Anda di halaman 1dari 8

Metode Identifikasi Forensik Dalam melakukan proses identifikasi terdapat bermacam-macam metode dan teknik identifikasi yang dapat

digunakan. Namun demikian Interpol menentukan Primary Indentifiers yang terdiri dari Fingerprints, Dental Records dan DNA serta Secondary Indentifiers yang terdiri dari Medical, Property dan Photography. Prinsip dari proses identifikasi ini adalah dengan membandingkan data Ante Mortem dan Post Mortem, semakin banyak yang cocok maka akan semakin baik. Primary Identifiers mempunyai nilai yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan Secondary Identifiers. (anonimous,2008)

Metodologi Identifikasi Prinsipnya adalah pemeriksaan identitas seseorang memerlukan berbagai metode dari yang sederhana sampai yang rumit. (Surjit,2008) a. Metode sederhana 1) Cara visual, dapat bermanfaat bila kondisi mayat masih baik, cara ini mudah karena identitas dikenal melalui penampakan luar baik berupa profil tubuh atau muka. Cara ini tidak dapat diterapkan bila mayat telah busuk, terbakar, mutilasi serta harus mempertimbangkan faktor psikologi keluarga korban (sedang berduka, stress, sedih, dll) 2) Melalui kepemilikan (property), identititas cukup dapat dipercaya terutama bila kepemilikan tersebut (pakaian, perhiasan, surat jati diri) masih melekat pada tubuh korban. Untuk kepentingan lebih lanjut, pakaian atau perhiasan yang telah diperiksa, sebaiknya disimpan dan didokumentasikan dalam bentuk foto. 3) Dokumentasi, foto diri, foto keluarga, foto sekolah, KTP atau SIM dan lain sebagainya. b. Metode Ilmiah, antara lain: 1) Sidik jari, Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem. Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi akurasinya dalam penentuan identitas seseorang, oleh karena tidak ada dua orang yang memiliki sidik jari yang sama.Pemeriksaan sidik jari merupakan salah satu dari 3 (tiga) metode primer identifikasi forensik, di samping metode identifikasi DNA dan gigi. Oleh sebab itu, penanganan terhadap jari-jari tangan jenazah harus dilakukan sebaik mungkin, misalnya

dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik. (Andrianto,2010)

Cara Pengangkatan Sidik Jari Cara pengangkatan sidik jari yang paling sederhana adalah dengan metode dusting (penaburan bubuk). Biasanya metode ini digunakan pada sidik jari paten / yang tampak dengan mata telanjang. Sidik jari laten biasanya menempel pada lempeng aluminium, kertas, atau permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat menggunakan zat kimia, seperti lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan ninhidrin. Lem sianoakrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara mengoleskannya pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam wadah tertutup, misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat

stoples. Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin banyak sianoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi secara mudah. Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari padat menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini menghasilkan warna kekuning-kuningan.

Alat Dan Bahan Yang Digunakan Untuk Identifikasi Dibawah ini adalah beberapa alat yang digunakan dalam pengambilan sidik jari, yang diantaranya adalah : a) Stamping Kit adalah seperangkat alat yang terdiri dari Roller, Tinta, Plat kaca atau stenless stell, alat penjepit kartu AK-23, yang sangat bermanfaat dan praktis untuk kegiatan pengambilan sidik jari di lapangan dan mudah dibawa ke TKP. b) Kartu Sidik Jari AK-23, adalah kartu sidik jari yang spesifikasi teknisnya sudah dibakukan (standard) di seluruh wilayah R.I. Kartu ini dibuat atau dicetak dengan kertas karton/tebal warna putih dan licin dengan ukuran 2020 cm, gunanya adalah untuk merekam kesepuluh sidik jari dan empat jari bersama kanan dan kiri, serta data-data umum dan khusus/sinyalemen serta pass photo dan tanda tangan. c) Kartu Tik atau Kartu Sidik Jari AK-24 Kartu sidik jari AK-24 juga sudah dibakukan ( standard) di Polda-Polda. Dibuat dicetak dengan kertas karton/tebal warna putih licin dengan ukuran : 7 x 13 cm. Gunanya adalah untuk mempermudah dan mempercepat dalam proses vertifikasi kartu AK-23. Artinya setelah kartu sidik jari AK-23 tersebut sudah terisi rekaman sidik jari, harus dibubuhi rumus dan rumus dibuatkan kartu tiknya (AK-24). d) Tinta Daktiloskopi Tinta khusus Daktiloskopi adalah sejenis tinta cetak hitam yang dicampur dengan minyak khusus sehingga tinta cepat kering. Gunanya adalah untuk

mengambil/merekam sidik jari. Kelebihan dari tinta ini adalah: Bila diratakan sangat

