klien dengan
kehilangan
KELOMPOK 5
Definisi kehilangan dan rentang respon kehilangan
DEFENISI KEHILANGAN
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda (Yosep, 2011).
Kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau objek) yang
dihargai telah berubah, tidak ada lagi, atau menghilang. Seseorang dapat kehilangan
citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan, barang milik pribadi,
keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun keseluruhan. Peristiwa kehilangan
dapat terjadi secara tibatiba atau bertahap sebagai sebuah pengalaman traumatik.
Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi krisis, baik krisis situasional ataupun
krisis perkembangan (Mubarak & Chayatin, 2007).
Definisi kehilangan dan rentang respon kehilangan
RENTANG RESPON KEHILANGAN
Terdapat beberapa teori mengenai respon berduka terhadap kehilangan. Teori yang
dikemukan Kubler-Ross (1969 dalam Hidayat, 2009) mengenai tahapan berduka akibat
kehilangan berorientasi pada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu sebagai
berikut:
a. Fase penyangkalan (Denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau
mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh, orang
atau keluarga dari orang yang menerima diagnosis terminal akan terus berupaya
mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih,
lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah, dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat
berlangsung beberapa menit hingga beberapa tahun.
Definisi kehilangan dan rentang respon kehilangan
b. Fase marah (Anger)
Pada fase ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering
diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami
kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang
orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak kompeten.
Respon fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah, deyut nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan menggepal, dan seterusnya.
c. Fase tawar menawar (Bargaining)
Pada fase ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan
dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah
kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan
tawarmenawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
Definisi kehilangan dan rentang respon kehilangan
d. Fase depresi (Depression)
Pada fase ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap
sangat penurut, tidak mau berbicara menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga,
bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara lain,
menolak makan, susah tidur, letih, turunnya dorongan libido, dan lain-lain.
e. Fase penerimaan (Acceptance)
Pada fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang selalu
berpusat pada objek yang hilang mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima
kenyataan kehilangan yang dialaminya dan mulai memandang kedepan.
Sifat-sifat kehilangan
Sifat kehilangan
1. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan) Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian
diri akan sulit diterima.
2. Berangsur-angsur (dapat Diramalkan) Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan
yang ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando : 1984)
Jenis-jenis kategori kehilangan
1. Kehilangan yang aktual
Kehilangan jenis ini dapat terjadi karena berbagai hal, seperti kecelakaan yang membuat salah satu
anggota tubuhnya harus di amputasi. Atau karena penyakit yang membuat salah satu alat indranya
menjadi tidak berfungsi lagi seperti sebulmnya. Rasa syok dan tidak percaya pasti akan terjadi,
apalagi jika tujuan hidup anda hanya dapat dicapai jika memiliki bagian tubuh tersebut, misalnya
seorang atlit lari yang kakinya di amputasi (akan membuat kandas tujuan hidupnya).
2. Persepsi Kehilangan
Jenis kehilangan yang satu ini, sangat sulit untuk di identifikasi, karena berhubungan dengan
persepsi seseorang tersebut. Hal ini berhubungan dengan kehilangan percaya diri, prestasi, harga
diri, konsep diri, dan nasib. Misalnya ia akan merasa rendah diri karena sudah tidak dapat melihat,
jadi penekanan kehilangannya pada persepsi “merasa rendah diri”.
3. Kehilangan Maturasional
Kehilangan jenis ini, dapat dikatakan hal yang normal, dan dapat terjadi pada semua orang.
Misalnya seperti seorang suami yang belum mendapatkan pekerjaan, namun tiba-tiba ia diberikan
pekerjaan dengan gaji yang besar, tapi ia harus bekerja di luar kota. Sehingga pasangan suami istri
ini harus tinggal berjauhan, nah hal ini dapat mengakibatkan rasa kehilangan bagi keduanya.
Jenis-jenis kategori kehilangan
4. Kehilangan Situasional
Seperti namanya situasional atau situasi, dimana kehilangan jenis ini terjadi dalam situasi yang
mendadak, tidak dapat diprediksi, dan tidak dapat dihindari. Salah satu contoh kehilangan
situasional yaitu seperti kehilangan barang karena dicopet, bercerai, terjadi penyakit kronis seperti
kanker, melahirkan, dan sebagainya. Selain itu, situasi alam atau lingkungan yang dapat membuat
kehilangan seperti banjir, kebakaran, longsor, dan sebagainya.
