Anda di halaman 1dari 20

1

LAPORAN ANAMNESA KASUS


KONSERVASI GIGI

Oleh
Arbi Wijaya
1106001145

Pembimbing
Drg. Dini Asrianti, SpKG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2015

DAFTAR ISI

Foto Intraoral (sebelum perawatan) ......................................................................2


Foto Radiograf (sebelum perawatan) ......................................................................4

BAB I Pengenalan Masalah Umum......................................................................5


I.1 Temuan Masalah ......................................................................................5
I.2

Hubungan Antar Masalah .........................................................................7

I.3

Strategi Perawatan Umum ........................................................................8

I.4

Prioritas Perawatan Umum ......................................................................9

BAB II Pengenalan Masalah Konservasi ..........................................................11


II.1 Rekam Medik Konservasi ........................................................................11
II.2 Prioritas Rencana Perawatan ...................................................................12
II.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan ..........................................................12
BAB III Terapi Konservasi ...............................................................................16
III.1 Terapi Non Invasif ...................................................................................16
III.2 Terapi Invasif ..........................................................................................16

Prognosis ..........................................................................................................22
Daftar Referensi ...............................................................................................23

Foto Intraoral Sebelum Perawatan

Foto Radiograf sebelum perawatan:

Gambar 1. Foto dental elemen 36

BAB I
PENGENALAN MASALAH UMUM

I.1

Temuan Masalah
Pasien wanita 18 tahun datang ke RSGM FKG UI dengan keluhan gigi belakang kiri

bawah berlubang besar dan berwarna kehitaman. Gigi tersebut belum pernah dirawat
sebelumnya. Pasien menjelaskan bahwa, gigi tersebut terasa berlubang sejak pasien duduk di
bangku SMP. Kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien pernah merasakan nyeri hebat pada
gigi tersebut, nyeri yang dirasakan adalah berdenyut dengan durasi kurang lebih 3 jam. Pada
saat itu juga disertai demam tinggi. Rasa nyeri tersebut bermula saat pasien memakan
mangga yang rasanya sangat asam. Pada saat datang ke RSGM FKG UI, pasien tidak merasa
sakit lagi pada gigi tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya gigi berlubang kecil pada
belakang kanan bawah.
Pada pemeriksaan ekstraoral ditemukan wajah pasien simetris, bibir sehat, kelenjar
getah bening submandibula kanan dan kiri tidak teraba dan tidak sakit. Pada pemeriksaan
intraoral ditemukan plak dan kalkulus pada regio 1, 2, 3, dan 4 dengan skor OHIS 1,14
(sedang). Tidak ditemukan kelainan pada mukosa, gingiva, palatum, lidah, dasar mulut, dan
hubungan rahang. Hubungan rahang pasien orthognati. Pada regio 36 ditemukan adanya
karies D6 (Nekrosis Parsial) 1.2 dengan perkusi (+), palpasi (-), vitalitas (+). Kemudian, pada
regio 46 dan 47 juga ditemukan adanya karies D3 1.1.
Dari anamnesa, diketahui pasien menyikat gigi 2 kali sehari, walaupun belum dengan
cara yang benar, untuk menyikat gigi depan pasien hanya menyikat gigi dengan arah
horizontal. Pada pemeriksaan faktor resiko karies ditemukan saliva pasien jernih dan cair,
tetapi hidrasi pasien 30-60 detik, diakui bahwa pasien jarang minum air putih. Pasien
mengaku aplikasi fluor hanya dari sikat gigi. Pasien sering mengkonsumsi gula dan cemilan (
lebih dari 1x/hari ) tetapi tidak langsung membersihkan gigi setelah mengkonsumsinya.
Secara keseluruhan, penilaian faktor resiko karies berada pada zona hijau dengan status
pasien a2. Setelah diberi penjelasan mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut, tumbuh

