NIM : 180631025
Semester : 6
Jawaban
1). Prinsip Syumuliyyah (komprehensif) Prinsip syumuliyyah berarti bahwa pendidikan luas dan
lengkap. Pendidikan harus memperhatikan seluruh dimensi kehidupan yang mencakup individu
dan social, ilmu dan amal, dunia dan akhirat semuanya diperhatikan dalam pembelajaran
sehingga mengembangkan potensi manusia secara menyeluruh.
2. Prinsip Takimuliyah (integratif) Prinsip takimuliyah adalah prinsip yang memadukan antara
teori dan praktik dan tauhidullah sebagai fondasinya. Prinsip ini memadukan juga antara jasad-
akal-ruh karena pada hakikatnya manusia merupakan suatu kesatuan jasad-akal-ruh. Dan
terlihat jelas perbedaanya dengan pendidikan saat ini yang cenderung sekuler.
6. Prinsip Waqi’iyyah (kontekstual) Prinsip Waqi’iyyah berarti konsep belajar kontekstual yang
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata sehingga pengetahuan
yang dimiliki mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
8. Prinsip Rahmaniyah (kasih sayang) Prinsip Rahmaniyah diartikan sebagi prinsip dimana cara
pandang dan pola sikap berinteraksi dalam pendidikan didasarkan oleh kasih sayang serta
ketulusan. Prinsip ini pun tidak mendapatkan tempat dalam pendidikan modern. Belakangan ini
kita ketahui sosok ibu Een Sukaesih begitu mengharukan atas dedikasinya dalam pendidikan
dan mengaungkan pendidikan dengan dasar kasih sayang yang merupakan salah satu prinsip
pendidikan islami.
9. Prinsip Uswiyyah (keteladanan) Yang dimaksud dalam prinsip uswiyyah bahwa nilai-nilai yang
terdapat dalam prinsip-prinsip sebelumnya harus tercermin dalam wujud perilaku nyata.
Hakikat pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia.
1). Al-Quran
Al Qu’an sebagai sumber ilmu di jelaskan melalui ayat-ayat yang menyatakan bahwaal Qur’an
merupakan petunjuk bagi manusia dan alam semesta yaitu dalam surat At-Takwir Ayat 27, Al
Furqon ayat 1, dan Al Baqorah ayat 185. Al Qur’an juga merupakan Dustur Universal yang
menjelaskan segala seuastu karena dia di sifatidzat yang menurunkannya, yaitu Rabb Semesta
Alam.
2). Hadis
Sunnah merupakan sumber bagi da’wah dan bimbingan bagi seorang muslim, sunnah juga
merupakan sumber ilmu pengetahuan keagamaan, kemanusiaan, dansosial yang dibutuhkan
umat manusia untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun
melengkapi pengetahuan eksperimentalmereka. Sebagai sumber ilmu pengetahuan kedua,
hadis atau sunnah telah menjadi faktor pendukung utama kemajuan ilmu pendidikan. Banyak
hadis yang berbicara tentang ilmu terutama ilmu pengetahuan.
Dari pengertian etimologi tersebut maka ‘aql dan qalb disimpulkan memiliki fungsi kognisi dan
afeksi karena keduaanya mampu melakukan aktivitas berpikir sekaligus merasa. Secara khusus,
bahasa Arab mengaitkan akal dengan kemampuan seseorang untuk mengekang hawa nafsunya,
sedangkan dalam bahasa Indonesia, kita menjumpai pengertian akal secara negative, yaitu
ketika dipergunakan untuk memperdaya orang.
4). Indra
Al Qur’an mengajak manusia untuk menggunakan indra dan akal sekaligus dalam pengalaman
manusia, baik yang bersifat fisik maupun metafisik karena indra dan akal saling
menyempurnakan. Ali Abdul Azhim berpendapat bahwa kedua sumber ilmu tersebut tidak
terpisah dan berdiri sendiri-sendiri sebagaimana pemahaman mazhab empirisme dan
rasionalisme.
• Manusia sebagai objek pendidikan bermakna bahwa manusia merupakan pihak yang
menerima pendidikan baik melalui pendidikanformal, nonformal, maupun informal serta wadah
pendidikan lainnya.
