Anda di halaman 1dari 31

Asuhan keperawatan

klien dengan
kehilangan
KELOMPOK 5
Definisi kehilangan dan rentang respon kehilangan
DEFENISI KEHILANGAN
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang
kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda (Yosep, 2011).
Kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau objek) yang
dihargai telah berubah, tidak ada lagi, atau menghilang. Seseorang dapat kehilangan
citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan, barang milik pribadi,
keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun keseluruhan. Peristiwa kehilangan
dapat terjadi secara tibatiba atau bertahap sebagai sebuah pengalaman traumatik.
Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi krisis, baik krisis situasional ataupun
krisis perkembangan (Mubarak & Chayatin, 2007).
Definisi kehilangan dan rentang respon kehilangan
RENTANG RESPON KEHILANGAN
Terdapat beberapa teori mengenai respon berduka terhadap kehilangan. Teori yang
dikemukan Kubler-Ross (1969 dalam Hidayat, 2009) mengenai tahapan berduka akibat
kehilangan berorientasi pada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu sebagai
berikut:
a. Fase penyangkalan (Denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau
mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai contoh, orang
atau keluarga dari orang yang menerima diagnosis terminal akan terus berupaya
mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih,
lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis,
gelisah, dan sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat
berlangsung beberapa menit hingga beberapa tahun.
Definisi kehilangan dan rentang respon kehilangan
b. Fase marah (Anger)
Pada fase ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering
diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami
kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang
orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak kompeten.
Respon fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah, deyut nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan menggepal, dan seterusnya.
c. Fase tawar menawar (Bargaining)
Pada fase ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan
dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah
kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk melakukan
tawarmenawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
Definisi kehilangan dan rentang respon kehilangan
d. Fase depresi (Depression)
Pada fase ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap
sangat penurut, tidak mau berbicara menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga,
bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara lain,
menolak makan, susah tidur, letih, turunnya dorongan libido, dan lain-lain.
e. Fase penerimaan (Acceptance)
Pada fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang selalu
berpusat pada objek yang hilang mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima
kenyataan kehilangan yang dialaminya dan mulai memandang kedepan.
Sifat-sifat kehilangan
Sifat kehilangan
1. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan) Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian
diri akan sulit diterima.
2. Berangsur-angsur (dapat Diramalkan) Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan
yang ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando : 1984)
Jenis-jenis kategori kehilangan
1. Kehilangan yang aktual
Kehilangan jenis ini dapat terjadi karena berbagai hal, seperti kecelakaan yang membuat salah satu
anggota tubuhnya harus di amputasi. Atau karena penyakit yang membuat salah satu alat indranya
menjadi tidak berfungsi lagi seperti sebulmnya. Rasa syok dan tidak percaya pasti akan terjadi,
apalagi jika tujuan hidup anda hanya dapat dicapai jika memiliki bagian tubuh tersebut, misalnya
seorang atlit lari yang kakinya di amputasi (akan membuat kandas tujuan hidupnya).
2. Persepsi Kehilangan
Jenis kehilangan yang satu ini, sangat sulit untuk di identifikasi, karena berhubungan dengan
persepsi seseorang tersebut. Hal ini berhubungan dengan kehilangan percaya diri, prestasi, harga
diri, konsep diri, dan nasib. Misalnya ia akan merasa rendah diri karena sudah tidak dapat melihat,
jadi penekanan kehilangannya pada persepsi “merasa rendah diri”.
3. Kehilangan Maturasional
Kehilangan jenis ini, dapat dikatakan hal yang normal, dan dapat terjadi pada semua orang.
Misalnya seperti seorang suami yang belum mendapatkan pekerjaan, namun tiba-tiba ia diberikan
pekerjaan dengan gaji yang besar, tapi ia harus bekerja di luar kota. Sehingga pasangan suami istri
ini harus tinggal berjauhan, nah hal ini dapat mengakibatkan rasa kehilangan bagi keduanya.
Jenis-jenis kategori kehilangan
4. Kehilangan Situasional
Seperti namanya situasional atau situasi, dimana kehilangan jenis ini terjadi dalam situasi yang
mendadak, tidak dapat diprediksi, dan tidak dapat dihindari. Salah satu contoh kehilangan
situasional yaitu seperti kehilangan barang karena dicopet, bercerai, terjadi penyakit kronis seperti
kanker, melahirkan, dan sebagainya. Selain itu, situasi alam atau lingkungan yang dapat membuat
kehilangan seperti banjir, kebakaran, longsor, dan sebagainya.
5. Kehilangan Objek Eksternal
Jenis kehilangan yang selanjutnya ini timbul karena rusaknya sesuatu yang begitu berharga dalam
hidupnya. Biasanya terjadi karena faktor alam seperti kehilangan tempat tinggal (rumah), karena
kebakaran, longsor, dan angin topan. Contoh lainnya yaitu ketika anak kecil kehilangan hewan
peliharaanya seperti kucing, ataupun juga kehilangan boneka.
Semakin berharga suatu benda atau objek tersebut, maka akan semakin terpukul jika terjadi
kehilangan tersebut.
Jenis-jenis kategori kehilangan
6. Kehilangan lingkungan yang dikenal
Kehllangan jenis ini terjadi ketika seseorang meninggalkan tempat yang begitu berharga dalam
hidupnya. Misalnya seperti seorang laki-laki yang harus meninggalkan tempat kerjanya, atau
seorang keluarga yang harus pindah ke tempat lain, padahal tempat yang ia tinggali adalah warisan
dari orang tuanya yang telah meninggal. Contoh lain yang sangat nyata pada kehidupan kita yaitu
para lansia seperti nenek atau kakek yang dititipkan ke panti jompo, mereka akan merasakan
kehilangan dan berduka, selain jauh dari orang ia sayang, ia juga harus beradaptasi dengan
lingkungan yang baru.
7. Kehilangan orang yang masih ada hubungan
Kehilangan jenis ini juga sering terjadi pada kehidupan kita sehari-hari, paling tidak kita dapat
melihatnya pada kehidupan orang lain. kehilangan jenis ini berkaitan dengan orang-orang yang
memiliki hubungan, misalnya pasangan suami istri, keluarga, saudara, yang mana terjadi
perpisahan, kehilangan, dan bercerai.
8. Kehilangan Aspek diri
Kehilangan aspek diri berhubungan dengan cara pandang, konsep diri, gambaran diri. kehilangan
jenis ini hanya berkaitan dengan individu itu sendiri, misalnya terjadi operasi yang membuat salah
satu payudaranya hilang. Ia akan merasa tidak percaya diri, malu, merasa tidak sempurna, dan
berbagai anggapan lainnya.
Askep pada klien dengan kehilangan
pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan,
dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku. Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar
mengetahui apa yang mereka 8iagn dan rasakan adalah :
1. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
2. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
3. Perilaku koping yang adekuat selama proses
Terdapat 7 faktor yang mempengaruhi rentang respon kehilangan, yakni:
a.Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi
akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi
perasaan kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
Askep pada klien dengan kehilangan
3. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang
ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi kehilangan.

4. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-
kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen,
1991).

5. Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya
diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.

b. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih 9 iagno secara nyata ataupun
imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi:
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan fungsi seksualitas
3. Kehilangan peran dalam keluarga
4. Kehilangan posisi di masyarakat
5. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6. Kehilangan kewarganegaraan
Askep pada klien dengan kehilangan
c. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi,
Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat
menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis
mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat

d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna

e. Respon Fisiologis

1) Sakit kepala, insomnia


2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem 10iagno dan endokrin
Askep pada klien dengan kehilangan
f. Respon Emosional
1. Merasa sedih, cemas
2. Kebencian
3. Merasa bersalah
4. Perasaan mati rasa
5. Emosi yang berubah-ubah
6. Penderitaan dan kesepian yang berat
7. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau benda yang hilang
8. Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

g. Respon Kognitif
10. Gangguan asumsi dan keyakinan
11. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
12. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
13. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal adalah pembimbing.
Askep pada klien dengan kehilangan
i. Perilaku
1. Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
2. Menangis tidak terkontrol
3.
4. Sangat gelisah; perilaku mencari

Iritabilitas dan sikap bermusuhan


5. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama orang yang telah meninggal.
6. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin membuangnya
7. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau 11iagnos
8. Kemungkinan melakukan 11iagnos, upaya bunuh diri atau pembunuhan
9. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian:
1. Perawat mengkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang mengalami kehilangan untuk menentukan
tingkatan berduka.
2. Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz, 1978) yang mencangkup: sesak di dada, napas pendek,
berkeluh kesah, perasaan penuh di perut, kehilangan kekuatan otot, distress perasaan yang hebat.
3. Enam karakteristik berduka (Burgers dan Lazare, 1976)juga dikaji: respons fisiologis, respons tubuh terhdapa
kehilangan atau mengetahui lebih dulu kehilangan dengan suatu reaksi stress. Perawat dapat mengkaji tanda
klinis respons tersebut.
4. Factor yang memengaruhi suatu reaksi kehilangan yang bermakna bergantung pada persepsi individu terhadap
pengalaman kehilangan, umur, kultur, keyakinan spiritual, peran seks, status sosial-ekonomik.
5. Factor presdiposisi yang memengaruhi reaksi kehilangan yang mencakup genetic, kesehatan fisik, kesehatan
mental, pengalaman kehilangan di masa lalu.
6. Factor pencetus mencakup perilaku yang ditunjukkan oleh individu yang mengalami kehilangan, dan
mekanisme koping yang sering digunakan oleh individu.
Gambaran kasus
Kasus :
Ny. M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu perusahaan sebagai tulang punggung
keluarga. Seminggu yang lalu suami Ny. M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut, Ny. M sering
melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum meninggal. Selain itu, Ny. M juga tidak mau berinteraksi
dengan orang lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. M Tanggal Pengkajian : 20 – 11 – 2011 Umur : 33 Tahun RM No. : 09.02.01.0570
2. Alasan Masuk
Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. M mengalami stress setelah seminggu yang lalu suami Ny. M meninggal.
3. Keluhan Utama
Pasien mengalami merasa putus asa dan kesepian, tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain, mengingkari
kehilangan, tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
4. Faktor Predisposisi
I. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Tidak
II. Pengobatan sebelumnya : tidak berhasil
III. Trauma

Jenis trauma Usia Pelaku Korban Saksi

Kehilangan 30 tahun Anak Ny. M NY. M  

Aniaya fisik        

Penolakan        

Kekerasan dalam        
keluarga

Tindakan criminal        

Lain – lain        
1. Jelaskan No. 1, 2, 3 :
1. Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya
2. Pasien belum pernah dibawa ke RSJ atau pengobatan lainnya
3. Pasien perana kehilangan anaknya saat berumur 30 tahun,

 Masalah keperawatan : Berduka disfungsional


i. Adakah anggota keluarga yang gangguan jiwa : Tidak ada
ii. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ? Pasien pernah mengalami
kehilangan suami dan anaknya.
 Masalah keperawatan : Berduka disfungsional
5. Pemeriksaan Fisik
i. TD : 110/80 mmHg N : 90 x/mnt S : 36 oC RR : 24 x/mnt
ii. Ukuran : BB : 46 Kg TB : 168 Cm
iii. Keluhan fisik : Ada
Jelaskan : Pasien mengeluhkan nyeri kepala, sakit pada perut.
Masalah keperawawatan :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 
6.psikosial
2. Konsep diri :
1. Citra tubuh : bagian tubuh yang disukai adalah perut karena bagian perutnya perna ada bayi buah hatinya.
2. Identitas diri : pasien adalah seorang ibu rumah tangga
3. Peran : pasien merupakan ibu rumah tangga yang hanya mengharapkan penghasilan suaminya.
Ideal diri : Pasien ingin tetap bersama dengan anak dan suaminya dan klien mengingkari tasa kehilangan
suaminya.
4. Harga diri : pasien merasa dirinya tidak berharga karena tidak ada lagi anak dan suaminya.
 Masalah keperawatan : Penginkaran kehilangan
3. Hubungan social :
1. Orang yang berarti : orang yang terdekat dengan pasien adalah Ibunya tetapi ibunya kini sakit sakitan karena
sudah tua.
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat : Klien sering mengikuti kegiatan masyarakat, meskipun
klien seorang ibu rumah tangga.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Setelah osuami Ny. M meninggal, Ny. M tidak berminat
dalam berinteraksi dengan orang lain
 Masalah keperawatan : Kerusakan komunikasi sosial
4. Spiritual
4. Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam
5. Kegiatan ibadah : pasien menjalankan ibadahnya dengan tekun

 Masalah keperawatan : tidak ada


7. Status Mental
1. Penampilan
Pasien memakai baju seragam pasien dengan benar (Rapi), tetapi klien tidak ada perubahan dalam pola makan (klien
tidak nafsu makan).
 Masalah keperawatan : Anoreksia
2. Pembicaraan
Lambat, pasien berkomunikasi dengan baik dengan perawat namun harus sedikit dipaksa terlebih dahulu.
 Masalah keperawatan : tidak ada
3. Aktivasi motorik
Lesu, pasien hanya berdiam diri di kamar atau di taman dan jarang beraktifitas.
 Masalah keperawatan : devisit aktivitas
1.Mekanisme Koping

ADAPTIF

  Bicara dengan orang lain

  Mampu menyelesaikan maasalah

  Teknik relaksasi

  Aktivitas konstriktif

  Olah raga

  Lain – lain

MALADAPTIF

  Minum alcohol

√ Reaksi lambat / berlebihan

  Bekerja berlebihan

  Menghindar

  Menciderai diri

  Lain – lain
Diagnosa dan perencanaan
• Diagnosa
1. Isolasi sosial
isolasi sosial sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami kesendirian yang ditimbulkan karena orang lain
sebagai suatu keadaan negatif dan mengancam.
Factor yang berhubungan
1.Diasingkan
2.Penurunan kondisi fisiologis
3.Stres jangka panjang

2. Gangguan konsep diri


 
• Perencanaan
Melakukan koping terhadap kehilangan secara bertahap dan menerima kehilangansebagai bagian dri kehilangan
yang nyat dan harus dilalui
 
Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan
respon kehilangan
1.Prinsip tindakan keperawatan pada tahap penyangkalan adalah memberikan
kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaanya
Tindakan Keperawatan:
 Doronglah pasien untuk mengungkapkan perasaan dukanya.
 Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan, kehilangan, apabila
ia sudah siap secara emosional.
 Dengarkan pasien dengan penuh pengertian dan jangan menghukum atau
menghakimi.
 Jelaskan kepada pasien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang mengalami
kehilangan.
 Beri dukungan kepada pasien secara nonverbal, seperti memegang tangan, menepuk
bahu, merangkul.
 Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana, jelas dan singkat.
 Amati dengan cermat respons pasien selama berbicara.
 Tingkatkan secara bertahap kesadaran pasien terhadap kenyataan.
Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan
respon kehilangan
2. Prinsip tindakan keperawatan pada tahap marah adalah member dorongan, member kesempatan
kepada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal,tanpa melawan dengan
kemarahan. Perawat harusmenyadari bahwa perasaan marah adalah ekspresi dari perasaan frustasi
dan ketidakberdayaan.
Tindakan keperawatan:
 Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihannya (misalnya marah, menangis)
 Dengarkan dengan empati, jangan member respons yang mencela.
 Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.
3. Prinsip tindakan keperawatan pada tahap tawar menawar adalah membantu pasien
mengidentifikasikan rasa bersalah dan perasaan takutnya.
Tindakan keperawatan:
 Amati perilaku pasien.
 Diskusikan bersama pasien mengenai perasaannya.
 Tingkatkan harga diri pasien.
 Cegah tindakan merusak diri
Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan
respon kehilangan
4. Prinsip tindakan keperawatan pada tahap depresi adalah mengidentifikasi tingkat depresi, risiko
merusak diri, dan membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
Tindakan Keperawatan:
 Amati periaku pasien.
 Diskusikan bersama pasien mengenai perasaanya.
 Cegah tindakan merusak diri.
 Hargai perasaan pasien.
 Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif yang terkait dengan kenyataan.
 Beri kesempatan pada pasien mengungkapkan perasaannya, bila perlu biarkan ia menangis
sambil tetap didampingi.
 Bahas pikirann yang selalu timbul bersama dengan pasien.
5. Prinsip tindakan perawatan tahap penerimaan adalah membantu pasien untuk menerima
kehilangan yang tidak bisa dielakan.
Tindakan keperawatan:
 Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
Intervensi keperawatan jiwa
No   Perencanaan    
Rasi
onal
  Tujuan Umum Tindakan Keperwatan    
1. Setelah dialakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1.) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan   1) Hubungan saling percaya merupakan
24 jam, Ny. M dapat : prinsip komunikasi terapeutik. dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
1) Ny. M dapat membina hubungan saling percaya 2.) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan selanjutnya.
2) Ny. M dapat menyebutkan penyebab menarik diri tanda-tandanya. 2) Diketahuinya penyebab akan
3) Ny. M dapat menyebutkan keuntungan 3.) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan dihubungkan dengan faktor resipitasi yang
berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul. dialami klien.
berhubungan dengan orang lain 4) Ny. M dapat 4.) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri 3) Klien harus dicoba berinteraksi secara
melaksanakan hubungan sosial secara bertahap 5) tanda-tanda serta penyebab yang muncul. bertahap agar terbiasa membina hubungan
Ny. M dapat mengungkapkan perasannya setelah 5.) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan yang sehat dengan orang lain.
berhubungan dengan orang lain berhubungan dengan orang lain. 4) Mengevaluasi manfaat yang dirasakan
6) Ny. M dapat memberdayakan sistem pendukung 6.) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan kerugian tidak klien sehingga timbul motivasi untuk
atau keluarga mampu mengembangkan kemmapuan berhubungan dengan orang lain. berinteraksi.
klien untuk berhubungan dengan orang lain. 7.) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak 5) Keterlibatan keluarga sangat mendukung
berhubungan dengan orang lain. terhadap proses perubahan perilaku klien.
8.) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang
lain.
9.) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
10.) Dorong klien untuk mengungkapkan perasannya bila
berhubungan dengan orang lain.
11.) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat
berhubungan dengan orang lain.
12.) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan
kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
2. Setelah dialakukan tindakan 1. Sapa pasien dengan ramah baik   - Dengan menunjukkan perilakuk yang baik
keperawatan selama 1 x 24 secara verbal maupun non verbal klien (Ny.M ) dapat ;ebih terbuka pada
jam, Ny. M dapat : 2. Perkenalkan diri dengan sopan perawat
  3. Tanyakan nama lengkap klien dan
1. Menunjukan ekspresi wajah nama panggilan kesukaan pasien
bersahabat 4. Jelaskan tujuan pertemuan
  5. Jujur dan menepati janji
2. Menunjukan rasa senang 6. Tunjukan sikap empati dan terima
  pasien apa adanya
3. Adanya kontak mata 7. Beri perhatian pada pasien dan
  perhatikan kebutuhan
4. Mau berjabat tangan
 
5. Mau menyebutkan salam,
duduk berdampingan dengan
perawat, dan mau
mengutarakan
masalah yang dihadapinya.
Implementasi dan evaluasi
IMPLEMENTASI EVALUASI
1.) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip S : klien terbuka dengan perawat dan mampu berkomunikasi sesuai yang diharapkan
komunikasi terapeutik. O : klien mampu mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau
2.) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya. bergaul, klien mampu menyebutkan manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
3.) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab orang lain, serta kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
menarik diri atau tidak mau bergaul. A : masalah ketidakpercayaan diri pada pasien teratasi sebagian
4.) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri tanda-tanda serta P:
penyebab yang muncul.  Lanjutkan intervensi
5.) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan  Terus menguatkan klien untuk lebih percaya diri lagi dan mau bersosialisasi
dengan orang lain.
6.) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
7.) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
8.) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
9.) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
10.) Dorong klien untuk mengungkapkan perasannya bila berhubungan
dengan orang lain.
11.) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain.
12.) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
1. Sapa pasien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal S : klien merespon dengan baik sapaan perawat
2. Perkenalkan diri dengan sopan O : klien mampu menyebutkan dengan baik dan benar nama lengkap klien dan nama
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan kesukaan pasien panggilan kesukaannya
4. Jelaskan tujuan pertemuan A : masalah kepercayaan diri klien sudah meningkat ke yang lebih baik
5. Jujur dan menepati janji P : lanjutkan intervensi
6. Tunjukan sikap empati dan terima pasien apa adanya
7. Beri perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan
Thanks!
Do you have any questions?
addyouremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai