Anda di halaman 1dari 5

CATATAN UAS IBM 3

 BEDAH PREPOSTETIK
 Definisi
 Bedah preprostetik adalah suatu tindakan bedah untuk membentuk jaringan keras dan
jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai dasar dari suatu protesa.
 Bedah prepostetik yang objektif adalah untuk membentuk jaringan pendukung yang baik
untuk penempatan gigi tiruan.
 Tujuan
1. Mengembalikan fungsi rahang (seperti fungsi pengunyahan, berbicara, menelan)
2. Memelihara atau memperbaiki struktur rahang
3. Memperbaiki rasa kenyamanan pasien
4. Memperbaiki estetis wajah
5. Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak nyaman yang timbul dari pemasangan protesa yang
menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada daerah yang mendukung protesa.

A. ALVEOLEKTOMI
 Definisi
 Suatu tindakan bedah untuk mereduksi atau mengambil sebagian atau seluruh processus
alveolaris yang tajam atau menonjol.
 Indikasi
1. Neoplasma ganas
2. Terdapat kista atau tumor
3. terdapat gigi yang impaksi, atau sisa akar yang masih ada di dalam proc. Alveolaris
4. Setelah tindakan pencabutan satu atau beberapa gigi, sehingga dapat segera dilakukan
pencetakan yang baik untuk pembuatan gigi tiruan.
5. Akan dilakukan tindakan apikoektomi.
6. Adanya eksostosis yang perlu dieksisi.
7.  Adanya alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan protesa tidak stabil
 Kontraindikasi
1. Pada pasien yang masih muda.
2. Pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya, sehingga jaringan
pendukung gigi tiruan menjadi kurang sehat, mengakibatkan proses resorbsi tulang dan
proliferasi jaringan terhambat.
3. Jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu adaptasi gigi tiruan.
4. Pasien dengan riwayat penyakit sistemik.
 Tatalaksana Alveolektomi
1. Pemberian desinfektan dengan povidon iodine
2. Anastesi daerah kerja
3. Buat flap (trapezium atau triangular)pada daerah pembedahan
4. Pengurangan tulang dengan, knalble tang → bur tulang → bone file
5. Dilakukan perabaan dimukosa, kalau masih ada yang tajam dilakukan pengurangan lagi
6. Irigasi hingga bersih dengan larutan salin (NaCl)
7. Apabila didapatkan pengambilan tulang yang berlebih dilakukan free graf
8. Tutup flap mukoperiosteum dengan penjahitan

1
9. Pemberian antibiotic, antiinflamasi, analgetik
10. Instruksi pasien
 Komplikasi
1. Rasa sakit
2. Hematoma (penumpukan darah yang keluar dari pembuluh darah atau vena yang rusak)
3. Pembengkakan yang berlebihan
4. Timbulnya rasa tidak enak pasca operasi (ketidaknyamanan)
5. Proses penyembuhan yang lambat
6. Resorbsi tulang berlebihan
7. Osteomyelitis