5. Kehilangan Objek Eksternal
Jenis kehilangan yang selanjutnya ini timbul karena rusaknya sesuatu yang begitu berharga dalam
hidupnya. Biasanya terjadi karena faktor alam seperti kehilangan tempat tinggal (rumah), karena
kebakaran, longsor, dan angin topan. Contoh lainnya yaitu ketika anak kecil kehilangan hewan
peliharaanya seperti kucing, ataupun juga kehilangan boneka.
Semakin berharga suatu benda atau objek tersebut, maka akan semakin terpukul jika terjadi
kehilangan tersebut.
Jenis-jenis kategori kehilangan
6. Kehilangan lingkungan yang dikenal
Kehllangan jenis ini terjadi ketika seseorang meninggalkan tempat yang begitu berharga dalam
hidupnya. Misalnya seperti seorang laki-laki yang harus meninggalkan tempat kerjanya, atau
seorang keluarga yang harus pindah ke tempat lain, padahal tempat yang ia tinggali adalah warisan
dari orang tuanya yang telah meninggal. Contoh lain yang sangat nyata pada kehidupan kita yaitu
para lansia seperti nenek atau kakek yang dititipkan ke panti jompo, mereka akan merasakan
kehilangan dan berduka, selain jauh dari orang ia sayang, ia juga harus beradaptasi dengan
lingkungan yang baru.
7. Kehilangan orang yang masih ada hubungan
Kehilangan jenis ini juga sering terjadi pada kehidupan kita sehari-hari, paling tidak kita dapat
melihatnya pada kehidupan orang lain. kehilangan jenis ini berkaitan dengan orang-orang yang
memiliki hubungan, misalnya pasangan suami istri, keluarga, saudara, yang mana terjadi
perpisahan, kehilangan, dan bercerai.
8. Kehilangan Aspek diri
Kehilangan aspek diri berhubungan dengan cara pandang, konsep diri, gambaran diri. kehilangan
jenis ini hanya berkaitan dengan individu itu sendiri, misalnya terjadi operasi yang membuat salah
satu payudaranya hilang. Ia akan merasa tidak percaya diri, malu, merasa tidak sempurna, dan
berbagai anggapan lainnya.
Askep pada klien dengan kehilangan
pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan,
dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku. Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar
mengetahui apa yang mereka 8iagn dan rasakan adalah :
1. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
2. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
3. Perilaku koping yang adekuat selama proses
Terdapat 7 faktor yang mempengaruhi rentang respon kehilangan, yakni:
a.Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi
akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi
perasaan kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
Askep pada klien dengan kehilangan
3. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang
ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi kehilangan.
4. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-
kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen,
1991).
5. Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya
diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih 9 iagno secara nyata ataupun
imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi:
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan fungsi seksualitas
3. Kehilangan peran dalam keluarga
4. Kehilangan posisi di masyarakat
5. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6. Kehilangan kewarganegaraan
Askep pada klien dengan kehilangan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi,
Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat
menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis
mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat
d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna
e. Respon Fisiologis
g. Respon Kognitif
10. Gangguan asumsi dan keyakinan
11. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
12. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
13. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing.
Askep pada klien dengan kehilangan
i. Perilaku
1. Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
2. Menangis tidak terkontrol
3.
4. Sangat gelisah; perilaku mencari
Aniaya fisik
Penolakan
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan criminal
Lain – lain
1. Jelaskan No. 1, 2, 3 :
1. Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
2. Pasien belum pernah dibawa ke RSJ atau pengobatan lainnya
3. Pasien perana kehilangan anaknya saat berumur 30 tahun,
ADAPTIF
Teknik relaksasi
Aktivitas konstriktif
Olah raga
Lain – lain
MALADAPTIF
Minum alcohol
Bekerja berlebihan
Menghindar
Menciderai diri
Lain – lain
Diagnosa dan perencanaan
• Diagnosa
1. Isolasi sosial
isolasi sosial sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami kesendirian yang ditimbulkan karena orang lain
sebagai suatu keadaan negatif dan mengancam.
Factor yang berhubungan
1.Diasingkan
2.Penurunan kondisi fisiologis
3.Stres jangka panjang