Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ORAL MEDICINE

FISSURE TONGUE

Oleh :

Nama : Naufal Ardi Rachmanda, S.KG


NIM : J3A019037

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Muhammadiyah Semarang
2021
HALAMAN PENGESAHAN

ORAL MEDICINE FISSURE TONGUE

Disusun oleh :

Nama : Naufal Ardi Rachmanda, S.KG

NIM : J3A019037

Semarang, 30 Januari 2021

Disetujui Oleh :
Preceptor

drg. Retno Kusniati, M. Kes


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fissure tongue juga dikenal sebagai plicated tongue atau scrotal tongue atau
lingua dissecta atau lingua fissurata atau lingua plicata atau furrowed atau grooved
tongue. Fissure tongue merupakan kondisi jinak pada permukaan lidah yang ditandai
dengan adanya cekungan dangkal sampai dalam atau celah pada permukaan lidah.
Penyebab spesifik dari fissure tongue belum teridentifikasi secara pasti atau idiopatik,
tetapi dalam beberapa kasus dapat berasal dari riwayat keluarga atau herediter.
Lidah adalah suatu organ muskular yang berhubungan dengan pengunyahan,
pengecapan dan pengucapan yang terletak pada sebagian di rongga mulut dan faring.
Lidah berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-benda yang masuk ke
dalam mulut kita. Secara umum lidah dapat terbagi menjadi 2 bagian, yaitu 2/3 depan
(yang disebut apeks) dan 1/3 belakang (yang disebut dorsum). Bagian depan lidah
sangat fleksibel dan bekerja sama dengan gigi dalam pengucapan huruf-huruf. Bagian
tersebut juga membantu untuk menggerakkan makanan ke segala arah saat sedang
mengunyah.
Sifatnya asimtomatik dengan kedalaman retakan mulai dari 2 -3 mm dan dapat
memperpanjang hingga 6 mm. Meskipun tanpa gejala, akumulasi makanan di celah
dapat menyebabkan glositis fokus dan halitosis. komplikasi ini dapat dikurangi dengan
menjaga kebersihan mulut yang baik dengan menyikat lembut lidah. langkah-langkah
umum lainnya termasuk menghindari alkohol, tembakau dan makanan yang mengiritasi
mukosa lidah (Lluís, 2012).
Fissure tongue merupakan salah satu kelainan perkembangan yang paling sering
ditemui dengan prevalensi dilaporkan 0,6% di Afrika Selatan, 27,7% diBrazil, dan
5,71% di India Selatan. Prevalensi fissure tongue di seluruh duniamenurut Rathee,
mencapai 21%, dimana tidak dipengaruhi oleh perbedaan ras. Penderita fissure tongue
biasanya tidak menyadari adanya kelainan tersebut hingga dilakukan pemeriksaan
intra oral pada dokter gigi yang memeriksanya, fissure tongue sering kali tidak
menimbulkan gejala, kecuali jika ada debri yang masuk kedalam celah lidah tersebut
sehingga dapat terasa perih, Untuk itu dokter gigi diharapkan mampu untuk
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menangani varian normal yang salah
satunya yang dibahas dalam laporan kasus ini yaitu fissure tongue.
Identitas Pasien
1. N a m a : Tn. Farckhi Muhammad
2. U m u r : 25 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Amposari, Semarang
7. Diagnosa Medis : Fissure Tongue

