Disusun oleh:
Dosen Pembimbing:
drg. Manuel Dwiyanto Hardjo Lugito, Sp.PM
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................17
3.1 Kasus 1.............................................................................................17
3.2 Kasus 2.............................................................................................19
3.3 Kasus 3.............................................................................................21
BAB 4 RINGKASAN...........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Headache Society sebagai 'nyeri wajah yang tidak memenuhi kriteria lain. Oleh
karena itu, diagnosis dapat sulit dibuat karena hanya dapat dicapai dengan
nyeri orofasial kronis serupa biasanya di daerah kepala dan leher, atau bahkan di
dada. AFP termasuk dalam kategori gejala yang tidak dapat dijelaskan secara
tersebut.1
Pada tahun 1924, diagnosis AFP pertama yang diketahui dicatat oleh
Frazier dan Russell yang menetapkan bahwa 10% hingga 15% pasien yang
mengalami nyeri wajah kronis memiliki gejala yang berbeda dari pola klinis khas
neuralgia atipikal. Fakta bahwa pasien dengan gangguan ini mengalami nyeri
yang tidak mengikuti distribusi saraf perifer atau merespon agen antiepilepsi,
pelabelan kondisi ini sebagai atipikal telah berfungsi untuk membedakannya dari
1
neuralgia trigeminal tipikal. Meskipun hal ini memberikan cara untuk
mengkategorikan pasien dengan riwayat dan profil nyeri yang serupa, dasar yang
kekhawatiran tentang kanker atau infeksi. Tomografi emisi positron pada orang
peringatan yang ditingkatkan dalam menanggapi rangsangan perifer. Hal ini dapat
menyebabkan kerusakan sel dan pelepasan eikosanoid yang memicu rasa sakit,
Nyeri wajah secara luas dapat dibagi menjadi dua kategori: nyeri mulut
yang berhubungan dengan gigi dan tidak terkait dengan gigi. Sakit wajah yang
berhubungan dengan gigi adalah jenis rasa sakit yang paling umum dialami orang
dan dapat memiliki dampak negatif yang serius pada kehidupan seseorang. Sakit
gigi memiliki prevalensi yang tinggi pada populasi anak, terutama bagi mereka
yang memiliki status sosial ekonomi rendah yang kurang memiliki akses ke
perawatan gigi. Pada orang dewasa, nyeri gigi sangat berkorelasi dengan
kerusakan gigi akibat penyakit gigi yang tidak diobati. Ini termasuk gigi yang
retak dan dentin yang terbuka karena berbagai penyebab yang dapat menyebabkan
2
nyeri wajah yang parah. Penyebab paling sering dari nyeri orofasial yang tidak
dapat dijelaskan adalah gigi molar rahang bawah yang retak karena berkurangnya
peningkatan skor rasa sakit selama proses penyakit alami jika tidak diobati. Hanya
sekitar 6% orang dengan gingivitis yang mengalami nyeri yang signifikan, tetapi
satu dari empat orang dengan penyakit periodontal mengalami nyeri karena
Sebagai dokter gigi, kita harus berperan dalam mengenal dan mendiagnosa
nyeri wajah atipikal sebagai salah satu penyebab nyeri sesudah prosedur
bermanfaat di AFP. Amitriptyline sering menjadi obat pilihan pertama pada AFP
karena obat ini mengurangi muatan nosiseptif yang berasal dari jaringan
Obat yang berbeda juga telah dicoba dalam uji klinis untuk pengelolaan AFP
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
kronis yang konstan.5 Atypical Facial Pain (AFP) pertama kali dijelaskan oleh
Frazier dan Russell pada tahun 1924, membedakannya dari neuralgia trigeminal.
Hal ini termasuk dalam kategori “nyeri wajah yang tidak memenuhi kriteria” yang
gangguan neurologis dan penyakit sistemik yang terkait. Hal ini tidak terkait
dengan objektif neurologia, temuan wajah atau oral dan bahkan sering ditemukan
pola non anatomi dan pola perpindahan. Oleh karena ketidakjelasan dalam istilah
Association Study of Pain (IASP) menghapus daftar Atypical Facial Pain (AFP)
dalam klasifikasi nyeri kronis. Sebaliknya dalam istilah yang lebih luas, AFP telah
digantikan dengan dua istilah yang spesifik yaitu Atypical Odontalgia (AO) dan
Jenis nyeri yang terasa seperti terbakar terus menerus yang berasal dari
4
Tanda-tanda objektif kurang.
Pasien yang mengalami AFP biasanya remaja atau orang dewasa, dan
jarang terjadi pada anak-anak. Biasanya terjadi pada pasien wanita sekitar 70%.
Perkiraan insiden dan prevalensi AFP berbeda secara signifikan. Dalam sebuah
sedangkan penelitian lain menyatakan bisa lebih dari 1%. Perbedaan besar dalam
perkiraan kejadian dan prevalensi ini yaitu karena tidak adanya pedoman
terlalu rendah dan terlalu tinggi dalam berbagai penelitian. Dengan demikian,
tidak ada data yang cukup untuk memberikan bukti tentang insiden, prevalensi,
2.1.1 Etiologi
didalam tubuh. Selain itu, sebagian besar dari sensorik pada korteks serebral
5
menerima informasi dari struktur orofasial. Saat masa pertumbuhan, mulut
seperti bibir, gigi, dan mukosa mulut dapat memiliki makna emosional yang
sangat besar. Oleh karena itu, tidak heran bahwa gangguan orofasial dapat
mengakibatkan stress yang cukup besar dan terdapat berbagai jenis nyeri orofasial
psikogenik, termasuk Atypical Facial Pain (AFP) atau Idiopathic Facial Pain
(IFP). Sebagian besar penderita IFP adalah individu normal yang sedang atau
pernah berada dibawah tekanan yang hebat atau ekstrem, seperti: merasa
kehilangan (kesedihan yang terlalu dalam) atau kekhawatiran tentang kanker dan
infeksi.5
diketahui dengan pasti. Para peneliti telah menyatakan bahwa penyebab yang
sentral perifer, atau trauma ringan, seperti pencabutan gigi. Beberapa literatur
peneliti yang lain telah menyatakan bahwa AFP adalah nyeri yang dihubungkan
secara terpusat dan kemungkinan berasal dari psikologis karena mereka telah
psikologis ini berperan penting atas AFP atau apakah AFP berperan dalam
timbulnya kondisi ini karena kondisi nyeri kronis lainnya umumnya terkait
dengan gangguan psikologis ini. Secara umum, penelitian sejauh ini telah
6
menghasilkan pendapat asosiasi dan kemungkinan etiologi AFP. Namun,
asosiasinya lemah dan etiologi yang diberikan tidak memiliki bukti yang benar
tetapi sedikit bukti yang ditemukan untuk mendukung teori-teori ini. Etiologi
yang paling sering dijelaskan untuk AFP adalah: psikologis, deaferentasi, vaskular
depresi merukapakan penyebab yang paling sering dikaitkan. Lesse yang dikutip
oleh Issrani et al. (2015) menyimpulkan bahwa 18 pasien AFP dengan keluhan
terhadap defisit organik yang sangat kecil yang telah lama dipertimbangkan.
Maier dan Hoffmeister yang dikutip oleh Issrani et al. (2015) menyatakan bahwa
beberapa aspek AFP dapat dilihat sebagai bentuk distrofi refleks simpatis. Baik
AFP dan sindrom nyeri regional kompleks memiliki kesamaan gambar, seperti
dengan intensitas yang relatif rendah, hilang rasa sakit setelah intervensi
penyebab nyeri kronis pada wajah. Engel yang dikutip oleh Issrani et al. (2015)
bahwa gangguan emosional adalah penyebabnya. Mock et al. yang dikutip oleh
Issrani et al. (2015) mengatakan bahwa suatu etiologi harus sering dicurigai dan
harus didahulukan, tetapi hal ini juga dapat mengakibatkan perawatan gigi yang
panjang, biasanya tidak perlu, terutama pada perawatan ekstraksi dan endodontik.
7
Namun, gigi yang tidak tepat dalam perawatanya dapat menyebabkan
2.1.2 Patogenesis
Dalam beberapa kasus, rasa sakit dipicu oleh prosedur pembedahan gigi
atau trauma wajah, seringkali cukup kecil. Mekanisme yang terlibat dalam
aferen. Proses tersebut bisa dikatakan sebagai dasar manifestasi klinis AFP. 8
8
mengalami nyeri yang muncul sebagai nyeri tidak terlokalisir, dalam, tumpul,
terbakar, tertarik, dan melibatkan area difus dari distribusi saraf trigeminal di
wajah. Selain itu, nyerinya berlangsung lama, muncul setiap hari, dan cenderung
berlangsung hampir sepanjang hari. Nyeri dapat terus menerus atau intermiten
dengan periode tanpa nyeri. Stres dan kelelahan dapat menimbulkan gejala. Saat
onset, nyeri terasa pada area terbatas, yang biasanya unilateral dan kemudian
dapat menyebar ke area yang lebih luas dan difuse. Dalam beberapa kasus, nyeri
dapat muncul sebagai tajam dan bilateral. Pasien dengan Atypical Facial Pain
sering melaporkan bahwa analgesik tidak efektif dan rasa sakit ini telah ada
selama beberapa tahun. Kondisi ini tampaknya memiliki predileksi pada rahang
atas, wanita, dan paruh baya-lansia, dengan usia terbanyak 30 tahun hingga 50
tahun.7 Lokasi nyeri terutama terjadi di rahang atas, tidak berhubungan dengan
melibatkan sisi yang lain atau berpindah ke tempat yang lain. Rasa sakitnya kronis
dan tajam serta terus menerus namun tidak mengganggu pasien. Terdapat keluhan
yang terkait oral atau psikogenik yang sering muncul seperti, mulut kering, rasa
tidak nyaman, sakit kepala, sakit punggung kronis dan iritasi usus besar.5
oleh lokal, seringnya karena pembedahan atau trauma. Dalam kebanyakan kasus,
trauma tidak selalu berhubungan dengan lesi saraf, relatif ringan. Menurut
Paulson Atypical Facial Pain ditandai dengan nyeri yang intens, dalam dan
konstan. Rasa sakitnya seperti terbakar atau sakit dan tidak terlokalisasi dengan
baik. Secara umum, distribusi nyeri tidak mengikuti jalur anatomi saraf perifer.
9
Pfaffenrath dkk. melaporkan alodinia, disestesia dan parestesia; seperti perasaan
nyeri tekan, sensasi hangat, kesemutan atau mati rasa sebagai perubahan sensorik
dengan area atau tempat pemicu yang ditentukan dan tidak seperti neuralgia
trigeminal, makan, berbicara dan fungsi wajah lainnya biasanya tidak terganggu
pada pasien dengan Atypical Facial Pain. Selain itu, sebagian besar penderita
Atypical Facial Pain tidak memiliki atau memiliki keterbatasan kecil dalam
gigi sebelum timbulnya rasa sakit, oleh karena itu kasus mungkin tumpang tindih
Beberapa mungkin benar nyeri neuropatik, terkait dengan cedera saraf perifer
yang tidak dapat didokumentasikan atau aktivitas yang tidak sesuai dalam sistem
2.1.4 Klasifikasi
Nyeri wajah secara luas dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu nyeri
wajah yang berhubungan dengan gigi dan tidak berhubungan dengan gigi. Nyeri
wajah yang berhubungan dengan gigi adalah jenis rasa sakit yang paling umum
10
dialami orang dan dapat memiliki dampak negatif yang serius pada kualitas hidup
seseorang. Sakit gigi memiliki prevalensi yang tinggi pada populasi anak,
terutama bagi mereka yang memiliki status sosial ekonomi rendah yang kurang
memiliki akses terhadap perawatan gigi. Pada orang dewasa, nyeri terkait gigi
sangat berkorelasi dengan kerusakan gigi akibat penyakit gigi yang tidak diobati.
Ini termasuk gigi yang fraktur dan dentin yang terbuka karena berbagai penyebab
yang dapat menyebabkan nyeri wajah yang parah. Penyebab paling sering dari
nyeri orofasial yang tidak dapat dijelaskan disebabkan gigi molar rahang bawah
yang fraktur karena kurangnya akses ke perawatan gigi. Mereka yang menderita
penyakit gusi mengalami peningkatan skor rasa sakit selama proses perjalan
penyakit, jika tidak diobati. Hanya sekitar 6% orang dengan gingivitis yang
mengalami nyeri signifikan, tetapi satu dari empat orang dengan penyakit
Sebagian besar nyeri orofasial yang tidak berhubungan dengan gigi berasal
dari dua subtipe utama: gangguan temporomandibular (TMD) dan nyeri wajah
neuropatik. Gejala umum TMD adalah nyeri pada sendi temporomandibular atau
pengunyahan.8
Nyeri wajah neuropatik adalah istilah umum untuk nyeri wajah yang
berhubungan dengan lesi atau cedera saraf. Neuralgia trigeminal (TN) adalah yang
paling umum dan mungkin bentuk paling terkenal dari nyeri wajah neuropatik,
tetapi insidennya relatif rendah dengan sekitar 5 dari 100.000 orang per tahun
11
panjang dari reaktivasi infeksi herpes zoster sebelumnya dan memiliki insiden
neuralgia trigeminal yang serupa. Sindrom mulut terbakar adalah jenis lain dari
selaput lendir mulut atau lidah tanpa temuan klinis abnormal atau penyebab
diagnostik. Sindrom ini lebih sering terjadi pada wanita paruh baya dan lebih tua
2.1.5 Diagnosis
Berdasarkan etiologi dari AFP yang belum jelas dan bervarien tinggi,
maka tidak ada penelitian atau tes yang menghasilkan diagnosis yang akurat.
Sejauh ini diagnosis AFP dibuat berdasarkan penilaian klinis yang dibuat oleh ahli
bedah mulut yang sudah berpengalaman yang mampu menyeleksi penyebab nyeri
menantang dalam mengelola rujukan kasus nyeri. Nyeri di kepala dan leher bisa
12
dalam presentasi klinis, pemeriksaan gejala yang cermat dapat membedakan
trigeminal neuralgia dari Atypical Odontalgia. Fakta bahwa nyeri gigi neuropatik
dapat muncul secara eksklusif intra-oral tanpa adanya infeksi atau trauma yang
jelas sehingga dapat membingungkan pasien dan dokter. Pasien kedokteran gigi
lebih cenderung dianggap memiliki sakit gigi dibandingkan dengan pasien yang
dirujuk ke ahli saraf. Di sinilah persepsi pasien tentang masalah mereka dapat
2.1.7 Perawatan
penyakit
2. Merujuk ke spesialis
mengambil riwayat dari faktor fisik, suasana hati pasien dan sosial, hal ini
13
Hal yang harus dilakukan oleh dokter:5
mengabaikannya.
gejalanya.
14
Pengobatan farmakologis dengan antidepresan, antiepilepsi atau obat lain yang
pada pasien bahwa ini digunakan untuk mengobati gejala depresi dan antidepresan
telah dilakukan uji coba terkontrol yang efektif untuk masalah ini, bahkan pada
orang yang tidak depresi. Pengurangan rasa sakit yang dicapai dengan
antidepresan harus diberikan setidaknya selama 2-3 minggu untuk mencapai efek
antidepresi, banyak pasien dengan gejala yang tidak dapat dijelaskan secara
adalah pilihan yang utama dengan dosis awal 10 mg pada malam hari, diberikan
dalam bentuk tablet atau larutan, lalu dosis ditingkatkan hingga 75 mg jika
15
pada pengobatan AFP namun stimulasi otak dalam pada hipotalamus posterior
16
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Kasus 1
nyeri leher bilateral yang diperburuk ketika kepala diputar ke samping dan saat
menelan sejak 4 tahun. Pasien telah ditinjau oleh banyak konsultan selama
beberapa tahun terakhir untuk hal yang sama tanpa mendapatkan bantuan apapun.
Pasien dirujuk oleh dokter THT. Tidak ada gejala klinis lain seperti sakit kepala,
Pada palpasi, proses styloid dapat dirasakan dengan mudah secara intraoral
dan ekstraoral. Amitriptyline oral ditawarkan kepada pasien dalam upaya untuk
mendapatkan bantuan dari rasa sakit. Karena itu, eksisi bedah melalui sayatan
Gambar 1. Sayatan
17
Ketika proses styloid dievaluasi secara radiografi, di sisi kanan ditemukan
variasi Tipe II dan di sisi kiri variasi Tipe I. Ini dikonfirmasi selama fase
yang memanjang mudah dirasakan di celah ini. Jaringan di bawah proses styloid
kranial untuk memungkinkan reseksi yang lebih panjang. Bur digunakan untuk
memotong proses styloid. Pasien ditinjau setelah 24 jam dan bebas gejala.10
18
Gambar. 3 Proses styloid sisi kiri (Tipe I).10
3.2 Kasus 2
kanan wajahnya sejak dua bulan (Gambar 1a). Rasa sakit itu dari jenis sedang dan
intermiten yang menyebar ke daerah temporal dan leher kanan dan dikaitkan
dengan gerakan leher terbatas di sisi kanan. Pasien mengungkapkan bahwa dia
sedang stres, karena dia khawatir tentang perubahan pekerjaannya sejak dua
sampai tiga bulan, yang memperburuk rasa sakit, dan kadang-kadang dikaitkan
riwayat gigi termasuk pencabutan gigi belakang kanan bawah yang lancar, tiga
bulan sebelumnya.
tonsilaris kanan, dengan tulang yang besar dan keras (Gambar 1b). Pemeriksaan
19
Gambar 1: (a) Gambaran klinis profil depan pasien (b) Gambar klinis profil
samping pasien menunjukkan massa tulang di daerah fossa tonsilar kanan (c)
Gambar klinis intraoral menunjukkan hilang 46 dan 48, dengan karies 47.11
kalsifikasi ringan dari proses styloid bilateral [Gambar 2]. Selanjutnya, Computed
Tomography (CT) scan dari dasar tengkorak juga menunjukkan proses styloid
bilateral memanjang, di mana sisi kanan berukuran sekitar 4,8 cm dan sisi kiri
20
Gambar 2: Radiografi panoramik menunjukkan pemanjangan dengan kalsifikasi
ke daerah fossa tonsilar, dengan gejala pasien yang selanjutnya mereda. Selain itu,
diazepam 0,25 mg untuk lima hari. Karena pasien menolak perawatan bedah
hingga lima hari. Setelah lima bulan follow-up, pasien tidak menunjukkan gejala
apa pun.11
3.3 Kasus 3
Ayahnya menjalankan bisnis keluarga sementara ibunya adalah ibu rumah tangga.
21
Pada usia 11 tahun dia mulai mengeluh nyeri ringan sampai sedang di telinga
kanan setiap hari. Dia sering menangis dan bolos sekolah karena sakit. Dia diberi
carbamazepine 600 mg/hari oleh ahli saraf. Rasa sakit muncul kembali setelah
75 mg.
Dia memiliki nyeri wajah sisi kanan dan nyeri tekan yang melibatkan pipi
kanan, daerah submandibular, sudut mulut dan rahang, tetapi menyisakan pinna
bawah, sisi hidung, kelopak mata bawah, dan dahi. Selain itu, daerah oksipital
kanan yang dipersarafi oleh cabang maksila dan mandibula dari saraf wajah juga
dengan distribusi sensorik saraf trigeminal. Pasien juga temperamental dan tidak
mudah beradaptasi.
Secara bertahap, fokusnya dialihkan pada koping dan toleransi frustrasinya. Orang
tua juga diberi konseling. Pasien menjalani follow-up teratur selama 18 bulan
AFP mengacu pada nyeri yang tidak mengikuti jalur anatomi saraf kranial
atau perifer. Ini tidak memiliki tanda-tanda objektif, dan tidak ada penjelasan yang
jelas untuk penyebab nyeri. Pemeriksaan penunjang adalah normal, dan ada
22
respons yang buruk terhadap pengobatan biasa untuk nyeri neuralgik. Pada kasus
ini, nyeri bersifat hemifasial dan tipe nyeri tumpul. Rasa sakit tidak sesuai dengan
disajikan dengan apa yang secara historis digambarkan sebagai AFP. Yang
menarik adalah bahwa AFP dianggap biasanya mempengaruhi wanita paruh baya
dan jarang terjadi pada anak-anak. Kasus ini menunjukkan bahwa meskipun
jarang; gejala serupa dapat terjadi pada anak-anak dan remaja, dan dokter harus
AFP telah bervariasi dilihat sebagai gejala yang tidak dapat dijelaskan
secara medis yang dikaitkan dengan aktivitas otot seperti bruxism atau gangguan
infeksi. penyakit psikosomatik, dengan asal psikogenik. AFP pada anak indeks
dapat dianggap sebagai asal psikogenik dan memberikan beberapa bukti terbatas
bahwa penyebab psikologis menjadi salah satu etiologi AFP. Seperti disebutkan
23
BAB 4
RINGKASAN
nyeri orofasial kronis yang konstan. Belum ditentukan etiologi utama AFP, tetapi
menurut para ahli AFP dapat disebabkan oleh masalah psikologis pasien, cedera
pada saraf trigeminal, demielinasi sentral perifer, pembedahan atau trauma ringan.
dalam, tumpul, terbakar, tertarik, dan melibatkan area difus dari distribusi saraf
trigeminal di wajah. Selain itu, nyerinya berlangsung lama, muncul setiap hari,
dan cenderung berlangsung hampir sepanjang hari. Terdapat keluhan yang terkait
oral atau psikogenik yang sering muncul seperti, mulut kering, rasa tidak nyaman,
sakit kepala, sakit punggung kronis dan iritasi usus besar. Sejauh ini diagnosis
AFP dibuat berdasarkan penilaian klinis yang dibuat oleh ahli bedah mulut.
Amitryptilin adalah pilihan utama dengan dosis awal 10 mg pada malam hari,
diberikan dalam bentuk tablet atau larutan, lalu dosis ditingkatkan hingga 75 mg
namun stimulasi otak dalam pada hipotalamus posterior dan pengobatan frekuensi
perawatan AFP.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
11. Sowmya GV, Singh MP, Manjunatha BS, Nahar P, Astekar M. A case of
unilateral atypical orofacial pain with Eagle's syndrome. Journal of cancer
research and therapeutics. 2016;12(4):1323.
26