Faktor Risiko
kesadaran pasien untuk memperbaiki
Karies
kesehatan gigi dan mulutnya. Tingkat kekooperatifan
Faktor
Faktor Lokal
pasien baik dan pasien ingin
dirawat.
- Hidrasi
saliva tanpa
Kebersihan
Anatomi Pit
stimulasi 30-60 detik
Status Umum
Mulut
- Viskositas saliva jernih
dan Fissure
cair
-1.2.
Jenis
Kelamin
Hubungan Antar Masalah
- Skor OHIS
dalam
perempuan usia 18
th
- Keadaan umum
compos mentis
- Latar belakang sosial
dan ekonomi
menengah dan
pasien merupakan
seorang mahasiswi

- Diet glukosa >1x


sehari
- Diet asam >1x sehari
- Fluor hanya pada pasta
gigi
- Faktor modifikasi
OS terdapat karies
aktif dan mau
memperbaiki sikap

1,14 (oral
hygiene
sedang)
Pasien
menyikat gigi
2x/hari (pagi
hari dan
malam hari

->
Retensi
Makanan

Karies D6 (1.2)
pada oklusal
gigi 36 vitalitas
(+), perkusi
(+), palpasi (-)

Karies D3 (1.1) pada


oklusal gigi 46 dan 47

Rencana perawatan:
-Pembersihan karang gigi
-36 PSA vital + onlay
-46 dan 47 Restorasi GIC

I.3

Strategi Perawatan Umum

Berdasarkan pengumpulan informasi dan pemeriksaan kondisi klinis pasien, masalah


yang ditemukan dalam rongga mulut pasien disebabkan oleh berbagai faktor. Tingkat
kesadaran dan pengetahuan pasien untuk memelihara kesehatan rongga mulut yang rendah
mengakibatkan beberapa masalah dalam rongga mulutnya.
Dalam penilaian faktor risiko karies, diketahui bahwa pasien jarang mengonsumsi air
putih. Padahal, kurangnya konsumsi air mineral pasien sehingga hidrasinya lebih dari 30
detik dan mulut serta bibir pasien menjadi kering. Hal ini menyebabkan kurangnya faktor
perlindungan saliva. Saliva mempunyai peran penting dalam perlindungan terhadap karies,
sebagai pendukung remineralisasi. Selain itu, pasien juga tidak mengetahui waktu dan teknik
menyikat gigi yang baik dan benar. Pasien juga sering mengonsumsi makanan manis yakni
>2x sehari serta hanya mendapatkan asupan fluor dari pasta gigi. Makanan manis yang
mengandung karbohidrat dapat difermentasikan oleh bakteri yang kemudian menghasilkan
asam, sehingga mengakibatkan demineralisasi pada email gigi. Kurangnya faktor yang
mendukung remineralisasi terjadi, menyebabkan dominasi proses remineralisasi sehingga
terjadi karies pada rongga mulut pasien. Anatomi pit & fissure gigi pasien yang dalam dapat
meningkatkan risiko retensi makanan, sehingga risiko terjadinya karies menjadi lebih besar.
Agar tercapainya keberhasilan perawatan pasien, faktor predisposisi yang mendukung
terbentuknya plak yang mengandung bakteri sebagai etiologi utama karies harus dihilangkan.
Tahap awal yang dapat diberikan pada pasien adalah perawatan non invasif berupa Dental
Health Education (DHE) yaitu mengenai cara dan waktu menyikat gigi yang baik dan benar.
Waktu menyikat gigi yang benar adalah 2x sehari pagi 30 menit setelah sarapan dan malam
sebelum tidur. Saat tidur laju saliva berkurang sehingga fungsi proteksi saliva sebagai larutan
buffer menjadi menurun. Sikat gigi dilakukan 30 menit setelah makan, karena setelah makan
saliva akan bekerja untuk menetralkan asam di dalam mulut, memberikan waktu bagi gigi
untuk remineralisasi. Selain itu, diperlukan juga pemahaman kepada pasien tentang cara
menyikat gigi yang benar yaitu dengan bulu sikat lembut yang diganti setiap 3 bulan sekali
atau ketika bulu sikat sudah tidak layak untuk digunakan. Sikat gigi dilakukan dengan metode
Bass yang dimodifikasi, yaitu dengan cara membentuk sudut 45 antara sikat gigi dengan
gusi dan gigi, sikat diarahkan ke bawah pada gigi geligi rahang atas dan sikat diarahkan ke
atas pada gigi geligi rahang bawah untuk membersihkan gigi dari plak. Penyikatan gigi
dilakukan pada permukaan luar, dalam, dan permukaan kunyah gigi.