Gambar1. Gambaran Klinis

B. Deskripsi Kasus
1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman pada lidahnya karena terdapat celah
pada bagian tengah dan merasa tidak nyaman. Keadaan tersebut mulai terjadi
sejak kurang lebih 7 hari yang lalu saat bercermin. Keadaan sekarang tidak sakit
dan belum pernah diobati. Pasien tidak mempunyai alergi dan belum pernah
meminum obat-obatan untuk menghilangkan celah tersebut. Pasien tidak memiliki
kebiasaan apapun yang berkaitan dengan tonjolan seperti menyentuh dengan
lidah. Tidak ada tindakan yang dilakukan untuk meringankan gejala. Riwayat
keluhan serupa pada keluarga pasien diketahui terjadi pada ibu pasien.
2. Pemeriksaan Objektif
Terdapat adanya celah bagian tengah lidah dengan pola vertical, berjumlah
lebih dari satu, dengan kedalaman 2-6 mm, tidak ada rasa sakit, berbentuk garis
lurus dan sewarna dengan jaringan sekitar.
3. Assessment
Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif, didapatkan bahwa:
Suspect diagnosis : Fissure Tongue
Differential diagnosis : Geographic tongue
Prognosis : Ad Bonam
4. Planning
a. Fissure tongue merupakan suatu varian normal yang tidak membutuhkan
perawatan yang spesifik (scully, 2008). Oral hygiene yang baik dalam kasus
ini sangat penting karena bakteri dan plak dapat ditemukan dalam
celah-celah tersebut sehingga menyebabkan halitosis.
b. KIE
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa fissure tongue merupakan varian
normal yang tidak berbahaya, sehingga tidak perlu di khawatirkan.
2. Menginformasikan kepada pasien bahwa hal ini kemungkinan
disebabkan oleh faktor genetik dan bukan merupakan suatu keganasan
sehingga pasien tidak perlu merasa khawatir
3. Mengedukasi kepada pasien bila pasien mengeluhkan rasa perih pada
daerah celah pada fissure tongue lidah harus ditarik dan diulas dengan
hydrogen perioxida 3 % untuk menghilangkan debris makanan.
4. Mengedukasi kepada pasien cara sikat gigi yang benar dan cara
menggunakan alat pembersih lidah (Tongue Cleaner).
5. Kontrol rutin ke dokter gigi enam bulan sekali.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Fissure tongue seringkali juga dikenal dengan scrotal tongue atau plicated tongue
adalah sebuah kondisi varian normal yang di tandai dengan terdapatnya celah dalam
pada dorsum lidah, dan umumnya tidak ada gejala sakit, namun apabila ada sisa
makanan yang terjebak pada celah-celah tersebut, pasien dapat mengeluhkan sakit
atau rasa terbakar pada lidahnya (scully, 2008). Fissure tongue merupakan keadaan
yang jinak berupa celah-celah dengan kedalaman 2-6 mm pada permukaan dorsal
lidah akan tetapi keadaan ini menjadi semakin nyata seiring dengan bertambahnya
umur. Fissure tongue biasanya ditemukan pada orang yang sehat (fissure tongue
kongenital) dan lebih sering ditemukan pada orang yang berusia lebih tua. Fissure
tongue juga merupakan manifestasi dari Melkersson-Rosenthal syndrome, Down
syndrome, psoriasis dan seringkali timbul bersamaan dengan benign
migratoryglossitis (geographic tongue) (rathee, 2009).
B. FAKTOR ETIOLOGI
Etiologi dari varian ini tidak diketahui, tetapi herediter memegang peranan penting.
Kondisi ini merupakan herediter, terlihat saat lahir, atau mungkin menjadi lebih jelas
ketika usia lanjut. Umur dan faktor lokal lingkungan dapat mempengaruhi
perkembangannya. Fissure tongue juga dapat merupakan manifestasi dari
Melkersson Rosenthal syndrome, Down syndrome, Sjogren’s syndrome dan psoriasis
(rathee, 2009).
Pada umumnya fissure tongue tidak menunjukkan gejala bagi penderitanya atau
asimptomatik, tetapi faktor sekunder berupa infeksi bakteri atau jamur dapat
berkembang atau keadaan sistemik dari pasien dapat mempengaruhi. Kondisi seperti
ini yang biasanya menyebabkan rasa sakit atau nyeri di sepanjang lidah. Ketika ini
terjadi, kondisi celah pada lidah menjadi sangat merah dan menonjol karena
peradangan. Papila yang berdekatan sering akan terkena dampaknya.
Fissure tongue cenderung lebih umum terjadi bersamaan dengan kelainan bentuk
lidah yang lain, terutama pada mereka dengan kondisi kelainan bentuk lidah yang
disebut geographic tongue. Pada beberapa kasus, didapatkan hasil bahwa fissure
tongue dan geographic tongue apabila terjadi atau timbul pada tempat yang sama
cenderung dapat memicu gejala simptomatik.
C. KLASIFIKASI
Fissure Tongue diklasifikasikan dalam beberapa kategori, salah satunya
dikategorikan berdasar pola fissure menurut (Sudarshan, 2015):

1) Central longitudinal pattern : Celah vertikal memanjang pada garis


tengah permukaan dorsal lidah.

