IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Nn. Ulfani Hanafiah
Tempat, Tanggal Lahir : Denpasar, 11 Januari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Perumahan Persada Sayang Blok E No. 4, Kediri
No. Rekam Medis : 005126
1
III. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Muka : t.a.a
Pipi Kanan : t.a.a
Pipi Kiri : t.a.a
Bibir Atas : t.a.a
Bibir Bawah : t.a.a
Sudut Mulut : t.a.a
Kelenjar Limfe
Submandibularis kanan kiri : tidak teraba, tidak sakit
Submentalis : tidak teraba, tidak sakit
Leher : tidak teraba, tidak sakit
Kelenjar Saliva
Parotis kanan : t.a.a
Parotis kiri : t.a.a
Sublingualis : t.a.a
Lain-Lain : t.a.a
b. Pemeriksaan Intra Oral
Mukosa Labial Atas : t.a.a
Mukosa Labial Bawah : t.a.a
Komisura Kanan : t.a.a
Komisura Kiri : t.a.a
Mukosa Bukal Kanan : Terdapat lesi primer berupa keratosis
berwarna putih sesuai garis oklusi memanjang dari daerah komisura
hingga bagian posterior gigi dengan diameter 2 mm berbatas difuse
dengan tepi irregular dan jaringan sekitar normal, tidak disertai rasa
sakit serta tidak dapat dikerok.
Terdapat lesi sekunder berupa ulcer pada daerah ujung alat orthodonti
cekat dengan diameter 7 mm, berbatas jelas, single, berwarna putih
kekuningan, disertai rasa sakit, jaringan sekitar kemerahan, dengan
tepi irregular.
2
Mukosa Bukal Kiri : Terdapat lesi primer berupa keratosis
berwarna putih sesuai garis oklusi pada bagian posterior gigi dengan
diameter 2 mm berbatas difuse dengan tepi irregular dan jaringan
sekitar normal, tidak disertai rasa sakit serta tidak dapat dikerok.
Terdapat lesi sekunder berupa ulcer pada daerah ujung alat orthodonti
cekat dengan diameter 5 mm, berbatas jelas, single, berwarna putih
kekuningan, disertai rasa sakit, jaringan sekitar kemerahan, dengan
tepi irregular.
Labial Fold Atas : t.a.a
Labial Fold Bawah : t.a.a
Bukal Fold Atas : t.a.a
Bukal Fold Bawah : t.a.a
Gingiva Rahang Atas : t.a.a
Gingiva Rahang Bawah : t.a.a
Palatum : Terdapat tonjolan pada sepanjang garis
tengah palatum keras dengan diameter 9mm dengan bentuk lonjong
berbatas diffuse dengan tepi irreguler dan konsistensi keras, jaringan
sekitar normal dan tidak disertai rasa sakit
Lidah :
Pada lateral lidah kanan dan kiri terdapat lekukan berbentuk
scalloped mengikuti bentuk gigi dengan warna seperti jaringan
sekitar, tepian normal dan tidak disertai rasa sakit.
Pada ujung dan lateral lidah terdapat papila fungiformis dengan
bentuk seperti jamur berwarna kemerahan dengan jaringan sekitar
berwarna normal dan tepi reguler serta tidak ada keluhan rasa
sakit.
Pada seluruh dorsal lidah terdapat selaput tebal berwarna putih
kekuningan berbentuk irreguler dengan tepi yang difuse, jaringan
sekitar normal dan tidak disertai rasa sakit, dapat dikerok dan
tidak meninggalkan bekas kemerahan
Dasar mulut : t.a.a
3
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA : Suspect Traumatic Ulcer et causa
alat orthodonti cekat
Resep:
R/ Aloclair gel 8 ml Tube No.I
∫ 3 dd lit or
────────‖‖────────
R/ Becom C caplt No.X
∫ 1 dd 1 pc
────────‖‖────────
KIE (Komunikasi, Intruksi, Edukasi)
1. Melakukan kontrol ke dokter gigi yang bersangkutan secepatnya untuk
evaluasi dan pengurangan kawat orthodonti yang berlebihan.
2. Menggunakan obat oles secara teratur 3 kali sehari dan minum obat
tablet 1 kali sehari.
4
3. Meningkatkan oral hygiene
4. Memperbanyak konsumsi sayur, buah dan air putih serta istirahat yang
cukup
5. Pasien diinstruksikan kontrol 7 hari kemudian pada tanggal 09
November 2018.
Kontrol 1
Subyektif : Pasien datang untuk melakukan kontrol pertama, hari ke-
7 pasca kunjungan pertama. Pasien sudah tidak mengeluhkan rasa sakit
pada pipi kanan bagian dalam mulutnya. Pasien mengaku mengkonsumsi
obat tablet setiap hari sesuai dengan anjuran yang telah diberikan dan
tersisa 3 tablet, dan untuk obat oles pasien mengaku menggunakan sesuai
anjuran yang telah diberikan.
Obyektif :
EO : Normal
IO : Terdapat erosi pada mukosa bukal kanan daerah ujung alat
orthodonti cekat dengan diameter 7 mm, berbatas jelas, single, berwarna
putih, tidak disertai rasa sakit, jaringan sekitar kemerahan, dengan tepi
irregular.
Assessment : Traumatic ulcer et causa alat orthodonti cekat belum
sembuh (terdapat erosi)
Planning :
a. Melakukan kontrol ke dokter gigi yang bersangkutan secepatnya
untuk evaluasi dan pengurangan kawat orthodonti yang berlebihan.
b. Menginstruksikan pasien untuk melanjutkan pemakaian obat oles
dan tablet secara teratur.
c. Menjaga oral hygiene.
d. Memperbanyak konsumsi sayur, buah dan air putih serta istirahat
yang cukup
e. Pasien diinstruksikan untuk kontrol kembali 7 hari pasca kunjungan
kedua yaitu pada tanggal 16 November 2018.
5
Kontrol 2
6
VIII. GAMBAR TRAUMATIC ULCER et causa alat orthodonti cekat
1. Kunjungan 1 (02 November 2018)
7
IX. PEMBAHASAN LESI TERAPI
TRAUMATIC ULCER
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, maka diagnosa lesi
ulseratif berwarna putih kekuningan pada mukosa bukal kanan adalah
Traumatic ulcer et causa alat orthodonti cekat.
Traumatic ulcer merupakan kelainan yang berbentuk ulkus pada
mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh paparan trauma. Secara klinis,
traumatic ulcer terlihat sebagai suatu lesi ulseratif, dapat tunggal atau
multipel, berbentuk simetris atau asimetris, bentuk oval dan cekung, eritema
di perifer, bagian tengah berwarna kuning-kelabu dan terasa sakit. Ukuran
dari ulkus bervariasi tergantung dari trauma yang menjadi penyebab (Anura,
2014).
Rongga mulut dilapisi oleh suatu mukosa tipis yang tersusun dari
epithelium dan tidak setebal epithelium kulit sehingga mukosa tersebut lebih
mudah mengalami luka dan trauma. Paparan trauma tersebut kemudian
menyebabkan terjadinya kerusakan integritas epitel sehingga menimbulkan
suatu bentuk lesi ulseratif, dapat meluas pada lapisan dalam mengenai
jaringan ikat sehingga menimbulkan rasa nyeri yang berat (Ghom, 2008).
Traumatic ulcer secara umum dapat terjadi pada semua usia, baik pria
maupun wanita dengan lokasi yang bervariasi yaitu pada mukosa pipi,
mukosa bibir, palatum dan tepi perifer lidah dengan ukuran lesi bervariasi
dari beberapa millimeter hingga centimeter. Lesi biasanya berwarna
kemerahan dan dibagian tengahnya berwarna putih kekuningan berupa
membran fibrinopurulen (Ghom, 2008).
Beberapa penyebab traumatic ulcer seperti trauma mekanik yaitu
akibat menggosok gigi yang terlalu kencang, menggigit bibir, pipi atau lidah,
mengonsumsi atau mengunyah makanan keras, gigitan dari tonjolan gigi yang
tajam, trauma dari gigi yang patah dan iritasi gigi tiruan serta tumpatan yang
tajam. Selain itu, pemasangan gigi tiruan yang tidak stabil dapat
menyebabkan trauma karena tepi protesa atau klamer gigi tiruan yang tajam
mengiritasi, gesekan yang terus menerus oleh karena gigi yang tajam atau
tidak rata, atau trauma oleh karena penggunaan pesawat ortodontik ataupun
8
sikat gigi yang digunakan dengan teknik yang salah sehingga menyebabkan
erosi jaringan lunak disekitarnya. Tergigitnya mukosa saat berbicara,
mengunyah ataupun tidur juga dapat menyebabkan traumatic ulcer. Penyebab
iatrogenik dapat disebabkan antara lain akibat penyuntikan dan akibat
berkontak dengan instrumen yang panas dan tajam yang melukai mukosa.
Traumatic ulcer juga dapat disebabkan trauma kimia melalui kontak langsung
dengan mukosa misalnya pada aspirin (chemical burn), iritasi penggunaan
mouthwash, serta bahan bleaching (Eversole, 2011).
Penatalaksanaan traumatic ulcer meliputi eliminasi faktor penyebab,
menggunakan obat kumur antiseptik atau obat topikal selama fase
penyembuhan ulkus. Setelah pengaruh trauma hilang, ulkus akan sembuh
dalam waktu 6-10 hari, jika tidak maka penyebab lain harus dicurigai dan
dilakukan biopsi (Anura, 2014).
Diagnosis banding dari traumatic ulcer adalah SAR (Stomatitis Aftosa
Rekuren) dengan persemaan lesi berupa ulcer, tepi kemerahan, bagian tengan
berwarna putih kekuningan, sakit, terapi sama (Anura, 2014). Untuk
perbedaan antara Traumatic ulcer dan SAR adalah sebagai berikut :
Perbedaan SAR TU
Etiologi Idiopatik Trauma
Batas Jelas Tidak jelas
Rekuren Rekuren Tidak rekuren
Lokasi Berpindah-pindah Menetap
9
X. PEMBAHASAN LESI NON TERAPI
1. LINEA ALBA BUCCALIS
Linea alba (“garis
berwarna putih”) merupakan
perubahan yang umum
terjadi pada mukosa bukal.
Etiologi dari linea alba
buccalis adalah idiopati,
namun terdapat faktor predisposisi penyebab terjadinya linea alba, yaitu
adanya tekanan dan trauma friksional dan penyebab iritasi lainnya seperti
bruxism (Pinborg, 2009).
Gambaran klinis linea alba buccalis adalah adanya garis bergelombang
putih, horizontal, menimbul, panjang bervariasi dengan lebar 1-2 mm pada
garis oklusi di mukosa bukal, biasanya ditemukan sepanjang regio gigi molar
dua sampai caninus pada mukosa bukal, berkeratin, umumnya bilateral, tidak
dapat dikerok, tidak sakit, dan merupakan lesi yang jinak dan tidak berbahaya.
Oleh karena tidak berbahaya, maka tidak diperlukan perawatan untuk lesi ini.
Garis putih ini dapat menghilang dengan spontan (Pinborg, 2009).
2. COATED TONGUE
Coated tongue merupakan suatu kelainan
lidah yang umum sekali terjadi, biasanya lebih
banyak terjadi pada orang dewasa karena adanya
kumpulan epitel, makanan, dan debris mikrobial.
Coated tongue akan menyebabkan terjadinya
penumpukan bakteri, bau mulut, dan sensasi rasa
pada lidah menjadi kurang peka (Scully, 2008).
Gambaran coated tongue secara klinis berupa selaput (lesi plak) yang
menutupi bagian permukaan atas lidah. Selaput ini dapat berwarna putih
kekuningan sampai berwarna coklat. Selaput terdiri dari akumulasi bakteri,
debris makanan, lekosit dari poket periodontal, dan deskuamasi sel epitel.
Selaput ini dapat hilang pada pengerokan tanpa meninggalkan daerah eritem.
10
Coated tongue dapat muncul dan hilang dalam waktu yang singkat (Scully,
2008).
Minuman yang panas dan makanan yang kasar membuat lidah
mengalami iritasi, karena pada dasarnya permukaan lidah merupakan daearah
yang rentan iritasi. Hal tersebut menyebabkan bagian permukaan lidah
membentuk perlindungan berupa lapisan dari keratin yang telah mati. Dalam
keadaan normal jumlah keratin yang diproduksi sama dengan keratin yang
mengelupas (telah mati). Pada keadaan tidak normal keseimbangan tersebut
terganggu sehingga menyebabkan coated tongue. Coated tongue juga dapat
disebabkan oleh diet makanan lunak yang menyebabkan keratin tidak
terangsang untuk mengelupas (Arma, 2009).
Peningkatan kebersihan rongga mulut dan melakukan pembersihan lidah
dengan sikat gigi atau tongue scrapper dapat mengurangi ketebalan lapisan
selaput. Apabila coated tongue disebabkan oleh oleh penyakit sistemik, maka
dengan mengobati penyakit sistemik tersebut, selaput pada lidah pun akan
berkurang. Apabila akibat penggunan antibiotik atau kemoterapi, maka tidak
diperlukan tindakan karena akan sembuh dengan sendirinya saat penggunaan
obat-obat tersebut dihentikan. Apabila akibat rokok/ alkohol, kebiasaan harus
dihilangkan. Minum banyak air putih dan makan buah-buahan seperti apel,
dan sayur-sayuran seperti brokoli juga dapat membantu melepaskan debris
putih dari lidah. Berkumur dengan asam askorbat, mungkin akan membantu,
terutama jika dikombinasikan dengan menyikat lidah (Byahatti and Ingafau,
2010).
3. CRENATED TONGUE
Crenated tongue atau disebut dengan
Scalloped tongue merupakan gambaran pada
pinggiran lidah yang irreguler. Penyebab dari
crenated tongue ini tergantung pada kondisi
yang menyebabkan adanya tekanan abnormal
pada lidah seperti pergerakan lidah menekan
gigi-gigi, menjulurkan lidah, menghisap lidah,
ketegangan, brusixm, atau pembesaran lidah (Langlais et al, 2009).
11
Crenated tongue biasanya terjadi bilateral, namun kadang-kadang bisa
unilateral dan terbatas pada daerah yang bersinggungan langsung dengan gigi.
Gambaran klinis crenated tongue berupa papula sepanjang tepi lidah dan
mengikuti lekuk gigi, warna sama dengan daerah sekitarnya, dan
asimptomatik (Langlais et al, 2009).
Kondisi crenated tongue yang asimptomatik dan tidak berbahaya,
sehingga tidak memerlukan terapi khusus (Langlais et al, 2009).
4. PAPILA FUNGIFORMIS PROMINENT
12
dihentikan. Apabila akibat rokok/ alkohol, kebiasaan tersebut harus
dihilangkan (Arma, 2009).
5. TORUS PALATINUS
Torus palatinus merupakan suatu penonjolan
tulang yang terjadi di tengah-tengah palatum
dan biasa disebut exostosis. Torus juga sering
disebut sebagai Tori, suatu nodular jinak yang
tumbuh berlebihan dari tulang kortikal.
Keadaan ini ditandai dengan tertutupnya
tonjolan tersebut dengan kartilago. Bentuk dan
ukuran dari torus palatinus bervariasi (Arma, 2009).
Penyebab torus palatinus belum dapat diketahui secara pasti tetapi pada
beberapa orang diturunkan secara autosomal dominan (faktor genetik). Faktor
lingkungan juga diyakini merupakan salah satu faktor yang berperan.
Walaupun gambaran fisiknya merupakan suatu tanda keganasan tetapi secara
umum tidak memerlukan perhatian khusus. Tori atau torus ini dilapisi
jaringan epitelium yang tipis, mudah mengalami trauma dan ulkus.
Penyembuhan pada ulkus yang terjadi cenderung sangat lambat karena tori
miskin vaskularisasi. Torus palatinus tumbuh sangat lambat dan dapat terjadi
pada semua umur, tetapi sebagian besar terjadi pada usia 30 tahun (Arma,
2009).
Tonjolan tulang yang keras ditengah-tengah palatum ini biasanya
berukuran diameter kurang lebih 2 cm. Namun terkadang perlahan-lahan
dapat bertambah besar dan memenuhi seluruh langit-langit. Eksostosis tulang
tampak sebagai tumor yang kaku dengan permukaan mukosa yang normal.
Apabila muncul di daerah midline pada palatum durum maka disebut torus
palatinus dan bila muncul di lateral regio lingual (bagian samping lidah) gigi
premolar mandibula (rahang bawah) disebut torus mandibula. Torus palatinal
dan torus mandibula jarang ditemui sekaligus pada seorang pasien
(Soeprapto, 2016).
13
Bila tidak ada keluhan maka torus palatinus tidak memerlukan
perawatan. Pembedahan pada torus palitinus diperlukan apabila torus ini
mengganggu dalam pembuatan protesa gigi tiruan (Soeprapto, 2016).
XI. KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, maka diagnosa lesi berupa
ulkus berbentuk irreguler, dengan tepi kemerahan dan berbatas jelas, terasa
nyeri dan perih, berukuran ± 7 mm pada mukosa bukal kanan adalah
traumatic ulcer et causa alat orthodonti cekat. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan etiologi yaitu karena trauma akibat kawat orthodonti cekat yang
terlalu panjang.
Selain lesi terapi, di dalam rongga mulut pasien didapatkan lesi non
terapi, yaitu linea alba buccalis, papila fungiformis prominent, crenated
tongue, coated tongue dan torus palatinus.
14
Soeprapto, Andrianto. 2016. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran
Gigi. Yogyakarta: STPI Bina Insan Mulia.
15