Anda di halaman 1dari 69

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

TUGAS KASUS
SISTEM PENCERNAAN

Kelompok 5 :
1. Agresia Anisha (2011312061)
2. Asyrhaf Mursalina (2011311036)
3. Chairunnisa Az Zahra (2011312040)
4. Delfi Suryani (2011312070)
5. Dian Fadhilla Humaida (2011312052)
6. Irma Bonyfa Rahma (2011313019)
7. Laila Nadhira (2011312043)
8. Meisi Rahmahiga (2011313007)
9. Memel Meiyui (2011313034)
10. Syakila Lysandra (2011311054)
11. Yunita Trisca (2011312007)

Kelas A3 2020

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
Kasus Hernia

Seorang laki-laki Tn. N dengan umur 46 tahun berpendidikan SLTA di diagnosa mengalami
Hernia Inguinalis Lateral Dextra di Instalasi Bedah RS X. Datang dengan keluhan ada benjolan
di bagian paha sebelah kanan, benjolan ini muncul mulai sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu.
dalam 1 minggu terkhir benjolan yang dirasakan semakin lama semakin sakit dengan skala
6.kondisi membuat pasien sering terbangun dan bangun tidak segar. Pasien direncanakan operasi
besok. hasil pengkajian mendapati pasien tegang dan takut untuk dioperasi, belum pernah
dioperasi sebelumnya, pasien sering menanyakan kapan operasinya, bagaimana suasana di ruang
operasi, jam berapa mulai operasinya, berapa lama, sakit atau tidak, lama atau tidak, dibius atau
tidak. Keadaan umum lemah, GCS 15 E4V5M6, TD : 130/80 mmHg, S : 36,5oC, Nadi : 104
x/mnt, RR : 24 x/mnt. pemeriksaan labor didapatkan
Hemoglobin 14.8 g/dl, Eritrosit 4.71 106 /ul, Hematokrit 43 %, Leukosit 5.7 103 /ul,
Trombosit 258 103 /ul.

1. Jelaskan Mekanisme seseorang mengalami hernia dan sebutkan


apakah jenis hernia yang dialami oleh Tn N ini? (buatlah (WOC)
Hernia terjadi ketika organ dalam tubuh menekan dan mencuat
melalui jaringan otot atau jaringan di sekitarnya yang lemah.
Melemahnya otot tersebut hingga tidak dapat menahan organ di dekatnya
akan mengakibatkan hernia.
Jenis hernia yang dialami tn.N adalah hernia inguinalis lateral
dextra. Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,
karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis, jika cukup panjang akan menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia inguinalis lateralis
berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, yang disebut hernia skrotalis.
Kantong hernia berada dalam muskulus kremaster terletak anteromedial
terhadap vas deferen dan struktur lain dalam funicullus spermatikus.
Pada anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan
berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat
proses penurunan testis ke skrotum. Hernia inguinalis lateralis
merupakan bentuk hernia yang paling sering ditemukan dan diduga
mempunyai penyebab kongenital (Schwartz, 2009)

2. Buatlah 3 diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien diatas lengkap sampai
ke intervensi dengan pendekatan 3S (SDKI,SIKI,SLKI)?
ANALISA DATA
Pre Operasi
Data Fokus
NO. Problem Etiologi
Subjektif Objektif
1 Mayor : Mayor : Nyeri akut Benjolan di
-mengeluh nyeri - inguinal
Minor : Minor :
-gelisah -pola napas
-frekuensi nadi meningkat berubah
Nadi : 104 x/mnt RR : 24 x/mnt
-sulit tidur -berfokus
pada diri
sendiri
2 Mayor : Mayor : Ansietas Kurang pengetahuan
-merasa bingung -tampak gelisah tentang kondisi kesehatan,
-merasa khawatir -tampak tegang rencana operasi
dengan akibat dari -sulit tidur
kondisi yang Minor :
dihadapi -frekuensi napas
-sulit berkonsentrasi meningkat
Minor : -frekuensi nadi
- meningkat

3 Mayor : Mayor :’ Defisit Kurang terpapar informasi


-menanyakan -menunjukkan pengetahuan
masalah yang persepsi yang
dihadapi keliru terhadap
Minor : masalah
- Minor :
-menunjukkan
perilaku yang
berlebihan

Intra Operasi
No Data Masalah Penyebab
1 Do : Resiko jatuh Anastesi narkotik
a. klien di bius dengan anastesi spinal
b. klien mengalami penurunan kekuatan
ekstremitas bagian bawah
c. mobilitas terbatas
Ds :
2 Do : Resiko Proses
a. Klien menjalani pembedahan pada inguinalis perdarahan pembedahan
lateralis
b. Klien dalam keadaan tidak sadar karena
pengaruh anastesi

Pasca Operasi
No Data Masalah Penyebab
1 Do : Nyeri akut Agen injuri fisik
Klien tampak menyerinagi menahan sakit pada bekas
operasi
Ds :
klien mengatakan sedikit nyeri pada bekas operasi
2 Do : Resiko Prosedur
a. Klien terpasang infuse RL infeksi invasive
b. Terdapat luka insisi bedah
Ds :

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (benjolan di inguinal) ditandai
dengan klien mengeluh nyeri
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi kesehatan, rencana
operasi ditandai dengan klien tampak tegang
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan klien
sering menanyakan masalah yang dihadapi
Intra Operasi
1. Resiko jatuh berhubungan dengan anastesi narkotik ditandai dengan klien di bius dengan
anastesi spinal
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan ditandai dengan klien
menjalani pembedahan pada inguinalis lateralis

Pasca Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan klien tampak menyeringai
menahan sakit
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan terdapat luka insisi
bedah

INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre Operasi
No Diagnosa SLKI SIKI Rasional
1 Nyeri akut Setelah Manajemen Nyeri a. Membantu
berhubungan dilakukan Observasi menentukan pilihan
dengan benjolan tindakan a. Kaji tingkat nyeri, intervensi dan
di inguinal keperawatan durasi, lokasi dan memberikan dasar
ditandai dengan selama 3x24 intensitas untuk perbandingan
klien mengeluh jam klien dapat b. Observasi dan evaluasi
nyeri mengontrol ketidaknyamanan terhadap terapi
nyeri dengan non verbal b. Perilaku non verbal
kriteria hasil : Terapeutik menunjukkan
a. Klien a. Gunakan strategi ketidaknyamanan
mengatakan komunikasi terapetik klien terhadap nyeri
nyeri b. Gunakan teknik c. Komunikasi terapetik
berkurang distraksi dapat menenangkan
b. Wajah klien c. Ciptakan suasana klien
tenang tidak lingkungan yang d. Memfokuskan
nampak tenang perhatian klien
menahan sakit Edukasi membantu
c. Rasa gelisah a. Jelaskan strategi menurunkan
klien menurun meredakan nyeri tegangan otot
d. Frekuensi b. Ajarkan teknik e. Lingkungan tenang
nadi membaik nonfarmakologis dapat mengurangi
untuk mnegurangi factor-faktor stress
rasa nyeri selama nyeri
Kolaborasi f. Analgetik dapat
a. Kolaborasi dengan mengurangi rasa
dokter untuk nyeri yang dirasakan
pemberian analgetik klien
2 Cemas Setelah Reduksi Ansietas a. kecemasan klien
berhubungan dilakukan Observasi akan berkurang
dengan prosedur tindakan a. Identifikasi dengan informasi
pembedahan keperawatan perubahan level yang diberikan
ditandai dengan selama 3x24 jam kecemasan perawat
klien tampak kecemasan klien b. Dorong klien untuk b. dengan ditemani
tegang berkurang mengungkapkan perawat kecemasan
dengan secara verbal tentang klien akan sedikit
a. klien perasaan, persepsi berkurang
tampak dan ketakutan c. membantu
tenang Terapeutik menentukan jenis
b. klien a. Temani klien untuk intervensi yang akan
mengatakan meningkatkan dilakukan
rasa keamanan dan d. mengetahui
takutnya menurunkan perkembangan
berkurang kecemasan keadaan klien
c. klien b. Dengarkan keluhan e. membuat perasaan
menyatakan klien terbuka dan bekerja
siap untuk Edukasi sama dalam
dilakukan a. Jelaskan prosedur, memberikan
operasi termasuk sensasi informasi yang akan
seperti keadaan membantu
selama prosedur. identifikasi masalah
Kolaborasi f. kontak mata
a. Kolaborasi menumbuhkan
pemberian obat hubungan salinh
antiansietas, jika percaya antara
perlu perawat klien
g. menurunkan
stimulus cemas
dapat mencegah
cemas yang
berkelanjutan
h. sikap penerimaan
perawat dapat
meningkatkan
kepercayaan diri
klien
i. suasana yang tenang
dapat mengurangi
stimulus pembuat
cemas
3 Defisit Setelah Edukasi kesehatan a. Pengetahuan dasar
pengetahuan dilakukan Observasi yang memadai
berhubungan tindakan a. Identifikasi factor dapat
dengan kurang perawatan internal dan eksternal meningkatkan
terpapar informasi selama 3x24 jam yang dapat kerjasama pasien
ditandai dengan pengetahuan meningkatkan mengenai program
klien sering klien bertambah motivasi orang tua pengobatan dan
menanyakan dengan dan mendapatkan
masalah yang a. Klien tenang keluarga.Jelaskan penyembuhan yang
dihadapi b. Klien tampak pengertian, tanda optimal
siap gejala, komplikasi, b. Pengetahuan
menjalani rencana tindakan mengenai lokasi
operasi yang akan dilakukan. operasi dapat
Terapeutik mningkatkan
a. Sediakan materi dan tindakan kooperatif
media pendidikan klien
kesehatan c. Durasi tindakan
b. Berikan kesempatan operasi dapat
untuk bertanya menenangkan klien
Edukasi d. Tingkat kecemasan
a. Jelaskan mengenai klien untuk
jadwal, dan lokasi mengetahui
operasi kesiapan klien
b. Jelaskan durasi operasi
tindakan operasi e. Gambaran tidakan
c. Gambarkan tindakan preoperatife dapat
preoperasi rutin meningkatkan
(anestesi, diet, test kesipan klien dalam
laboratorium, IV melaksanakan
terapi, ruang tunggu operasi
keluarga).

Intra Operasi
No Diagnosa SLKI SIKI Rasional
1 Resiko jatuh Setelah dilakukan a. Berikan petunjuk a. Ketidak
berhubungan tindakan perawatan sederhana dan seimbangan proses
dengan anastesi selama 3x24 jam singkat pada pasien pemikiran akan
narkotik ditandai resiko jatuh dapat tentang posisi saat membuat pasien
dengan diminimalisir operasi merasa kesulitan
Do : dengan kriteria b. Siapkan peralatan dalam memahami
a. klien di bius klien tidak jatuh dan bantalan untuk petunjuk yang
dengan posisi yang panjang
anastesi spinal dibutuhkan sesuai b. Bantalan diperlukan
b. klien prosedur operasi dan untuk melindungi
mengalami kebutuhan spesifik bagian-bagian tubuh
penurunan klien yang menonjol
kekuatan c.Letakkan eletroda untuk mencegah
ekstremitas penetral (bantalan terjadinya
bagian bawah elektrokauter) yang penekanan saraf
c. mobilitas meliputi seluruh c Mencegah
terbatas massa otot-otot yang terjadinya
Ds : - paling besar dan perlukaan akibat
yakinkan bahwa alat elektronik
bantalan berada pada d. Kereta atau meja
posisi yang baik yang tidak stabil
d. Stabilkan baik dapat terpisah,
kereta pasien menyebabkan
maupun meja pasien terjatuh
operasi pada waktu
memindahkan pasien
ke dan dari meja
operasi
2 Resiko Setelah dilakukan a. Lindungi sekitar a. Cegah kerusakan
perdarahan tindakan perawatan kulit dan anatomi integritas kulit
berhubungan selama 3x24 jam yang sesuai seperti
dengan proses resiko perdarahan penggunaan kassa
pembedahan dapat dicegah untuk
ditandai dengan dengan kriteria menghentikan
Do : perdarahan
a. Klien b. Pantau pemasukan b. Kemungkinan
menjalani dan pengeluaran terjadinya
pembedahan cairan selama kekurangann
pada prosedur operasi cairan, yang
inguinalis dilakukan mempengaruhi
lateralis e.Pastikan keamanan keselamatan
b. Klien dalam elektrikal dan alat- pemakai obat
keadaan alat yang digunakan anestesi,fungsi
tidak sadar selama prosedur organ dan kondisi
karena operasi. Misalnya pasien
pengaruh kabel coter pada c. Kegagalan fungsi
anastesi keadaan utuh. alat dapat terjadi
Ds : - selama prosedur
operasi

Pasca Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah a. Kaji tingkat a. membantu
berhubungan dilakukan nyeri, durasi, menentukan
dengan agen tindakan lokasi dan pilihan intervensi
injuri fisik perawatan intensitas dan memberikan
ditandai dengan selama 3x24 b. Observasi dasar untuk
Do : jam nyeri ketidaknyamanan perbandingan
Klien tampak klien non verbal dan evaluasi
menyeringai berkurang c. Gunakan strategi terhadap terapi
menahan sakit dengan komunikasi b. perilaku non
Ds : kriteria terapetik verbal
Klien a. klien d. Gunakan teknik menunjukkan
mengatakan nampak distraksi ketidaknyamanan
sedikit nyeri tenang e. ciptakan suasana klien terhadap
pada bekas b. klien lingkungan yang nyeri
operasi mengata tenang c. komunikasi
kan nyeri f. kolaborasi terapetik dapat
berkuran dengan dokter menenangkan
g untuk pemberian klien
analgetik d. memfokuskan
perhatian klien
membantu
menurunkan
tegangan otot
e. lingkungan
tenang dapat
mengurangi
factor-faktor
stress selama
nyeri
f. analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan klien
2 Resiko infeksi Setelah a. Bersihkan a. lingkungan yang
berhubungan dilakukan lingkungan bersih akan
dengan prosedur tindakan sekitar klien terhindar dari
invasive perawatan b. Cuci tangan kuman-kuman
ditandai dengan selama 3x24 sebelum dan penyebab infeksi
Do : jam infeksi sesudah b. mencuci tangan
a. Klien dapat melakukan sebelum dan
terpasang dikontrol perawatan pasien sesudah tindakan
infuse RL dengan lain dapat
b. Terdapat luka kriteria c. Jelaskan pada meminimalkan
insisi bedah a.Tidak ada klien tentang kotoran-kotoran
Ds : - tanda-tanda tanda-tanda penyebab infeksi
ineksi infeksi. c. penjelasan
b. Vital tentang tanda-
sign dalam tanda infeksi
batas akan menambah
normal pengetahuan
klien

3. Buatlah pengkajian tambahan yang dapat ditambah untuk kasus diatas dengan
menggunakan 11 fungsional gordon.
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas klien
nama klien : Tn. N
jenis kelamin : Laki -Laki
alamat : Pauh, Padang
umur : 46 Tahun
agama : Islam
status : Kawin
perkawinan
pendidikan : SLTA
pekerjaan :
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. R
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 3 2 tahun
Pendidikan :-
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pauh, Padang
Hubungan dengan klien : Anak
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan ada benjolan di bagian paha
sebelah kanan
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dalam 1 minggu terkhir benjolan yang dirasakan
semakin lama semakin sakit dengan skala 6.kondisi membuat
pasien sering terbangun dan bangun tidak segar. Pasien
direncanakan operasi besok. hasil pengkajian mendapati pasien
tegang dan takut untuk dioperasi, belum pernah dioperasi
sebelumnya, pasien sering menanyakan kapan operasinya,
bagaimana suasana di ruang operasi, jam berapa mulai
operasinya, berapa lama, sakit atau tidak, lama atau tidak,
dibius atau tidak.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keluhan ada benjolan di bagian paha sebelah kanan, benjolan ini
muncul mulai sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu

3. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan.

III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting, sehingga
pasien selalu berusaha untuk menjaga kesehatannya.
2. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan /minum V
mandi V

Toileting V

Berpakaian V

Mobilitas V
ditempat tidur
Berpindah V

Ambulasi / ROM V

Sesudah
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan /minum √
mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas √
ditempat tidur
Berpindah √
Ambulansi/ROM
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dengan alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
3. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit : pasien mengatakan biasa tidur selama 6-
8jam.
b. Selama sakit : pasien mengatakan bisa tidur 4 jam.
1) Kualitas dan kuantitas tidur : sering terbangun.
2) Gangguan tidur : nyeri
4. Pola nutrisi metabolik
a. Pengkajian nutrisi (ABCD)
A (antropometri) : BB : 44 kg, TB : 162 cm
B (biomechanical) : Hb : 14,2g/dL, leukosit : 6,29
10^3uL C (clinical sign) : kulit lembab, turgor kulit
baik
D (diet) : Nasi lunak
b. Pola nutrisi Sebelum sakit
1) Frekuensi : 3x/hari
2) Jenis : nasi, lauk, sayur, buah, teh dan air putih
3) Porsi : 1 porsi habis
4) Keluhan : tidak ada Selama sakit
1) Frekuensi : 3x/hari

2) Jenis : bubur, lauk, sayur, snack, teh dan air putih


3) Porsi :1/2 porsi
4) Keluhan : Mual dan Muntah
5. Pola eliminasi
a. BAB
Sebelum sakit
1) Frekuensi BAB : 1x/hari, pagi
2) Konsistensi : lunak berbentuk
3) Warna :kekuningan
4) Keluhan / kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan obat pencahar : tidak ada
Selama sakit
1) Frekuensi BAB :2 x 1hari
2) Konsistensi : lunak keras
3) Warna : kekuningan
4) Keluhan / kesulitan BAB : tidak ada
5) Penggunaan obat pencahar : tidak ada
b. BAK
Sebelum sakit
1) Frekuensi BAK : 5-6x/hari
2) Jumlah urine : ±250cc/hari
3) Warna : kuning teh
4) Keluhan / kesulitan BAK : tidak ada
Selama sakit
1) Frekuensi BAK : 1-5x/hari
2) Jumlah urine : ±100cc/hari
3) Warna : kuning teh
4) Keluhan /kesulitan BAK : tidak ada

6. Pola kognitif dan perceptual


a. Nyeri

P : benjolan

Q : seperti ditusuk-tusuk
R : paha sebelah kanan
S:7

T : terus-menerus

b. Fungsi panca indra (penglihatan, pendengaran,


pengecapan, penghindu, perasa)
Tidak ada masalah
c. Kemampuan bicara
Kemampuan bicara baik dan jelas.
d. Kemampuan membaca
Tidak ada masalah, pasien dapat membaca dengan lancar.
7. Pola konsep diri
a. Harga diri : pasien mengatakan sudah berusaha untuk
mengobati penyakitnya
b. Ideal diri : pasien mengatakan agar cepat sembuh agar
bisa pulang dan melakukan aktivitas seperti biasa
c. Identitas diri : pasien mengatakan bahwa apa yang terjadi
pada dirinya adalah cobaan
d. Gambaran diri : pasien mengatakan tidak ada masalah
dengan bentuk tubuhnya
e. Peran : pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak
bisa menjalankan pekerjaanya

8. Pola koping
a. Masalah utama selama masuk RS (keuangan, dll)
Pasien mengatakan untuk pengambilan
keputusan selalu dimusyawarahkan dengan
keluarga
b. Kehilangan / perubahan yang terjadi sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya bisa bekerja dengan baik
selama sakit tidak bisa bekerja menjalankan tugas sebagai
ibu rumah tangga.
c. Pandangan terhadap masa depan
Pasien mengatakan supaya cepat sembuh dan bisa
menjalankan aktivitasnya sehari hari lagi
d. Koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya
masalah
Pasien mengatakan saat terjadi masalah selalu diselesaikan
secara musyawarah
9. Pola seksual-reproduksi
10. Pola peran dan hubungan
a. Peran pasien dalam keluarga dan masyarakat
Pasien mengatakan pasien seorang ayah yang harus
mencari nafkah
b. Apakah klien punya teman dekat
Pasien mengatakan mempunyai teman dekat yaitu
tetangganya yang saling membantu
c. Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada
kesulitan Pasien mengatakan istrinya selalu membantu saat
ada kesulitan
d. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat?
Bagaimana keterlibatan klien
Pasien mengatakan selalu ikut kegiatan masyarakat seperti
arisan dan gotong royong
11. Pola nilai dan kepercayaan
a. Agama
Pasien mengatakan beragama islam
b. Ibadah
Pasien mengatakan selama sakit jarang melakukan ibadah
sholat
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : baik/cukup/lemah
a. Kesadaran : compos mentis
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
2) Nadi
a) Frekuensi : 76 x/rmenit
b) Irama : reguler
c) Kekuatan : normal
3) Pernafasan
a) Frekuensi : 24 x/ menit
b) Irama : reguler
4) Suhu : 36,5 ºC
2. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala
1) Bentuk dan ukuran kepala : mesosepal
2) Pertumbuhan rambut : hitam sedikit beruban, lebat
3) Kulit kepala : sedikit kotor tidak ada luka
b. Muka
1) Mata
a) Kebersihan : terdapat sekret pada mata
b) Fungsi penglihatan : baik
c) Palpebra : cekung
d) Konjungtiva : tidak anemis
e) Sclera : putih tidak ikterik

f) Pupil : midrasis dan miosis


g) Diameter ki/ka : isokor
h) Reflek terhadap cahaya : mengecil ketika
terkena rangsang cahaya
i) Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
2) Hidung
a) Fungsi : baik
b) Secret : terdapat sekret pada hidung
c) Nyeri sinus : tidak terdapat nyeri sinus
d) Polip : tidak ada
e) Napas cuping hidung : tidak ada
3) Mulut
a) Kemampuan bicara : baik
b) Keadaan bibir : lembab
c) Selaput mukosa : lembab
d) Warna lidah : pink pucat
e) Keadaan gigi : baik
f) Bau nafas : khas
g) Dahak : tidak ada
4) Gigi
a) Jumlah : 30
b) Kebersihan : agak kekuningan, terdapat caries
gigi.
c) Masalah : tidak ada masalah
5) Telinga
a) Fungsi pendengaran : baik
b) Bentuk : simetris
c) Kebersihan : bersih
d) Serumen : terdapat serumen berwarna kekuningan
e) Nyeri telinga : tidak ada

c. Leher
1) Bentuk : normal
2) Pembesaran tyroid : tidak ada
3) Kelenjar getah bening : tidak ada
4) Nyeri waktu menelan : tidak
5) JVP : tidak ada
d. Dada (thorax)
1) Paru-paru
a) Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
massa
c) Perkusi : resonan
d) Auskultasi : ronchi
2) Jantung
a) Inspeksi : simetris
b) Palpasi : tidak ditemukan nyeri
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : suara lup dup
e. Abdomen
1) Inspeksi : simetris, tidak ada lesi
2) Auskultasi : bising usus normal 28x/menit
3) Perkusi : timpani
4) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Genetalia : Hernia
g. Anus dan rectum : tidak terkaji
h. Ekstermitas
1) Atas
a) Kekuatan otot kanan dan kiri : gerakan normal
penuh
b) ROM kanan dan kiri : normal
c) Perubahan bentuk tulang : tidak ada

d) Pergerakan sendi bahu : tidak ada


e) Perabaan akral : hangat
f) Pitting edema : tidak ada
g) Terpasang infuse : terpasang infuse RL 20 tpm di
tangan kiri
2) Bawah
a) Kekuatan otot kanan dan kiri : gerakan normal
penuh
b) ROM kanan dan kiri : normal
c) Perubahan bentuk tulang : tidak ada
d) Varises : tidak ada
e) Perabaan akral : hangat
f) Pitting edema : tidak ada
i. Integumen : kulit berwarna sawo matang, kering, tidak
bersisik.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin 14.8 g/dl,
Eritrosit 4.71 106 /ul,
Hematokrit 43 %,
Leukosit 5.7 103 /ul,
Trombosit 258 103 /ul.

4. Buatlah materi edukasi apa yang dibutuhkan pasien setelah paska operasi?
1. Konsumsi makanan berserat

Setelah dokter memastikan kondisi Anda sudah stabil, Anda dapat mulai
mengonsumsi makanan padat. Jenis makanan yang disarankan adalah
makanan kaya serat, seperti kacang-kacangan, sereal, buah-buahan,
kentang, dan brokoli.
Tujuan mengonsumi makanan berserat adalah agar Anda bisa buang air
besar dengan lancar dan feses lebih mudah dikeluarkan, sehingga Anda
tidak perlu mengejan terlalu keras. Dengan begitu, rongga perut Anda
tidak mendapatkan tekanan secara berlebihan.

2. Perbanyak konsumsi air putih

Anda juga dianjurkan untuk minum 8-10 gelas air putih per hari. Selain
membantu melancarkan pencernaan dan membuat feses lebih lunak, air
putih juga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dan
mencegah dehidrasi yang mungkin terjadi setelah operasi.

3. Berjalan dan bergerak secara rutin


Setelah operasi hernia, Anda disarankan untuk rutin berjalan atau
bergerak guna mencegah pembekuan darah dan membantu proses
penyembuhan. Meski begitu, hindari dulu olahraga yang terlalu berat,
misalnya jogging atau angkat beban, untuk mencegah luka jahitan
terbuka kembali.
Untuk kasus hernia yang lebih kompleks atau sering kambuh, hindari
berbagai aktivitas berat setidaknya selama 6 bulan setelah operasi.

4. Ganti perban secara rutin


Ganti perban secara rutin sesuai petunjuk dokter. Pastikan Anda selalu
mencuci tangan dengan sabun hingga bersih sebelum mengganti kasa
atau perban di area luka operasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi pada luka operasi.

