DAN ILMU
PENGETAHUAN
Al-Islam Kemuhammadiyahan II
OKTOBER
Anggota :
Integrasi secara bahasa diartikan sebagai “berlawanan dengan pemisahan”, yaitu usaha memadukan ilmu
umum dan ilmu agama. Secara lebih mendalam Armahedi Mazhar melihat inti dari integrasi adalah meletakan hirarki
keilmuan dalam suatu hirarki yang lebih besar dengan memasukan alam akherat dan ciptaan Tuhan itu sendiri sebagai
penunjang jenjang materi. Sedangkan integrasi dalam hal ini berkaitan dengan usaha memadukan keilmuan umum dan
Islam tanpa harus menghilangkan keunikan-keunikan antara dua keilmuan tersebut. Adapun yang dimaksud interkoneksi
menurut Amin Abdullah adalah usaha memahami kompleksitas fenomena kehidupan yang dihadapi dan dijalani manusia,
sehingga setiap bangunan keilmuan apapun, baik keilmuan agama (Islam, Kristen, Budha, dll) keilmuan sosial, humaniora,
maupun kealaman tidak dapat berdiri sendiri maka dibutuhkan kerjasama, saling tegur sapa, saling membutuhkan, saling
koreksi, dan saling berhubungan antara disiplin keilmuan.
Pendekatan integratif-interkonektif adalah pendekatan yang berusaha saling menghargai; keilmuan umum dan
agama sadar akan keterbatasan masing-masing dalam memecahkan persoalan manusia, hal ini akan melahirkan sebuah
kerja sama setidaknya saling memahami pendekatan (approach) dan metode berfikir (process and procedure) antara
kedua kelimuan tersebut.
. Konsep Dasar Integrasi
Perdebatan tentang integrasi Islam dan ilmu pengetahuan masih belum menemui kata damai. Begitu beragam prespektif
yang dipakai para ulama maupun sainstis dalam melihat fenomena ini. Dengan demikian, agar wacana tentang integrasi Islam dan
sains bisa semakin menemui titik terang, perlu dibuat pola dan model yang bisa digunakan dalam memetakan beberapa wacana dan
kecenderungan dari para pemikir yang konsen terhadap wacana ini. Beberapa model itu adalah :
• Pertama, Similarisasi, yaitu menyamakan begitu saja konsep- konsep sains dengan konsep-konsep yang berasal dari agama,
padahal belum tentu sama.
• Kedua, Paralelisasi, yaitu menggap paralel konsep yang berasal dari Al-Qur’an dengan konsep yang berasal dari sains karena
kemiripan konotasinya, tanpa mengindentikan keduanya.
• Ketiga, Komplementasi, yaitu antara sains dan agama saling mengisi dan memperkuat satu sama lain, tetapi tetap
mempertahankan eksistensi masing-masing.
• Keempat, Komparasi, yaitu membandingkan konsep/teori sains dengan konsep/wawasan agama mengenai gejala-gejala yang
sama.
• Kelima, Induktifikasi, yaitu asumsi-asumsi dasar dari teori-teori ilmiah yang didukung oleh temuan-temuan empirik dilajutkan
pemikirannya secara teoritis abstrak ke arah pemikiran metafisis/ghoib kemudian dihubungkan dengan prinsip-prinsip agama
dan Al-Qur’an mengenai hal tersebut.
• Keenam, Verifikasi, yaitu mengungkapkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang menunjang dan membuktikan kebenaran-kebanraan
(ayat-ayat) Al-Qur’an.