Anda di halaman 1dari 15

I.

IDENTITAS PASIEN
 Nama Pasien : Nn. Ulfani Hanafiah
 Tempat, Tanggal Lahir : Denpasar, 11 Januari 1995
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Perumahan Persada Sayang Blok E No. 4, Kediri
 No. Rekam Medis : 005126

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF


 Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan sariawan pada pipi kanan bagian dalam
mulutnya yang disebabkan karena kawat gigi yang terlalu panjang.
 Riwayat Penyakit
Awal mula terjadinya sariawan pada pipi kanan bagian dalam mulutnya saat
pasien melewatkan waktu kontrol kawat giginya sekitar 4 hari yang lalu.
Awalnya pada pipi kanan bagian dalam mulutnya sering tertusuk kawat gigi
yang terlalu panjang, pada bagian yang sering tertusuk tersebut lama
kelamaan menjadi sariawan. Pasien belum pernah mengobati sariawan
tersebut hingga saat ini. Pasien sebelumnya pernah mengalami sariawan 3
bulan yang lalu. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat sering sariawan dan
tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, infeksi dan alergi. Pasien ingin
sariawan tersebut diobati agar tidak mengganggu ketika makan dan tidak
terasa sakit lagi.
 Riwayat Perawatan Gigi
Pasien melakukan penambalan dan membersihkan karang gigi untuk
persiapan pemasangan alat orthodonti sekitar 1 tahun yang lalu.
 Kebiasaan Sosial dan Kebiasaan
Pasien menggosok gigi 2 kali sehari, pagi setelah makan dan malam sebelum
tidur. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak mengkonsumsi
alkohol
 Riwayat Penyakit Sistemik : t.a.a
 Riwayat Penyakit Keluarga : t.a.a

1
III. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
 Muka : t.a.a
 Pipi Kanan : t.a.a
 Pipi Kiri : t.a.a
 Bibir Atas : t.a.a
 Bibir Bawah : t.a.a
 Sudut Mulut : t.a.a
 Kelenjar Limfe
 Submandibularis kanan kiri : tidak teraba, tidak sakit
 Submentalis : tidak teraba, tidak sakit
 Leher : tidak teraba, tidak sakit
 Kelenjar Saliva
 Parotis kanan : t.a.a
 Parotis kiri : t.a.a
 Sublingualis : t.a.a
 Lain-Lain : t.a.a
b. Pemeriksaan Intra Oral
 Mukosa Labial Atas : t.a.a
 Mukosa Labial Bawah : t.a.a
 Komisura Kanan : t.a.a
 Komisura Kiri : t.a.a
 Mukosa Bukal Kanan : Terdapat lesi primer berupa keratosis
berwarna putih sesuai garis oklusi memanjang dari daerah komisura
hingga bagian posterior gigi dengan diameter 2 mm berbatas difuse
dengan tepi irregular dan jaringan sekitar normal, tidak disertai rasa
sakit serta tidak dapat dikerok.
Terdapat lesi sekunder berupa ulcer pada daerah ujung alat orthodonti
cekat dengan diameter 7 mm, berbatas jelas, single, berwarna putih
kekuningan, disertai rasa sakit, jaringan sekitar kemerahan, dengan
tepi irregular.

2
 Mukosa Bukal Kiri : Terdapat lesi primer berupa keratosis
berwarna putih sesuai garis oklusi pada bagian posterior gigi dengan
diameter 2 mm berbatas difuse dengan tepi irregular dan jaringan
sekitar normal, tidak disertai rasa sakit serta tidak dapat dikerok.
Terdapat lesi sekunder berupa ulcer pada daerah ujung alat orthodonti
cekat dengan diameter 5 mm, berbatas jelas, single, berwarna putih
kekuningan, disertai rasa sakit, jaringan sekitar kemerahan, dengan
tepi irregular.
 Labial Fold Atas : t.a.a
 Labial Fold Bawah : t.a.a
 Bukal Fold Atas : t.a.a
 Bukal Fold Bawah : t.a.a
 Gingiva Rahang Atas : t.a.a
 Gingiva Rahang Bawah : t.a.a
 Palatum : Terdapat tonjolan pada sepanjang garis
tengah palatum keras dengan diameter 9mm dengan bentuk lonjong
berbatas diffuse dengan tepi irreguler dan konsistensi keras, jaringan
sekitar normal dan tidak disertai rasa sakit
 Lidah :
 Pada lateral lidah kanan dan kiri terdapat lekukan berbentuk
scalloped mengikuti bentuk gigi dengan warna seperti jaringan
sekitar, tepian normal dan tidak disertai rasa sakit.
 Pada ujung dan lateral lidah terdapat papila fungiformis dengan
bentuk seperti jamur berwarna kemerahan dengan jaringan sekitar
berwarna normal dan tepi reguler serta tidak ada keluhan rasa
sakit.
 Pada seluruh dorsal lidah terdapat selaput tebal berwarna putih
kekuningan berbentuk irreguler dengan tepi yang difuse, jaringan
sekitar normal dan tidak disertai rasa sakit, dapat dikerok dan
tidak meninggalkan bekas kemerahan
 Dasar mulut : t.a.a

3
IV. DIAGNOSIS SEMENTARA : Suspect Traumatic Ulcer et causa
alat orthodonti cekat

V. LESI NON TERAPI : Linea Alba Buccalis, Papila


Fungiformis Prominance, Torus Palatinus, Crenated Tongue, dan Coated
Tongue

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG :-

VII. RENCANA PERAWATAN


Terapi :
1. Pasien diinstruksikan untuk berkumur
2. Keringkan daerah lesi dengan menggunakan cotton pellet steril
3. Asepsis daerah lesi dengan menggunakan cotton pellet yang diulasi
povidon iodine
4. Aplikasikan periokin gel pada daerah lesi dengan menggunakan cotton
pellet steril dengam gerakan dari luar kedalam lesi.
5. Instruksikan pasien agar tidak makan dan minum selama kurang lebih 30
menit

Resep:
R/ Aloclair gel 8 ml Tube No.I
∫ 3 dd lit or
────────‖‖────────
R/ Becom C caplt No.X
∫ 1 dd 1 pc
────────‖‖────────
KIE (Komunikasi, Intruksi, Edukasi)
1. Melakukan kontrol ke dokter gigi yang bersangkutan secepatnya untuk
evaluasi dan pengurangan kawat orthodonti yang berlebihan.
2. Menggunakan obat oles secara teratur 3 kali sehari dan minum obat
tablet 1 kali sehari.

4
3. Meningkatkan oral hygiene
4. Memperbanyak konsumsi sayur, buah dan air putih serta istirahat yang
cukup
5. Pasien diinstruksikan kontrol 7 hari kemudian pada tanggal 09
November 2018.

Kontrol 1
 Subyektif : Pasien datang untuk melakukan kontrol pertama, hari ke-
7 pasca kunjungan pertama. Pasien sudah tidak mengeluhkan rasa sakit
pada pipi kanan bagian dalam mulutnya. Pasien mengaku mengkonsumsi
obat tablet setiap hari sesuai dengan anjuran yang telah diberikan dan
tersisa 3 tablet, dan untuk obat oles pasien mengaku menggunakan sesuai
anjuran yang telah diberikan.
 Obyektif :
EO : Normal
IO : Terdapat erosi pada mukosa bukal kanan daerah ujung alat
orthodonti cekat dengan diameter 7 mm, berbatas jelas, single, berwarna
putih, tidak disertai rasa sakit, jaringan sekitar kemerahan, dengan tepi
irregular.
 Assessment : Traumatic ulcer et causa alat orthodonti cekat belum
sembuh (terdapat erosi)
 Planning :
a. Melakukan kontrol ke dokter gigi yang bersangkutan secepatnya
untuk evaluasi dan pengurangan kawat orthodonti yang berlebihan.
b. Menginstruksikan pasien untuk melanjutkan pemakaian obat oles
dan tablet secara teratur.
c. Menjaga oral hygiene.
d. Memperbanyak konsumsi sayur, buah dan air putih serta istirahat
yang cukup
e. Pasien diinstruksikan untuk kontrol kembali 7 hari pasca kunjungan
kedua yaitu pada tanggal 16 November 2018.

5
Kontrol 2

 Subyektif : Pasien datang untuk melakukan kontrol kedua, hari ke-7


pasca kunjungan kedua. Pasien sudah tidak mengeluhkan rasa sakit dan
terdapat warna kemerahan pada pipi kanan bagian dalam mulutnya.
Pasien mengaku obat oles digunakan secara teratur 3 kali sehari, obat
oles masih tersisa, dan obat tablet telah habis.
 Obyektif :
EO : Normal
IO : Terdapat makula pada mukosa bukal kanan daerah ujung alat
orthodonti cekat dengan diameter 5 mm, berbatas diffuse, single,
berwarna kmerahan, tidak disertai rasa sakit, jaringan sekitar normal,
dengan tepi irregular.
 Assessment : Traumatic ulcer et causa alat orthodonti cekat telah
sembuh
 Planning :
a. Melakukan kontrol ke dokter gigi yang bersangkutan secepatnya
untuk evaluasi dan pengurangan kawat orthodonti yang berlebihan.
b. Menginstruksikan pasien untuk menghentikan pemakaian obat oles
c. Menjaga oral hygiene.
d. Memperbanyak konsumsi sayur, buah dan air putih serta istirahat
yang cukup

6
VIII. GAMBAR TRAUMATIC ULCER et causa alat orthodonti cekat
1. Kunjungan 1 (02 November 2018)

2. Kunjungan 2 / Kontrol 1 (09 November 2018)

3. Kunjungan 3 / Kontrol 2 (16 November 2018)

7
IX. PEMBAHASAN LESI TERAPI
TRAUMATIC ULCER
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, maka diagnosa lesi
ulseratif berwarna putih kekuningan pada mukosa bukal kanan adalah
Traumatic ulcer et causa alat orthodonti cekat.
Traumatic ulcer merupakan kelainan yang berbentuk ulkus pada
mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh paparan trauma. Secara klinis,
traumatic ulcer terlihat sebagai suatu lesi ulseratif, dapat tunggal atau
multipel, berbentuk simetris atau asimetris, bentuk oval dan cekung, eritema
di perifer, bagian tengah berwarna kuning-kelabu dan terasa sakit. Ukuran
dari ulkus bervariasi tergantung dari trauma yang menjadi penyebab (Anura,
2014).
Rongga mulut dilapisi oleh suatu mukosa tipis yang tersusun dari
epithelium dan tidak setebal epithelium kulit sehingga mukosa tersebut lebih
mudah mengalami luka dan trauma. Paparan trauma tersebut kemudian
menyebabkan terjadinya kerusakan integritas epitel sehingga menimbulkan
suatu bentuk lesi ulseratif, dapat meluas pada lapisan dalam mengenai
jaringan ikat sehingga menimbulkan rasa nyeri yang berat (Ghom, 2008).
Traumatic ulcer secara umum dapat terjadi pada semua usia, baik pria
maupun wanita dengan lokasi yang bervariasi yaitu pada mukosa pipi,
mukosa bibir, palatum dan tepi perifer lidah dengan ukuran lesi bervariasi
dari beberapa millimeter hingga centimeter. Lesi biasanya berwarna
kemerahan dan dibagian tengahnya berwarna putih kekuningan berupa
membran fibrinopurulen (Ghom, 2008).
Beberapa penyebab traumatic ulcer seperti trauma mekanik yaitu
akibat menggosok gigi yang terlalu kencang, menggigit bibir, pipi atau lidah,
mengonsumsi atau mengunyah makanan keras, gigitan dari tonjolan gigi yang
tajam, trauma dari gigi yang patah dan iritasi gigi tiruan serta tumpatan yang
tajam. Selain itu, pemasangan gigi tiruan yang tidak stabil dapat
menyebabkan trauma karena tepi protesa atau klamer gigi tiruan yang tajam
mengiritasi, gesekan yang terus menerus oleh karena gigi yang tajam atau
tidak rata, atau trauma oleh karena penggunaan pesawat ortodontik ataupun

8
sikat gigi yang digunakan dengan teknik yang salah sehingga menyebabkan
erosi jaringan lunak disekitarnya. Tergigitnya mukosa saat berbicara,
mengunyah ataupun tidur juga dapat menyebabkan traumatic ulcer. Penyebab
iatrogenik dapat disebabkan antara lain akibat penyuntikan dan akibat
berkontak dengan instrumen yang panas dan tajam yang melukai mukosa.
Traumatic ulcer juga dapat disebabkan trauma kimia melalui kontak langsung
dengan mukosa misalnya pada aspirin (chemical burn), iritasi penggunaan
mouthwash, serta bahan bleaching (Eversole, 2011).
Penatalaksanaan traumatic ulcer meliputi eliminasi faktor penyebab,
menggunakan obat kumur antiseptik atau obat topikal selama fase
penyembuhan ulkus. Setelah pengaruh trauma hilang, ulkus akan sembuh
dalam waktu 6-10 hari, jika tidak maka penyebab lain harus dicurigai dan
dilakukan biopsi (Anura, 2014).
Diagnosis banding dari traumatic ulcer adalah SAR (Stomatitis Aftosa
Rekuren) dengan persemaan lesi berupa ulcer, tepi kemerahan, bagian tengan
berwarna putih kekuningan, sakit, terapi sama (Anura, 2014). Untuk
perbedaan antara Traumatic ulcer dan SAR adalah sebagai berikut :
Perbedaan SAR TU
Etiologi Idiopatik Trauma
Batas Jelas Tidak jelas
Rekuren Rekuren Tidak rekuren
Lokasi Berpindah-pindah Menetap

9
X. PEMBAHASAN LESI NON TERAPI
1. LINEA ALBA BUCCALIS
Linea alba (“garis
berwarna putih”) merupakan
perubahan yang umum
terjadi pada mukosa bukal.
Etiologi dari linea alba
buccalis adalah idiopati,
namun terdapat faktor predisposisi penyebab terjadinya linea alba, yaitu
adanya tekanan dan trauma friksional dan penyebab iritasi lainnya seperti
bruxism (Pinborg, 2009).
Gambaran klinis linea alba buccalis adalah adanya garis bergelombang
putih, horizontal, menimbul, panjang bervariasi dengan lebar 1-2 mm pada
garis oklusi di mukosa bukal, biasanya ditemukan sepanjang regio gigi molar
dua sampai caninus pada mukosa bukal, berkeratin, umumnya bilateral, tidak
dapat dikerok, tidak sakit, dan merupakan lesi yang jinak dan tidak berbahaya.
Oleh karena tidak berbahaya, maka tidak diperlukan perawatan untuk lesi ini.
Garis putih ini dapat menghilang dengan spontan (Pinborg, 2009).
2. COATED TONGUE
Coated tongue merupakan suatu kelainan
lidah yang umum sekali terjadi, biasanya lebih
banyak terjadi pada orang dewasa karena adanya
kumpulan epitel, makanan, dan debris mikrobial.
Coated tongue akan menyebabkan terjadinya
penumpukan bakteri, bau mulut, dan sensasi rasa
pada lidah menjadi kurang peka (Scully, 2008).
Gambaran coated tongue secara klinis berupa selaput (lesi plak) yang
menutupi bagian permukaan atas lidah. Selaput ini dapat berwarna putih
kekuningan sampai berwarna coklat. Selaput terdiri dari akumulasi bakteri,
debris makanan, lekosit dari poket periodontal, dan deskuamasi sel epitel.
Selaput ini dapat hilang pada pengerokan tanpa meninggalkan daerah eritem.

10
Coated tongue dapat muncul dan hilang dalam waktu yang singkat (Scully,
2008).
Minuman yang panas dan makanan yang kasar membuat lidah
mengalami iritasi, karena pada dasarnya permukaan lidah merupakan daearah
yang rentan iritasi. Hal tersebut menyebabkan bagian permukaan lidah
membentuk perlindungan berupa lapisan dari keratin yang telah mati. Dalam
keadaan normal jumlah keratin yang diproduksi sama dengan keratin yang
mengelupas (telah mati). Pada keadaan tidak normal keseimbangan tersebut
terganggu sehingga menyebabkan coated tongue. Coated tongue juga dapat
disebabkan oleh diet makanan lunak yang menyebabkan keratin tidak
terangsang untuk mengelupas (Arma, 2009).
Peningkatan kebersihan rongga mulut dan melakukan pembersihan lidah
dengan sikat gigi atau tongue scrapper dapat mengurangi ketebalan lapisan
selaput. Apabila coated tongue disebabkan oleh oleh penyakit sistemik, maka
dengan mengobati penyakit sistemik tersebut, selaput pada lidah pun akan
berkurang. Apabila akibat penggunan antibiotik atau kemoterapi, maka tidak
diperlukan tindakan karena akan sembuh dengan sendirinya saat penggunaan
obat-obat tersebut dihentikan. Apabila akibat rokok/ alkohol, kebiasaan harus
dihilangkan. Minum banyak air putih dan makan buah-buahan seperti apel,
dan sayur-sayuran seperti brokoli juga dapat membantu melepaskan debris
putih dari lidah. Berkumur dengan asam askorbat, mungkin akan membantu,
terutama jika dikombinasikan dengan menyikat lidah (Byahatti and Ingafau,
2010).
3. CRENATED TONGUE
Crenated tongue atau disebut dengan
Scalloped tongue merupakan gambaran pada
pinggiran lidah yang irreguler. Penyebab dari
crenated tongue ini tergantung pada kondisi
yang menyebabkan adanya tekanan abnormal
pada lidah seperti pergerakan lidah menekan
gigi-gigi, menjulurkan lidah, menghisap lidah,
ketegangan, brusixm, atau pembesaran lidah (Langlais et al, 2009).

11
Crenated tongue biasanya terjadi bilateral, namun kadang-kadang bisa
unilateral dan terbatas pada daerah yang bersinggungan langsung dengan gigi.
Gambaran klinis crenated tongue berupa papula sepanjang tepi lidah dan
mengikuti lekuk gigi, warna sama dengan daerah sekitarnya, dan
asimptomatik (Langlais et al, 2009).
Kondisi crenated tongue yang asimptomatik dan tidak berbahaya,
sehingga tidak memerlukan terapi khusus (Langlais et al, 2009).
4. PAPILA FUNGIFORMIS PROMINENT

Papila fungiformis lebih sedikit jumlahnya,


warna merahnya lebih merah dan diameternya
lebih lebar dibandingkan dengan papila
filiformis. Papila fungiformis tidak bertanduk,
berbentuk bulat atau jamur dan sedikit menonjol.
Papila ini juga berisi kuncup-kuncup pengecap/
taste buds. Papila ini paling banyak terdapat di
tepi lateral dan ujung anterior dari lidah. Kadang-kadang papila fungiformis
mengandung pigmen coklat, terutama melanoderm. Bentuk papila
fungiformis yang menonjol disebut juga papila fungiformis prominent
(Byahatti and Ingafou, 2010)
Minuman yang panas dan makanan yang kasar membuat lidah
mengalami iritasi, karena pada dasarnya permukaan lidah merupakan daearah
yang rentan iritasi. Hal tersebut menyebabkan bagian permukaan lidah pada
papila fungiformis yang berisi taste buds mengalami iritasi berupa
penonjolan/ prominent (Arma, 2009).
Peningkatan kebersihan rongga mulut dan mengurangi mengkonsumsi
makanan dan minuman panas dapat mengurangi terjadinya penonjolan pada
papila fungiformis prominent. Apabila papila fungiformis prominent
disebabkan oleh oleh penyakit sistemik, maka dengan mengobati penyakit
sistemik tersebut, penonjolan pada lidah pun akan berkurang. Apabila akibat
penggunan antibiotik atau kemoterapi, maka tidak diperlukan tindakan karena
akan sembuh dengan sendirinya saat penggunaan obat-obat tersebut

12
dihentikan. Apabila akibat rokok/ alkohol, kebiasaan tersebut harus
dihilangkan (Arma, 2009).
5. TORUS PALATINUS
Torus palatinus merupakan suatu penonjolan
tulang yang terjadi di tengah-tengah palatum
dan biasa disebut exostosis. Torus juga sering
disebut sebagai Tori, suatu nodular jinak yang
tumbuh berlebihan dari tulang kortikal.
Keadaan ini ditandai dengan tertutupnya
tonjolan tersebut dengan kartilago. Bentuk dan
ukuran dari torus palatinus bervariasi (Arma, 2009).
Penyebab torus palatinus belum dapat diketahui secara pasti tetapi pada
beberapa orang diturunkan secara autosomal dominan (faktor genetik). Faktor
lingkungan juga diyakini merupakan salah satu faktor yang berperan.
Walaupun gambaran fisiknya merupakan suatu tanda keganasan tetapi secara
umum tidak memerlukan perhatian khusus. Tori atau torus ini dilapisi
jaringan epitelium yang tipis, mudah mengalami trauma dan ulkus.
Penyembuhan pada ulkus yang terjadi cenderung sangat lambat karena tori
miskin vaskularisasi. Torus palatinus tumbuh sangat lambat dan dapat terjadi
pada semua umur, tetapi sebagian besar terjadi pada usia 30 tahun (Arma,
2009).
Tonjolan tulang yang keras ditengah-tengah palatum ini biasanya
berukuran diameter kurang lebih 2 cm. Namun terkadang perlahan-lahan
dapat bertambah besar dan memenuhi seluruh langit-langit. Eksostosis tulang
tampak sebagai tumor yang kaku dengan permukaan mukosa yang normal.
Apabila muncul di daerah midline pada palatum durum maka disebut torus
palatinus dan bila muncul di lateral regio lingual (bagian samping lidah) gigi
premolar mandibula (rahang bawah) disebut torus mandibula. Torus palatinal
dan torus mandibula jarang ditemui sekaligus pada seorang pasien
(Soeprapto, 2016).

13
Bila tidak ada keluhan maka torus palatinus tidak memerlukan
perawatan. Pembedahan pada torus palitinus diperlukan apabila torus ini
mengganggu dalam pembuatan protesa gigi tiruan (Soeprapto, 2016).

XI. KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, maka diagnosa lesi berupa
ulkus berbentuk irreguler, dengan tepi kemerahan dan berbatas jelas, terasa
nyeri dan perih, berukuran ± 7 mm pada mukosa bukal kanan adalah
traumatic ulcer et causa alat orthodonti cekat. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan etiologi yaitu karena trauma akibat kawat orthodonti cekat yang
terlalu panjang.
Selain lesi terapi, di dalam rongga mulut pasien didapatkan lesi non
terapi, yaitu linea alba buccalis, papila fungiformis prominent, crenated
tongue, coated tongue dan torus palatinus.

XII. DAFTAR PUSTAKA


Anura, Ariyawardhana. 2014. Traumatic Oral Mucosal Lesions : A Mini Review
and Clinical Update. Smithfield: Oral Hygiene and Dental Magazine. Vol:
13 No 2.
Arma, Utmi. 2009. Ilmu Penyakit Mulut. Padang: Universitas Baiturrahmah.
Byahatti and Ingafou. 2010. The Prevalence of Tongue Lesions in Libyan Adult
Patients. J Clin Exp Dent. 2(4): e163-8.
Eversole, Lewis. 2011. Clinical Outline of Oral Pathology. Shelton: People’s
Medical Publishing House.
Ghom, anil, Shubhangi Maskhe. 2008. Textbook of Oral Pathology. New Delhi:
Jaypee Publishing.
Langlais, Miller, Nield-Gehrig. 2009. Color atlas of Common Oral Disease,
fourth ed. Philadelphia: Walter Kluwer.
Pindborg, JJ. 2009. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Tangerang: Binarupa Aksara
Publisher.
Scully, Crispian. 2008. Oral and maxillofacial medicine : the basis of diagnosis
and treatment. Edinburgh: Churchill Livingstone.

14
Soeprapto, Andrianto. 2016. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran
Gigi. Yogyakarta: STPI Bina Insan Mulia.

15

Anda mungkin juga menyukai