5. Konsumsi obat pereda nyeri


Rasa nyeri sering kali dirasakan selama beberapa minggu pertama setelah
operasi. Namun, Anda dapat meredakan rasa nyeri tersebut dengan
mengonsumsi obat-obatan pereda nyeri, seperti paracetamol, ibuprofen,
atau obat antinyeri lainnya yang diresepkan oleh dokter.
Rasa nyeri juga sering muncul saat Anda batuk atau bersin. Anda dapat
mengurangi nyeri tersebut dengan memberikan sedikit tekanan pada
permukaan luka operasi dengan tangan atau bantal saat batuk atau bersin.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu Anda hindari setelah menjalani
operasi hernia. Berikut adalah hal-hal yang perlu Anda perhatikan selama
perawatan pasca operasi hernia:
1. Hindari mengangkat benda berat atau melakukan aktivitas yang
berlebihan, selama 4-6 minggu.
2. Hindari mandi dengan cara berendam, sampai perban dan jahitan
sudah dilepas. Perban biasanya dilepas pada hari kelima setelah operasi,
sedangkan jahitan dilepas pada hari ketujuh setelah operasi.
3. Jangan dulu berhubungan seksual, setidaknya selama 2 minggu.
4. Jangan merokok, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi
dan menghambat proses penyembuhan luka.
Hindari mengendarai kendaraan, setidaknya selama 2-3 hari setelah
operasi. Hal ini karena pengaruh obat bius dan pereda nyeri dapat
membuat Anda merasa pusing, mengantuk, tidak fokus, atau sulit
mengingat.
5. Hindari mengonsumsi alkohol, karena dapat menghambat pemulihan.
Hindari mengenakan pakaian yang terlalu ketat, agar bekas luka tidak
tergesek sehingga sulit sembuh.
B. Kasus ca kolon
Seseorang laki-laki Tn M berumur 50 tahun dan bekerja sebagai petani datang ke RS
dengan keluhan tidak bisa BAB dan mual muntah, kebiasaan harian pasien adalah kurang
minum dan suka mengknsumsi makanan berlemak dan siap saji. hasil diagnosa medis
diindikasikan mengalami ca rektum dan dilakukan tindakan operasi laparatomi sgera.
Pengkajian dilakukan setelah 15 jam operasi di ruang rawat bedah mawar. hasil
pengkajian didapatkan bahwa kondisi Tn M masih lemah, mengeluh nyeri di daerah
operasi dan posisi masih tirah baring. hasil TTV didapatkan TD 120/95 mmHg, S = 380
C,nadi 100x/mnt, RR 20x/mnt, BB 75 Kg saat ini pasien masih puasa, peristaltik masih
lemah. Hasil observasi didapatkan bahwa pasien hanya tidur terlentang, pasien
mengataka bahwa ia takut bergerak,khawatir selang yang ada lepas dan sulit bergerak
karenanyeri yang dirasakan sanga kuat dengan skala 8. urin output 300 cc/hari
saat ini pasien terpasang infus Nacl 0,09 % 2 kolf/hari. dan mendapatkan terapi :
ketorolac(30 mg) 3x1 IV,
Cefriaxon 2x500 mg
vit K 2x 1 Amp
Berdasarkan kasus diatas :
1. Jelaskan mekanisme terjadi ca rektum dengan menjelaskannya dalam WOC
Jawaban :
Patofisiologi kanker rektum adalah transformasi epitelium rektum normal menjadi lesi prekanker
ataupun karsinoma invasif yang dipengaruhi oleh akumulasi mutasi genetic somatik dan
germline. Teori karsinogenesis kolorektal menunjukkan evolusi mutasi klonal yang memberikan
keunggulan sel yang dapat bertahan hidup dan memungkinkan terjadinya lebih banyak mutasi.
Bukti klinis telah menunjukkan bahwa kanker kolorektal sering kali muncul dari polip
adenomatosa yang biasanya mengalami perubahan displastik selama 10 sampai 15 tahun, yang
mengarah pada perkembangan karsinoma invasif. Terdapat tiga mekanisme terjadinya kanker
kolon dan kanker rektum yang telah dilaporkan, yaitu:

 Jalur adenoma-karsinoma gen adenomatous polyposis coli (APC) Jalur Adenoma-Karsinoma


Gen Adenomatous Polyposis Coli (APC) WNT signaling adalah jalur klasik perkembangan
kanker rektum dengan jejas inisial pada gen APC (5q21) yang dapat muncul baik pada mutasi
somatic (diturunkan) dan germline (didapat). Dalam setting kanker kolorektal sporadis, mutasi
inisial bersifat didapat. Mutasi gen APC akan menurunkan downregulation dari β-catenin. Hasil
dari unregulated β-catenin adalah translokasi β-catenin ke dalam nukleus, upregulating
transkripsi MYC dan CyclinD1 (keduanya merupakan faktor proliferasi). Dengan adanya
perubahan ini, mukosa memiliki milieu yang cenderung neoplasia, dan perubahan genetik
lanjutan akan mengaktivasi mutasi pada onkogen yang akan memungkinkan transformasi
neoplasia menjadi kanker. Tahapan lain dalam progresi lesi prekanker menjadi karsinoma
termasuk inaktivasi gen penekan tumor seperti SMAD4 dan SMAD2 yang merupakan bagian
jalur TGFβ signaling. Sementara itu, mutasi p53 cenderung terjadi pada lesi invasif yang
mengimplikasikan progresi karsinoma tahap lanjut.
 Hipermetilasi CpG island
Hipermetilasi CpG island berkaitan dengan mutasi BRAF. Hipermetilasi CpGislands di gene
promoters dapat menyebabkan inaktivasi gen penekan tumor, sedangkan hipometilasi elemen
genetik secara berulang dapat menyebabkan instabilitas genomik dan aktivasi onkogen.
 Disfungsi Mismatch Repair
Disfungsi mismatch repair umumnya disebabkan oleh hipermetilasi promoter region dari MLH1.
MLH1 dan PMS2 terdiri dari heterodimer yang memantau pasangan basa DNA. Ketika
mengalami hipermetilasi, ekspresi protein ini ditekan sehingga tidak ditemukan pada studi
imunohistokimia. Namun, dengan studi microsatelite instability (MSI), ekspresi protein ini akan
positif, karena selip dari mekanisme mismatch repair DNA.
2. Buatlan 3 Asuhan keperawatan lengkap dengan pendekatan 3 S
Jawaban :

3. Tambahkan pengkajian yang dibutuhkan untuk pasien ini dengan menggungakan


pengkajian 11 fungsional Gordon
Jawaban :
 Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
-
 Pola Eliminasi
Frekuensi BAK klien tidak normal, klien juga mengalami perubahan pola berkemih. Klien
merasakan nyeri di daerah operasi, dengan posisi klien tirah baring dan nyerinya pun
menunjukkan skala 8 dengan output 300cc/hari.
 Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum sakit, klien sehari-harinya kurang minum dan suka mengkonsumsi makanan yang
berlemak dan cepat saji.
 Pola Aktivitas Latihan
Adanya nyeri dapat mengakibatkan klien membatasi aktivitasnya sehingga untuk memenuhi
kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu.
 Pola istirahat Tidur
Setelah operasi adanya nyeri sekaligus dapat mengganggu tidur aktivitas istirahat dan tidur
pasien. Oleh karena itu, pasien hanya tidur terlentang dan menajemen nyeri perlu diterapkan
dengan baik.
 Pola Sensori dan Kognitif
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat yang menyangkut sensori, dan kognitif.
 Pola Persepsi dan Konsep Diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami
sakit. Sebagai orang awam, pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah
penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran
positif terhadap dirinya. Karena pola berkemihnya berubah tidak seperti saat pasien sehat.
 Pola Peran dan Hubungan
Bagaimana cara pasien menyesuaikan kondisinya dengan orang lain seperti lingkungan keluarga,
masyarakat ataupun lingkungan kerja serta perubahan peran yang terjadi setelah klien mengalami
sakit.
 Pola Mekanisme Koping
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin
pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang
mungkin dianggap lebih tahu mengenaipenyakitnya. Dengan adanya proses pengobatan yang
lama maka akan mengakibatkan stres pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan
terhadap pengobatan. Penderita ini umumnya datang ke dokter setelah timbul rasa sakit yang
berlebihan(stadium lanjut), sehingga pengobatannya menjadi lebih sulit
 Pola Reproduksi dan Seksualitas
Kelemahan fisik dan adanya penyempitan dan penyumbatan dari usus besar sampai dubur,
seperti susah buang air besar.
 Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan
menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan serta lebih sering berdoa
untuk memohon kesembuhan.

4. Jelaskan indikasi dan efek samping obat yang digunakan pasien


Jawaban :
terapi :
a. ketorolac(30 mg) 3x1 IV,
 Indikasi
Obat ini digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa menyebabkan nyeri
 Efek samping
Pusing, mengantuk, perut terasa kembung, telinga berdengung, nyeri pada lambung, mual dan
muntah, konstipasi, diare
b. Cefriaxon 2x500 mg
 Indikasi
Untuk mengatasi infeksi bakteri gram negative maupn gram positif. Seperti penyakit gonore
 Efek samping
Nyeri perut, mual, muntah, diare, pusing, mengantuk, sakit kepala
c. vit K 2x 1 Amp
 Indikasi
Mengatasi gangguan perdarahan akibat defisiensi vitamin K, baik yang diakibatkan oleh
pemberian antikoagulan maupun penyakit lain seperi hepar kronis
 Efek samping
Efek samping yang umum terjadi yaitu nyeri dan bengkak pada lokasi injeksi. Selain itu pusing,
Wajah memerah, berkeringat banyak, hipotensi singkat, sesak nafas, sianosis

5. Hitung kebutuhan cairan yang diperlukan oleh pasien diatas.


Jawaban :
Cara paling mudah untuk menghitung kebutuhan cairan adalah dengan menggunakan berat
badan. Untuk 10 kilogram pertama berat badan, butuh 1 liter air. Untuk 10 kilogram kedua,
membutuhkan 500 mililiter air. Sisanya, untuk setiap kilogram berat badan membutuhkan 200
mililiter air.
Pada soal diketahui bahwa berat badan pasien adalah 75 kg, maka dapat diketahui bahwa
* 10 kg pertama = 1L = 1.000 mL
* 10 kg ke-2 = 500 mL
* 55 kg = 5(10kg) + 5kg = 5(200) + ½(200)
= 1000 + 100
= 1.100 mL
Total : 1000 mL + 500 mL + 1.100 mL = 2.600 mL
: 2.6 L
Kasus Apendiks

