Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Kebersihan Lingkungan

Sub Pokok : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Sasaran : Pasien, Keluarga

Tempat :

Hari/tanggal :

Alokasi waktu : 27 menit

Metode : Ceramah, Tanya Jawab

Media : PPT , LCD, Leaflet

Pertemuan :1

Penyuluh :

Moderator :-

A. Tujuan instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti ceramah dan tanya jawab selama 27 menit diharapkan
peserta mampu mengerti, memahami dan menjelaskan tentang kesehatan
lingkungan (PHBS)
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti ceramah dan Tanya jawab selama 27 menit diharapkan
peserta mampu:
1. Menyebutkan Pengertian kesehatan lingkungan
2. Menyebutkan Tujuan program kesehatan lingkungan
3. Menyebutkan sasaran kesehatan lingkungan
4. Menyebutkan upaya pencapaian kesehatan lingkungan
5. Menyebutkan ruang lingkup kesehatan lingkungan
B. Sub Pokok Bahasan (Materi Terlampir)
1. Pengertian kesehatan lingkungan
2. Tujuan program kesehatan lingkungan
3. Sasaran kesehatan lingkungan
4. Upaya pencapaian kesehatan lingkunga
5. Manfaat ruang lingkup kesehatan lingkungan
C. Kegiatan Penyuluhan

Metode &
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Media
Pra Pembelajaran:
1. - Mempersiapkan materi, -
media, dan tempat
2. 2. Menit Pembukaan :

1. Membuka kegiatan Metode: ceramah,


1. Menjawab
dengan mengucapkan Tanya jawab
salam
salam
2. Mendengarkan
Media:
2. Memperkenalkan diri
3. Memperhatika
3. Kontrak waktu
n
4. Menyebutkan materi
yang akan diberikan.
5. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
6. Apersepsi

3. 15 Menit Pelaksanaan :

1. Penyuluh - Memperhatika Metode: ceramah,


menyampaikan materi n Tanya jawab
(lihat sub pokok - Bertanya dan
Media: PPT dan
bahasan) menjawab
LCD
2. Sasaran menyimak pertanyaan
materi
3. Sasaran mengajukan yang diajukan
pertanyaan
4. Penyuluh menjawab
pertanyaan

4. 10 Menit Evaluasi:
Metode: Ceramah,
1. Memberikan - Mendengarkan
Tanya jawab
Pertanyaan - Menjawab
Media:
2. Penyuluh dan sasaran pertanyaan
menyimpulkan materi - Menjawab
Penutup: salam
1. Mengucapkan salam
penutup

D. Setting Tempat

LCD

MODERATOR
PENYAJI

PESERTA PENYULUHAN
E. Evaluasi
1. Evaluasi terstruktur
1. Peserta hadir ditempat penyuluhan di ruangan
2. Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan
4. Kesimpulan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan
digunakan
5. Kesiapaan audiensi meliputi kesiapaan menerima penyuluhan
2. Evaluasi proses
1. Peserta antusias dan berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan
oleh penyuluh
2. Peserta mendengarkan materi penyuluhan dengan baik dan ada respon
positif dari peserta.
3. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai dan tidak
meninggalkan tempat
4. Peserta mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab pertanyaan
secara benar.
5. Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan
dengan suasana rileks.
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjawab 50 % dari pertanyaan penyuluh dengan benar
meliputi:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian kesehatan lingkungan
2. Peserta mampu menjelaskan tujuan program kesehatan lingkungan
3. Peserta mampu menyebutkan sasaran kesehatan lingkungan
4. Peserta dapat menyebutkan upaya pencapaian kesehatan lingkungan
5. Peserta dapat menyebutkan ruang lingkup kesehatan lingkungan
F. LAMPIRAN KONSEP KESEHATAN LINGKUNGAN (PHBS)
1. Definisi Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi lingkungan yang
mendasar yang dapat mempengaruhi kesejahteraan manusia (Notoadmojo,
2003).
Menurut WHO (2007), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia.
2. Tujuan Program Kesehatan Lingkungan
a. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan
ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
b. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber
lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia.
c. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara
masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaganonpemerintah
dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular
(Chandra, 2012).
3. Sasaran Kesehatan Lingkungan
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan
kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan tempat usaha
yang sejenis
b. Lingkungan pemukiman : rumah tempat tinggal
c. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
d. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan
untuk umum
e. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti
lingkungan yang berada dalam keadaan darurat, bencana perpindahan
penduduk secara besar-besaran.
4. Upaya Pencapaian Lingkungan Sehat
a. Rumah sehat
b. Pemeliharan rumah sakit
c. Sarana Pembangunan Air Limbah (SPAL) sederhana
d. Pemberantasan sarang nyamuk Aedes Aegypti (penularan demam
berdarah)
e. Lindungi makanan dan minuman dari pengotoran oleh lalat, kecoa dan
tikus
f. Biasakan makan dan minum secara sehat
g. Cara membuang sampah yang sehat
h. Sarana air bersih
i. Menampung air hujan untuk kepentingan umum
j. Jarak sumber air dengan sumber pencemaran
k. Pemeliharaan air bersih
l. Cara memperoleh air bersih dan sehat
m. Cara menjernihkan air
n. Penggunaan racun serangga yang salah
o. Jamban/ WC yang sehat
5. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Menurut World Health Organization (2007) ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu :
1. Rumah Sehat
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
(Notoatmodjo, 2007). Rumah harus dapat mewadahi kegiatan
penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga
kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan
dengan baik. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung,
bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan
kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial (Sanropie,
dkk, 1989).
Kriteria rumah sehat menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2002, secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan
yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni
rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja
dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik
yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garissempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah
roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat
penghuninya jatuh tergelincir.
Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa
variabel yang harus diperhatikan :
1. Bahan bangunan
a. Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari tanah
lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan
lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit
terhadap penghuninya. Oleh sebab itu, perlu dilapisi dengan
lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik,
teraso dan lain-lain. (Notoatmodjo, 2010).
b. Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap,
untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan serangga, hujan
dan angin, serta melindungi dari pengaruh panas dan angin dari
luar. Bahan dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan
api yaitu dinding dari batu. (Sanropie, 1989) .
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan.
d. Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari
gangguan angin, panas dan hujan, juga melindungi isi rumah
dari pencemaran udara seperti debu, asap dan lain-lain. Atap
yang paling baik adalah atap dari genteng karena bersifat
isolator, sejuk dimusim panas dan hangat di musim hujan
(Sanropie, 1989).
2. Ventilasi
Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting untuk suatu
rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi
ganda. Fungsi pertama adalah sebagai lubang masuk udara yang
bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara
kotor dari dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya
ventilasi silang akan terjamin adanya gerak udara yang lancar
dalam ruangan. Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai
lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari,
sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari
maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang
memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak ada.
Berdasarkan Notoatmodjo (2007), ada dua macam cara yang
dapat dilakukan agar ruangan mempunyai sistem aliran udara
yang baik, yaitu : (i) Ventilasi alamiah, dimana aliran udara
dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela,
pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan
sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya
nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus
ada usaha-usaha lain untuk melindungi penghuninya dari gigitan
serangga tersebut. (ii) Ventilasi buatan,yaitu dengan
mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin pengisap udara.
3. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya
cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari,
di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat
yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan
menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata.
Ada dua sumber cahaya yang dapat dipergunakan, yakni (i)
Cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup.
Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-
kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam
ruangan rumah. (ii) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber
cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik
dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007).
4. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni
di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus
disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang
tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan
kepadatan penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila
salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas
bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5
– 3 m2 untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).
2. Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan
pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup.
a. Penyimpanan
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum
sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta
dibuang (dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat
yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu.
Syarat tempat sampah yang baik, antara lain:
 Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah
berseraknya sampah,
 Mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
dibersihkan, sangat dianjurkan afar tutup sampah ini dapat
dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan
 Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah
diangkut oleh satu orang.
b. Pengumpulan sampah
Setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk
mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat
pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke
Tempat Penampungan Akhir (TPA). Mekanisme, sistem atau cara
pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab
pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan
masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal pendanaan.
Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat
dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS
maupun TPA.Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya
dibakar atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo, 2003).
c. Pemusnahan sampah
Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain :
 Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat
lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukkan dan
ditimbun dengan sampah.
 Dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan
jalan membakar di dalam tungku pembakaran;
 Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah
menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-
daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk.
 Berbagai Macam Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah merupakan bagian dari penanganan sampah
dan menurut UU no 18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai proses
perubahan bentuk sampah dengan mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah merupakan
kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah,
disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam
sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan energi).
Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa: pengomposan,
daurulang, pembakaran (insinersi), dan lain-lain.
d. Pengelolaan Air Limbah
Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan
hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah
sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup
besar terhadap gangguan yang timbul karena pencemaran air
limbah tersebut. Namun demikian, alam mempunyai kemampuan
yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu
diolah sebelum dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air
buangan antara lain:
1. Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang
cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air.
Akan tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk yang
berarti meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air
limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air
pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapt
dipertahankan lagi, disamping itu cara ini menimbulkan
kerugian lain, diataranya: bahaya kontaminasi terhadap badan-
badan air bersih tetap ada, pengendapan yang akhirnya
menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air selokan,
sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutya dapat menimbulkan
banjir.
2. Kolam oksidasi (oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaaatan
sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam
proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam
kolam besar berbentuk segiempat dengan kedalaman antara 1-
2m. dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun.
Lokasi kolam harus jauh dari lokasi pemukiman, dan didaerah
yang terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi air dengan
baik.
Cara kerjanya antara lain: Empat unsur yang berperan dalam
proses pembersihan alamiah ini adalah: sinar matahari,
ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dengan butir
klorofilnya dalam air limbah melakukan proses fotosintesis
dengan bantuan sinar matahari, sehingga tumbuh dengan
subur. Pada proses sintesis untuk pembentukan karbohidrat
dari H2O dan CO2 oleh klorofil dibawah pengaruh sinar
matahari sehingga terbentuk oksigen. Kemudian oksigen ini
digunakan oleh bakteri aerobic untuk melakukan dekomposisi
zat-zat organic yang terdapat dalam air buangan. Disamping
itu, terjadi pengendapan. Sebagai hasilnya nilai BOD dari air
limbah tersebut akan berkurang, sehingga relative aman bila
dibuang dalam badan-badan air (kali, danau,dan sebagainya).
3. Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali
dan air akan merembes masuk dalam tanah melalui dasar dan
dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air
buangan dapat digunakan untuk pengairan lading pertanian
atau perkebunan dan sekaligus berfungsi sebagai pemupukan.
Hal inni terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-
lainnya dimana kandunga zat organic cukup tinggi yang
diperlukan oleh tanaman.
e. Pembuangan kotoran manusia (Jamban)
1. Syarat Jamban Sehat
Kementerian Kesehatan (2004) telah menetapkan syarat dalam
membuat jamban sehat.
Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan :
a. Tidak mencemari air
 Letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari
sumber air bersih
 Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan
agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan
air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding
dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan
tanah liat atau diplester.
 Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak
sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak
merembes dan mencemari sumur.
 Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke
dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut
b. Tidak berbau dan nyaman digunakan
 Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban
harus ditutup setiap selesai digunakan
 Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan
leher angsa harus tertutup rapat oleh air
 Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan
pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang
kotoran
 Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl
licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik
c. Tidak mencemari tanah
 Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun,
pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir
jalan.
 Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk
dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran
ditimbun di lubang galian.
d. Bebas dari serangga
 Jika menggunakan bak air atau penampungan air,
sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk
mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah
 Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang
gelap dapat menjadi sarang nyamuk.
 Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-
celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga
lainnya
 Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
 Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus
tertutup
e. Aman digunakan
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada
dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau
selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang
terdapat di daerah setempat
f. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan
 Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang
kotoran
 Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda
lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran
 Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang
kotoran karena jamban akan cepat penuh
 Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati.
Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci.
g. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
 Jamban harus berdinding dan berpintu
 Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga
pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan

Anda mungkin juga menyukai