B. FRENEKTOMI
 Definisi
 Frenektomi adalah prosedur sederhana untuk mengangkat sebagian atau seluruh frenulum
dalam rangka mengembalikan keseimbangan kebersihan mulut.
 Indikasi
1. Perlekatan frenulum yang tinggi yang memperhebat inflamasi gigiva dan poket
2. Diastema sentralis yang dapat menghambat perawatan orthodonsi
3. Ankiloglossia untuk frenulum lingualis.
 Kontraindikasi
1. Pasien memiliki riwayat penyakit sistemik (ex : DM, Hemofilia, dIl.).
2. Psikologis pasien tidak mendukung (takut, cemas, tekanan darah rendah, takikardi).
 Tatalaksana
a) Frenektomi labialis maksila
1. Metode yang biasanya digunakan adalah eksisi menggunakan dua hemostat.
2. Lakukan anestesi lokal terlebih dahulu.
3. Setelah anestesi lokal, bibir ditarik ke atas, dan frenulum yang digenggam menggunakan
dua hemostat melengkung, yang diposisikan di superior dan inferior margin.
4. Bibir tersebut kemudian ditarik lebih jauh dan pisau scalpel tipis menyayat jaringan di
belakang hemostat, pertama di belakang hemostat bawah dan kemudian balik hemostat
atas.
5. Jahitan ditempatkan di sepanjang margin lateral luka dalam arah linier, setelah mukosa
dari margin luka dirusak menggunakan gunting.
b) Frenektomi lingualis mandibula
1. Setelah anestesi lokal, lidah ditarik ke atas dan posterior dengan jahitan traksi yang
melewati ujung lidah.
2. Frenulum tersebut kemudian dipegang sekitar tengah panjang vertikal dengan hemostat
lurus, yang sejajar dengan dasar mulut.
3. Menggunakan pisau bedah bagian jaringan yang dipegang dipotong, pertama di atas
hemostat dan kemudian di bawah.
4. Tepi luka kemudian terputus dengan gunting dan jahitan terputus ditempatkan.
 Komplikasi
1. Infeksi pasca pembedahan
2. Bleeding, swelling (tonjolan abnormal atau pembesaran lokal)
3. Nyeri

2
4. Facial discoloration
5. Sensitivitas gigi terhadap makanan panas, dingin, manis ataupun asam.
6. Reaksi alergi

C. TOREKTOMI
 Definisi
 Torektomi adalah suatu prosedur dimana dilakukan pengambilan torus, apabila pada
pemasangan gigi tiruan torus tersebut mengganggu.
 Proses pembedahan yang dilakukan untuk menghilangkan satu atau lebih tonjolan pada
maksila atau mandibula.
 Indikasi
a) Torektomi lingualis
1. Torus menyebabkan lingual undercut dan mengganggu sayap lingual prostetis yang
direncanakan.
2. Ketika mukosa yang menutupi mengalami ulserasi.
3. Besar torus mengganggu bicara dan deglutasi (menelan).
b) Torektomi palatinus
1. Torus besar berlobus dengan mukoperiosteal yang tipis menutupi dengan arah
memanjang ke posterior vibrating line pada palatum yang mencegah perlekatan gigi
tiruan.
2. Mengganggu posterior seal pada palatum fovea.
3. Sebuah torus yang sangat besar menutupi palatal.
4. Trauma di atas torus.
5. Undercut tulang bawah mengganggu penyisipan gigi tiruan dan stabilitas.
 Tatalaksana
a) Torektomi palatinus
1. Insisi awal pada pengambilan torus palatinus adalah pada bidang sagital.
2. Dua insisi serong dibagian anterior membentuk huruf “V”, flap yang terbentuk
dipertahankan pada posisi retraksi dengan jahitan sementara.
3. Torus dibur dengan bur fisur sampai kedalaman tertentu (sesuai ketinggian torus) dan
dibuat menjadi segmen-segmen, kemudian segmen-segmen tersebut dikeluarkan
dengan menggunakan osteotom, dengan menggunakan mallet atau ditekan dengan
tangan.
4. Penghalusan akhir dilakukan dengan bur besar bulat atau bur bur akrilik yang berbentuk
buah pir dan kikis tulang.
5. Lakukan irigasi dan inspeksi, dan penutupan flap.
6. Apabila terdapat jaringan lunak yang berlebihan maka dilakukan pemotongan
seperlunya. Pentupan dimulai dari posterior dan dengan beberapa jahitan matres
horizontal terputus.
b) Torektomi lingualis
1. Pembuatan flap envelope yang relatif panjang di lingual tanpa insisi tambahan.
2. Suatu insisi dengan ketebalan penuh (menyertakan mukosa dan periosteum) dibuat
diatas puncak lingir residual atau pada kreviks gingival bagian lingual, apabila gingival
masih ada.