Seorang wanita 21 tahun datang ke RS dengan keluhan perut bagian kanan bawah terasa sakit
dan panas. keluarga membawa klien berobat ke Puskesmas S, tetapi selama satu hari minum obat
yang diberikan tidak ada perubahan kondisi, klien masih merasakan sakit perut dibagian kanan
bawah dan muntah. Pada tanggal 26 April 2020 keluarga membawa klien ke RS M, setelah
dilakukan pemeriksaan, kemudian klien dirujuk ke RSUD X. Klien datang ke RSUD X pada hari
jum’at tanggal 26 April 2020 jam 09.00 dengan keluhan perut bagian kanan bawah terasa sakit
dan panas, setelah dilakukan pemeriksaan kemudian klien disarankan untuk opname di ruang
bedah RSUD X. dan dilakukan tindakan operasi pada tanggal 30 mei 2020.
Saat tersadar pasien mengeluh sakit sekitar jahitan terutama jika digunakan untuk beraktifitas,
terasa panas seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul dengan skala 4.Klien
mengatakan nyeri pada luka jahitan (abdomen), terutama jika digunakan untuk aktifitas. Semua
aktivitas dibantu.
Tanda-tanda Vital didapatkan TD : 110/70 mmhg N :79 x/menit
RR : 20 x/menit S : 360 c BB : 70 kg TB : 170 cm

Hasil USG di RSI yarsi pada tanggal 30 April 2020


1) Suspect Appendicitis : dengan ada periappendicular infiltrate
2) Ada cairan bebas intraabdominal (menyokong peritonitis)
3) Organ-organ abdomen lain normal

Abdomen
Inspeksi : bentuk simentris, terdapat luka post operasi appendiktomy dengan jahitan rapi, luka
bersih, tidak ada pus, kemerahan berkurang, tidak bengkak, panjang luka ± 5 cm, terdapat 5
jahitan luka.
Auskultasi : Peristaltik usus 17 x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun limfa, suhu sekitar luka
hangat.

Laboratorium, 30 Mei 2020

Terapi tanggal 1 Juni 2013


1) Infuse RL 20 tpm
2) Metronidazole 500 gr/8 jam3) Cefotaxim 1 gr/12 jam
4) Ranitidine 25 mg/12 jam
5) Norages 100 gr/8 jam
6) Inadril sirup 3x1 sendok teh

Berdasarkan kasus diatas, buatlah :


1. Penjelasan secara teori tentang apendiksitis, jelaskan WOC nya
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun
(Mansjoer, 2000)
Apendisitis Akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak
umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai ransanga
peritonium lokal. Gejala apendisitis akut ialah nyeri samar-samar dan tumpul yaang
merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering
disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun.
Apendisitis Kronik
Diagnosis apendisitis kronis dapat ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat nyeri
perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, sumbatan parsial atau total lumen
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan adanya sel imflamasi
kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.
Anatomi Apendiks
Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi
seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Posisi apendiks terletak posteromedial caecum.
Di daerah inguinal : membelok ke arah di dinding abdomen dan posisinya bervariasi.
Apendix terletak diujung sakrum kira-kira 2 cm dibawah anterior ileo saekum, bermuara
di bagian posterior dan medial dari daekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia
anterior, medial dan posterior. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya
kira-kira 10 cm (4 inci), lebar 0,3 – 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat
dibawah katup ileosekal.
Fisiologi dan Patofisiologi Apendiks
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalam apendiks bersifat basa
mengandung amilase dan musin. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna
termasuk apendiks ialah IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri
secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya
cenderung kecil, maka apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan
terhadap infeksi ( Sjamsuhidayat, 2005).
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak,
namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa.
Pada saat inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Manifestasi Klinik
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat. nyeri kuadran bawah terasa
dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah
pada titik Mc.Burney yang berada antara umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior.
Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar
dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan terasa didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada
pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rektal. nyeri pada
defekasi menunjukkan ujung apendiks berada dekat rektum.
Distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk.Pada pasien
lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda tersebut dapat
sangat meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau proses penyakit lainnya. Pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur apendiks. Insidens
perforasi pada apendiks lebih tinggi pada lansia karena banyak dari pasien-pasien ini
mencari bantuan perawatan kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda
(Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Penatalaksanaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan
cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas fisik sampai
pembedahan dilakukan ( akhyar yayan,2008 ). Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa
ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah
anestesi umum umum atau spinal, secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang
merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi
Mc.Burney banyak dipilih oleh para ahli bedah.
 Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik
dan kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring
dan dipuasakan.
 Tindakan operatif : appendiktomi.
 Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak
di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri
tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.
2. Buatlah 3 asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan 3S
A. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Nama :Nn. W
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur :21 Tahun
Keluhan Utama :Perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas
Diagnosa medis : Appendisitis
b) Status Kesehatan Sekarang
keluhan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas. Tanda-tanda Vital
didapatkan TD : 110/70 mmhg N :79 x/menit RR : 20 x/menit S : 36 0 c BB :
70 kg TB : 170 cm tindakan operasi pada tanggal 30 mei 2020Saat tersadar
pasien mengeluh sakit sekitar jahitan terutama jika digunakan untuk beraktifitas,
terasa panas seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul dengan
skala 4.Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan (abdomen), terutama jika
digunakan untuk aktifitas. Semua aktivitas dibantu
c) Riwayat kesehatan dahulu
keluarga membawa klien berobat ke Puskesmas S, tetapi selama satu hari minum
obat yang diberikan tidak ada perubahan kondisi, klien masih merasakan sakit
perut dibagian kanan bawah dan muntah. Pada tanggal 26 April 2020 keluarga
membawa klien ke RS M, setelah dilakukan pemeriksaan, kemudian klien dirujuk
ke RSUD X.
d) Data Objektif
Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmhg
N :79 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 360 c
BB : 70 kg
TB : 170 cm
e) Pemeriksaan diagnostic
Hasil USG di RSI yarsi pada tanggal 30 April 2020
1) Suspect Appendicitis : dengan ada periappendicular infiltrate
2) Ada cairan bebas intraabdominal (menyokong peritonitis)
3) Organ-organ abdomen lain normal
4) Laboratorium, 30 Mei 2020

f) Pemeriksaan fisik
Inspeksi : bentuk simentris, terdapat luka post operasi appendiktomy dengan
jahitan rapi, luka bersih, tidak ada pus, kemerahan berkurang, tidak bengkak,
panjang luka ± 5 cm, terdapat 5 jahitan luka.
Auskultasi : Peristaltik usus 17 x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun limfa,
suhu sekitar luka hangat.
g) Data subjektif
keluhan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas. Setelah op pasien
mengeluh sakit sekitar jahitan terutama jika digunakan untuk beraktifitas, terasa
panas seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul dengan skala
4.Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan (abdomen), terutama jika digunakan
untuk aktifitas.

B. Diagnosa
1) Nyeri akut b/d cedera fisik :prosedur operasi.
2) Resiko infeksi b/d kerusakan pertahanan primer (luka post operasi).
3) Defisit pengetahuan b/d kondisi klinis yang baru dihadapi.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa SIKI SLKI
/SDKI
Nyeri akut Manajemen nyeri Tingkat nyeri
b/d cedera Tindakan:  Kemampuan
fisik :prosed Observasi menuntaskan
ur operasi.  Identifikasi aktivitas dari 2
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas, cukup menurun
dan intensitas nyeri menjadi 4 cukup
 Identifiksi skala nyeri meningkat
 Identifikasi respon nyeri non verbal  Keluhan nyeri
 Identifikasi faktor yang memperberat dan dari sedang/3
memperingan nyeri menjadi

 Identifikasi pengethuan tentang nyeri berkurang ke 5

 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas


hidup
 Monitor efek amping pnggunaan analgesic
Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
 Control lingkungan yang mempeberat nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Ajarkan cara non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Resiko pencegahan Infeksi Tingkat infeksi


infeksi b/d Tindakan  Kebersihan
kerusakan Observasi tangan dari
pertahanan Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik sedang ke 5
primer (luka Terapeutik meningkat
post operasi).  Batasi jumlah pengunjung  Kebersihan
 Berikan perawatan kulit pada area edema badn dari
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak sedang ke 5
dengan pasien dan lingkungan pasien meningkat
Edukasi  Kadarsel darah
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi putih dari 2 ke
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar 5 membaik

 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau 2.Control risiko


operasi  Kemampuan

 Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan mencari

nutrisi informasi ttg

Kolaborasi faktor resiko

Kolaborasi pemberian imunisasi bila perlu membaik ke 5


 Kemampuan

2. Perawatan Luka mengidentifika

Tindakan si faktor resiko

Observasi membaik ke 5

 Monitor karakteristik luka  Kemmpuan

 Monitor tanda2 infeksi modifikasi gaya

Terapeutik hidup membaik


ke 5
 Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan  Kemampuan
menghindari
 Bersihkan dengan cairan nacl atau sesuai
faktor resiko
kebutuhan membaik ke 5
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat perawatan
luka
 Ganti balutan sesuai eksudat dan drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi pasien
 Berikan suplemen vitamin dan mineral
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan yang
tinggi kalori dan protein
 Ajarkan prosedur perwatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement bila perlu
 Kolaborasi pemeberian antibiotic bila perlu