Selanjutnya, asupan air pasien juga harus ditingkatkan, minimal 8 gelas/hari. Pasien
juga dianjurkan untuk mengunyah permen karet xylitol karena xylitol dapat membantu saliva
pasien dapat berfungsi dengan baik dalam menjalankan pertahanannya terhadap karies.
Modifikasi diet juga diperlukan untuk mengurangi konsumsi gula dan cemilan diantara waktu
makan utama, serta mengurangi konsumsi minuman bersoda. Makanan/minuman manis
(cemilan) hendaknya dikonsumsi bersamaan saat waktu makan utama atau anjuran pada
pasien untuk berkumur atau untuk menyikat gigi 30 menit setelahnya. Hal ini bertujuan ada
kesempatan untuk remineralisasi setelah proses demineralisasi akibat fermentasi karbohidrat
oleh bakteri terjadi.
Setelah seluruh perawatan non invasif dilakukan, maka dapat dilakukan perawatan
invasif. Perawatan invasif yang dapat diberikan pertama kali pada pasien adalah perawatan
periodonsia berupa pembersihan karang gigi (skeling) untuk membersihan plak dan kalkulus
yang terdapat pada mulut pasien dan menjaga kesehatan jaringan periodontal pasien. Setelah
perawatan periodonsia selesai, maka dapat dilanjutkan dengan perawatan konservasi gigi.
Pasien memiliki keluhan utama berupa gigi 36 berlubang besar. Gigi 36 yang sudah non vital
dapat dilakukan perawatan saluran akar vital dikarenakan pasien masih dapat merangsang
dingin saat tes vitalitas. Setelah perawatan saluran akar vital dilakukan, dapat dilanjutkan
dengan perawatan restorasi onlay untuk mengganti struktur gigi yang hilang akibat karies.
Gigi 46 dan 47 yang memiliki karies D3 1.1. dapat dilakukan restorasi menggunakan GIC.
1.4. Prioritas Perawatan Umum
I.4.1 Perawatan Non Invasif
Mengevaluasi & meningkatkan kebersihan mulut

Sikat gigi 2 kali sehari (perbaikan waktu menyikat gigi yaitu pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur). Sikat gigi dengan cara yang benar (gerakan

atas bawah / vertikal dan gerakan memutar) pada semua permukaan gigi.
Penjelasan kepada pasien bahwa menyikat gigi tidak perlu dengan tekanan yang
kuat karena dapat meningkatkan resiko terjadinya abrasi pada gigi.

b. Menggunakan dental floss untuk membersihkan sisa makanan di sela gigi yang sulit
dijangkau oleh sikat gigi agar tidak terjadi karies proksimal.
c. Scaling untuk menghilangkan kalkulus yang ada di rongga mulut. Serta dilakukan
pembersihan plak. Scaling juga dilakukan untuk mencegah terjadinya karies baru
pada gigi geligi karena deposit kalkulus yang besar merupakan tempat ideal bagi

retensi

bakteri

yang

terus

memproduksi

asam

sehingga

mempercepat

demineralisasi.
I.4.2 Perawatan Invasif
a. Gigi 36 pro perawatan saluran akar vital dengan restorasi pasca endodontik onlay.
b. Gigi 46 dan 47 dengan GIC

BAB II
PENGENALAN MASALAH KONSERVASI
II.1 Rekam Medik Status Konservasi (Rabu, 29 April 2015)

Eleme
n
1
8
1
7
1

T
V

Diagnosis

Perawatan Invasif
Rencana
Eleme
Perawat
K
n
an
21 61
22 62
23 63

T
V

Diagnosis

Rencana
Perawat
an

10

6
1
5
1
4
1
3
1
2
1
1
4
1
4
2

4
3

4
4
4
5
4
6
4
7
4
8

55

24 64

54

25 65

53

26

52

27

51

28

81

38

82

37

83

36

84

35 75

85

34 74
D3

D3

Site 1 Size
1
Site 1 size
1

D6

GIC

33 73

GIC

32 72

Elemen yang tidak ada


K : Karies
Vitalitas : +/- RK = Resin Komposit

Nekrosis
Parsial
disertai
Periodontitis
Apikalis
Kronis

PSA
Vital +
onlay

31 71
D1-D6 /KS ;

TV: Tes

11

II.2 Prioritas Rencana Perawatan

No.

1.

Masalah

Diagnosis

Gigi 36
D6

Alternatif

Perawatan yang

Perawatan
PSA vital +

Dipilih
PSA vital +

Nekrosis Parsial

onlay

onlay

GIC

Resin

Prognosis
Baik

disertai
Periodontitis
Apikalis Kronis

2.

Gigi 46

D3 1.1

5.

Gigi 47

D3 1.1

Baik

Komposit

GIC

Resin

Baik

Komposit

II.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan


1. Gigi 36
Diagnosis : Nekrosis Parsial disertai periodontitis kronis
DD

: Periodontitis Apikalis Kronis et causa Nekrosis Pulpa

Pemeriksaan :

Pemeriksaan subjektif :
Gigi bawah kiri belakang berlubang besar, sering merasakan sakit berdenyut
spontan. Saat ini tidak terasa sakit

Pemeriksaan objektif :

12

Gigi berlubang dengan kavitas dentin luas pada area oklusal. Pemeriksaan tes
vitalitas dengan tes termal (dengan ethyl chloride) dan stimulasi dentin
langsung(tes kavitas) peka (saat tes dengan ethyl chloride pasien
merasa dingin), menunjukkan pulpa vital. Tes perkusi peka
menunjukan adanya kelainan periapikal. Tes palpasi tidak peka.

Radiograf

Terlihat karies sudah mencapai pulpa, kamar pulpa normal, saluran akar
normal, terdapat radiolusensi berbatas jelas berdiameter kurang lebih 1 mm
pada bagian apikal akar distal.
Rencana perawatan

: PSA Vital

Rencana restorasi

: Onlay

Alasan

Pada kasus ini, karies sudah sampai ke kamar pulpa sehingga toksisitas
bakteri dan produknya telah mencapai jaringan pulpa, mengakibatkan
terjadinya iritasi pulpa. PSA dilakukan untuk membersihkan ruang pulpa dan
saluran akar dari bakteri dan produknya. Apeks gigi sudah terbentuk
sempurna, foramen apikal sudah terbentuk sempurna, dan gigi masih dapat
direstorasi pasca endodontik.
Adapun restorasi pasca endodontik yang dipilih adalah onlay, hal ini
karena gigi telah kehilangan struktur mahkota dan atap pulpa. Diperlukan
restorasi yang dapat menyatukan keempat dinding axial, dinding bukal lingual
dan mesial masih cukup tinggi untuk pembuatan restorasi onlay.
2. Gigi 46 dan 47
Diagnosis :

gigi 46 Karies D3 Site 1 Size 1


gigi 47 Karies D1 Site 1 Size 1

Pemeriksaan :

Pemeriksaan subjektif : jika makanan manis menyangkut pada


area untuk mengunyah pada gigi tersebut sulit dibersihkan

13

Pemeriksaan objektif: : Pada pemeriksaan awal terdapat kavitas

pada area oklusal berwarna kehitaman, tersangkut sonde. Pemeriksaan dengan


sondasi (-).

Rencana Perawatan :
Gigi 46, 47 GIC
Alasan :
Untuk kavitas ini, karies baru mencapai email dan dentin terbatas serta perluasan lesi
hanya mencapai fisur gigi molar. Jika direstorasi dengan resin komposit akan lebih
mengambil jaringan yang masih sehat. GIC yang memiliki ikatan kimiawi, lebih
retensi tanpa dibutuhkan preparasi juga melepaskan fluor yang membantu proses
demineralisasi merupakan bahan tambal yang lebih baik pada kasus ini.

14

BAB III
TERAPI KONSERVASI
III.1 Terapi Non Invasif
1

Pembersihan gigi dan mulut:


a

Sikat gigi 2x/hari dengan cara yang benar dan efektif


Pembersihan gigi dan mulut dengan menyikat gigi setiap hari dilakukan untuk
membersihkan plak yang menempel pada gigi. Pasien diajarkan gerakan menyikat
gigi yang benar (gerakan atas bawah / vertikal dan gerakan memutar) pada semua
permukaan gigi. Serta penggunaan dental floss.

Scaling untuk menghilangkan kalkulus yang ada di rongga mulut serta kontrol
plak
Scaling dilakukan untuk menghilangkan kalkulus baik supragingiva maupun
subgingiva. Scaling dilakukan untuk mencegah terjadinya karies baru pada gigi geligi
karena kalkulus merupakan tempat bagi retensi bakteri yang memproduksi asam
sehingga mempercepat demineralisasi.

III.2 Terapi Invasif


1. Gigi 36: Nekrosis Parsial disertai Periodontitis Apikalis Kronis PSA Non-Vital +
onlay
Tahapan perawatan:
a.

Preparasi / akses kamar pulpa

Ragangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa, untuk gigi 36 maka
ragangan kavitas dibuat berbentuk segiempat di daerah mesial, dan disesuaikan dengan
kavitas yang telah terbentuk. Lakukan ekskavasi jaringan karies menggunakan bur metal
bulat low speed. Disertai dengan pengangkatan kamar pulpa.

Setelah kamar pulpa dibersihkan maka akan orifis akan terlihat dengan jelas.

Akses dikatakan selesai bila:

- tidak lagi tersisa jaringan karies


- atap pulpa telah terangkat semua, ketika diperiksa dengan menggunakan sonde lurus tidak
ada hambatan.

15
- orifis terlihat lebih besar (pandangan jelas dan lebih jauh ke apikal)

b.

Anestesi
Anestesi menggunakan Pehacain (Lidocain 20mg+Adrenalin 0,0125mg/ml)
menggunakan teknik injeksi intrapulpa untuk menghindari rasa sakit saat
perawatan.
c. Ekstirpasi Jaringan Pulpa
Dikarenakan jaringan pulpa pada akar Mesiobukal dan Mesiodistal masih vital,
maka perlu dilakukan ekstirpasi jaringan pulpa untuk mengangkat jaringan pulpa
yang masih tersisa. Ekstirpasi jaringan pulpa dilakukan menggunakan jarum
ekstirpasi atau barbed croach dimasukkan 2/3 panjang saluran akar kemudian

d.

diputar 180 derajat searah jarum jam lalu ditarik keluar.


Penentuan panjang kerja

Alat yang digunakan dapat berupa jarum (minimal no. 20 agar terlihat jelas di foto
radiograf) atau guttap percha.

Tentukan titik yang akan dijadian acuan selama preparasi atau pengisian saluran akar, yang
stabil dan tidak berubah pada bidang insisal yang paling mudah terlihat dan menyentuh
stopper selama perawatan.

Ukur panjang gigi pada radiograf praoperatif, lalu kurangi 2-3 mm untuk toleransi
kesalahan pemotretan

Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah dihitung tersebut.

Masukkan jarum tersebut ke dalam saluran akar sampai stopper menyentuh titik acuan

Lakukan foto radiograf

Panjang kerja yang tepat ditentukan dengan mengukur perbedaan antara ujung file dan
apeks radiograf dan menjumlahkan dengan panjang kerja diagnosis dari radiograf awal,
lalu panjang kerja dikurangi 1 mm agar panjang kerja mencapai konstriksi apikal.

e.

Preparasi orifis
Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Lebarkan orifis dengan mendigunakan gates glidden drill, dimulai dari nomor yang dapat
masuk hingga 2mm, lalu dilanjutkan dengan nomor yang lebih kecil berturut-turut hingga
paling jauh mencapai 2/3 dari panjang kerja kemudian irigasi dengan NaOCl 2,5%.
2.

Perbesar daerah koronal dengan protaper S1, diikuti dengan SX hingga panjang file #15

tercapai. File selalu diolesi dengan EDTA.

f.

Preparasi saluran akar dengan menggunakan Protaper

16

Setelah panjang kerja telah ditetapkan, gunakan protaper S1 sampai sepanjang panjang
kerja, kemudian S2 sampai sepanjang panjang kerja.