Maka ta’allama secara harfiah dapat diartikan kepada “menerima ilmu sebagai akibat dari
suatu pengajaran”. Dengan demikian, “belajar” sebagai terjemahan dari ta’allama dapat
didefenisikan kepada perolehan ilmu sebagai akibat dari aktivitas pembelajaran. Atau dengan
kata lain, belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang di mana aktivitas itu
membuatnya memperoleh ilmu (Kadar: 2013: 34).
Kata “mengajar” mempunyai akar kata yang sama dengan belajar, yaitu berasal dari kata
“ajar”. Secara harfiah kata “mengajar” diartikan kepada “memberikan pelajaran”. Artinya,
mengajar sebagai suatu pekerjaan melibatkan berbagai hal, yaitu guru -sebagai pengajar-,
materi pelajaran, dan pelajar (Kadar: 2013: 58).
Konsep mengajar dalam islam terbagi menjadi tiga (Arif Hidayat: 2016: 42), yaitu:
a. Tarbiyah
b. Ta'dib
Konsep ta’dib diambil dari makna addaba dan derivasinya yang berarti mendidik bila
maknanya dikaitkan satu sama lain akan menunjukkan pengertian pendidikan yang integratif
(Naquib Al-Attas dalam Arif Hidayat: 2016: 52-53).
c. Ta'lim
Konsep ta’lim yang lebih menekankan pada transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
bagaimanpun harus dikaitkan dengan nilai-nilai Ilahiah. Maka, tidak heran bila dalam konsep
ta’lim pengetahuan tidak bebas nilai. Ini karena, ia harus selalu terikat dengan nilai-nilai Ilahiah
yang bermanfaat bagi anak didik secara keseluruhan.
3. Prinsip belajar
Belajar sebagai suatu aktivitas dalam mencari ilmu mesti didasarkan atas prinsip-prinsip
tertentu, yang meliputi ketauhidan, keikhlasan, kebenaran, dan tujuan yang jelas. Dan
pengaruh yang diharapkan terjadi pada si pelajar tidak dapat dipisahkan dari keempat prinsip
tersebut (Kadar: 2013: 47-48).
Adapun prinsip-prinsip belajar yang telah dipraktekkan oleh Rosulullah SAW dalam
menyebarluaskan dakwah islam, mengajar, mengarahkan, dan menunjukkan, kepada para
sahabat diantaranya: motivasi, pengulangan, perhatian, partisipasi aktif, pembagian belajar dan
perubahan perilaku secara bertahap.
4. Prinsip mengajar
Ikhlas dalam hal ini berarti bahwa mengajar mengharap ridha Allah. Atau dengan kata lain,
kegiatan mengajar merupakan aktivitas jihad memerangi kebodohan yang diperintahkan Allah
kepada seluruh manusia. Selain keikhlasan harus dibarengi dengan demokrasi yang berarti
menghargai pendapat, gagasan dan pemikiran siswa/mahasiswa. Peserta didik diberikan
kebebasan akademik untuk mengemukakan pendapat, bahkan menganut suatu akademis yang
berbeda dengan gurunya. Yang dimaksud dengan kebebasan ini adalah demokrasi islami.
Artinya kebebasan itu bukan kebebasan mutlak tetapi tetap mempunyai batasan-batasan
tauhidi, yaitu tidak boleh bertentangan dengan kaedah moral Islam dan akidah tauhid. Selain
keikhlasan dan demokrasi, mengajar mesti pula didasarkan atas prinsip kelembutan. Artinya,
proses pembelajaran, sistem yang berlaku pada lembaga sekolah, dan pergaulan guru dan
murid dalam pembelajaran penuh dengan kelembutan, tidak ada kekerasan dalam
pembelajaran. Guru dalam mengajar mesti memiliki tenggang rasa dengan anak didik.
• Profesi adalah Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara
tetap/permanen.
• Profesionalisme adalah kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan
benar dan juga komitmen dari para anggota dari sebuah profesi untuk meningkatkan
kemampuan dari seorang karyawan.
Persiapan sebagai calon guru yaitu harus bisa menguasai materi yang akan disampaikan kepada
peserta didik, memahami setiap murid, dan bisa menjadi tauladan yang baik supaya peserta
didik dapat mengikutinya karena seorang guru adalah yang patut dicontoh untuk murid-
muridnya.