Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN ANAMNESA KASUS

KONSERVASI GIGI

Oleh
Arbi Wijaya
1106001145

Pembimbing
Drg. Dini Asrianti, SpKG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2015

DAFTAR ISI

Rekam Medik Umum ..............................................................................................i.


Rekam Medik Konservasi........................................................................................x
Foto Intraoral (sebelum perawatan) ......................................................................3
Foto Radiograf (sebelum perawatan) ......................................................................4

BAB I Pengenalan Masalah Umum......................................................................5


I.1 Temuan Masalah ......................................................................................5
I.2

Hubungan Antar Masalah .........................................................................7

I.3

Strategi Perawatan Umum ........................................................................8

I.4

Prioritas Perawatan Umum ....................................................................10

BAB II Pengenalan Masalah Konservasi ........................................................12


II.1 Rekam Medik Konservasi ......................................................................12
II.2 Prioritas Rencana Perawatan ..................................................................13
II.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan ........................................................14
BAB III Terapi Konservasi ..............................................................................21
III.1 Terapi Non Invasif ...................................................................................21
III.2 Terapi Invasif ..........................................................................................22

Prognosis .............................................................................................................32
Daftar Referensi ..................................................................................................33

Foto Intraoral

Foto Radiograf sebelum perawatan:

Gambar 1. Foto dental elemen 24

BAB I
PENGENALAN MASALAH UMUM

I.1

Temuan Masalah
Pasien Wanita 21 tahun datang ke RSKGM FKG UI dengan keluhan gigi

geraham kecil kanan atas berlubang besar dan terdapat pus di gusi sekitar gigi
tersebut. Pasien menjelaskan bahwa gigi sudah berlubang sejak tahun lalu. Sudah
pernah dirawat di puskesmas, namun hanya di tumpat sementara. Pada bulan
september 2014 tumpatan sementara lepas. Pada Januari 2015, pasien merasakan
sakit hebat pada gigi tersebut, ketika kembali dirawat di puskesmas, hanya di
tumpat sementara. Pada April 2015, pasien melakukan konsultasi di Pusat
Kesehatan UI, tumpatan sementara dibongkar, dan diinstruksikan untuk foto
rontgen di RSGM FKG UI. Pada saat pasien datang untuk perawatan di FKG UI,
kondisi gigi berlubang besar, dan banyak sisa makanan yang menyangkut. Tes
vitalitas menunjukkan hasil negatif, palpasi positif, dan perkusi positif.
Pada pemeriksaan ekstraoral ditemukan wajah pasien simetris, dan
deskuamasi pada bibir atas dan bawah. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan
debri, plak dan kalkulus pada regio 1, 2, 3, dan 4 dengan skor OHIS 0,55 (baik).
Satu minggu sebelumnya pasien sudah melakukan perawatan skeling. Hubungan
rahang pasien ortognati. Mukosa, gingiva, palatum, lidah tidak ada kelainan. Pada
regio kanan atas ditemukan adanya karies D6 2.2. dengan perkusi (+), vitalitas
(-), dan palpasi (+). Kemudian, pada regio kiri bawah ditemukan adanya karies D3
1.1. pada gigi 36 dan 37. Pasien juga memiliki gigi yang hilang pada elemen 46
serta impaksi pada gigi 38 dan 48. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik maupun alergi, serta tidak sedang mengonsumsi obat-obatan.
Dari anamnesa, diketahui pasien menyikat gigi 2x sehari, dengan cara dan
waktu yang belum benar. Cara menyikat gigi pasien adalah dengan arah kirikanan. Pada faktor risiko karies ditemukan saliva pasien jernih dan cair, hidrasi
kurang dari 30 detik, pasien mengonsumsi air putih 1,5 liter per hari. Pasien
mengaku sangat jarang sekali berkunjung ke dokter gigi, terakhir pada saat kecil.
Pasien mengaku menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. Pasien tidak
terlalu sering mengonsumsi gula dan cemilan. Pasien juga sering mengonsumsi

minuman bersoda. Secara keseluruhan, penilaian faktor risiko karies berada pada
zona hijau dengan status pasien a1. Setelah diberikan edukasi mengenai
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, pasien memiliki kesadaran untuk
selalu menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Pasien juga memiliki tingkat
kekooperatifan yang tinggi.

I.2

Hubungan Antar Masalah

Faktor Umum :
Kurangnya tingkat
kesadaran dan
pengetahuan pasien
terhadap kesehatan
gigi dan mulutnya
menyebabkan
pasien jarang
berkunjung ke
dokter gigi. Pasien
memiliki
pengetahuan yang
terbatas mengenai
cara menjaga
kesehatan
Karies gigi dan
Mencapai
Pulpa
proksimal gigi
24

I.3

Faktor resiko karies :


Kurangnya asupan air
putih. Cara, waktu dan
teknik menyikat gigi
yang belum benar.
Konsumsi gula >2x/hr
Perlindungan fluor
hanya didapat dari
pasta gigi

Faktor Lokal :
Fissure
yang
dalam
pada gigi
36 dan 37
retensi
makanan

Titik
kontak
yang tidak
baik
(Multiple
Diastema)
salah
satunya
antara gigi
24 dan 25
retensi
makanan

Karies enamel oklusal


gigi 36 dan 37

Strategi Perawatan Umum


Berdasarkan hasil pengumpulan data pemeriksaan terhadap kondisi klinis

pasien, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi masalah yang ditemukan


pada rongga mulut pasien. Salah satunya adalah kurangnya tingkat kesadaran
pasien untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut. Sejak kecil, pasien mengaku
jarang ke dokter gigi, dan ke dokter gigi hanya saat gigi sakit. Padahal, melakukan
kunjungan rutin ke dokter gigi adalah salah satu cara untuk dapat selalu menjaga
kesehatan gigi dan mulut pasien.

Dalam penulaian faktor risiko karies, diketahui bahwa pasien jarang


mengonsumsi air putih. Padahal, kurangnya konsumsi air mineral pasien sehingga
hidrasinya lebih dari 30 detik dan mulut serta bibir pasien menjadi kering. Hal ini
menyebabkan kurangnya faktor perlindungan saliva. Saliva mempunyai peran
penting dalam perlindungan terhadap karies, sebagai pendukung remineralisasi.
Selain itu, pasien juga tidak mengetahui waktu dan teknik menyikat gigi yang
baik dan benar. Pasien juga sering mengonsumsi makanan manis yakti >2x sehari
serta hanya mendapatkan asupan fluor dari pasta gigi. Makanan manis yang
mengandung karbohidrat dapat difermentasikan oleh bakteri yang kemudian
menghasilkan asam, sehingga mengakibatkan demineralisasi pada email gigi.
Kurangnya faktor yang mendukung remineralisasi terjadi, menyebabkan dominasi
proses remineralisasi sehingga terjadi karies pada rongga mulut pasien.
Agar tercapainya keberhasilan perawatan pasien, faktor predisposisi yang
mendukung terbentuknya plak yang mengandung bakteri sebagai etiologi utama
karies harus dihilangkan. Tahap awal yang dapat diberikan pada pasien adalah
perawatan non invasif berupa Dental Health Education (DHE) yaitu mengenai
cara dan waktu menyikat gigi yang baik dan benar. Waktu menyikat gigi yang
benar adalah 2x sehari pagi 30 menit setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
Saat tidur laju saliva berkurang sehingga fungsi proteksi saliva sebagai larutan
buffer menjadi menurun. Sikat gigi dilakukan 30 menit setelah makan, karena
setelah makan saliva akan bekerja untuk menetralkan asam di dalam mulut,
memberikan waktu bagi gigi untuk remineralisasi. Selain itu, diperlukan juga
pemahaman kepada pasien tentang cara menyikat gigi yang benar yaitu dengan
bulu sikat lembut yang diganti setiap 3 bulan sekali atau ketika bulu sikat sudah
tidak layak untuk digunakan. Sikat gigi dilakukan dengan metode Bass yang
dimodifikasi, yaitu dengan cara membentuk sudut 45 antara sikat gigi dengan
gusi dan gigi, sikat diarahkan ke bawah pada gigi geligi rahang atas dan sikat
diarahkan ke atas pada gigi geligi rahang bawah untuk membersihkan gigi dari
plak. Penyikatan gigi dilakukan pada permukaan luar, dalam, dan permukaan
kunyah gigi.