mudah dan cepat kering. Tinta yang ada di tangan mudah dicuci. Hasil sidik jari yang didapat garis papilairnya terlihat jelas. Sidik jari mudah dirumus. e) Roller Adalah alat yang dibuat dari sepotong karet bulat berdiameter } 2 cm panjang } 5-6 cm. Kegunaannya adalah meratakan tinta pada plat kaca dengan gerakan maju mundur, sampai tinta rata betul. f) Magnifier/Loop yaitu kaca pembesar yang digunakan untuk merumus sidik jari atau untuk memperbesar gambar garis-garis papilair sidik jari, sehingga sangat memudahkan proses perumusannya. Cara penggunaannya adalah sebagai berikut: Loop diletakkan diatas lukissan sidik jari, sehingga garis-garis papilairnya akan terlihat jelas dan besar. Benabg bayangan yang ada di tengah/dalam kaca diletakkan antara Delta dan Core, digunakan untuk menghitung garis-garis papilair sidik jari. g) Sinyalemen Adalah ciri-ciri khusus pada seseorang yang harus dituangkan pada urutan kolom data-data kartu sidik jari AK-23. Kegunaannya adalah apabila seseorang mengetahui suatu tindak pidana di lapangan tau di TKP, bisa mengenal atau menghafal dan merekam ciri-ciri pelaku, bisa dijadikan bahan penyidikan untuk memberikan keterangan kepada penyidik. 2) Metode Identifikasi DNA, Metode ini umumnya membutuhkan sampel darah dari korban yang hendak diperiksa, namun demikian dalam keadaan tertentu di mana sampel darah tidak dapat diambil, maka dapat pula diambil dari tulang, kuku, dan rambut meskipun jumlah DNA-nya tidak sebanyak jumlah DNA dari sampel darah. DNA dapat ditemukan pada inti sel tubuh (DNA inti) ataupun pada mitokondria (organ dalam sel yang berperan untuk pernafasan sel-sel tubuh) yang biasa disebut DNA mitokondria. Untuk penentuan identitas seseorang berdasarkan DNA inti, dibutuhkan sampel dari keluarga terdekatnya. (Gani,2002) 3) Serologi, Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan golongan darah yang diambil baik dari tubuh korban atau pelaku, maupun bercak darah yang terdapat di tempat kejadian perkara. Ada dua tipe orang dalam menentukan golongan darah, yaitu: Sekretor : golongan darah dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air

mani dan cairan tubuh.

Non-sekretor : golongan darah hanya dari dapat ditentukan dari pemeriksaan darah.

4) Medik Metode ini menggunakan data umum dan data khusus. Data umum meliputi tinggi badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya. Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga ketepatan nya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan metode identifikasi ini. Melalui metode ini diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.

5) Odontologi, Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar x, cetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan kembar identik sekalipun. (Gani,2002)

Prinsip dari proses identifikasi adalah mudah yaitu dengan membandingkan data-data tersangka korban dengan data dari korban yang tak dikenal, semakin banyak kecocokan semakin tinggi nilainya. Data gigi, sidik jari, atau DNA secara tersendiri sudah dapat digunakan sebagai faktor determinan primer, sedangkan data medis, property dan ciri fisik harus dikombinasikan setidaknya dua jenis untuk dianggap sebagai ciri identitas yang pasti. (slamet,2004) Gigi merupakan suatu cara identifikasi yang dapat dipercaya, khususnya bila rekam dan foto gigi pada waktu masih hidup yang pernah dibuat masih tersimpan dengan baik. Pemeriksaan gigi ini menjadi amat penting apabila mayat sudah dalam keadaan membusuk atau rusak, seperti halnya kebakaran. (Surjit Singh,2008) Identifikasi dengan sarana gigi dilakukan dengan cara membandingkan data gigi yang diperoleh dari pemeriksaan orang atau jenazah tak dikenal (data postmortem) dengan data gigi yang pernah dibuat sebelumnya dari orang yang diperkirakan(data antemortem) (julianti dkk, 2008). Data antemortem merupakan syarat utama yang harus ada apabila identifikasi dengan cara membandingkan akan diterapkan. Data antemortem tersebut berupa: (julianti dkk, 2008). 1. Dental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram atau catatan keadaan gigi pada waktu pemeriksaan,pengobatan dan perawatan gigi. 2. Foto rontgen gigi 3. Cetakan gigi 4. Prothesis gigi atau alat orthodonsi 5. Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi 6. Keterangan dari orang-orang terdekat di bawah sumpah

Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sebagai berikut : 1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan pengaruh lingkungan yang ekstrim. 2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi. 3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi (dental record) dan data radiologis.

4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis, yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu. 5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar. 6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400oC.

Untuk data gigi postmortem yang perlu dicatat pada pemeriksaan antara lain : (julianti dkk, 2008). 1. Gigi yang ada dan tidak ada,bekas gigi yang tidak ada apakah masih baru atau sudah lama. 2. Gigi yang ditambal,jenis dan klasifikasi bahan tambal 3. Anomali bentuk dan posisi 4. Karies atau kerusakan yang ada 5. Jenis dan bahan restorasi 6. Atrisi dataran kunyah gigi yang merupakan proses fisiologis untuk fungsi mengunyah. Derajat atrisi ini sebanding dengan umur 7. Gigi molar ketiga sudah tumbuh atau belum 8. Ciri-ciri populasi ras dan geografis

Andrianto,S.

2010.

Identifikasi

Forensik.

(http:www.scribd.com.doc.45235114/IDENTIFIKASI FORENSIK

Anonimous .International Criminal Police Organization. Disaster Victim Identification Guide, GB Version: 2008 Gani, M.Husni, dr. DSF. Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, Indonesia 2002

Julianti,dkk. PERANAN FORENSIK ODONTOLOGI DALAM BENCANA MASAL. 2008. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/index.php

option=com_journal_review&id=5133&task=

Slamet P, Peter S, Yosephine L, Agus M. Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati pada Bencana Massal. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; 2004. h.123

Surjit Singh. Identifikasi Forensik.Majalah Kedokteran Nusantara Volume. 41. No. 4 Desember 2008

Anda mungkin juga menyukai