Anda di halaman 1dari 19

-ANALISIS PERUBAHAN PENDAPATAN PENJUALAN MASKER DAN

HAND SANITIZER SEBELUM DAN SESUDAH FENOMENA VIRUS


CORONA-

       

      Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

 SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

   Oleh Kelompok  6:

Risman tanggapali (C 301 17 020)


Andri rasindo (C 301 17 031)
Mohammad fadel (C 301 17 096)
Lisna kurniawati (C 301 17 135)
Kifliyanto lasena (C 301 17 143)
Kurnia sandi (C 301 17 212)
Puspitasari (C 301 17 259)
Brigian lagasi (C 301 17 306)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO 
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fenomena virus corona merupakan salah satu peristiwa yang
menyentuh semua prospek perjalanan Hidup manusia di bumi pada Tahun
2020 ini termasuk menimbulkan kerugian dalam bidang ekonomi. Bahan
makanan, dan alat pelindung kesehatan merupakan hal yang paling
dibutuhkan semua orang saat ini termasuk masker dan hand sanitizer. Produk
ini merupakan produk yang paling gencar dicari sehingga menimbulkan
polemik dan perubahan yang signifikan baik dari segi produksi maupun
pendapatan dari penjualannya. Sehingga kelompok kami tertarik untuk
membahas masalah ini

bukan hanya menimbulkan kerugian dalam kesehatan, virus corona


juga menimbulkan krisis ekonomi yang terjadi di seluruh Dunia dan
menyebabkan terjadinya Inflasi atau kenaikan harga barang secara umum dan
terus-menerus. Hal ini juga terjadi pada produk masker dan hand sanitizer
sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh pada pendapatan hasil
penjualan produk tersebut.-

Setelah pemerintah mengumumkan bahwa virus corona telah masuk


ke Indonesia, masker dan hand sanitizer tiba-tiba menjadi barang yang langka
dan harganya melonjak naik. Berdasarkan hasil pantauan beberapa media,
Dettol instan hand sanitizer 50 ml yang sebelumnya Rp.12.600 menjadi
126.000. dettol fresh yan sebelumnya Rp.16.500 naik menjadi Rp.125.000
sementara untuk varian yang lain sebelumnya Rp.35.000 naik menjadi
Rp.40.000-100.000 Demikian juga pada masker yang biasanya Rp.20.000-
25.000 naik menjadi hampir menye ntuh harga Rp.300.000 per kotak.
Untuk Topik ini kami memilih menggunakan penelitian Kualitatif atau
memanfaatkan teori dan fenomena yang ada sebagai acuan dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data juga menggunakan prinspi fenomenologi atau
dimulai dengan menelaah dan memperhatikan fenomena virus corona yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini.

B. RUMUSAN MASALAH ATAU KAJIAN TEORI

HARGA

Harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan


pendapatan dari penjualan masker dan hand sanitizer ini. Konsumen akan
membeli suatu produk ketika produk tersebut menjadi kebutuhan mendasar
akibat adanya perubahan keadaan atau kondisi yang memaksa produk tersebut
menjadi kebutuhan utama. Adanya perubahan harga untuk produk masker dan
hand sanitizer ditambah lagi dengan fenomena virus corona yang memaksa
produk tersebut menjadi kebutuhan utama menjadikan adanya perubahan
pendapatan pada penjualan produk tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Faktor terpenting dalam melakukan suatu penelitian adalah adanya kajian


penelitian terdahulu, dimana hasil tersebut memiliki kaitan atau relevan untuk
dijadikan sebagai bahan untuk membandingkan atas penelitian yang dilakukan.
Penelitian terdahulu dan konsep teori merupakan dasar pembuatan kerangka
pemikiran dan hipotesis penelitian. Sampai saat ini belum ada penelitian empiris
mengenai dampak virus corona terhadap perubahan pendapatan penjualan masker
dan handsanitizer, yang mungkin di karenakan keadaan yang kurang baik untuk
melakukan riset atau penelitian di lapangan karena adanya anjuran dari pemerintah
untuk work from home dan pembatasan sosial berskala besar yang mungkin
menjadi alasan belum ada orang atau kelompok tertentu yang tertarik untuk
melakukan peenelitian mengenai pokok bahasan ini di karenakan akan kesulitan
dalam mencari bukti atau sampel untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan
analisis untuk sebuah penelitian.

