Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI


RUMAH SAKIT

Disusun Oleh :

Dian Nur Utami

4338114901210039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG

JlPangkalPerjuangan KM 01 By Pass Karawang Barat-Karawang

2022
A. DEFINISI PATIEN SAFETY DAN K3

Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem yang memastikan

asuhan pada pasien jauh lebih aman. Sistem tersebut meliputi pengkajian

risiko, identifikasi insiden, pengelolaan insiden, pelaporan atau analisis

insiden, serta implementasi dan tindak lanjut suatu insiden untuk

meminimalkan terjadinya risiko. Sistem tersebut dimaksudkan untuk

menjadi cara yang efektif untuk mencegah terjadinya cidera atau insiden

pada pasien yang disebabkan oleh kesalahan tindakan (Nasution, 2020).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Definisi Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja merupakan suatu upaya

yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan

segala bentuk kerugian yang dapat berdampak terhadap manusia maupun

peralatan, objek kerja, tempat kerja dan lingkungan kerja secara langsung

dan tidak lagsung (Kemenkes RI, 2015).

Definisi Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dari pemeliharaan

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,

pencegahan penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi

pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan

kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan

2
kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia

dengan jabatannya (Kemenkes RI, 2015).

Menurut Tarwaka (2014) dalam bukunya Kesehatan dan Keselamatan

Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja.

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat dikelompokkan dalam

pengertian secara filosofis, keilmuan dan dari sudut pandang ilmu hukum.

1. Secara Filosofis Secara filosofis K3 dapat didefinisikan sebagai suatu

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik secara rohani

ataupun rohani manusia (pekerja) beserta hasil karyanya dalam rangka

menuju masyarakat yang aman, adil, makmur dan sejahtera.

2. Secara Keilmuan Secara keilmuan K3 dapat didefinisikan sebagai suatu

ilmu dan penerapannya baik secara teknis maupun teknologi dalam

upaya 12 pencegahan terhadap kecelakaan dan muculnya penyakit

akibat kerja yang dilakukan.

3. Dari sudut pandang ilmu hukum Dari sudut pandang ilmu hukum K3

didefiniskan sebagai sebagai upaya perlindungan terhadap tenaga kerja

serta orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat

dan selamat, serta sumber sumber produksi dapat dijalankan secara

aman, produktif dan efisien.

3
B. TUJUAN PATIEN SAFETY DI K3

1. Mampu melakukan identifikasi risiko seperti faktor fisik, kimiawi

serta biologis, bekerja di rumah sakit serta fasilitas medis lainnya.

2. Mampu mengembangkan upaya kontrol terhadap faktor risiko

tersebut.

3. Mampu mengembangkan program pencegahan seperti menetapkan

alat pelindung diri yang diperlukan.

4. Mampu mengembangkan program pemeriksaan kesehatan yang sesuai

dengan jenis pekerjaan (“job-related”)

5. Memahami program patient safety.

6. Dan lain sebagainya

C. TUJUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RS

Untuk menciptakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

secara optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan (Kemenkes RI,

2015).

D. KONSEP PATIEN SAFETY DI RS

Patient Safety (keselamatan pasien) di rumah sakit adalah suatu sistem

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Halini termasuk :

assesment resiko identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan

denganrisiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar

4
dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya resiko. Sistem inimencegah terjadinya cedera

yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatutindakan atau

tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2015).

E. KONSEP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RS

Definisi K3RS yaitu seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan

melindungi keselamatan dan kesehatan seluruh sumber daya manusia di

rumah sakit maupun lingkungan rumah sakit melalui suatu upaya

pencegahan kecelakaan kerja dan munculnya penyakit akibat kerja di

rumah sakit (Kemenkes RI, 2015).

F. HAZARD YANG ADA DI LINGKUNGAN KERJA DI RS

Ada beberapa bahaya yang potensial terjadi di Rumah Sakit, yakni:

1. Fisik

a. Suara bising

b. Getaran

c. Panas

d. Debu

e. Listrik

2. Kimia

5
a. Bahan Kimia : Semua bahan baku yang digunakan dalam proses

produksi dan atau proses kerja serta sisa-sisa proses produksi

dan/atau proseskerja

b. Dapat berbentuk padatan, gas/uap ataucair

c. Padat : debu, serat atau partikel yang dapat berasal dai debu rokok,

debu logam, debu mineral (silica,asbes)

d. Cair : misalnya semprotan pembasmiserangga

e. Gas dan uap seperti : O2, N2, CO2, Pb, NO2, H2Sdll

3. Biologi

a. Virus

b. Bakteri

c. Parasit

d. Serangga

e. Cacing

4. Ergonomi

a. Pekerjaan manual

b. Pekerjaan berulang

c. Postur salah

5. Psikososial, contoh : Jam kerja panjang, jaga malam, rekan kerja (Arini,

2020).

6
G. JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD) YANG DIGUNAKAN DI

RS

Pakaian pelindung, sarung tangan, masker, hoodie, respirator, kacamata

pelindung (goggles), pelindung wajah, dan sepatu boots merupakan alat

pelindung diri yang direkomendasikan saat menangani pasien tersangka

kasus infeksi sangat menular. Pemilihan jenis alat pelindung diri sebaiknya

disesuaikan dengan tipe paparan (aerosol, percikan darah atau cairan

tubuh, bersentuhan dengan pasien atau jaringan tubuh), jenis prosedur atau

aktivitas yang dikerjakan, serta ukuran yang sesuai dengan pengguna.

1. Baju Pelindung

Menurut tinjauan Cochrane yang dipublikasikan pada Juli 2019,

penggunaan jubah (gown) memberikan perlindungan terhadap

kontaminasi lebih baik dibandingkan apron. Studi ini juga menyebutkan

bahwa material baju pelindung yang lebih breathable tidak

meningkatkan risiko kontaminasi dibandingkan material yang lebih

tahan air. Jenis material ini bahkan bisa meningkatkan kenyamanan

pengguna. Namun, perlu dicatat bahwa kesimpulan ini ditarik dari studi

dengan kualitas bukti yang rendah. Prinsip baju pelindung yang lain

adalah sekali pakai, serta ukurannya sesuai dengan pengguna sehingga

tidak menghambat pergerakan. Di Eropa, baju pelindung menggunakan

standar EN 14126, yang membagi tipe baju pelindung menjadi 6 kelas.

7
Baju pelindung kelas 6 memiliki perlindungan paling baik, yang bahkan

mampu melindungi dari partikel bakteriofag pada tekanan hidrostatik

20 kPa. Di Amerika Serikat, digunakan standar ANSI/AAMI PB70

2012 untuk jubah pelindung. Berdasarkan standar tersebut baju

pelindung dibagi menjadi 4 kelas. Efek perlindungan yang diberikan

oleh baju pelindung kelas 4 paling baik, yakni mampu melindungi dari

kontaminasi virus pada tekanan 2 psi.

2. Pelindung Mata

Alat pelindung diri untuk bagian mata bisa

menggunakan goggles atau face shield. Atribut alat pelindung diri

tersebut berguna untuk melindungi mata dari  kontaminasi patogen

berupa droplet, percikan darah, atau cairan tubuh pasien. Face

shield dapat dikenakan di luar goggles untuk melindungi bagian wajah

seluruhnya. Face shield dan goggles biasanya dapat dipakai ulang,

namun harus dibersihkan dengan cara direndam menggunakan larutan

klorin yang diencerkan 1:49 kemudian dibilas dengan air bersih.

3. Masker

Pada sebuah penelitian (low evidence) penggunaan masker dengan

bahan yang breathable mendapatkan angka kepuasaan pengguna yang

lebih baik dan tidak menyebabkan kontaminasi yang lebih tinggi secara

8
signifikan. Penggunaan powered air-purify respirator (PAPR)

memberikan perlindungan yang lebih baik ketimbang penggunaan

respirator atau alat pelindung jenis lain (RR 0,27; 95% CI 0,17-0,43).

PAPR merupakan salah satu jenis respirator dengan blower elektrik

dengan baterai untuk menyaring udara masuk. PAPR dianjurkan

digunakan bila masker N95 tidak sesuai dengan bentuk wajah atau bila

akan melakukan prosedur yang memproduksi gas aerosol.

4. Sarung Tangan dan Sepatu Boot

Sarung tangan mencegah kontak kulit tangan dengan darah, cairan

tubuh, droplet, jaringan tubuh, dan benda-benda yang terkontaminasi

patogen. Sarung tangan sebaiknya digunakan sekali pakai. Panjang

sarung tangan sebaiknya melewati pergelangan tangan dan ukurannya

sesuai sehingga bagian lengan baju pelindung dapat dimasukkan ke

dalamnya. Hasil tinjauan Cochrane menemukan bahwa penggunaan

sarung tangan ganda (double gloving) menurunkan kontaminasi

dibandingkan penggunaan tunggal.

