Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL AUDIT PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

DI UPTD PUSKESMAS JATI MAKMUR


KOTA BINJAI
PERIODE AGUSTUS 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai petugas untuk
memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi / bahan infeksius. Universal
precaution merupakan upaya pencegahan penularan penyakit dari tenaga kesehatan dan
sebaliknya, hal ini didasari penyebaran penyakit infeksius melalui medium cairan tubuh
dan darah. Pemakaian alat pelindung diri merupakan upaya untuk menciptakan
kesehatan dan keselamatan kerja yang optimal. Kepatuhan penggunaan APD di
Puskesmas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, motivasi, keterbatasan alat, dan
juga sikap serta perilaku dari pekerja itu sendiri. Alat Pelindung Diri (APD) perlu dipilih
secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan, (BPP
Semester V, 2008) yaitu :
a. Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan yang kuat
terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
b. Berat alatnya hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan
rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
d. Bentuknya harus cukup menarik.
e. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
f. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang
dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaanya.
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya.
i. Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan dengan cara observasi masih ada sebagian
pekerja Puskesmas, seperti Bidan Perawat dan Dokter yang tidak menggunakan
handscoon atau masker, atau bahkan keduanya saat melakukan tindakan medis dan
keperawatan, misalnya saat memeriksa pasien, pengambilan sample darah, pemasangan
infus dan faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja Puskesmas dalam
penggunaan alat pelindung diri masih belum diketahui lebih banyak lagi.
Kepatuhan Pekerja Puskesmas dalam penggunaan alat pelindung diri dapat juga
berpengaruh pada penularan penyakit. Pada tenaga kesehatan tentunya akan semakin
bertambah resiko tertular suatu penyakit misalnya penyakit hepatitis, AIDS jika saja
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri diabaikan, dikarenakan setiap harinya tenaga
kesehatan selalu mengalami kontak langsung dengan pasien dengan berbagai macam
jenis penyakit. Selain dikarenakan kepatuhan yang bersumber dari motivasi individu
tenaga kesehatan itu sendiri, keterbatasan jumlah alat pelindung diri yang disediakan
oleh Puskesmas juga bisa meningkatkan jumlah resiko seorang tenaga kesehatan tertular
oleh penyakit. Disamping dua faktor lainya, sikap dan perilaku yang dimiliki oleh masing-
masing individu juga akan mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam penggunaan APD.
Dampak yang akan muncul dari penggunaan alat pelindung diri yang tidak sempurna
yaitu resiko tertular penyakit akan bertambah dan juga akan mempengaruhi kualitas
tindakan medis dan keperawatan yang diberikan karena mungkin akan muncul rasa tidak
aman saat berada di dekat pasien.
Penyusunan prosedur tetap atau standart operasional prosedur yang mengatur
tentang alat pelindung diri di Puskesmas, akan mengurangi resiko seorang perawat
tertular oleh penyakit sehingga keselamatan kerja perawat akan lebih terjamin dan
pemberian asuhan keperawatan akan lebih bermutu karena dilakukan sesuai standart
operasional yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN HASIL AUDIT KEPATUHAN PEMAKAIAN APD

A. Macam - macam Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi
seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh
tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa
macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja, antara lain.
1. Alat Pelindung Kepala (Headwear)
Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan melindungi rambut
terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya
terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda
yang melayang, melindungi jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan kimia
korosif, panas sinar matahari dll. Jenis alat pelindung kepala antara lain:
 Topi pelindung (Safety Helmets)
 Tutup kepala
 Topi/Tudung
2. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan
kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap
yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elegtromagnetik, panas
radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras, dll. Jenis alat
pelindung mata antara lain:
 Kaca mata biasa (spectacle goggles)
 Goggles
3. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)
Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari
resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi
atau yang bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat
pelindung pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi
bahaya atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu
diketahui antara lain:
 Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau
kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut.
 Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.
 Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing kontaminan.
 Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan
kulit.
 Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dll.
Jenis alat pelindung pernafasan antara lain:
 Masker
 Respirator
Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap
logam, asap, dan gas-gas berbahaya. Jenis - jenis respirator ini antara lain:
a. Chemical Respirator
b. Mechanical Filter Respirator
4. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)
 Sarung tangan bersih
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan rumah tangga (gloves)
5. Baju Pelindung (Body Potrection)
Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh
dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Jenis baju
pelindung antara lain:
 Pakaian kerja
 Celemek
 Apron
6. Alat Pelindung Kaki (Feet Protection)
Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya
dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas,
kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung kaki antara lain:
 Sepatu steril
 Sepatu kulit
 Sepatu boot
BAB III
HASIL AUDIT KEPATUHAN PEMAKAIAN APD DI UPTD PUSKESMAS JATI MAKMUR

