KONSERVASI GIGI
Oleh
Arbi Wijaya
1106001145
Pembimbing
Drg. Dini Asrianti, SpKG
DAFTAR ISI
I.3
I.4
Prognosis .............................................................................................................32
Daftar Referensi ..................................................................................................33
Foto Intraoral
BAB I
PENGENALAN MASALAH UMUM
I.1
Temuan Masalah
Pasien Wanita 21 tahun datang ke RSKGM FKG UI dengan keluhan gigi
geraham kecil kanan atas berlubang besar dan terdapat pus di gusi sekitar gigi
tersebut. Pasien menjelaskan bahwa gigi sudah berlubang sejak tahun lalu. Sudah
pernah dirawat di puskesmas, namun hanya di tumpat sementara. Pada bulan
september 2014 tumpatan sementara lepas. Pada Januari 2015, pasien merasakan
sakit hebat pada gigi tersebut, ketika kembali dirawat di puskesmas, hanya di
tumpat sementara. Pada April 2015, pasien melakukan konsultasi di Pusat
Kesehatan UI, tumpatan sementara dibongkar, dan diinstruksikan untuk foto
rontgen di RSGM FKG UI. Pada saat pasien datang untuk perawatan di FKG UI,
kondisi gigi berlubang besar, dan banyak sisa makanan yang menyangkut. Tes
vitalitas menunjukkan hasil negatif, palpasi positif, dan perkusi positif.
Pada pemeriksaan ekstraoral ditemukan wajah pasien simetris, dan
deskuamasi pada bibir atas dan bawah. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan
debri, plak dan kalkulus pada regio 1, 2, 3, dan 4 dengan skor OHIS 0,55 (baik).
Satu minggu sebelumnya pasien sudah melakukan perawatan skeling. Hubungan
rahang pasien ortognati. Mukosa, gingiva, palatum, lidah tidak ada kelainan. Pada
regio kanan atas ditemukan adanya karies D6 2.2. dengan perkusi (+), vitalitas
(-), dan palpasi (+). Kemudian, pada regio kiri bawah ditemukan adanya karies D3
1.1. pada gigi 36 dan 37. Pasien juga memiliki gigi yang hilang pada elemen 46
serta impaksi pada gigi 38 dan 48. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik maupun alergi, serta tidak sedang mengonsumsi obat-obatan.
Dari anamnesa, diketahui pasien menyikat gigi 2x sehari, dengan cara dan
waktu yang belum benar. Cara menyikat gigi pasien adalah dengan arah kirikanan. Pada faktor risiko karies ditemukan saliva pasien jernih dan cair, hidrasi
kurang dari 30 detik, pasien mengonsumsi air putih 1,5 liter per hari. Pasien
mengaku sangat jarang sekali berkunjung ke dokter gigi, terakhir pada saat kecil.
Pasien mengaku menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. Pasien tidak
terlalu sering mengonsumsi gula dan cemilan. Pasien juga sering mengonsumsi
minuman bersoda. Secara keseluruhan, penilaian faktor risiko karies berada pada
zona hijau dengan status pasien a1. Setelah diberikan edukasi mengenai
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, pasien memiliki kesadaran untuk
selalu menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Pasien juga memiliki tingkat
kekooperatifan yang tinggi.
I.2
Faktor Umum :
Kurangnya tingkat
kesadaran dan
pengetahuan pasien
terhadap kesehatan
gigi dan mulutnya
menyebabkan
pasien jarang
berkunjung ke
dokter gigi. Pasien
memiliki
pengetahuan yang
terbatas mengenai
cara menjaga
kesehatan
Karies gigi dan
Mencapai
Pulpa
proksimal gigi
24
I.3
Faktor Lokal :
Fissure
yang
dalam
pada gigi
36 dan 37
retensi
makanan
Titik
kontak
yang tidak
baik
(Multiple
Diastema)
salah
satunya
antara gigi
24 dan 25
retensi
makanan
Sikat gigi 2 kali sehari (perbaikan waktu menyikat gigi yaitu pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur) dengan metode Bass yang
dimodifikasi, dengan membentuk sudut 45 antara sikat gigi dengan
gusi dan gigi, sikat diarahkan ke bawah pada gigi geligi rahang atas
dan sikat diarahkan ke atas pada gigi geligi rahang bawah untuk
membersihkan gigi dari plak. Penyikatan gigi dilakukan pada
10
11
BAB II
PENGENALAN MASALAH KONSERVASI
II.1 Rekam Medik Status Konservasi (25 Mei 2015)
Elemen
T
V
Diagnosis
18
17
16
Perawatan Invasif
Rencana
Elemen
Perawatan
21
61
22
62
23
63
T
V
Diagnosis
Rencana
Perawatan
D6
(-)
Abses
Apikalis
Kronis
PSA Non
Vital +
Onlay
15
55
24
64
14
54
25
65
13
12
11
53
52
51
26
27
28
41
81
38
42
82
37
D3
(+)
43
83
36
D3
(+)
44
84
35
75
45
46
47
48
85
34
33
32
31
74
73
72
71
K : Karies
D1-D6 /KS ;
12
Site 1
Size 1
Site 1
Size 1
GIC
GIC
No. Masalah
1.
Diagnosis
Gigi 24
Alternatif
Perawatan
Perawatan
PSA non
yang Dipilih
PSA non
Abses
Apikalis
Kronis
Vital
Restorasi
Onlay
Prognosis
Baik
Vital
Restorasi
Onlay
Karies D6
2.2
2.
3.
4.
Gigi 36
D3 1.1
Gigi 37
Restorasi
Restorasi
Resin
GIC
Komposit
Restorasi
GIC
Restorasi
Restorasi
Resin
GIC
D3 1.1
Komposit
Restorasi
GIC
Kunjungan
Kunjungan
berkala ke
berkala ke
dokter gigi
dokter gigi
Terapi
pemeliharaan
6 bulan
Scaling
3-6 bulan
Scaling
1. Gigi 24
Diagnosis : Abses Apikalis Kronis dan karies D6 site 2.2
DD
Pemeriksaan :
13
Baik
Baik
Baik
Pemeriksaan subjektif :
Gigi pasien sudah berlubang sejak tahun lalu. Sudah pernah dirawat
di puskesmas, namun hanya di tumpat sementara. Pada bulan
september 2014 tumpatan sementara lepas. Pada Januari 2015,
pasien merasakan sakit hebat pada gigi tersebut, ketika kembali
dirawat di puskesmas, hanya di tumpat sementara. Pada April 2015,
pasien melakukan konsultasi di Pusat Kesehatan UI, tumpatan
sementara dibongkar, dan diinstruksikan untuk foto rontgen di
RSGM FKG UI. Pada saat pasien datang untuk perawatan di FKG
UI, kondisi gigi berlubang besar, dan banyak sisa makanan yang
menyangkut.
Pemeriksaan objektif :
Karies besar mencapai pulpa, di dalam kavitas ditemukan banyak
sisa makanan. Terdapat fistula pada gingiva dekat akar gigi 24. Tes
vitalitas menunjukkan hasil negatif, palpasi positif, dan perkusi
positif
Radiograf
Rencana restorasi
: Onlay
Alasan
14
Pemeriksaan :
Rencana Perawatan :
Gigi 36 dan 37 GIC
Alasan :
Untuk kavitas pada area oklusal yang baru mencapai enamel, dan kehilangan
struktur jaringan keras yang sedikit, dapat dilakukan penumpatan dengan GIC.
Karena, GIC memiliki ikatan fisiko-kimia yang dpt berikatan dengan baik dengan
enamel gigi serta dapat merangsang terjadinya remineralisasi.
15
BAB III
TERAPI KONSERVASI
III.1 Terapi Non Invasif
1
Diet:
a.
b.
16
Gigi 24 Abses Apikalis Kronis, Karies D6 2.2 Kronis PSA Non Vital,
Restorasi Onlay
sumbu gigi.
Ragangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa.