Untuk bagian kaki, alat pelindung diri yang digunakan berupa

sepatu boot dari bahan karet atau bahan tahan air lainnya yang bisa

ditambah dengan penggunaan boot cover di bagian luarnya (Pajaitan,

2017)

9
H. MASALAH TERKAIT PATIEN SAFETY DAN K3 YANG SERING

TERJADI DI RS

Sebagian besar informasi yang ada tentang risiko keselamatan pasien di

rangkaian perawatan kesehatan primer berasal dari penelitian tentang

kesalahan dan kejadian yang dilaporkan, termasuk penelitian yang telah

mencoba mengembangkan taksonomi untuk mengklasifikasikan jenis

kesalahan dan insiden yang terjadi dalam setting ini. Jenis penelitian ini

umumnya didasarkan pada laporan pribadi anonim atau rahasia sukarela,

dan sampai saat ini terbatas pada praktik umum. Memvariasikan definisi

istilah kesalahan, kejadian, dan laporan telah digunakan dalam penelitian

yang dijelaskan dalam bagian ini. Definisi yang berbeda ini membatasi

perbandingan hasil, dan tidak selalu sesuai dengan definisi istilah-istilah

ini yang telah dikembangkan dalam literatur keselamatan pasien. Dalam

modul ini istilah "insiden keselamatan pasien" akan digunakan secara

umum, yang didefinisikan sesuai dengan Klasifikasi Internasional WHO

untuk Keselamatan Pasien, yaitu: kejadian atau keadaan yang dapat

mengakibatkan, atau mengakibatkan, kerugian yang tidak perlu pada

pasien . Australia telah menjadi salah satu pelopor pelaporan kejadian

dalam praktik umum, dan studi oleh Badan Ancaman terhadap

Keselamatan Pasien Australia (Threats to Australian Patient Safety /

TAPS) adalah salah satu analisis insiden keselamatan pasien yang paling

komprehensif di dunia internasional.

10
TAPS dan penelitian lainnya telah mengidentifikasi dua jenis insiden

keselamatan pasien yang luas:

a. Insiden terkait dengan proses perawatan, termasuk proses administrasi,

investigasi, perawatan, komunikasi dan pembayaran. Ini adalah jenis

kejadian umum yang dilaporkan (berkisar antara 70% -90% tergantung

pada penelitian).

b. Insiden terkait dengan pengetahuan atau keterampilan praktisi,

termasuk diagnosis yang tidak terjawab atau tertunda, perlakuan salah

dan kesalahan dalam pelaksanaan tugas.

Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas

berikut definisinya yaitu:

a) Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah

setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi

mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian dan lain-lain)

yang tidak seharusnya terjadi.

b) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu

kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien

karena suatu tindakan (“commission”) atau karena tidak bertindak

(“omission”), bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.

c) Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang

belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera

pada pasien.

11
d) Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke

pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena

“keberuntungan” (misal: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi

tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat dengan reaksi

alergi diberikan , diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).

e) Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” adalah

kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbukan cedera, tetapi belum

terjadi insiden.

f) Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang

mengakibatkan kematian atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat

diterima seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata

“sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya

Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga pencarian

fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius

pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

Contoh insiden yang dilaporkan dari studi TAPS:

1) Instruksi dosis tidak tepat yang salah pada resep Actonel

mengakibatkan pasien mengkonsumsi obat mingguan setiap hari, tidak

dikoreksi oleh apoteker.

2) Komponen urin abnormal terjadi pada penderita yang salah dengan

nama yang sama, diobati salah pasiennya yang berada di panti jompo,

12
plus mengalami keterlambatan dalam merawat pasien asli yang

memiliki hasil abnormal.

3) Antimalaria yang diresepkan untuk pasien dengan pengobatan

antiepilepsi yang bisa mengakibatkan interaksi serius jika pasien tidak

mendapat pendapat kedua.

4) Digunakan peralatan yang tidak benar saat mengambil spesimen untuk

pengujian laboratorium selama operasi kecil, sehingga mengakibatkan

kerusakan spesimen secara tidak disengaja.

5) Pasien yang salah menanggapi panggilan di ruang tunggu, catatan

dimasukkan ke file pasien lain (Tutiany, Lindawati, & Krisanti, 2017)

13
DAFTAR PUSTAKA

Arini, M. (2020, January). Quality Health Care Management. Keselamatan Pasien


dan Klasifikasinya .
Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2015
Nasution, S. A. (2020). Penerapan, Tujuan, dan Manfaat K3 di Rumah Sakit
Terkait dengan. Jurnal Ilmiah Kerja .
Pajaitan, C. (2017). Penggunaan APD Untuk Keselamatan Kerja Pasien di Rumah
Sakit. Jurnal Kesehatan .
Tutiany, Lindawati, & Krisanti, P. (2017). Manajemen Keselamatan Pasien.
Jakarta: Kemenkes.

14

Anda mungkin juga menyukai