2) Central transverse pattern : Celah horizontal yang melewati garis


tengah lidah.

3) Lateral longitudinal pattern : Celah vertikal memanjang pada lateral


garis tengah lidah.
4) Branching patter : Celah transversal memanjang dari fisura
longitudinal sentral (menyerupai cabang pohon).

5) Diffuse pattern : Celah tersebar secara difus ke seluruh permukaan


dorsal lidah

Berdasarkan jumlah fissure pada lidah (Sudarsha, 2015) :

1) Mild, 1-3 Fissure

2) Moderate, lebih dari 3 Fissure

3) Severe, lebih dari 10 Fissure


Berdasarkan gejala yang menyertai (Sudarshan, 2015) :

1) Without burning sensation

2) With burn sensation


D. GAMBARAN KLINIS DAN KLASIFIKASI
Gambaran klinis dapat bervariasi baik dalam bentuk, jumlah, kedalaman dan
panjang serta pola dari celah celah lidah tersebut. Akan tetapi biasanya celah pada
fissure tongue terdapat lebih dari satu yang dalamnya 2-6 mm. Pola yang biasa
terlihat yakni terdapat celah sentral yang paling besar ditengah tengah lidah dengan
celah celah kecil bercabang disekitarnya. Berdasarkan polanya celah pada lidah
tersebut dibagi menjadi 3 arah yakni arah vertikal, transversal dan oblique.
Papila filiformis tersebar di mukosa pada permukaan dorsal lidah,
dimana papilla tersebut melindungi permukaan epitel dari tekanan mekanis.
Perlindungan mekanis pada mukosa lidah ini menjadi lebih rendah pada fissure
tongue tanpa adanya papilla dan keratin yang bisa saja menyebabkan terjadinya
inflamasi. Fissure tongue biasanya asimptomatik dan ditemukan secara kebetulan,
akan tetapi akumulasi makanan yang terjebak dalam celah-celah tersebut dapat
menimbulkan terjadinya halitosis dan focal glossitis. (Scully C dkk, 2010).
Fissure Tongue diklasifikasikan berdasarkan Polanya, yaitu Central
longitudinal type disertai coated tongue, Central transverse, Lateral longitudinal
type, Branchingtypedan Diffuse type. Berdasarkan jumlah fissura, fissure tongue
dibagi menjadi beberapa yaitu, ringan (dengan jumlah fisurre lidah berkisar 1 sampai
3), sedang (dengan fisurre lidah lebih dari 4-10 celah) dan parah (dengan fisurre
lidah lebih dari 10 celah). Sedangkan berdasarkan gejala dapat dibedakan menjadi
adanya sensasi terbakar dan tanpa adanya sensasi terbakar.

Gambar 2. Klasifikasi Fissure Tongue.


1) Central longitudinal type disertai coated tongue, 2) Central transverse, 3)Lateral longitudinal type,
4)Branchingtype, 5)Diffuse type.
E. PENEGAKAN DIAGNOSA
Penegakan diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan subjektif dan objektif. Pada
pemeriksaan subjektif, pasien menyadari bahwalidahnya terdapat celah pada bagian
tengah dan merasa tidak nyaman. Keadaan tersebut mulai terjadi sejak kurang lebih
1 minggu yang lalu. Riwayat keluhan serupa pada keluarga pasien diketahui terjadi
pada ibu pasien. Pada pemeriksaan objektif, terdapat adanya celah bagian tengah
lidah dengan pola vertical, berjumlah lebih dari satu, dengan kedalaman 2-6 mm,
tidak ada rasa sakit, berbentuk garis lurus dan sewarna dengan jaringan sekitar.
Dari pemeriksaan subjektif dan objektif dapat ditegakkan diagnosa kasus ini
adalah fissure tongue yang disebabkan karena factor herediter atau genetik.
Diagnosis fissure tongue bersifat klinis, tetapi pemeriksaan patologis terkadang
berguna untuk menunjang penegakan diagnosis.
F. DIAGNOSA BANDING
Diagnosis banding dari fissure tongue adalah Lobulated tongue of Sjogren
syndrome dan Chronic mucocutaneus candidosis (Pedro, 2016). Sjogren syndrome
merupakan salah satu dari penyakit rematik autoimun yang banyak terjadi. Terkait
dengan 2 gejala umum dry mouth dan dry eyes. Biasanya dialami pada usia
kepala 4 dan 6 terutama mempengaruhi kelenjar lacrimal dan saliva, yang
menyebabkan mata kering dan hiposaliva. Walaupun gejala yang sering muncul
adalah xerostomia, tetapi pasien bukan mengeluhkan mulut kering, namun rasa
yang tidak menyenangkan dari lidah, kesulitan makan makanan kering, seperti
crackers, adanya rasa sakit, atau kesulitan dalam mengontrol gigi tiruan (Julia,
2018).

Chronic mucocutaneous candidosis merupakan suatu sindrom langka,


heterogenus, yang menyebabkan kelainan kongenital, endokrin, atau immunological,
yang dapat berkembang atau persisten, dengan infeksi Candida albicans pada
mukosa, kutan atau kuku. Beberapa pasien memiliki abnormalitas dari metabolisme
zat besi, yaitu serum besi yang rendah dan menurunnya simpanan zat besi. Permukaan
dorsal lidah kehilangan papila dan prominen pada central groove (Bowate, 2004).
Gambar 2.1 Gambaran intra oral menunjukkan Lobulated tongue of Sjögren syndrome