3
3. Flap mukoperiosteal tersebut dari permukaan superior dan permukaan lingual dengan
hati-hati untuk menghindari sobeknya flap.
4. Dengan menggunakan bur bulat atau fisur dilakukan pengeburan kedalaman 3-4 mm
sepanjang garis pertemuan trorus dengan permukaan kortikal mandibula dari posterior
ke anterior.
5. Pengeboran ini dibuat sejajar atau sedikit atau sedikit miring terhadap permukaan
medial mandibula.
6. Pengambilan torus dengan osteotom, kemudian penghalusan akhir dengan
menggunakan bur dan kikir tulang, bagian tersebut diirigasi dengan salin steril dan
diinspeksi.
7. Penutupan dilakukan dengan jahitan kontinyu dari posterior ke anterior.

D. GINGIVOPLASTI
 Definisi
 Tindakan bedah untuk mengembalikan kontur gingival fisiologis yang dapat mencegah
terjadinya penyakit periodontal.
 Indikasi
 Kontraindikasi
 Tatalaksana
 Komplikasi

E. VESTIBULOPLASTI
 Definisi
 Vestibuloplasti adalah suatu tindakan bedah muko-gingiva yang di desain untuk menambah
jumlah attached gingiva (gingiva cekat) dan menambah ketinggian sulkus vestibular
 Indikasi
 Kontraindikasi
1. Kehilangan tulang yang banyak setelah pencabutan gigi yang traumatic.
2. Resorpsi tulang sekunder akibat periodontitis dan atropi tulang alveolar setelah pencabutan.
3. Kondisi sistemik pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi.
 Tatalaksana (Teknik Edlan Mejchar)
1. Oleskan antiseptik seperti povidone iodine atau biguanid
2. Lakukan anestesi lokal hingga muncul rasa kebal
3. Outline 2 insisi vertikal dari margin gingiva sekitar 12 mm kearah vestibulum, disatukan
dengan insisi horizontal.
4. Flap mukosa, hingga terlihat periosteum
5. Periosteum dipreparasi dari tulang alveolar, kemudian ditransposisikan ke bibir.
6. Flap mukosa diarahkan ke bawah menutupi tulang alveolar dan dijahitkan ke bagian dalam
permukaan periosteum.
7. Periosteum ditransposisikan ke bibir dan dijahitkan pada insisi horizontal.

F. BONE GRAFT

4
 Definisi
 Bone Grafting merupakan suatu tindakan pemindahan suatu jaringan yang diambil dari satu
tempat dan ditransplantasikan ke tempat yang lain. Biasanya digunakan sebagai salah satu
pilihan untuk memperbaiki kerusakan tulang periodontal.
 Indikasi
1. Premature loss
2. Gigi impaksi atau gigi ektopik
3. Gigi yang hilang karena trauma
4. Tumor
5. Kongenital pada satu lengkung rahang dengan tanda klinis gigi yang berjejal pada lengkung
rahang yang berlawanan
6. Gigi dengan prognosis yang buruk
 Kontraindikasi
1. Semua kondisi kesehatan umum dimana semua intervensi bedah dikontraindikasikan.
2. Oral hygine buruk
3. Motivasi yang rendah
 Tatalaksana
1. Bone graft dipisahkan berdasarkan panjang ukuran yang diperlukan.
2. Setelah transplantasi, bone graft kemudian ditempatkan dengan permukaan kortikal
berbatasan dengan permukaan akar .
3. Pada kasus dengan atrofi horisontal dari prosesus alveolar digunakan splitting osteotomy
untuk melebarkan daerah resipien.
4. Setelah dilakukan insisi mukosa, plat kortikal bukal dipotong dengan satu osteotomy sagital
dan dua osteotomy vertical.
5. Sebuah chisel dimasukkan ke dalam dan ditekan ke daerah bukal sehingga terbentuk celah
untuk menempatkan gigi yang akan ditransplantasi.
 Komplikasi

1. Rasa sakit
2. Pembengkakan
3. Cedera saraf
4. Peradangan
5. Reabsorpsi graft

Anda mungkin juga menyukai