Tugas :
Carilah artikel adverse selection bagaimana proses, pelaku dan pencegahannya
Perusahaan asuransi tidak bisa mengawasi pihak tertanggung secara ketat akibat adanya
keterbatasan informasi. Pihak tertanggung bisa saja melakukan hal-hal yang meningkatkan
angka cideranya. Kemungkinan dari perubahan perilaku seseorang akibat memiliki asuransi
merupakan contoh dari risiko moral (moral hazard).
Jika dilihat dari pihak tertanggung, mereka sering tidak berhati-hati dan tidak mengacuhkan
protokol kesehatan sehingga risiko terkena Covid-19 pun meningkat. Ekstremnya seperti kasus
yang sedang viral di negara Thailand.
Bersumber dari thaipbsworld, seorang pria mencari teman (social companion) dengan syarat
positif Covid-19 agar dirinya tertular. Bukan tanpa alasan, setelah diselidiki ternyata pria ini
rela menderita demi klaim asuransi kesehatannya. Sangat tidak patut dicontoh. Dalam kasus
ini, klaim asuransinya pun kemungkinan besar ditolak.
Informasi asimetris ini akan berdampak pada peningkatan harga asuransi sehingga orang
berisiko rendah memilih untuk tidak memiliki asuransi. Akhirnya, sebagian besar orang yang
mau membeli asuransi adalah orang-orang berisiko tinggi. Hal ini bisa berdampak buruk,
jangan sampai perusahaan asuransi berhenti menjual produk asuransinya.
Perusahaan asuransi memang lebih mengetahui tentang produk asuransi yang dimilikinya.
Bahkan dalam menjabarkan syarat dan ketentuan seringkali perusahaan asuransi memakai
istilah hukum yang sulit dipahami masyarakat umum, alhasil, klaim yang dilakukan oleh
peserta asuransi ditolak karena tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan.
Untuk mengurangi keterbatasan informasi, beberapa upaya dan kebijakan dilakukan oleh
perusahaan asuransi. Salah satunya penggunaan jasa aktuaris yang berperan penting sebagai
penilai kemungkinan terjadinya risiko.
Perusahaan asuransi publik juga mengambil langkah. Pemerintah Indonesia menerapkan
kebijakan paternalis melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, yang mewajibkan warga negara Indonesia mengikuti program
BPJS Kesehatan. Jadi, peluang bahwa hanya orang berisiko tinggi yang membeli asuransi akan
berkurang.
Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta agar perusahaan asuransi selalu
memastikan agen-agennya bersertifikat dan memberikan informasi yang jelas kepada nasabah
atas produk yang dijualnya. Artinya, tidak ada klaim asuransi yang dipersulit, hanya saja
pembeli asuransi seringkali kurang memahami syarat dan ketentuan yang berlaku.
Klaim Asuransi yang Terkesan Dipersulit
Informasi asimetris ini akan berdampak pada peningkatan harga asuransi sehingga orang
berisiko rendah memilih untuk tidak memiliki asuransi. Akhirnya, sebagian besar orang yang
mau membeli asuransi adalah orang-orang berisiko tinggi. Hal ini bisa berdampak buruk,
jangan sampai perusahaan asuransi berhenti menjual produk asuransinya.
REFERENSI
https://kumparan.com/mercy-pranadjaja/asuransi-covid-19-dan-kaitannya-dengan-informasi-
asimetris-1xOawq0uO0S/full