Setelah bur terasa anjlok (menembus atap pulpa), bur ditarik ke
17
b. Ekstirpasi
Jajaki saluran akar sepanjang 2/3 panjang kerja dengan file berukuran
kecil untuk melepaskan seluruh jaringan nekrotik
18
Alat yang digunakan dapat berupa jarum (minimal no. 20 agar terlihat jelas di
foto radiograf) atau guttap percha.
Tentukan titik yang akan dijadian acuan selama preparasi atau pengisian
saluran akar, yang stabil dan tidak berubah pada bidang insisal yang paling
mudah terlihat dan menyentuh stopper selama perawatan.
Ukur panjang gigi pada radiograf praoperatif, lalu kurangi 2-3 mm untuk
toleransi kesalahan pemotretan
Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah dihitung
tersebut.
Panjang kerja yang tepat ditentukan dengan mengukur perbedaan antara ujung
file dan apeks radiograf dan menjumlahkan dengan panjang kerja diagnosis
dari radiograf awal, lalu panjang kerja dikurangi 1 mm agar panjang kerja
mencapai konstriksi apikal.
e.
Preparasi orifis
Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Lebarkan orifis dengan mendigunakan gates glidden drill, dimulai dari nomor
yang dapat masuk hingga 2mm, lalu dilanjutkan dengan nomor yang lebih kecil
berturut-turut hingga paling jauh mencapai 2/3 dari panjang kerja kemudian
irigasi dengan NaOCl 2,5%.
2.
19
f.
Gunakan protaper F1 sepanjang panjang kerja. Untuk akar yang lebih besar,
gunakan F2, F3, F4, dan F5 jika memungkinkan.
Lepaskan protaper dengan cara memutar handle berlawanan arah jarum jam,
45-90.
Haluskan dentin dengan cara memutar hanadle searah jarum jam sambil
mengangkat file tersebut.
Cantumkan nama setiap saluran akar panjang dan nomor alat terakhir di status.
Gunakan instrumen protaper pada saluran akar yang teririgasi dengan baik dan
terlubrikasi.
g.
h.
20
Kon yang sesuai dengan nomor protaper dicobakan dalam saluran akar
sepanjang panjang kerja dan terasa ada tug-back. Buat radiograf untuk melihat
ketepatan ujung kon.
Kon guttap percha khusus protaper steril dimasukkan ke dalam saluran akar
perlahan-lahan agar udara dan kelebihan semen dapat keluar, kemudian kon
utama ditarik sedikit satu dua kali kemudian dimasukkan kembali sampai
panjang kerja.
Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen yang ujungnya telah
dipanaskan. Kemudian lakukan kondensasi vertikal dengan alat pemampat
bahan pengisi, sampai kira-kira 1 mm di bawah orifis.
Kamar pulpa dibersihkan dengan cotton pelet yang dibasahi alkohol kemudian
tutup dengan tumpatan sementara.
Pasien diminta untuk datang kontrol yang bertujuan untuk melihat adaptasi
bahan pengisian terhadap jaringan periapikal kemudian direncanakan
pembuatan restorasi tetap yang sesuai.
j.
Restorasi onlay
Cetakan rubber base di cor menjadi model kerja, tandai batas tepi
preparasi/bevel pada model kerja menggunakan pensil.
21
onlay.
Desain onlay untuk kasus ini adalah :
Ekskavasi jaringan karies dengan ekskavator atau bur metal bulat no.
3. Pemolesan
22
BAB IV
PROGNOSIS
Prognosis
Lokal
: Baik
1 Gigi 24 baik
2 Gigi 36 dan 37 baik
Umum
: Baik
1 Pasien tidak memiliki kelainan sistemik.
2 Pasien memiliki sikap yang kooperatif.
3 Pasien bersedia dirawat hingga tuntas.
23
DAFTAR REFERENSI
1.
Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. 2nd ed.
Queensland: Knowledge books and software; 2005.
2.
3.
4.
5.
Cohen s, Hargreaves KM. Pathways of the Pulp. 9th ed: Elsevier; 2006.
6.
7.
24