Gambar 2.2 Chronic mucocutaneous candidosis

G. PENATALAKSANAAN DAN PROGNOSIS


Fissure tongue merupakan suatu varian normal yang tidak membutuhkan
perawatan yang spesifik (scully, 2008). Oral hygiene yang baik dalam kasus ini
sangat penting karena bakteri dan plak dapat ditemukan dalam celah-celah
tersebut sehingga menyebabkan halitosis. Edukasi pada pasien bahwa fissure
tongue merupakan varian normal yang tidak berbahaya juga diperlukan.(rathee, 2009).
Bila pasien mengeluhkan rasa perih pada daerah celah pada fissure tongue lidah harus
ditarik dan diulas dengan hidrogen perioxida 3 % untuk menghilangak debris
makanan.
Pasien perlu diberikan KIE sebagai berikut:
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa fissure tongue merupakan varian
normal yang tidak berbahaya, sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
2. Menginformasikan kepada pasien bahwa hal ini kemungkinan
disebabkan oleh faktor genetik dan bukan merupakan suatu keganasan
sehingga pasien tidak perlu merasa khawatir
3. Mengedukasi kepada pasien bila pasien mengeluhkan rasa perih pada
daerah celah pada fissure tongue lidah harus ditarik dan diulas dengan
hydrogen perioxida 3 % untuk menghilangkan debris makanan.
4. Mengedukasi kepada pasien cara sikat gigi yang benar dan cara
menggunakan alat pembersih lidah (Tongue Cleaner).
5. Kontrol rutin ke dokter gigi enam bulan sekali.
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang ke dokter gigi mengeluhkan terdapat celah pada lidahnya sejak
beberapa hari yang lalu setelah berkaca. Pasien menyadari bahwa lidahnya terdapat
celah pada bagian tengah dan merasa tidak nyaman. Keadaan tersebut mulai terjadi
sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Riwayat keluhan serupa pada keluarga pasien
diketahui terjadi pada ibu pasien. Pada pemeriksaan objektif terdapat adanya celah
bagian tengah lidah dengan pola vertical, berjumlah lebih dari satu, dengan
kedalaman 2-6 mm, tidak ada rasa sakit, berbentuk garis lurus dan sewarna dengan
jaringan sekitar.
Fissure tongue diklasifikasikan berdasarkan Polanya, yaitu Central longitudinal
type disertai coated tongue, Central transverse, Lateral longitudinal type,
Branchingtype dan Diffuse type. Berdasarkan jumlah fissura, fissure tongue dibagi
menjadi beberapa yaitu, ringan (dengan jumlah fisurre lidah berkisar 1 sampai 3),
sedang (dengan fisurre lidah lebih dari 4-10 celah) dan parah (dengan fisurre lidah
lebih dari 10celah). Sedangkan berdasarkan gejala dapat dibedakan menjadi adanya
sensasi terbakar dan tanpa adanya sensasi terbakar.
Penatalaksanaan terhadap pasien ini hanya dilakukan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi) karena pasien tidak mengalami rasa sakit, tidak pernah
memiliki riwayat ulser di daerah tersebut dan tidak pula mengalami gangguan fungsi
bicara, pengunyahan maupun fungsi rongga mulut lainnya. Oral hygiene yang baik
dalam kasus ini sangat penting karena bakteri dan plak dapat ditemukan dalam
celah-celah tersebut sehingga menyebabkan halitosis. Edukasi pada pasien
bahwa fissure tongue merupakan varian normal yang tidak berbahaya juga
diperlukan.(rathee, 2009). Bila pasien mengeluhkan rasa perih pada daerah celah
pada fissure tongue lidah harus ditarik dan diulas dengan hidrogen perioxida 3 %
untuk menghilangakan debris makanan.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fissure tongue merupakan keadaan yang jinak berupa celah-celah dengan
kedalaman 2-6 mm pada permukaan dorsal lidah akan tetapi keadaan ini menjadi
semakin nyata seiring dengan bertambahnya umur. Fissure tongue biasanya
ditemukan pada orang yang sehat (fissure tongue kongenital) dan lebih sering
ditemukan pada orang yang berusia lebih tua.
Etiologi dari varian ini tidak diketahui, tetapi herediter memegang peranan
penting. Kondisi ini merupakan herediter, terlihat saat lahir, atau mungkin
menjadi lebih jelas ketika usia lanjut. Umur dan faktor lokal lingkungan dapat
mempengaruhi perkembangannya. Fissure tongue juga dapat merupakan
manifestasi dari Melkersson Rosenthal syndrome, Down syndrome, Sjogren’s
syndrome dan psoriasis.
Oral hygiene yang baik dalam kasus ini sangat penting karena bakteri dan
plak dapat ditemukan dalam celah-celah tersebut sehingga menyebabkan
halitosis. Edukasi pada pasien bahwa fissure tongue merupakan varian normal
yang tidak berbahaya juga diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Afriza, D. Manisfestasi Penyakit Sistemik Di Rongga Mulut. Universitas


Baiturrahmah. Padang. Cet 1
Burket,dkk. 2003. Oral medicine : Diagnosis and treatment (4thed). London : BC
Decker.
Cayford, J.J. & Haskell, R. 1991. Penyakit Mulut. Edisi 2. Alih Bahasa oleh drg.
Lilian Yuwono. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Greenberg, M.S. & Glick, M. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and
Treatment. 10th Edition. USA: BC Decker Inc.
Lewis, M dan Lamey, P. 1994. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Widya Medika.
Cet 1
M rathee, A Hooda, A Kumar. Fissure Toungue : A. Case Report and Review of
Literature. The Internet Journal of Nutrition and Wellness. 2009 vol.10
Number1.
Scully, Crispian (2008). Oral and maxillofacial medicine : the basis of diagnosis
and treatment (2nd ed. ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone
Scully C, dkk. 2010. Oral Medicine and Pathology at a Glance. Ed. ke-1.
Willey-Blackwell. United Kingdom. Hlm. 15.
Langlais, R.P. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim.
Terjemahan Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates.
Laskaris, G. 2005. Treatment of Oral Disease a Concise Textbook. Thieme: USA.
Lewis, M.A.O. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta: Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai