Anda di halaman 1dari 11

CASE REPORT SESSION (CRS)

LESI JARINGAN LUNAK – STMATITIS AFTOSA REKUREN

A. Laporan Kasus

Seorang pasien perempuan berusia 24 tahun berdomisili di Malalayang,datang ke RSGM

UNSRAT dengan keluhan terdapat luka pada lidah kiri bagian samping terbentuk sekitar 2 hari

yang lalu. Pasien mengeluhkan rasa perih saat makan dan minum yang panas, serta makan

makanan yang pedas. Luka tersebut belum pernah diobati sebelumnya. Pasien mengaku baru saja

selesai menstrusi 1 hari lalu.

Tanggal perawatan : 15 Agustus 2019

Lokasi : Lidah

IDENTITAS

No. RM : M.22644-02-2019

Nama Pasien : Dwi Suci Ramadhany Muchar

Umur : 24 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Kuala Popo, Malalayang 1 Timur, Manado

B. Pemeriksaan Subjektif

1. Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan terdapat luka pada lidah kiri bagian samping terbentuk sekitar 2

hari yang lalu. Pasien mengeluhkan rasa perih saat makan dan minum yang panas, serta makan

1
makanan yang pedas. Luka tersebut belum pernah diobati sebelumnya. Pasien mengaku baru saja

selesai menstrusi 1 hari lalu.

2. Riwayat perawatan

a. Gigi

Gigi bawah kiri belakang pasien pernah dilakukan penambalan di Puskesmas oleh dokter

gigi 7 tahu lalu.

b. Jaringan lunak mulut dan sekitarnya

Pasien tidak sering mengalami sariawan.

c. Obat - obatan yang telah/sedang dijalani

Pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obatan.

d. Kebiasaan (merokok, nginang, sirih, alkohol)

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, nginang, sirih, dan alkohol.

3. Riwayat penyakit sistemik

a. Penyakit jantung : Tidak menderita penyakit jantung

b. Hipertensi : Tidak menderita penyakit hipertensi

c. Diabetes Melitus : Tidak menderita penyakit diabetes melitus

d. Alergi : Tidak ada alergi

e. Penyakit hepar : Tidak menderita penyakit hepar

f. Penyakit lambung : Tidak menderita penyakit lambung

g. Hamil : Tidak sedang hamil

h. Pil KB : Tidak mengonsumsi pil KB

i. Lain-lain : Tidak ada

2
4. Pemeriksaan Ekstra Oral

a. Wajah : Simetris, tidak ada perubahan bentuk

b. Pipi - kiri : Simetris, tidak ada perubahan bentuk

- kanan : Simetris, tidak ada perubahan bentuk

c. Bibir : Simetris, tidak ada perubahan bentuk

d. Sudut mulut : Simetris, tidak ada perubahan bentuk

e. Kelenjar submandibularis

- kiri : Normal, tidak ada pembengkakan

- kanan : Normal, tidak ada pembengkakan

f. Kelenjar submentalis : Normal, tidak ada pembengkakan

g. Kelenjar leher : Normal, tidak ada pembengkakan

h. Kelenjar sublingualis : Normal, tidak ada pembengkakan

i. Kelenjar parotis : Normal, tidak ada pembengkakan

5. Pemeriksaan Ekstra Oral

a. Mukosa labial

- Atas : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

- Bawah : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

b. Mukosa pipi

- Kiri : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

- Kanan : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

c. Buccal fold

- Atas : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

- Bawah : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

3
d. Labial fold

- Atas : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

- Bawah : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

e. Gingiva

- Atas : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

- Bawah : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

f. Lidah : Terdapat ulser berbentuk oval, dangkal, berbatas jelas, bewarna

putih kekuningan dikelilingi area kemerahan, diameter 2 mm di

lidah bagian samping kiri.

g. Dasar mulut : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

h. Palatum : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

i. Tonsil : Normal, tidak ada perubahan bentuk, ukuran dan warna

j. Oral Hygiene : 1,5 (Sedang)

k. Gigi geligi : 46  Karies superfisial oklusal

36  Tumpatan Komposit

6. Diagnosis klinik : Stomatitis Aftosa Rekuren

7. Diagnosis banding : Ulkus Traumatik

8. Rencana perawatan

- Pengaplikasian kenalog

- DHE :

1. Pasien diinstruksikan untuk tidak berkumur dan makan minum selama 30 menit

setelah aplikasi kenalog.

2. Mengonsumsi air putih, buah-buahan, sayuran ataupun makanan berserat

4
3. Menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan sikat gigi 2x sehari (pagi setelah makan

dan malam sebelum tidur dan kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

9. Prosedur perawatan lesi jaringan lunak

a. Penyediaan alat dan bahan

No Alat dan bahan Fungsi dan kegunaan

1 Masker, handskun Digunakan sebagai alat proteksi diri yang

dapat mencegah infeksi silang

2 Nierbeken dan diagnostic set Digunakan sebagai wadah instrument

dan almamanterium untuk pemeriksaan

objektif

3 Cotton pellet Digunakan untuk mengisolasi daerah

kerja dan mengaplikasikan bahan

kedokteran gigi

4 Povidone Iodine Sebagai antiseptik

5 Kenalog (Triamnicolon Obat salep yang diaplikasikan pada lesi

acetonide 0,1% in orabase)

b. Tahap perawatan

Kamis 15 Agustus 2019 (drg. Liliany A. Setyaningrum)

 Anamnesa dan diagnosis dilakukan di bagian Penyakit Mulut

Pada awal kedatangan pasien, operator melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

Anamnesa menunjukkan pasien datang dengan keluhan terdapat luka pada lidah kiri

bagian samping terbentuk sekitar 2 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan rasa perih saat

5
makan dan minum yang panas, serta makan makanan yang pedas. Luka tersebut belum

pernah diobati sebelumnya. Pasien mengaku baru saja selesai menstrusi 1 hari lalu.

(Gambar 1. Lesi Stomatitis Afthosa Rekuren)

 Asepsis daerah lesi dan pengaplikasian kenalog

 Instruksikan pasien untuk berkumur dengan air biasa terlebih dahulu,

kemudian pasien diminta untuk membuka mulut.

 Operator melakukan asepsis daerah kerja dengan povidone iodine pada lesi

yang sebelumnya telah dikeringkan menggunakan cotton pellet secara

perlahan-lahan.

 Aplikasikan selapis tipis kortikosteroid topikal (triamnicolon acetonide 0,1%)

pada lesi dengan menggunakan cotton pellet.

 Dental Health Education (DHE) yang dilakukan operator berupa :

 Pasien diinstruksikan untuk tidak berkumur dan makan minum selama 30

menit setelah aplikasi kenalog.

 Pasien dianjurkan untuk memperbanyak minum air putih, lebih sering

mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan menghindari makanan yang

berminyak.
6
 Pasien diinstruksikan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut

dengan menyikat gigi 2x sehari dan kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

 Pengambilan foto intraoral

C. Pembahasan

1. Definisi

Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa

mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun

lebih dari satu. SAR dapat menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa

bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring.

SAR merupakan ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adanya penyakit

lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa mulut yang paling menyakitkan terutama

sewaktu makan, menelan dan berbicara.

Penyakit ini relatif ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular.

Tetapi bagi orang – orang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan

merasa sangat terganggu. Beberapa ahli menyatakan bahwa SAR bukan merupakan penyakit

yang berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan gambaran beberapa keadaan patologis dengan

gejala klinis yang sama. SAR dapat membuat frustasi pasien dan dokter gigi dalam

merawatnya karena kadang-kadang sebelum ulser yang lama sembuh ulser baru dapat timbul

dalam jumlah yang lebih banyak.

2. Faktor Predisposisi

7
Sampai saat ini, etiologi SAR masih belum diketahui dengan pasti. Ulser pada SAR

bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang memungkinkannya berkembang

menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari pasta gigi dan obat kumur sodium lauryl sulphate

(SLS), trauma, genetik, gangguan immunologi, alergi dan sensitifitas, stres, defisiensi nutrisi,

hormonal, merokok, infeksi bakteri, penyakit sistemik, dan obat-obatan. Dokter gigi

sebaiknya mempertimbangkan bahwa faktor-faktor tersebut dapat memicu perkembangan

ulser SAR.

3. Gambaran Klinis

Gambaran klinis SAR penting untuk diketahui karena tidak ada metode diagnosa

laboratoriam spesifik yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa SAR. SAR diawali

gejala prodormal yang digambarkan dengan rasa sakit dan terbakar selama 24-48 jam

sebelum terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan, berbatas jelas, dangkal, bulat atau oval, tertutup

selaput pseudomembran kuning keabu-abuan, dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan

dapat bertahan untuk beberapa hari atau bulan.

Tahap perkembangan SAR dibagi kepada 4 tahap yaitu:

1. Tahap premonitori, terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada waktu

prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan

muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium, dan edema

akan mulai berkembang.

2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada tahap

ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematus. Intensitas rasa nyeri akan

meningkat sewaktu tahap pre-ulserasi ini.

8
3. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap ini

papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous

yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang.

4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke - 4 hingga 35. Ulser tersebut akan ditutupi oleh

epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan sering tidak meninggalkan jaringan parut dimana

lesi SAR pernah muncul. Semua lesi SAR menyembuh dan lesi baru berkembang.

Berdasarkan hal tersebut SAR dibagi menjadi tiga tipe yaitu stomatitis aftosa rekuren tipe

minor, stomatitis aftosa rekuren tipe mayor, dan stomatitis aftosa rekuren tipe herpetiformis.

 SAR Tipe Minor

Tipe minor mengenai sebagian besar pasien SAR yaitu 75% sampai dengan 85% dari

keseluruhan SAR, yang ditandai dengan adanya ulser berbentuk bulat dan oval, dangkal,

dengan diameter 1-10 mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous. Ulserasi dari tipe

minor cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal

dan dasar mulut. Ulserasi biasa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas 4-5 ulser

dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas jaringan parut.

 SAR Tipe Mayor

Tipe mayor diderita 10%-15% dari penderita SAR dan lebih parah dari tipe minor. Ulser

biasanya tunggal, berbentuk oval dan berdiameter sekitar 1-3 cm, berlangsung selama 2

minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk

daerah-daerah berkeratin.

9
Ulser yang besar, dalam serta bertumbuh dengan lambat biasanya terbentuk dengan bagian

tepi yang menonjol serta eritematous dan mengkilat, yang menunjukkan bahwa terjadi

edema. Selalu meninggalkan jaringan parut setelah sembuh dan jaringan parut tersebut terjadi

karena keparahan dan lamanya ulser.

 SAR Tipe Herpetiformis

Istilah herpetiformis pada tipe ini dipakai karena bentuk klinisnya (yang dapat terdiri dari

100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi

virus-virus herpes tidak mempunyai peran etiologi pada SAR tipe herpetiformis. SAR tipe

herpetiformis jarang terjadi yaitu sekitar 5%-10% dari kasus SAR. Setiap ulser berbentuk

bulat atau oval, mempunyai diameter 0,5- 3,0 mm dan bila ulser bergabung bentuknya tidak

teratur. Setiap ulser berlangsung selama satu hingga dua minggu dan tidak akan

meninggalkan jaringan parut ketika sembuh.

4. Perkembangan SAR kaena Hormonal

Pada wanita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi bahkan banyak yang

mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor hormonal.

Hormon yang dianggap berperan penting adalah estrogen dan progesteron. Dua hari sebelum

menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara mendadak. Penurunan

estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke

perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut,

memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap

jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron

dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.

10
D. Tahap Kontrol

Senin 19 Agustus 2019 (drg. Liliany A. Setyaningrum)

 Kontrol

Pemeriksaan subjektif : Pasien sudah tidak mengeluhkan rasa sakit ataupun perih pada

lidah kiri bagian samping.

Pemeriksaan objektif : Lesi telah mengalami penyembuhan dan tidak ada kelainan.

(Gambar 2. Keadaan lidah pasien setelah perawatan)

11

Anda mungkin juga menyukai