Intoleran Terapi aktivitas Toleransi aktivitas


Aktivitas Tindakan  Kemudahan
berhubungan Observasi dalam
dengan  Identifikasi deficit tingkat aktivitas melakukan
kelemahan  Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas sehari
pasca operasi aktivitas tertentu hari cukup
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi menurun
dalam aktivitas ditingkatkan
 Monitor respon emosional fisik,sosial,dan menjadi 5
spiritual terhadap aktivitas  Terpenuhinya
Terapeutik kebutuhan
 Fasilitasi focus pada kemampuan,bukan pasien
deficit yg dialami  Pasien mampu
 Fasilitasi memilih aktivitas yang sesuai melakukan
 Fasilitasi keluarga pasien untuk aktivitas
menyesuaikan lingkungan yg dimiliki untuk  Dapat
mengakomodasi aktivitas mentoleransi
 Libatkan keluarga dalam beraktivitas jika aktivitas yang
perlu bisa dilakukan
 Berikan penguatan positif dalam aktvitas
 Edukasi
 Jelaskan metode aktifitas sehari2
 Ajarkan cara melakukan aktivitas yg dipilih
 Anjurkan keluarga memberikan penguatan
positif
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan terapis okoupasi dalam
merencankan program aktivitas
 Rujuk pada pusat program aktivitas bila
perlu

3. Buat Pengkajian 11 gordon dan lengkapi dengan pengkajian tambahan yang dibutuhkan
A. Pada sebelum operasi
 Identitas
1. Biodata
 Nama : Nn. N
 Usia : 21 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Status Kesehatan
 Status Kesehatan saat ini
1. Keluhan Utama
 Pasien mengeluh sakit perut di bagian kanan bawah dan muntah.
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
 Pasien datang untuk dirawat di rumah sakit untuk mengatasi keluhan yang
dirasakannya
 Riwayat Kesehatan masa lalu
 Penyakit yang pernah dialami : tidak ada
 Pengobatan/tindakan yang dilakukan : pernah dibawa ke puskesmas dan diberikan obat
tetapi tidak ada perubahan atas keluhannya
 Pernah dirawat/dioperasi : tidak ada
 Lama dirawat : Tidak ada
 Alergi : tidak ada
 Imuniasi : tidak ada
 Kebiasaan merokok/mengkonsumsi alcohol : -
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
 Diagnosa Medis dan Theraphy
 Dx Medis : Apendiks (usus buntu)
 Theraphy : melakukan tindakan operasi pada tanggal 30 Mei 2020

Pola Kesehatan Fungsional ( Data Fokus )


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien melakukan pengobatan ke dokter terkait keluhan yang sedang di rasakan,
klien tidak mengonsumsi alkohol
b. Pola nutrisi dan metabolisme
-
c. Pola eliminasi
1) Eliminasi Feses: normal
2) Eliminasi urine : normal
d. Pola aktivitas dan latihan
-
e. Pola istirahat dan tidur
Istirahat dan pola tidur klien terganggu karena sakit perut dibagian kanan bawah
dan muntah
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran
.Klien belum mengetahui tentang proses penyakitnya.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan anggota keluarga dan teman-
temannya baik di RS maupun dimasyarakat, dengan perawat juga baik.
h. Pola reproduksi dan seksual
Klien berjenis kelamin Perempuan
i. Persepsi diri dan konsepsi diri
a) Identitas diri : klien adalah perempuan
b) Peran diri : klien adalah seorang ibu rumah tangga
c) Ideal diri : klien berharap segera sembuh dari penyakitnya
d) Gambaran diri : klien menyadari penyakitnya dan mengikuti prosedur
penyembuhan
e) Harga diri : klien di RS merasa dirinya sebagai seseorang yang
memerlukan pengobatan dan perawatan yang tepat sebagai layaknya
manusia dan berkeyakinan akan sembuh.
j. Pola mekanisme, koping
Pasien datang ke puskesmas dan rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan terh
adap penyakitnya
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Klien melakukan pengobatan ke puskesmas dan rumah sakit adalah bentuk
kepercayaan klien bahwa penyakitnya akan sembuh
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Compos mentis
 TTV
1) Suhu : 36 derajat celcius
2) TD : 110/70 mmHg
3) Nadi : 79x/menit
4) Pernafasan : 20 x/menit
5) BB : 70 Kg
6) TB : 170 Cm
 Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala : normocephal
2) Wajah warna kulit : Struktur wajah oval dan simetris
3) Mata : Konjungtiva tidak anemis dan sklera anikterik
4) Hidung : Simetris dan nafas cuping hidung tidak ada
5) Telinga : Dalam batas Normal
6) Mulut dan faring : -
7) Leher : Tampak trakea di tengah dan simetris
8) Pemeriksaan intergument : -
9) Abdomen : merasakan nyeri di bagian perut kanan bawah
10) Ekstermitas bawah : -
11) Fungsi motoric : Normal
12) Fungsi sensorik : Normal
 Pemeriksaan Penunjang
1. USG : dilaksanakan pada 30 April 2020
1) Suspect Appendicitis : dengan ada periappendicular infiltrate
2) Ada cairan bebas intraabdominal (menyokong peritonitis)
3) Organ-organ abdomen lain normal
2. Laboratorium : dilaksanakan pada 30 mei 2020
 Pemeriksaan Thoraks (paru)
-
B. Setelah Operasi
 Identitas
1. Biodata
 Nama : Nn. N
 Usia : 21 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Status Kesehatan
 Status Kesehatan saat ini
1. Keluhan Utama
 Pasien mengeluh sakit sekitar jahitan terutama jika digunakan untuk beraktifitas,
terasa panas seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul dengan
skala 4.Klien mengatakan nyeri pada luka jahitan (abdomen), terutama jika
digunakan untuk aktifitas
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
 Pasien datang untuk dirawat di rumah sakit untuk mengatasi keluhan yang
dirasakannya
 Riwayat Kesehatan masa lalu
 Penyakit yang pernah dialami : pernah mengeluh merasakan sakit perut dibagian kanan
bawah dan muntah
 Pengobatan/tindakan yang dilakukan : dibawa ke puskesmas tetapi tidak ada perubahan
 Pernah dirawat/dioperasi : tidak ada
 Lama dirawat : Tidak ada
 Alergi : tidak ada
 Imuniasi : tidak ada
 Kebiasaan merokok/mengkonsumsi alcohol : -
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada
 Diagnosa Medis dan Theraphy
 Dx Medis : Apendiks (usus buntu)
 Theraphy : diberikan :
1) Infuse RL 20 tpm
2) Metronidazole 500 gr/8 jam3) Cefotaxim 1 gr/12 jam
4) Ranitidine 25 mg/12 jam
5) Norages 100 gr/8 jam
6) Inadril sirup 3x1 sendok teh

Pola Kesehatan Fungsional ( Data Fokus )


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien melakukan pengobatan ke dokter terkait keluhan yang sedang di rasakan,
klien tidak mengonsumsi alkohol
b. Pola nutrisi dan metabolisme
-
c. Pola eliminasi
1) Eliminasi Feses: normal
2) Eliminasi urine : normal
d. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas terganggu dan dibantu oleh orang lain dikarenakan klien mengalami
sakit di sekitar jahitan terutama jika digunakan untuk beraktifitas, terasa panas seperti
ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul dengan skala 4.Klien
mengatakan nyeri pada luka jahitan (abdomen), terutama jika digunakan untuk
aktifitas
e. Pola istirahat dan tidur
Istirahat dan pola tidur klien terganggu karena sakit sekitar jahitan, terasa panas
seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri hilang timbul dengan skala 4.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan, penciuman, perabaan, pendengaran
.Klien belum mengetahui tentang proses penyakitnya.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan anggota keluarga dan teman-
temannya baik di RS maupun dimasyarakat, dengan perawat juga baik.
h. Pola reproduksi dan seksual
Klien berjenis kelamin Perempuan
i. Persepsi diri dan konsepsi diri
a) Identitas diri : klien adalah perempuan
b) Peran diri : klien adalah seorang ibu rumah tangga
c) Ideal diri : klien berharap segera sembuh dari penyakitnya
d) Gambaran diri : klien menyadari penyakitnya dan mengikuti prosedur
penyembuhan
e) Harga diri : klien di RS merasa dirinya sebagai seseorang yang memerlukan
pengobatan dan perawatan yang tepat sebagai layaknya manusia dan
berkeyakinan akan sembuh.
j. Pola mekanisme, koping
Pasien datang ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan terhadap penyakitn
ya
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Klien melakukan pengobatan ke rumah sakit adalah bentuk kepercayaan klien
bahwa penyakitnya akan sembuh
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Compos mentis
 TTV
7) Suhu : 36 derajat celcius
8) TD : 110/70 mmHg
9) Nadi : 79x/menit
10) Pernafasan : 20 x/menit
11) BB : 70 Kg
12) TB : 170 Cm
 Pemeriksaan Head to toe
13) Kepala : normocephal
14) Wajah warna kulit : Struktur wajah oval dan simetris
15) Mata : Konjungtiva tidak anemis dan sklera anikterik
16) Hidung : Simetris dan nafas cuping hidung tidak ada
17) Telinga : Dalam batas Normal
18) Mulut dan faring : -
19) Leher : Tampak trakea di tengah dan simetris
20) Pemeriksaan intergument : -
21) Abdomen :
 Inspeksi : bentuk simentris, terdapat luka post operasi appendiktomy dengan
jahitan rapi, luka bersih, tidak ada pus, kemerahan berkurang, tidak bengkak,
panjang luka ± 5 cm, terdapat 5 jahitan luka.
 Auskultasi : Peristaltik usus 17 x/menit
 Perkusi : tympani
 Palpasi : tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun limfa,
suhu sekitar luka hangat.
22) Ekstermitas bawah : -
23) Fungsi motoric : Normal
24) Fungsi sensorik : Normal
 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : dilaksanakan pada 30 mei 2020

 Pemeriksaan Thoraks (paru)


-
4. Buatlah edukasi apa yang dibutuhkan untuk pasien post operasi apendiktomi
Edukasi pasien post apendiktomi
- Aktivitas berat perlu dihindari selama 3-5 hari setelah laparoskopi dan 10-14 hari
setelah operasi terbuka
- Perut perlu ditopang jika pasien batuk dengan meletakkan bantal di atas perut untuk
memberikan tekanan
- Nyeri perlu dikelola dengan baik
- Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan seperti duduk di tempat
tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi.
Selain itu, perawatan luka pasca operasi perlu dilakukan untuk menghindari risiko
infeksi, seperti menjaga luka tetap kering dan melakukan ganti balut luka sesuai dengan
anjuran dokter yang merawat.

A. kasus ileus obstruktif


Seorang wanita 39 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri ulu hati dirasakan 1 minggu yang
lalu, memberat ± 1 hari saat masuk IGD RS. nyeri perut dirasakan terus menerus, kembung,Mual
(+), muntah (-), kehilangan nafsu makan, makan terakhir pukul 12.00 wib. BAB dirasakan pasien
lancar, Terakhir BAB pukul 11.00 wib siang kemaren,BAB hitam disangkal, riwayat demam (-),
nyeri kepala -, mata kabur (-) kelemahan anggota tubuh –, nyeri BAK -. Dua hari setelah pasien
dirawat di bangsal RS pasien mengeluhkan nyeri perut hebat diseluruh lapangan perut, perut
kembung, dan penurunan nafsu makan. Pasien juga mengatakan tidak ada buang angin semenjak
2 hari dirawat. BAB belum ada semenjak dirawat dibangsal. Riwayat Penyakit Dahulu Riw.
Hipertensi (-) Riw. Maag (+) Riw. Ca disangkal Riw DM (-) Riwayat Alergi obat,makanan
disangkal. Riwayat Kebiasaan Merokok (-), makanan berlemak (+), tidak senang makan sayur
(+) Suka telat makan, tidak berolahraga.

Hasil pemeriksaan abdomen didapatkan Distensi (+), Peristaltik usus ↓, perkusi terdengar
Hipertymphani, nyeri tekan pada seluruh lapangan perut.
Ekstremitas : Akral hangat CRT <2” oedem (-) RT: Sfingter ani tidak menjepit kuat, mukosa
rektum licin, permukaan kenyal, terdapat darah berwarna merah gelap bercampur feses pada
handscoon
Hasil rontgen abdomen didapatkan : Psoas line dan kontur ginjal kiri tertutup bayangan udara
usus. Tampak Dilatasi dan penebalan dinding usus. Udara usus tidak mencapai rektum. Tidak
tampak bayangan radioopak di proyeksi traktus urinarius. kontur corpus vertebra dalam batas
normal Kesan : Ileus Obstruksi. Tampak : multiple air fluid level Kesan : Ileus obstruktif.
Berdasarkan kasus diatas, buatlah
1. Penjelasan secara teori tentang ileus obstruksi, jelaskan WOC nya
JAWAB:
Pengertian
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina,
2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke
depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran
usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional.
(Tucker, 1998) Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan
total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan.
Anatomi dan Fisiologi
1)Anatomi sistem pencernaan
a.Mulut Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian :
1)Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan pipi.
2)Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,
palatum dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung dengan faring.
b.Faring Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan,
merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
didepan ruas tulang belakang.
c. Esofagus (kerongkongan) Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah
melalui thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.
d. Gaster (lambung) Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung, yaitu :
1)Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri osteum kardium
biasanya berisi gas.
2)Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah notura minor.
3)Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter pilorus.
4)Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi samapi pilorus.
5)Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri osteum kardium
melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior.
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus
dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses
pencernaan dan obstruksi hasil pencernaan makanan.
Usus halus terdiri dari :
1)
Duodenum Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung
kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput
lendir yang nambulir disebut papila vateri.
2)Yeyunum
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa panjangnya ± 2-3 meter.
3) Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari makanan, tempat tinggal
bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 8 bagian:
1)Sekum.
2)Kolon asenden.
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari ileum sampai kehati, panjangnya ± 13
cm.
3)Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
4)Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ± 28 cm.
5)Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya ±
25 cm.
6)Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan
dengan rektum.
7)Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
8)Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar.
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

2)Fisiologi sistem pencernaan Usus halus mempunyai dua fungsi utama, yaitu : pencernaan dan
absorpsi bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja
ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam
duodenum terutama oleh kerja enzim- enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak,
dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas
membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi
empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga
memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase pankreas (Price & Wilson, 1994).
Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan
peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon (Sjamsuhidajat Jong, 2005).
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas,
hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke
ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung
(Price & Wilson, 1994).
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein (gula
sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan
limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi.
Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian
kurang dimengerti (Price & Wilson, 1994).
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir
lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung
massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung (Preice & Wilson, 1994). Kolon
mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium
dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah
terjadinya dehidrasi. (Schwartz, 2000)
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan dan meningkatkan
absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasi segmen pendek
dari kolon, kontraksai ini menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan dan kolinergik.
Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen
panjang 0,5-1,0 cm/detik, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat kali sehari, terjadi dengan
defekasi. (Schwartz, 2000)
Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, dan produksi intralumen. Nitrogen,
oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein
dan karbohidrat yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari. (Schwartz, 2000)
Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus,
yaitu:
1)Mekanis
Yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus, diantaranya :
a.Intususepsi
b.Tumor dan neoplasma
c.Stenosis
d.Striktur
e.Perlekatan (adhesi)
f.Hernia
g.Abses
2)Fungsional Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
(Brunner and Suddarth, 2002)

4.Tanda dan Gejala


Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002) :
1)Nyeri abdomen
2)Muntah
3)Distensi
4)Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi). Gejala ileus obstruktif bervariasi tergantung
kepada (Winslet, 2002) :
1)Lokasi obstruksi
2)Lamanya obstruksi
3)Penyebabnya
4)Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik, pireksia,
septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai ileus
obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa. (Winslet, 2002)
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi bersifat kolik. Ia
sekunder terhadap kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus melawan obstruksi. Frekuensi
episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus
obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit pada ileus obstruktif usus besar. Nyeri dari ileus
obstruktif usus halus demikian biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen,
sedangkan yang dari ileus obstruktif usus besar biasanya tampil dengan nyeri intaumbilikus.
Dengan berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang peristaltik
menjadi jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda dan diganti oleh pegal
generalisata menetap di keseluruhan abdomen. Jika nyeri abdomen menjadi terlokalisasi baik,
parah, menetap dan tanpa remisi, maka ileus obstruksi strangulata harus dicurigai. (Sabiston,
1995)
Muntah refleks ditemukan segera setelah mulainya ileus obstruksi yang memuntahkan apapun
makanan dan cairan yang terkandung, yang juga diikuti oleh cairan duodenum, yang kebanyakan
cairan empedu(Harrison’s, 2001).
Muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika ileus obstruktif usus halus, maka muntah
terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi
dengan regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi.
Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut (dimana feses dan gas tidak
bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa keluar) (Winslet, 2002). Kegagalan
mengerluarkan gas dan feses per rektum juga suatu gambaran khas ileus obstruktif. Pireksia di
dalam ileus obstruktif dapat digunakan sebagai petanda (Winslet, 2002) :
1)Mulainya terjadi iskemia
2)Perforasi usus
3)Inflamasi yang berhubungan denga penyakit obsruksi
Hipotermi menandakan terjadinya syok septikemia. Nyeri tekan abdomen yang terlokalisir
menandakan iskemia yang mengancam atau sudah terjadi. Perkembangan peritonitis
menandakan infark atau perforasi. (Winslet, 2002)
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
1)Pemeriksaan radiologi
a.Foto polos abdomen
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi lengkung usus
halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas(air-fluid level)yang membentuk pola
bagaikan tangga.
b.Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema
Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema
barium tidak hanya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.
c.CT – Scan.
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya
strangulasi. CT – Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan
dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat
kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari
obstruksi.
d.USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi.
e.MRI
Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang ada sekarang ini
belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik
kronis.
f.Angiografi
Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya herniasi internal,
intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.
2)Pemeriksaan laboratorium Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada
urinalisa mungkin menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan asidosis
atau alkalosis metabolic. ( Brunner and Suddarth, 2002 )
7.Komplikasi
1)Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi peradangan atau
infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2)Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ intra abdomen.
3)Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4)Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma. (Brunner and
Suddarth, 2001)
8.Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila
ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.
a.Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital, dehidrasi dan
syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan
ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi
dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain
pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT
digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.
b.Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik
dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
c.Operatif Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau
pertimbangan untuk dilakukan operasi : Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple
obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka
reseksi intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang
dilakukan pada obstruksi ileus :
1)Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana untuk membebaskan
usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi
atau pada volvulus ringan.
2)Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru yang
“melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal,
Crohn disease, dan sebagainya.
3)Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada
Ca stadium lanjut.
4)Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma colon, invaginasi,
strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,
misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis. (Sabara, 2007)
DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
1.Kebutuhan oxygenasi
Obstruksi usus mengakibatkan terjadinya distensi abdomen akibat adanya akumulasi cairan dan
gas dalam lumen usus. Hal ini mengakibatkan terjadinya kontraksi otot-otot diafragma dan
relaksasi otot-otot diafragma terganggu menyebabkan ekspansi paru menurun sehingga respirasi
tidak efektif.
2.Kebutuhan cairan dan elektrolit
Obstruksi usus mengakibatkan terjadinya penimbunan cairan intra lumen akibat peningkatan
ekskresi cairan kedalam lumen usus. Hal ini merupakan penyebab kehilangan cairan dan
elektrolit yang mengakibatkan terjadinya penurunan ekstra celluler fluid (ECF) sehingga terjadi
hipovolemik.
3.Kebutuhan rasa nyaman
Nyeri abdomen terjadi akibat adanya distensi abdomen dan akibat kontraksi peristaltik kuat
dinding usus melawan obstruksi. Jika obstruksi berlanjut dan terjadi iskemia/inflamasi/perporasi
dapat terjadi pireksia.
4.Kebutuhan nutrisi
Obstruksi usus mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap proses digesti, ingesti dan absorbsi
nutrient.
5.Kebutuhan eliminasi
Obstuksi usus mengakibatkan motilitas usus menurun, menyebabkan refluk inhibisi spingter
tergangga mengakibatkan terjadinya kegagalan buang air besar (BAB).
6.Kebutuhan istirahat dan tidur
Karena pada penderita ileus obstruktif akibat dari distensi abdomen dan adanya nyeri yang
intermiten maka istirahat klien kurang atau terganggu.
7.Kebutuhan Rasa Aman
Rasa aman akan terganggu karena keterbatasan kognitif mengenai penyakit dan berhubungan
dengan prosedur tindakan sehingga timbul cemas.
2. Buatlah 3 asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan 3S
JAWAB:
Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
Mayor Gangguan fungsi kontraksi Disfungsi motilitas
Subjektif: system pencernaan gastrointestinal
- Mengungkapkan
flaktus tidak ada
- Nyeri/kram abdomen
Objektif: -

Minor
Subjektif:
- Merasa mual
Objektif:
- Distensi abdomen
DO: Pasien berisiko mengalami Resiko defisit nutrisi
- Peristaltic usus asupan nutrisi kurang dari
menurun kebutuhan tubuh karena
DS: nafsu makan pasien
- Mual berkurang
- Penurunan nafsu
makan
- kembung
Mayor Pasien tidak menunjukkan Defisit pengetahuan
Subjektif: - pola perilaku sehat
Objektif:
- menunjukkan
perilaku tidak sesuai
anjuran
Minor
Subjektif:-
Objektif: -

ASKEP
SDKI SLKI SIKI
Disfungsi motilitas Motilitas gastrointestinal Manajemen nutrisi
gastrointestinal membaik
Observasi
Kriteria hasil: - identifikasi status
- nyeri menurun nutrisi
- mual menurun - identifikasi makanan
- distensi abdomen yang disukai
menurun - identifikasi
kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
- monitor asupan
makanan
- monitor BB
- monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik:
- berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- berikan suplemen
makanan, jika perlu

Edukasi:
- ajarkan posisi duduk,
jika perlu

Kolaborasi:
- kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis,
Pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
Resiko defisit nutrisi Status nutrisi membaik Manajemen nutrisi

Kriteria hasil: Observasi


- nyeri abdomen - identifikasi status
menurun (5) nutrisi
- nafsu makan - identifikasi makanan
membaik (5) yang disukai
- identifikasi
kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
- monitor asupan
makanan
- monitor BB
- monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik:
- berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- berikan suplemen
makanan, jika perlu

Edukasi:
- ajarkan posisi duduk,
jika perlu

Kolaborasi:
- kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis,
Pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jumlah
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan
membaik

Kriteria hasil: Observasi:


- perilaku tidak sesuai - identifikasi kesiapan
anjuran meningkat dan perilaku hidup
(5) bersih serta sehat
- perilaku membaik - identifikasi factor-
(5) faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan
motivasi perilaku
hidup bersih dan
sehat

Terapeutik:
- sediakan materi dan
media Pendidikan
kesehatan
- jadwalkan
Pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- berikan kesempatan
untuk bertanya

Edukasi:
- jelaskan factor risiko
penyakit yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- ajarkan phbs
- ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
phbs

3. Lengkapi pengkajian tambahan yang dibutuhkan untuk menguatkan diagnosa yang ditegakkan
dengan menggunakan pendekatan 11 gordon
JAWAB:
A. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Ny. K
Umur : 39 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
b. Identitas Penanggung Jawab: -
B. KELUHAN UTAMA: Keluhan nyeri ulu hati dirasakan 1 minggu yang lalu, memberat ±
1 hari saat masuk IGD RS.
C. STATUS KESEHATAN
a. RKS: Nyeri perut dirasakan terus menerus, kembung,Mual (+), muntah (-),
kehilangan nafsu makan, makan terakhir pukul 12.00 wib. BAB dirasakan pasien
lancar, Terakhir BAB pukul 11.00 wib siang kemaren,BAB hitam disangkal, riwayat
demam (-), nyeri kepala -, mata kabur (-) kelemahan anggota tubuh –, nyeri BAK -..
Dua hari setelah pasien dirawat di bangsal RS pasien mengeluhkan nyeri perut hebat
diseluruh lapangan perut, perut kembung, dan penurunan nafsu makan. Pasien juga
mengatakan tidak ada buang angin semenjak 2 hari dirawat.
b. RKD: Riw. Hipertensi (-) Riw. Maag (+) Riw. Ca disangkal Riw DM (-) Riwayat
Alergi obat,makanan disangkal. Riwayat Kebiasaan Merokok (-)
c. RKK: -
d. Diagnose medis dan therapy
Diagnose: ileus obstruksi
Therapy: -
D. POLA KEBUTUHAN DASAR
a. Pola persepsi kesehatan: ketidaktahuan klien mengenai penyakit yang dideritanya
yaitu ileus obstruksi
b. Pola nutrisi metabolic:
1. Sebelum sakit: pasien makan makanan berlemak, tidak senang makan sayur, dan
suka telat makan.
2. Saat sakit: mual, kehilangan nafsu makan, penurunan nafsu makan.
c. Pola eliminasi:
BAB
Sebelum sakit: BAB lancar, terakhir BAB pukul 11 wib siang kemaren, BAB hitam
disangkal
Saat sakit: BAB belum ada sejak dirawat
BAK
Sebelum sakit: -
Saat sakit: nyeri BAK (-)
d. Pola aktivitas dan latihan: Pasien tidak berolahraga
e. Pola kognitif dan persepsi: Mengenai adanya kekhawatiran pasien karena pusing,
kesemutan, gangguan penglihatan, penglihatan ganda, gangguan koordinasi, pikiran
sukar berkonsentrasi
f. Pola persepsi dan konsep diri: Mengenai gangguan citra diri pasien saat pasien
menderita penyakit.
g. Pola tidur dan istirahat: nyeri yang dirasakan pasien dapat mengganggu aktivitas tidur
h. Pola peran hubungan:
i. Pola seksual-reproduksi: Mengenai masalah seksual dan reproduksi klien saat
menderita penyakit
j. Pola toleransi stress dan koping: Mengenai stress dan koping stress klien terhadap
penyakit yang dideritanya
k. Pola nilai kepercayaan: Kebiasaan , ajaran, dan aturan agama dari klien

4. Buatlah materi edukasi apa yang perlu diberikan pada pasien ileus obstruktif ?
Edukasi Pasien
Edukasi pasien dapat dilakukan dengan memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
mengenai :
 Penyakit yang diderita pasien adalah ileus obstruktif di mana terjadi hambatan pada saluran
pencernaan pasien sehingga makanan, cairan, serta udara terjebak di dalam saluran
pencernaan
 Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab di mana yang paling sering
adalah adhesi, keganasan, dan hernia
 Tanda dan gejala yang dialami pasien akan berupa nyeri perut, muntah, mual dan tidak
dapat buang angin maupun buang air besar
 Tatalaksana yang akan dilakukan kepada pasien dan apakah pasien perlu menjalani operasi
atau bisa di terapi secara konservatif beserta risikonya

Anda mungkin juga menyukai