Dari hasil audit pemakaian APD yang telah di laksanakan didapatkan hasil dimana
semua staf Puskesmas Jati Makmur sudah memenuhi pencapaian sesuai target terhadap
pentingnya alat pelindung diri. Baik itu untuk melindungi diri sendiri agar tidak terinfeksi
dari pasien dan sebaliknya agar pasien tidak terinfeksi oleh petugas kesehatan.
Melindungi diri sendiri agar tidak terkena benda tajam dll.
Karena kepatuhan pemakaian alat pelindung diri adalah salah satu hal yang harus
dijalankan oleh petugas di Puskesmas untuk menghindari terjadinya penularan infeksi,
maka dari TIM PPI Mengadakan sosialisasi APD kepada seluruh Staf Puskesmas Jati
Makmur.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil Audit kepatuhan pemakaian APD yang telah dilakukan dilakukan serta
dari pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Faktor bahaya yang terpapar di tiap unit UPTD Puskesmas Jati Makmur adalah
faktor bahaya biologi yang berasal dari atau ditimbulkan oleh kuman-kuman
penyakit, yang berasal dari pasien.
b. Pemakaian atau penggunaan APD di UPTD Puskesmas Jati Makmur sudah
mulai terlaksana pada bulan Agustus sudah mencapai target dan akan tetap di
pertahankan untuk Di bulan berikutnya terhadap kesadaran pentingnya alat
pelindung diri staf UPTD Puskesmas Jati Makmur yang di sebabkan adanya
penjabutan PPKM dan tidak ada kasus Covid19.
c. Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan bagi tenaga kerja adalah tutup kepala,
masker, sarung tangan, pakaian kerja, sepatu safety, dan kacamata safety.
d. Tidak semua APD harus dipakai, tergantung dari jenis pekerjaan dan tingkat
resiko dalam melakukan pekerjaan. Penggunaan peralatan pelindung diri
merupakan usaha terakhir untuk mengurangi resiko secara maksimal.
B. Saran
a. Perlunya peningkatan pengawasan terhadap penggunaan APD bagi tenaga kerja
serta sosialisasi APD kepada seluruh staff UPTD Puskesmas Jati Makmur.
b. Perlunya peningkatan pengawasan terhadap kondisi APD yang ditempatkan di
instalasi kerja oleh pimpinan bagian masing-masing.
c. Sebisa mungkin dan sedini mungkin, kecelakaan dan potensi kecelakaan kerja
harus dicegah dan dihilangkan, atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya
dengan APD.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Salah satu upaya dalam rangka pemberian perlindungan tenaga kerja terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas adalah dengan cara memberikan
APD. Pemberian APD kepada tenaga kerja, merupakan upaya terakhir apabila upaya
rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work practices) telah maksimum
dilakukan. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 3, 9, 12, 14 dinyatakan bahwa dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk memberikan Alat
Pelindung Diri (APD), pengurus diwajibkan menunjukkan dan 4 menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang Alat Pelindung Diri (APD), dengan peraturan perundangan
diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD)
harus diselenggarakan di semua tempat kerja, wajib menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) yang diwajibkan dan pengurus diwajibkan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD)
yang diwajibkan secara cuma-cuma. Jika memperhatikan isi dari undang-undang
tersebut maka jelaslah bahwa Alat Pelindung Diri (APD) dibutuhkan disetiap tempat kerja
seperti Puskesmas. Oleh karena itu keselamatan kerja harus benar-benar di terapkan
dalam suatu Puskesmas atau tempat kerja lainnya dimana di dalamnya tenaga kerja
melakukan pekerjaannya. Bukan hanya pengawasan terhadap mesin, dan peralatan lain
saja tetapi yang lebih penting pada manusianya atau tenaga kerjanya. Hal ini dilakukan
karena manusia adalah faktor yang paling penting dalam suatu proses produksi. Manusia
sebagai tenaga kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja yang berdampak cacat
sampai meninggal.

Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas
Jati Makmur,

dr. Azhar Nasution

Anda mungkin juga menyukai