Selanjutnya, asupan air pasien juga harus ditingkatkan, minimal 8


gelas/hari. Pasien juga dianjurkan untuk mengunyah permen karet xylitol karena
xylitol dapat membantu saliva pasien dapat berfungsi dengan baik dalam
menjalankan pertahanannya terhadap karies. Modifikasi diet juga diperlukan
untuk mengurangi konsumsi gula dan cemilan diantara waktu makan utama, serta
mengurangi konsumsi minuman bersoda. Makanan/minuman manis (cemilan)
hendaknya dikonsumsi bersamaan saat waktu makan utama atau anjuran pada
pasien untuk berkumur atau untuk menyikat gigi 30 menit setelahnya. Hal ini
bertujuan ada kesempatan untuk remineralisasi setelah proses demineralisasi
akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri terjadi.
Setelah seluruh perawatan non invasif dilakukan, maka dapat dilakukan
perawatan invasif. Perawatan invasif yang dapat diberikan pertama kali pada
pasien adalah perawatan periodonsia berupa pembersihan karang gigi (skeling)
untuk membersihan plak dan kalkulus yang terdapat pada mulut pasien dan
menjaga kesehatan jaringan periodontal pasien, meskipun OHIS pasien masih
terhitung baik. Setelah perawatan periodonsia selesai, maka dapat dilanjutkan
dengan perawatan konservasi gigi. Pasien memiliki keluhan utama berupa gigi 24
berlubang besar dan bernanah. Gigi 24 yang sudah non vital dapat dilakukan
perawatan saluran akar non vital. Setelah perawatan saluran akar non vital
dilakukan, dapat dilanjutkan dengan perawatan restorasi untuk mengganti struktur
gigi yang hilang akibat karies. Gigi 36 dan 37 yang memiliki karies D3 1.1. dapat
dilakukan restorasi menggunakan GIC. Odontektomi dapat dilakukan pada gigi 38
dan 48. Sebagai perawatan rehabilitatif, dapat dilakukan perawatan prostodonsia
yaitu dental bridge untuk mengganti gigi 46 yang hilang.

I.4 Prioritas Perawatan Umum


I.4.1 Perawatan Non Invasif
a.

Mengevaluasi & meningkatkan kebersihan mulut

Sikat gigi 2 kali sehari (perbaikan waktu menyikat gigi yaitu pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur) dengan metode Bass yang
dimodifikasi, dengan membentuk sudut 45 antara sikat gigi dengan

gusi dan gigi, sikat diarahkan ke bawah pada gigi geligi rahang atas
dan sikat diarahkan ke atas pada gigi geligi rahang bawah untuk
membersihkan gigi dari plak. Penyikatan gigi dilakukan pada

permukaan luar, dalam serta permukaan kunyah gigi.


Penjelasan kepada pasien bahwa menyikat gigi tidak perlu dengan
tekanan yang kuat karena dapat meningkatkan resiko terjadinya
abrasi pada gigi.