Oleh karena itu, kami dari kelompok satu hanya menjelaskan beberapa artikel dari
stasiun Tv dan majalah tertentu yang menurut kami sedikit membahas mengenai
dampak virus corona terhadap pendapatan penjualan barang. Diantaranya adalah
artikel dari Liputan 6 Terkini yang membahas mengenai virus corona, picu panic
buying makanan, masker, dan handsanitizer. Jadi dalam artikel tersebut
menjelaskan bagaimana tanggapan atau respon dari masyarakat setelah mendapat
laporan dari pemerintah mengenai adanya masyarakat Indonesia yang telah
terinfeksi atau terkena virus corona. Berdasarkan artikel tersebut dikatakan
masyarakat cenderung menjadi cemas atau ada istilah baru yang digunakan yaitu
panic buying setelah mendengar laporan resmi dari pemerintah Indonesia.
Berikutnya, ada artikel dari Dea Chadiza syafina, yang dimuat dalam majalah
tirto.Id dimana artikel tersebut membahas mengenai panic buying dan dampaknya
terhadap ekonomi dan menurut artikel tersebut panic buying dapat menguntungkan
para pemburu rentenir. Disisi lain, mempersiapkan masa isolasi menurut sejumlah
akademisi, adalah ekspresi dari mekanisme bertahan hidup manusia. Selanjutnya
ada artikel dari Katadata.co.id Mengenai panic buying dan ancaman virus corona
menjangkiti bisnis retail. Menurut mereka fenomena panic buying yang terjadi
akibat dari adanya Covid 19 dapat memicu terjadinya inflasi atau kenaikan harga
barang secara terus-menerus dan berlangsung lama. Sedangkan pusat-pusat
perbelanjaan akan sepi karena adanya pembatasan sosial atau social distancing dari
pemerintah. Hal tersebut bisa terjadi karena menurut artikel tesebut karena adanya
panic buying dari masyarakat menyebabkan rak-rak yang berisi aneka rupa bahan
makanan mulai dari beras, gula, minyak goring, telur, hingga mie instan di seluruh
pusat perbelanjaan tiba-tiba kosong melompong, fenomena punic buying ini dapat
menyebabkan kelangkaan bahan pokok akibat lonjakan permintaan dari konsumen
dalam waktu singkat bahkan sejumlah pihak meminta pemerintah mewaspadai
ancaman inflasi sebagai dampak lanjutan akibat merebaknya virus corona.
2.2 Landasan Teori
Masker dan Handsanitizer
Rajin mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri menjadi salah satu usaha
untuk meminimalkan risiko terpapar Covid-19. Seiring dengan itu, ketersediaan
sabun pencuci tangan, hand sanitizer, dan masker menjadi barang yang sulit
ditemukan di apotek, toko obat, pusat perbelanjaan atau minimarket.
Meningkatnya pembelian masyarakat untuk barang-barang tersebut menjadi alasan
kelangkaan. Kedua jenis produk ini mendadak diburu orang. Pabrik pembuatnya
pun kewalahan menghadapi tingginya permintaan yang tidak hanya datang dari
masyarakat tapi juga pemerintah. Apalagi sekarang badan kesehatan dunia WHO
dan Pemerintah Indonesia mewajibkan masyarakat yang keluar rumah
menggunakan masker. Tak urung di sepanjang jalan baik kota hingga pedesaan
banyak pedagang yang menjual masker. Harganya pun relatif murah. Masker yang
terbuat dari kain dibandrol Rp 5.000-Rp.20.000 per buah. Masker buatan perajin
rumahan dan pabrikan itu pun laris manis bak kacang goreng. Kedua jenis produk
ini mendadak diburu orang. Pabrik pembuatnya pun kewalahan menghadapi
tingginya permintaan yang tidak hanya datang dari masyarakat tapi juga
pemerintah. Apalagi sekarang badan kesehatan dunia WHO dan Pemerintah
Indonesia mewajibkan masyarakat yang keluar rumah menggunakan masker. Tak
urung di sepanjang jalan baik kota hingga pedesaan banyak pedagang yang
menjual masker. Harganya pun relatif murah. Masker yang terbuat dari kain
dibandrol Rp 5.000 per buah. Masker buatan perajin rumahan itu pun laris manis
bak kacang goreng. Sebenarnya, produk masker hanya diperlukan untuk mereka
yang sedang sakit, untuk mencegah penularan pada orang lain. Namun untuk
berjaga-jaga, masker juga tetap dibutuhkan untuk ke luar rumah, apalagi jika
hendak mendatangi tempat yang ramai. gangguan pasokan yang terjadi pada
produk masker dan handsanitizer ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan,
penimbunan dan penyalahgunaan.
Panic Buying
Panic buying merupakan fenomena di mana masyarakat melakukan
penimbunan beberapa barang saat terjadi situasi darurat tertentu. Dalam kasus
merebaknya virus corona, barang-barang yang menjadi incaran para konsumen
adalah hand sanitizer dan masker. Panic buying juga dapat diartikan adalah
ketakutan atau kepanikan dalam membeli sesuatu barang untuk stok atau sama
juga dengan panik membeli untuk menimbun barang yang di perlukan sesuai
dengan kondisi. Sejak dikonfirmasinya dua kasus pertama positif virus corona di
Indonesia, beberapa orang melakukan tindakan panic buying atau memborong
sembako dan bahan pokok lainnya di tengah kepanikan. Panic buying juga terjadi
di banyak negara yang sudah mengonfirmasi kasus COVID-19, termasuk
Singapura dan Amerika Serikat. Berikut beberapa kemungkinan alasan masyarakat
melakukan panic buying, di tengah wabah penyakit seperti COVID-19:
1. Dikendalikan oleh emosi
Menurut Dr. M. Grohol, Psy.D. yang merupakan pendiri dan editor in chief
Psych Central, keinginan panic buying bisa dipengaruhi orang lain karena
adanya penularan emosi. Saat pembeli pertama mengamati perilaku pembeli
kedua yang menimbun bahan belanja, pembeli pertama mungkin bisa
terpengaruh untuk melakukan hal yang sama. Terlebih lagi, di tengah wabah
infeksi virus corona, rasa cemas terkait ketersediaan bahan makanan sering
dirasakan. Hal tersebut bisa berpindah ke orang lain dan bisa dipercepat oleh
media sosial. Bahkan, walau rasa cemas tersebut sebenarnya tidaklah
rasional, keinginan panic buying tetap bisa dirasakan. Tindakan panic buying
untuk ikut-ikutan dengan orang lain tersebut boleh jadi merupakan
perwujudan dari insting herding (herd instinct).
2. Ingin meminimalisir risiko
Alasan psikologis orang-orang melakukan panic buying berakar dari
keinginan mereka untuk menekan risiko. Bagi pelaku panic buying, risiko
yang menanti karena krisis mungkin akan sedikit berkurang karena bahan-
bahan yang ditimbun tetap bisa digunakan di kemudian hari. Keinginan
menekan risiko dengan melakukan panic buying bisa dirangsang oleh hasrat
diri, serta usaha untuk menghindari penderitaan yang bisa muncul saat krisis.
Penderitaan tersebut dapat berupa penderitaan emosional dan fisik, serta
penderitaan yang memang terjadi atau yang masih dalam bayangan. Walau
tindakan panic buying tak bisa dibenarkan, setiap individu pada dasarnya
memiliki toleransi risiko yang berbeda. Bagi beberapa orang, menimbun
makanan, termasuk bahan makanan yang cepat kadaluarsa, mampu
menenangkan diri mereka - walau hal tersebut tidak rasional.
3. Merasakan kelegaan dan ketenangan
Perilaku menimbun barang dapat menimbulkan rasa ketenangan pada diri
pelakunya. Sensasi bahwa “semua sudah terkontrol dengan baik” pun
mungkin akan muncul di benak pelaku panic buying, begitu ia membawa
barang belanjaannya ke rumah. Tindakan panic buying memunculkan “sense
of relief” bagi pelakunya, serta mengikis ketakutan dan kecemasan yang
dirasakan.
4. Ketidakpastian krisis yang dihadapi
Sementara itu, menurut Dr. Dimitrios Tsivrikos dari University College
London, panic buying dapat terjadi karena kita tak bisa menerka berapa lama
krisis kesehatan masyarakat (termasuk COVID-19) akan berlangsung.
Informasi dari media pun memicu kita untuk masuk ke dalam mode panik
tersebut. Lain halnya dengan panik karena krisis bencana. Pada jenis
kepanikan ini, masyarakat cenderung tahu bahwa krisis ‘hanya’ akan
berlangsung beberapa hari saja. Dengan demikian, kita mungkin akan lebih
rasional dalam membeli produk rumah tangga.Panic buying sejatinya tidak
bisa dibenarkan. Dari alasan kolektif dan kemanusiaan, panic buying perlu
dihindari karena banyak orang di sekitar Anda yang masih membutuhkan
