A. Latar Belakang
Alat pelindung diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja
dari bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri dipakai setelah usaha
rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work practices) telah maksimum
(Barbara, 2001).Universal precaution merupakan upaya pencegahan penularan penyakit
dari tenaga kesehatan dan sebaliknya, hal ini didasari penyebaran penyakit infeksius
melalui medium cairan tubuh dan darah. Pemakaian alat pelindung diri merupakan
upaya untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja yang optimal. Kepatuhan
penggunaan APD di rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, motivasi,
keterbatasan alat, dan juga sikap dan perilaku dari pekerja itu sendiri.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya
pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Alat Pelindung Diri (APD) perlu sebelumnya dipilih secara hati-hati agar dapat
memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan, (BPP Semester V, 2008) yaitu:
1. Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat
terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga
kerja.
2. Berat alatnya hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan
rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang
dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaanya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya.
9. Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan dengan cara observasi masih ada sebagian
pekerja Rumah Sakit Seperti Bidan Perawat dan Dokter yang tidak menggunakan
handscoen atau masker, atau bahkan keduanya saat melakukan tindakan medis dan
keperawatan, misalnya saat memeriksa pasien, pengambilan sample darah, pemasangan
infus dan faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja rumah sakit
dalam penggunaan alat pelindung diri masih belum diketahui lebih banyak lagi.
Kepatuhan Pekerja Rumah Sakit dalam penggunaan alat pelindung diri dapat juga
berpengaruh pada penularan penyakit. Pada tenaga kesehatan tentunya akan semakin
bertambah resiko tertular suatu penyakit misalnya penyakit hepatitis, AIDS jika saja
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri diabaikan, dikarenakan setiap harinya tenaga
kesehatan selalu mengalami kontak langsung dengan pasien dengan berbagai macam
jenis penyakit. Selain dikarenakan kepatuhan yang bersumber dari motivasi individu
tenaga kesehatan itu sendiri, keterbatasan jumlah alat pelindung diri yang disediakan
oleh rumah sakit juga bisa meningkatkan jumlah resiko seorang tenaga kesehatan
tertular oleh penyakit. Disamping dua faktor lainya, sikap dan perilaku yang dimiliki
oleh masing- masing individu juga akan mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam
penggunaan APD. Dampak yang akan muncul dari penggunaan alat pelindung diri yang
tidak sempurna yaitu resiko tertular penyakit akan bertambah dan juga akan
mempengaruhi kualitas tindakan medis dan keperawatan yang diberikan karena mungkin
akan muncul rasa tidak aman saat berada di dekat pasien.
Penyusunan prosedur tetap atau standart operasional prosedur yang mengatur
tentang alat pelindung diri di rumah sakit, akan mengurangi resiko seorang perawat
tertular oleh penyakit sehingga keselamatan kerja perawat akan lebih terjamin dan
pemberian asuhan keperawatan akan lebih bermutu karena dilakukan sesuai standart
operasional yang ada.
BAB II
DEFINISI KASUS
Gambar 2.1 Angka kepatuhan Alat Pelindung Diri (APD) di BLUD RSUD Nabire
Bulan September – November 2020
Berdasarkan data gambar di atas menunjukkan bahwa angka kepatuhan APD pada bulan
Juni 79.3%, Juli 75,8% dan Agustus 77,3%.
Berikut ini angka kepatuhan APD di BLUD RSUD Nabire dan Non Keperawatan bulan
September – November 2020.
91
75.4
82,2 90.4
100
90 82,1
84.3
80
70
60
50
40
30 November
20
10 Oktober
0
Keperawatan September
Non Keperwatan
Gambar 2:2 Tingkat Angka Kepatuhan Alat Pelindung Diri (APD) keperawatan dan
non.keperawatan bulan September - November 2020
Berdasarkan data pada gambar 2:2 menunjukkan bahwa angka kepatuhan Alat Pelindung
Diri pada Non Keperawatan bulan September – November 2020 di BLUD RSUD Nabire
mengalami peningkatan dalam kepatuhan APD yaitu pada bulan September 84,3%, pada
bulan Oktober mengalami peningkatan angka kepatuhan APD yaitu 90,4% pada bulan
November mengalamin sedikit peningkatan yaitu 91% walaupun masih di bawah angka
standar kepatuhan APD.
Angka Kepatuhan APD pada keperawatan mengalami fluktuatif dimana pada bulan
September 82,1% , bulan Oktober mengalami peningkatan 82,2% dan di bulan November
mengalamin penurunan 75,4% dan angka kepatuhan APD dari Keperawatan masih rendah
dibanding dengan Kepatuhan APD Non Keperawatan.
BAB IV
KESIMPULAN
Kepatuhan Alat Pelindung Diri (APD) BLUD RSUD Nabire bulan September - November
2020 belum mengalami peningkatan secara signifikan dan masih sering terjadi penurunan
kepatuhan, sehingga masih harus tetap dilakukan monitoring evaluasi untuk lebih
meningkatkan kepatuhan petugas Alat Pelindung Diri (APD).