b. Peningkatan faktor saliva. Pasien mengaku sering mengkonsumsi


makanan manis dan minuman bersoda, tetapi kurang minum air putih,
hanya sekitar 3-4 gelas sehari. Untuk itu pasien diberi penjelasan
mengenai makanan manis yang pentingnya kebutuhan air tercukupi
bagi kesehatan tubuh dan terutama untuk kesehatan gigi dan mulut.
Pasien juga disarankan untuk meminum sekurang-kurangnya 8 gelas air
putih setiap harinya. Selain itu pasien juga disarankan untuk
mengkonsumsi permen karet dengan pemanis xylitol agar dapat
meningkatkan laju aliran saliva tanpa menimbulkan risiko karies.
c. Modifikasi diet. Pasien diminta untuk mengurangi konsumsi gula dan
cemilan diantara waktu makan utama, serta mengurangi konsumsi
minuman bersoda. Makanan/minuman manis (cemilan) hendaknya
dikonsumsi bersamaan saat waktu makan utama atau anjuran pada
pasien untuk berkumur atau untuk menyikat gigi 30 menit setelahnya.
d. Scaling untuk menghilangkan kalkulus yang ada di rongga mulut.
Scaling dilakukan untuk menghilangkan kalkulus baik supragingiva
maupun subgingiva. Scaling juga dilakukan untuk mencegah terjadinya
karies baru pada gigi geligi karena deposit kalkulus yang besar
merupakan tempat ideal bagi retensi bakteri yang terus memproduksi
asam sehingga mempercepat demineralisasi.
I.4.2 Perawatan Invasif
a. Gigi 24 pro perawatan saluran akar non vital dan restorasi onlay
b. Gigi 36 dan 37 pro restorasi dengan GIC

10

c. Gigi 38 dan 48 pro odontektomi


d. Perawatan Ortodonsia untuk koreksi multiple diastema
e. Perawatan prostodonsia untuk mengganti kehilangan gigi

11

BAB II
PENGENALAN MASALAH KONSERVASI
II.1 Rekam Medik Status Konservasi (25 Mei 2015)
Elemen

T
V

Diagnosis

18
17
16

Perawatan Invasif
Rencana
Elemen
Perawatan
21
61
22
62
23
63

T
V

Diagnosis

Rencana
Perawatan

D6

(-)

Abses
Apikalis
Kronis

PSA Non
Vital +
Onlay

15

55

24

64

14

54

25

65

13
12
11

53
52
51

26
27
28

41

81

38

42

82

37

D3

(+)

43

83

36

D3

(+)

44

84

35

75

45
46
47
48

85

34
33
32
31

74
73
72
71

Elemen yang tidak ada


Komposit

K : Karies

D1-D6 /KS ;

12

Site 1
Size 1
Site 1
Size 1

GIC
GIC

TV: Tes Vitalitas : +/- RK = Resin

II.2 Prioritas Rencana Perawatan

No. Masalah

1.

Diagnosis

Gigi 24

Alternatif

Perawatan

Perawatan
PSA non

yang Dipilih
PSA non

Abses
Apikalis

Kronis

Vital
Restorasi
Onlay

Prognosis
Baik

Vital

Restorasi
Onlay

Karies D6
2.2

2.

3.

4.

Gigi 36

D3 1.1

Gigi 37

Restorasi

Restorasi

Resin

GIC

Komposit
Restorasi

GIC
Restorasi

Restorasi

Resin

GIC

D3 1.1

Komposit
Restorasi

GIC
Kunjungan

Kunjungan

berkala ke

berkala ke

dokter gigi

dokter gigi

Terapi
pemeliharaan

6 bulan
Scaling

3-6 bulan
Scaling

II.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan

1. Gigi 24
Diagnosis : Abses Apikalis Kronis dan karies D6 site 2.2
DD

: Nekrosis Parsial disertai Abses Apikalis Kronis

Pemeriksaan :

13

Baik

Baik

Baik

Pemeriksaan subjektif :
Gigi pasien sudah berlubang sejak tahun lalu. Sudah pernah dirawat
di puskesmas, namun hanya di tumpat sementara. Pada bulan
september 2014 tumpatan sementara lepas. Pada Januari 2015,
pasien merasakan sakit hebat pada gigi tersebut, ketika kembali
dirawat di puskesmas, hanya di tumpat sementara. Pada April 2015,
pasien melakukan konsultasi di Pusat Kesehatan UI, tumpatan
sementara dibongkar, dan diinstruksikan untuk foto rontgen di
RSGM FKG UI. Pada saat pasien datang untuk perawatan di FKG
UI, kondisi gigi berlubang besar, dan banyak sisa makanan yang

menyangkut.
Pemeriksaan objektif :
Karies besar mencapai pulpa, di dalam kavitas ditemukan banyak
sisa makanan. Terdapat fistula pada gingiva dekat akar gigi 24. Tes
vitalitas menunjukkan hasil negatif, palpasi positif, dan perkusi
positif

Radiograf

Terdapat gambaran radiolusen berbatas tidak jelas dengan diameter


kurang lebih 2mm di apikal gigi. Terdapat pula gambaran
radiolusensi meluas pada mesial gigi. Ruang pulpa terlihat sempit.
Rencana perawatan

: PSA Non Vital

Rencana restorasi

: Onlay

Alasan

Pada kasus ini, karies sudah sampai ke kamar pulpa sehingga


toksisitas bakteri dan produknya telah mencapai jaringan pulpa,
mengakibatkan pulpa nekrosis, kemudian menyebabkan kelainan
pada daerah periapikal. PSA dilakukan untuk membersihkan ruang
pulpa dan saluran akar dari bakteri dan produknya. Apeks gigi
sudah sempurna, foramen apikal sudah terbentuk sempurna, dan
gigi masih dapat direstorasi pasca endodontik.

14

Adapun restorasi pasca endodontik yang dipilih adalah onlay,


hal ini karena gigi telah kehilangan struktur mahkota dan atap
pulpa. Diperlukan restorasi yang dapat menyatukan keempat
dinding axial, dinding bukal lingual dan mesial masih cukup tinggi
untuk pembuatan restorasi onlay.
2. Gigi 36 dan 37
Diagnosis :

36 : Karies D3 Site 1 Size 1


37 : Karies D3 Site 1 Size 1

Pemeriksaan :

Pemeriksaan subjektif : Gigi berlubang kehitaman dan

mengganggu penampilan saat membuka mulut


Pemeriksaan objektif: Terdapat karies enamel pada gigi
tersebut, menyangkut saat dilintasi sonde. Pasien tidak merasa ngilu saat
sondasi. Vitalitas (+), Perkusi (-), Palpasi (-)

Rencana Perawatan :
Gigi 36 dan 37 GIC
Alasan :
Untuk kavitas pada area oklusal yang baru mencapai enamel, dan kehilangan
struktur jaringan keras yang sedikit, dapat dilakukan penumpatan dengan GIC.
Karena, GIC memiliki ikatan fisiko-kimia yang dpt berikatan dengan baik dengan
enamel gigi serta dapat merangsang terjadinya remineralisasi.

15

BAB III
TERAPI KONSERVASI
III.1 Terapi Non Invasif
1

Pembersihan gigi dan mulut:


a

Sikat gigi 2x/hari dengan cara yang benar dan efektif


Pembersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi setiap hari
dilakukan untuk membersihkan plak yang menempel pada gigi. Pasien
diajarkan gerakan menyikat gigi yang benar (gerakan atas bawah /
vertikal dan gerakan memutar) pada semua permukaan gigi.

Diet:
a.

Pasien memiliki kebiasaan konsumsi makanan manis lebih dari 2x


sehari. Untuk itu, pasien diberi penjelasan dan dimotivasi untuk
mengurangi konsumsi gula di luar waktu makan, karena makanan
kariogenik ini dapat dimetabolisme oleh bakteri S. Mutans dengan
cepat yang dapat menyebabkan karies.

b.

Meningkatkan konsumsi air putih.


Pasien mengaku sehari-hari hanya meminum 3-4 gelas air putih.
Kurangnya konsumsi air putih pasien menyebabkan hidrasi pasien
yang kurang baik, lebih dari 30 detik. Hal itu dapat mengurangi faktor

16

perlindungan yang disediakan oleh saliva yang dapat mendukung


remineralisasi gigi.
3

Scaling untuk menghilangkan kalkulus yang ada di rongga mulut


Scaling dilakukan untuk menghilangkan kalkulus baik supragingiva
maupun subgingiva dari seluruh permukaan koronal sampai dengan
junctional epithelium. Scaling dilakukan untuk mencegah terjadinya karies
baru pada gigi geligi karena deposit kalkulus yang besar merupakan
tempat ideal bagi retensi bakteri yang terus memproduksi asam sehingga
mempercepat demineralisasi.

III.2 Terapi Invasif


1.

Gigi 24 Abses Apikalis Kronis, Karies D6 2.2 Kronis PSA Non Vital,
Restorasi Onlay

1.1. PSA Non Vital


Tahap Perawatan
a. Pembersihan jaringan karies dan preparasi/akses kamar pulpa
Bersihkan jaringan karies dengan bur metal, lanjutkan preparasi akses
dengan bur intan bulat dari arah palatal dengan sudut 45 ( dikarenakan
pasien masih muda kamar pulpa besar) kemudian dilanjutkan sejajar

sumbu gigi.
Ragangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa.
Setelah bur terasa anjlok (menembus atap pulpa), bur ditarik ke

permukaan oklusal sampai semua atap pulpa terbuang.


Preparasi ke lateral dilakukan dengan bur diamendo. Hindari terjadinya

step dan perforasi.


Setelah kamar pulpa dibersihkan maka akan terlihat orifis.
Akses dikatakan selesai bila:

- bersih dari jaringan karies


- atap pulpa telah terangkat semua
- pandangan dasar pulpa terlihat jelas (dasar bewarna kehitaman)
- orifis terlihat lebih besar (pandangan jelas dan lebih jauh ke apikal)

17

b. Ekstirpasi

Jajaki saluran akar sepanjang 2/3 panjang kerja dengan file berukuran
kecil untuk melepaskan seluruh jaringan nekrotik

Irigasi dengan NaOCl

c. Penentuan panjang kerja dan foto alat


Panjang kerja dapat ditentukan dengan 2 cara yaitu :
1. Bila terdapat foto awal cara radiograf dengan alat :

Jarum yang digunakan minimal no. 20 agar terlihat jelas di foto


radiograf.

Tentukan titik yang akan dijadikan acuan selama preparasi atau


pengisian saluran akar, yang stabil dan tidak berubah pada bidang
oklusal yang paling mudah terlihat dan menyentuh stopper selama
perawatan.

Ukur panjang gigi pada radiograf praoperatif, lalu kurangi 3 mm untuk


mendapatkan panjang kerja estimasi

Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah


dihitung tersebut.

Masukkan jarum tersebut ke dalam saluran akar sampai stopper


menyentuh titik acuan

Lakukan foto radiograf

Panjang kerja ditentukan dengan mengukur perbedaan antara ujung file


dan apeks radiograf, apabila ujung file berada di bawah apeks, maka
panjang kerja estimasi dikurangi jarak tersebut, sedangkan bila ujung
file berada di atas apeks, jumlah panjang kerja estimasi dengan jarak
tersebut. Hasilnya kemudian dikurangi 1 mm untuk mencapai konstriksi
apikal.

Atau, langsung menghitung panjang kerja sebenarnya yaitu jarak dari


titik acuan di mahkota hingga 1 mm di atas apeks. Panjang gigi didapat
dengan membandingkan panjang mahkota pada radiograf dengan

18

panjang mahkota klinis sehingga panjang akar sebenarnya dapat


dihitung.
2. Tidak terdapat foto awal menggunakan panjang rata rata gigi :

panjang kerja estimasi = panjang rata rata gigi 1 mm

d. Penentuan panjang kerja

Alat yang digunakan dapat berupa jarum (minimal no. 20 agar terlihat jelas di
foto radiograf) atau guttap percha.