bahan rumah tangga tersebut. Anda bisa berbelanja secara rasional tanpa
harus berlebihan, termasuk untuk menurunkan risiko buang-buang makanan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Virus Corona yang hadir ditengah-tengah masyarakat pada tahun 2020 sungguh
menyita perhatian. Dampak yang terlihat tidak hanya mempengaruhi kesehatan
masyarakat, akan tetapi turut mempengaruhi perekonomian negara. Bahkan saat
ini perekonomian dunia mengalami tekanan berat yang diakibatkan oleh virus
tersebut. Topik kali ini akan membahas dampak global dari hadirnya virus corona
atau nama ilmiahnya disebut sebagai Covid-19. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan fenomena dan literatur
yang ada. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa melihat perkembangan dan
pengaruh ekonomi tidak hanya sebatas lingkup ekonomi itu sendiri. Akan tetapi
ekonomi juga bisa terdampak dari budaya dan kesehatan. Hal ini dibuktikan
dengan menyebarnya virus Corona turut membawa dampak negatif pada
perekonomian dunia.
Salah satu cara untuk mencegah virus corona agar tak tertular adalah dengan
mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer. Alkohol yang dikandung hand
sanitizer mampu membunuh bakteri atau virus. Alkohol menghancurkan bakteri
dan virus, membelah sel bakteri menjadi beberapa bagian atau mengacaukan
metabolisme sel, menurut sebuah penelitian tahun 2014 yang diterbitkan dalam
jurnal Clinical Microbiology Review. Sedikitnya 30 persen alkohol memiliki
kemampuan membunuh patogen. Penelitian telah menunjukkan bahwa alkohol
membunuh beragam bakteri dan virus ketika konsentrasinya melebihi 60 persen,
dan akan bekerja lebih cepat ketika konsentrasinya meningkat. Tetapi bisa lebih
efektif lagi jika kandungan alkohol dalam hand sanitizer mencapai 90 sampai 95
persen. Pencegah Penyakit Amerika Serikat atau CDC juga menyarankan hal yang
sama. Menurut CDC, menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol
minimal 60 persen akan lebih efektif dalam membunuh kuman. Meski begitu,
hand sanitizer belum cukup membasmi kuman di tangan. Lebih baik melakukan
cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air. Menurut CDC cara terbaik yang
bisa seseorang lakukan untuk mencegah penyebaran infeksi dan mengurangi risiko
penyakit adalah dengan mencuci tangan secara teratur selama kurang lebih 15
detik. Sementara untuk Penggunaan masker semakin juga meningkat sejak virus
corona menyebar dan adanya rekomendasi tegas dari pemerintah yang mewajibkan
penggunaan masker oleh masyarakat. Sejumlah Negara dan wilayah bahkan
sampai kehabisan stok masker termasuk Indonesia. Akibatnya pemerintah
memanfaatkan dan menekankan kepada perusahaan-perusahaan yang
memungkinkan untuk beralih produksi pada masker dan handsanitizer. Selain itu
peran dari UMKM dan masyarakat dalam pembuatan masker juga patut di
apresiasi.
Fenomena tersebut tentunya secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi pendapatan dari perusahaan-perusahaan yang melakukan produksi
pada bidang tersebut. Produksi yang sebelumnya menyesuaikan pada permintaan
yang seadanya sekarang justru perusahaan merasa kewalahan dan tidak sanggup
memenuhi permintaan dari konsumen, akibatnya peran pemerintah dan masyarakat
seperti Tukang jahit, ikut serta dalam produksi masker dan hand sanitizer agar
seluruh permintaan dari masyarakat dapat di penuhi. Tentu aka nada perubahan
pendapatan, kita tidak bisa menutup mata dari gencarnya masyarakat dalam
mencari produk tersebut sehingga menjadi Langkah di pasaran bahkan banyak
rentenir yang memanfaatkan kepanikan masyarakat atau panic buying tersebut
dengan menimbun produk masker dan handsanitizer lalu kemudian menjualnya
dengan harga tinggi demi untuk menambah pendapatan yang lebih besar lagi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan jenis penelitian explanatori (explanatory research).


Menurut Sanafiah, (2002 : 21) bahwa explanatory reseach adalah, penelitian untuk
menguji hubungan kausalitas antara variabel yang dihipotesiskan. Pada jenis
penelitian ini ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya yaitu hipotesis yang
menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel untuk mengetahui apakah
suatu variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel lainnya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tempat penjualan produk tersebut, dengan objek
penelitian adalah konsumen atau warga sekitar yang berbelanja produk medis serta
para penjual yang bersangkutan, dengan menggunakan dua data, yakni data primer
yang diambil langsung dari sumbernya dengan menggunakan kuisioner dan data
sekunder.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diperkirakan memerlukan waktu 2 minggu dikarenakan proses


kelangkaan produk tersebut sangat lah cepat disebabkan oleh banyak konsumen yang
butuh akibat dampak covid 19.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Menurut Sugiyono (2001:57), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas,
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen atau warga sekitar yang berbelanja
produk medis serta para penjual yang bersangkutan . Sedangkan sampel data
ditetapkan secara proporsional yakni sebesar 45 dari jumlah populasi. Penetapan ini
didasarkan pada pemikiran bahwa sampel dibawah 100 sebaiknya ditetapkan secara
sensus.

Sesuai dengan pendapat dari Arikunto (2003:107). Penelitian ini merupakan


penelitian populasi karena obyek yang akan diteliti berjumlah kurang dari 100, bahwa
jika populasinya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitian
merupakan penelitian populasi.

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Arikunto, (2003:99). Variabel penelitian adalah subjek penelitian atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Ada dua variabel dalam penelitian ini,
yaitu :

3.4.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas atau independen variabel (X) yaitu variabel yang mempengaruhi atau
yang diselidiki pengaruhnya. Adapun yang menjadi variabel X1 sebelum covid 19
dan variabel X2 terjadinya covid 19

3.4.2 Variabel Terikat (Y)


Variabel terikat atau dependent variabel (Y), yaitu variabel yang timbul dalam
hubungan yang fungsional atau sebagai pengaruh dari variabel bebas. Adapun yang
menjadi variabel terikat adalah perubahan pendapatan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kegiatan penelitian adalah sangat penting kerena berkaitan
dengan tersedianya data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian, sehingga kesimpulan yang diambil adalah benar. Oleh karena itu
penelitian metode pengumpulan data harus dilakukan dengan tepat. Dalam penelitian
ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

3.5.1 Metode Angket (Kuesioner)

Menurut Arikunto, (2003:140), dalam metode angket alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah angket (kuesioner). Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti tentang laporan pribadi, atau hal-hal yang ia ketahui.

3.5.2 Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto, (2003:236), Metode dokumentasi adalah suatu metode


pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, dokumentasi, peraturan-peraturan, notulen rapat, agenda dan
sebagainya.

Metode dokumentasi untuk memperoleh data resmi mengenai jumlah produk,


ketentuan mengenai harga jual dari setiap toko.

3.6 Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas


Ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh alat pengumpul data sebelum alat itu
digunakan, kedua syarat itu adalah valid dan reliabel. Suatu instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila dapat mengungkapkan dari variabel yang diteliti secara tepat. Arikunto,
(2003:236).

Menurut Arikunto, (2003:170). Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian


bahwa suatu instrumen dapat cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya. Yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya juga. Apabila
datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya. Maka berapa kalipun diambil
akan tetap sama. Reliabel artinya dapat dipercaya dan diandalkan.

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto, (2003:160) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan


tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti
mempunyai validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengungkapkan data dari variabel yang akan diteliti secara tepat.

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal. Validitas
internal adalah validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-
bagian instrumen secara keseluruhan.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto, (2003:170). Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian


bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Untuk menguji reliabilitas instrumen, dapat digunakan uji reliabilitas internal yang
diperoleh dengan cara menganalisis data dari suatu hasil pengetesan dengan rumus
Alpha.

Adapun reliabilitas yang diperoleh dikonsultasikan dengan r product moment dengan


total signifikansi 5%, instrumen dikatakan reliabilitas jika r hitung > r tabel.

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus
atau dengan aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian. Analisis
data dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis dalam rangka penarikan
kesimpulan yang berarti pula untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Metode Deskriptif presentase digunakan untuk mengkaji variabel-variabel yang ada


pada penelitian ini dengan demikian dapat diketahui pengaruh perubahan pendapatan
penjualan masker dan handsanitizer disetiap toko .

Untuk mengukur variabel yang ada dengan memberikan skor jawaban angket yang
diisi oleh responden, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. SS = Sangat Setuju diberi skor 5

b. S = Setuju diberi skor 4

c. RR = Ragu-Ragu diberi skor 3

d. TS = Tidak Setuju diberi skor 2

e. STS = Sangat Tidak Setuju diberi skor 1

3.8 Uji Asumsi Klasik

Langkah-langkah yang digunakan untuk membutikan hipotesis, dengan menggunakan


beberapa uji asumsi, antara lain:
1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
independent, variabel dependen atau kedua mempunyai distribusi normal atau tidak.
Apabila data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh
dari garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Model
regresi yang baik adalah yang berdistribusi data normal atau mendekati normal.
Santoso (2000 : 212).

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi bila ada kolerasi antara vatiabel-variabel bebas. Gejala


multikolinearitas yang cukup tinggi dapat menyebabkan standar error dari koefisien
regresi masing-masing variabel besar menjadi sangat tinggi. Santoso, (2000 :
381).

3. Uji Autokolerasi

Menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya, dan jika
terjadi kolerasi maka dinamakan ada autokolerasi, model regresi yang baik adalah
model regresi yang bebas dari autokolerasi. Santoso, (2000: 216).

4. Uji Heteroskedastisitas

Komponen penggangu yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah


homokedastik yaitu semua gangguan memiliki varians yang sama. Dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain, dan jika varian dan residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka homoskedastisitas, sebaliknya jika varians berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Santoso, (2000:208).

3.9 Metode Analisis Statistik

Tehnik pengolahan data menggunakan perhitungan komputasi program SPSS


(Statistical Product and Service Solutions), Yaitu suatu program komputer statistik
yang mampu memproses data statistik secara cepat dan tepat, menjadi berbagai
output yang dikehendaki para pengambil keputusan.

Data yang diperoleh dari suatu penelitian harus dianalisis terlebih dahulu secara benar
agar dapat ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini tehnik yang digunakan yaitu
tehnik analisis regresi ganda.

Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut :

1. Persamaan regresi linier berganda

Menurut Sudjana, (2006:348) untuk mengetahui pengaruh perubahan pendapatan


penjualan masker dan hand sanitizer sebelum dan terjadinya covid 19, digunakan
analisis regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut :

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + e

Keterangan :

Y = Perubahan pendapatan

X1 = Sebelum covid 19

X2 = Terjadinya covid 19

b0 = Konstanta

b1,b2 = Koefisien regresi yang dicari


e = Standar error

2. Uji simultan

Menurut Algifari, (2000:71).Uji simultan dimaksudkan untuk mengetahui apakah


semua variabel bebas mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel terikat.
Pengujian yang dilakukan menggunakan uji F. Jika F hitung > F tabel maka menolak
hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha), artinya semua variabel
bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat.

Setelah melakukan uji F, perlu juga dicari besarnya koefisien korelasi (R) yang
bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara seluruh variabel bebas dengan
variabel terikat.

Menurut Algifari, (2000:54). Apabila R = 0, berarti tidak ada hubungan antara kedua
variabel tersebut. Sedangkan apabila R = ± 1, maka kedua variabel tersebut
mempunyai hubungan yang sempurna. Selanjutnya perlu dicari koefisien determinasi
(R2) simultannya. Koefisien determinasi (R2) ini dilakukan untuk mengetahui
besarnya kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh semua variabel secara
bersama-sama terhadap variabel terikatnya.

3. Uji Parsial

Menurut Algifari, (2000:52). Bahwa uji parsial atau koefisien regresi dimaksudkan
untuk memastikan apakah variabel bebas yang terdapat dalam persamaan tersebut
secara individu berpengaruh terhadap nilai variabel terikat. Caranya dengan
melakukan pengujian terhadap koefisien regresi setiap variabel bebas dengan
menggunakan uji t. Selain melakukan pembuktian dengan uji t, perlu juga dicari
besarnya koefisien korelasi (r) yang bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan
antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Apabila nilai r = 0,
berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Sedangkan apabila r = ± 1,
maka kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang sempurna. Setelah
koefisien korelasi (r) diketahui, selanjutnya perlu dicari koefisien determinasi (r2)
parsialnya untuk mengetahui besarnya kontribusi atau sumbangan yang diberikan
oleh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

Anda mungkin juga menyukai