 M. mendirikan organisasi sosial keagamaan bersama temannya dari
Kauman, seperti Haji Sujak, Haji Fachruddin, haji Tamim, Haji Hisyam, Haji
syarkawi, dan Haji Abdul Gani.

3
Sementara itu, usaha-usaha Muhammadiyah bukan hanya bergerak pada bidang
pengajaran, tapi juga bidang-bidang lain, terutama sosial umat Islam.

B. Pola Pemikiran KH. Ahmad Dahlan


Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari
keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang
tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan.
Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda yang sangat
merugikan bangsa Indonesia.
Pemikiran atau ide-ide K.H. Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan
Muhammadiyah yang ia dirikan pada tanggal 18 Nopember 1912. Organisasi ini
mempunyai karekter sebagai gerakan sosial keagamaan. Titik tekan
perjuangannya mula-mula adalah pemurnian ajaran Islam dan bidang pendidikan.
Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang berakar dalam upaya pemberantasan
bid’ah, khurafat dan tahayul. Ide pembaruannya menyetuh aqidah dan syariat,
misalnya tentang uapcara kematian talqin, upacara perkawinan, kehamilan,
sunatan, menziarahi kuburan yang dikeramatkan, memberikan makanan sesajen
kepada pohon-pohon besar, jembatan, rumah angker dan sebagainya, yang secara
terminologi agama tidak dikenal dalam Islam.
Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan
umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis
adalah melalui pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah
menggarap dunia pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan
yang spesifik baru disusun pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak
dari ucapan K.H. Ahmad Dahlan: “ Dadiji kjai sing kemajorean, adja kesel
anggonu njambut gawe kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia yang maju,
jangan pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah).
Bahkan hal tersebut sangat bertentangan dengan Islam, sebab dapat
mendorong timbulnya kepercayaan syirik dan merusak aqidah Islam. Inti gerakan
pemurnian ajaran Islam seperti pendahulunya, Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin
Abdul Wahab cukup bergema. K.H. Ahmad Dahlan dan pengikutnya teguh
pendirian dalam upaya menegakkan ajaran Islam yang murni sesuai al-Qur’an dan
Hadis, mengagungkan ijtihad intelektual bila sumber-sumber hukum yang lebih
tinggi tidak bisa digunakan, termasuk juga menghilangkan taklid dalam praktik
fiqih dan menegakkan amal ma’ruf nahi munkar.
Pemikiran Pendidikan Islam KH. Ahmad Dahlan
Dahlan merasa tidak puas dengan system dan praktik pendidikan yang ada
di Indonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan
pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan,
dan bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Karena itu Dahlan
merentaskan beberapa pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk
pendidikan model Muhammadiyah khususnya, antara lain:
a. Pendidikan Integralistik
K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action sehingga
sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha
bukan tulisan. Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi

4
filosofis pendidikan Beliau musti lebih banyak merujuk pada bagaimana
beliau membangun sistem pendidikan. Namun naskah pidato terakhir
beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk dicermati karena
menunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap pencerahan akal suci
melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang
menggambarkan tingginya minat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu:
1) Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang
dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan
akal sehat dan istiqomah terhadap kebenaran akali dengan di dasari
hati yang suci;
2) Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia;
3) Ilmu mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia
yang hanya akan dicapai hanya jika manusia menyerah kepada
petunjuk Allah swt. Pribadi K.H. Ahmad Dahlan  adalah pencari
kebenaran hakiki yang menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-
Manaar sehingga meskipun tidak punya latar belakang pendidikan
Barat tapi ia membuka lebar-lebar gerbang rasionalitas melalui ajaran
Islam sendiri, menyerukan ijtihad dan menolak taqlid.

Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi


ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak.
Menurutnya, sistem pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang
paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren
karena di dalamnya diresapi dengan suasana keagamaan, sedangkan sistem
pengajaran mengikuti sistem madrasah/sekolah, jelasnya madrasah/sekolah dalam
pondok pesantren adalah bentuk sistem pengajaran dan pendidikan agama Islam
yang terbaik.  Dalam semangat yang sama, belakangan ini sekolah-sekolah Islam
tengah berpacu menuju peningkatan mutu pendidikan. Salah satu model
pendidikan terbaru adalah full day school, sekolah sampai sore hari, tidak
terkecuali di lingkungan Muhammadiyah.

Mengadopsi Substansi dan Metodologi Pendidikan Modern Belanda dalam


Madrasah-madrasah Pendidikan Agama
Yaitu mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai oleh lembaga
pendidikan Belanda. Dari ide ini, K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan
kemudian dengan gagasan dan prektek pendidikannya dapat menerapkan metode
pendidikan yang dianggap baru saat itu ke dalam sekolah yang didirikannya dan
madrasah-madrasah tradisional. Metode yang ditawarkan adalah sintesis antara
metode pendidikan modern Barat dengan tradisional. Dari sini tampak bahwa
lembaga pendidikan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan berbeda dengan lembaga
pendidikan yang dikelola oleh masyarakat pribumi saat ini. Sebagai contoh, K.H.
Ahmad Dahlan mula-mula mendirikan SR di Kauman dan daerah lainnya di
sekitar Yogyakarta, lalu sekolah menengah yang diberi nama al-Qism al-
Arqa  yang kelak menjadi bibit madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat
Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai catatan, tujuan umum lembaga pendidikan
di atas baru disadari sesudah 24 tahun Muhammadiyah berdiri, tapi Amir Hamzah

5
menyimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan Muhammadiyah menurut K.H.
Ahmad Dahlan adalah:
1) Baik budi, alim dalam agama
2) Luas pandangan, alim dalam ilmu-ilmu dunia (umum)
3) Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya

Memberi Muatan Pengajaran Islam pada Sekolah-sekolah Umum Modern Belanda


Sekolah Muhammadiyah mempertahankan dimensi Islam yang kuat, tetapi
dilakukan dengan cara yang berbeda dengan sekolah-sekolah Islam yang lebih
awal dengan gaya pesantrennya yang kental. Dengan contoh metode dan system
pendidikan baru yang diberikannya. K.H. Ahmad Dahlan juga ingin
memodernisasi sekolah keagamaan tradisional.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan
mendirikan sekolah Muallimin dan Muallimat, Muballighin dan Muballighat.
Dengan demikian diharpakan lahirlah kader-kader Muslim sebagai bagian inti
program pembaharuannya yang bisa menjadi ujung tombak gerakan
Muhammadiyah dan membantu menyampaikan misi-misi dan melanjutkannya di
masa depan. K.H. Ahmad Dahlan juga bekerja keras meningkatkan moral dan
posisi kaum perempuan dalam kerangka Islam sebagai instrument yang efektif dan
bermanfaat di dalam organisasinya karena perempuan merupakan unsur penting 
berkat bantuan istri dan koleganya sehingga terbentuklah Aisyiah . di tempat-
tempat tertentu, dibukalah masjid-masjid khusus bagi kaum perempuan, seseuatu
yang jarang ditemukan di Negara-negara Islam lain bahkan hingga saat ini. K.H.
Ahmad Dahlan juga membentuk gerakan pramuka Muhammadiyah yang diberi
nama Hizbul Watan.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwasanya
K.H. Ahmad Dahlan adalah merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar
jasanya bagi dunia pendidikan di Indonesia ini.
Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) lahir di Kauman,
Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah,
K.H. Ahmad Dahlan mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir,
Arab, dan India, untuk kemudian berusaha menerapkannya di Indonesia.
Ahmad Dahlan juga sering mengadakan pengajian agama di langgar atau
mushola. Pada tahun 1912 beliau mendirikan Muhammadiyah yang semata-
mata bertujuan untuk mengadakan dakwah Islam, memajukan pendidikan dan
pengajaran, menghidupkan sifat tolong-menolong, mendirikan tempat ibadah
dan wakaf, mendidik dan mengasuh anak-anak agar menjadi umat Islam yang
berarti, berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai
dengan ajaran Islam.
Ide-ide yang di kemukakan K.H.Ahmad Dahlan telah membawa
pembaruan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang
semula bersistem pesantren menjadi sistem klasikal, dimana dalam pendidikan
klasikal tersebut dimasukkan pelajaran umum kedalam pendidikan madrasah.
Meskipun demikian, K.H. Ahmad Dahlan tetap mendahulukan pendidikan
moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan kemasyarakatan.

7
Daftar Pustaka

https://pakdosen.co.id/tokoh-k-h-ahmad-dahlan/, diunduh pada tanggal 9 Oktober 2021 pukul


08.00 WIB.
https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-kh-ahmad-dahlan-tokoh-pendiri-
muhammadiyah/, diunduh pada tanggal 9 Oktober 2021 pukul 08.15 WIB.
https://nurhudanisa.blogspot.com/2015/04/makalah-pendiri-dan-tokoh-muhammadiyah.html,
diunduh pada tanggal 9 Oktober 2021 pukul 08.25 WIB.
https://teukuhusaini.blogspot.com/2015/05/makalah-perkrmbangan-pemikiran-modern.html,
diunduh pada tanggal 9 Oktober 2021 pukul 08.40 WIB.

Anda mungkin juga menyukai