Tentukan titik yang akan dijadian acuan selama preparasi atau pengisian
saluran akar, yang stabil dan tidak berubah pada bidang insisal yang paling
mudah terlihat dan menyentuh stopper selama perawatan.

Ukur panjang gigi pada radiograf praoperatif, lalu kurangi 2-3 mm untuk
toleransi kesalahan pemotretan

Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah dihitung
tersebut.

Masukkan jarum tersebut ke dalam saluran akar sampai stopper menyentuh


titik acuan

Lakukan foto radiograf

Panjang kerja yang tepat ditentukan dengan mengukur perbedaan antara ujung
file dan apeks radiograf dan menjumlahkan dengan panjang kerja diagnosis
dari radiograf awal, lalu panjang kerja dikurangi 1 mm agar panjang kerja
mencapai konstriksi apikal.

e.

Preparasi orifis
Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Lebarkan orifis dengan mendigunakan gates glidden drill, dimulai dari nomor
yang dapat masuk hingga 2mm, lalu dilanjutkan dengan nomor yang lebih kecil
berturut-turut hingga paling jauh mencapai 2/3 dari panjang kerja kemudian
irigasi dengan NaOCl 2,5%.
2.

Perbesar daerah koronal dengan protaper S1, diikuti dengan SX hingga

panjang file #15 tercapai. File selalu diolesi dengan EDTA.

19

f.

Preparasi saluran akar dengan menggunakan Protaper

Setelah panjang kerja telah ditetapkan, gunakan protaper S1 sampai sepanjang


panjang kerja, kemudian S2 sampai sepanjang panjang kerja.

Gunakan protaper F1 sepanjang panjang kerja. Untuk akar yang lebih besar,
gunakan F2, F3, F4, dan F5 jika memungkinkan.

Prtoaper digunakan secara perlahan dan hati-hati untuk mengangkat dentin


dengan cara memutar handle searah jarum jam hingga protaper terasa pas.

Lepaskan protaper dengan cara memutar handle berlawanan arah jarum jam,
45-90.

Haluskan dentin dengan cara memutar hanadle searah jarum jam sambil
mengangkat file tersebut.

Ulangi gerakan tersebut hingga panjang yang diinginkan tercapai.

Tergantung anatominya, protaper juga dapat digunakan dengan gerakan maju


mundur.

Cantumkan nama setiap saluran akar panjang dan nomor alat terakhir di status.

Selalu irigasi saluran akar pada setiap tahapan.

Gunakan instrumen protaper pada saluran akar yang teririgasi dengan baik dan
terlubrikasi.

g.

h.

Pemeriksaan hasil preparasi

Seluruh dinding saluran akar telah halus

Terdapat apical stop dan tug back.

Medikamen antar kunjungan


Setelah dilakukan preparasi saluran akar, saluran akar diberikan medikasi antar
kunjungan berupa ChKM, lalu kemudian ditumpat sementara dengan Cavit.
ChKM dipakai karena memiliki daya disinfektan dan sifat mengiritasi lebih

kecil daripada formokresol. Mempunyai efektivitas yang baik pada


spektrum antibakteri luas dan efektif terhadap jamur. Bahan utamanya;
para-klorophenol. Mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam
saluran akar.
i.

Pengisian saluran akar

20

Saluran akar telah bersih dan kering.

Kon yang sesuai dengan nomor protaper dicobakan dalam saluran akar
sepanjang panjang kerja dan terasa ada tug-back. Buat radiograf untuk melihat
ketepatan ujung kon.

Campurkan semen saluran akar dan masukkan ke saluran akar dengan


menggunakan jarum lentulo.

Kon guttap percha khusus protaper steril dimasukkan ke dalam saluran akar
perlahan-lahan agar udara dan kelebihan semen dapat keluar, kemudian kon
utama ditarik sedikit satu dua kali kemudian dimasukkan kembali sampai
panjang kerja.

Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen yang ujungnya telah
dipanaskan. Kemudian lakukan kondensasi vertikal dengan alat pemampat
bahan pengisi, sampai kira-kira 1 mm di bawah orifis.

Buat radiograf untuk evaluasi pengisian saluran akar.

Kamar pulpa dibersihkan dengan cotton pelet yang dibasahi alkohol kemudian
tutup dengan tumpatan sementara.

Pasien diminta untuk datang kontrol yang bertujuan untuk melihat adaptasi
bahan pengisian terhadap jaringan periapikal kemudian direncanakan
pembuatan restorasi tetap yang sesuai.

j.

Restorasi onlay

Bongkar restorasi sementara dengan scaller dan ekskavator

Preparasi kavitas seminimal mungkin mengikuti ragangan yang telah ada.

Preparasi kavitas dengan menggunakan tappered bur mengikuti ragangan


kavitas sejajar atau divergen ke oklusal. Bevel seluruh tepi kavitas luar
(reverse bevel).

Bersihkan kavitas dan biarkan tetap lembab.

Cetak kavitas dengan menggunakan bahan cetak double impression


Polysiloxane Impression.

Buat catatan gigit pada malam.

Cetakan rubber base di cor menjadi model kerja, tandai batas tepi
preparasi/bevel pada model kerja menggunakan pensil.

Kirimkan hasil cetakan kavitas, catatan gigit, dan surat permohonan


untuk pembuatan onlay kepada laboratorium.

21

Setelah hasil didapat dari lab, dapat dilakukan insersi onlay.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pemasangan onlay adalah


pengecekan terhadap retensi, resistensi, integritas marginal, oklusi, dan
artikulasi harus semuanya baik.
Jika semuanya telah sesuai dan baik, maka dapat dilakukan sementasi

onlay.
Desain onlay untuk kasus ini adalah :

2. Gigi 36 D3 1.1 dan 37 D3 1.1 -> Restorasi GIC


1. Pembersihan jaringan karies dan preparasi

Ekskavasi jaringan karies dengan ekskavator atau bur metal bulat no.

10 hingga tersisa affected dentin.


Haluskan tepi-tepi kavitas.

2. Penumpatan dengan GIC

Siapkan powder dan liquid GIC tipe 2, aduk melipat


Aplikasikan GIC dalam kavitas dengan instrumen berujung bulat,

biarkan flow GIC mengisi fisur gigi molar


Rapikan tumpatan dengan plastic filling

3. Pemolesan

Pemolesan dilakukan 1x 24 jam setelah penumpatan


Pemolesan dilakukan dengan menggunakan enhance dengan tekanan

ringan, putaran rendah, secara intermiten dan dalam keadaan basah.


Pemolesan dilakukan agar tumpatan halus dan mengkilap sehingga
mencegah terjadinya retensi makanan yang dapat menyebabkan
terjadinya karies sekunder

22

BAB IV
PROGNOSIS
Prognosis

Lokal
: Baik
1 Gigi 24 baik
2 Gigi 36 dan 37 baik
Umum
: Baik
1 Pasien tidak memiliki kelainan sistemik.
2 Pasien memiliki sikap yang kooperatif.
3 Pasien bersedia dirawat hingga tuntas.

23

DAFTAR REFERENSI
1.

Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. 2nd ed.
Queensland: Knowledge books and software; 2005.

2.

Nursasongko B, buku pegangan Endodontik Praklinik Edisi II. Jakarta:


Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG UI; 2007.

3.

Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carranza's clinical periodontology.


9th ed. Philadephia: W B Saunders Company; 2002.

4.

https://id.scribd.com/doc/125625319/makalah-Bleaching-GigiNonvital#scribd diakses pada 7 Juni 2015

5.

Cohen s, Hargreaves KM. Pathways of the Pulp. 9th ed: Elsevier; 2006.

6.

Ingle J, Bakland L, Baumgartner C. Endodontics. 6th ed. Shelton: PMPH;


2008.

7.

Weine FS. Endodontic Therapy. 5th ed: Mosby; 1996.

24

Anda mungkin juga menyukai