Gunakan protaper F1 sepanjang panjang kerja. Untuk akar yang lebih besar, gunakan F2,
F3, F4, dan F5 jika memungkinkan.

Protoaper digunakan secara perlahan dan hati-hati untuk mengangkat dentin dengan cara
memutar handle searah jarum jam hingga protaper terasa pas.

Lepaskan protaper dengan cara memutar handle berlawanan arah jarum jam, 45-90.

Haluskan dentin dengan cara memutar hanadle searah jarum jam sambil mengangkat file
tersebut.

Ulangi gerakan tersebut hingga panjang yang diinginkan tercapai.

Tergantung anatominya, protaper juga dapat digunakan dengan gerakan maju mundur.

Cantumkan nama setiap saluran akar panjang dan nomor alat terakhir di status.

Selalu irigasi saluran akar pada setiap tahapan.

Gunakan instrumen protaper pada saluran akar yang teririgasi dengan baik dan
terlubrikasi.

g.

h.

Pemeriksaan hasil preparasi

Seluruh dinding saluran akar telah halus

Terdapat apical stop dan tug back.

Medikamen antar kunjungan


Setelah dilakukan preparasi saluran akar, saluran akar diberikan medikasi antar kunjungan
berupa ChKM, lalu kemudian ditumpat sementara dengan Cavit.

i.

Pengisian saluran akar

Saluran akar telah bersih dan kering.

Kon yang sesuai dengan nomor protaper dicobakan dalam saluran akar sepanjang panjang
kerja dan terasa ada tug-back. Buat radiograf untuk melihat ketepatan ujung kon.

Campurkan semen saluran akar dan masukkan ke saluran akar dengan menggunakan jarum
lentulo.

Kon guttap percha khusus protaper steril dimasukkan ke dalam saluran akar perlahanlahan agar udara dan kelebihan semen dapat keluar, kemudian kon utama ditarik sedikit
satu dua kali kemudian dimasukkan kembali sampai panjang kerja.

17

Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen yang ujungnya telah dipanaskan.
Kemudian lakukan kondensasi vertikal dengan alat pemampat bahan pengisi, sampai kirakira 1 mm di bawah orifis.

Buat radiograf untuk evaluasi pengisian saluran akar.

Kamar pulpa dibersihkan dengan cotton pelet yang dibasahi alkohol kemudian tutup
dengan tumpatan sementara.

Pasien diminta untuk datang kontrol yang bertujuan untuk melihat adaptasi bahan
pengisian terhadap jaringan periapikal kemudian direncanakan pembuatan restorasi tetap
yang sesuai.

j.

Restorasi onlay

Bongkar restorasi sementara dengan scaller dan ekskavator

Preparasi kavitas seminimal mungkin mengikuti ragangan yang telah ada.

Preparasi kavitas dengan menggunakan tappered bur mengikuti ragangan kavitas


sejajar atau divergen ke oklusal. Bevel seluruh tepi kavitas luar (reverse bevel).

Bersihkan kavitas dan biarkan tetap lembab.

Cetak kavitas dengan menggunakan bahan cetak double impression Polysiloxane


Impression.

Buat catatan gigit pada malam.

Cetakan rubber base di cor menjadi model kerja, tandai batas tepi preparasi/bevel
pada model kerja menggunakan pensil.

Kirimkan hasil cetakan kavitas, catatan gigit, dan surat permohonan untuk pembuatan
onlay kepada laboratorium.

Setelah hasil didapat dari lab, dapat dilakukan insersi onlay.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pemasangan onlay adalah pengecekan
terhadap retensi, resistensi, integritas marginal, oklusi, dan artikulasi harus semuanya baik.

Jika semuanya telah sesuai dan baik, maka dapat dilakukan sementasi onlay.

Gambar desain onlay :

18

2. Gigi 46 dan 47 GIC


1. Pembersihan jaringan karies dan preparasi

Ekskavasi jaringan karies dengan ekskavator atau bur metal bulat no. 10 hingga

tersisa affected dentin.


Haluskan tepi-tepi kavitas.

2. Penumpatan dengan GIC

Siapkan powder dan liquid GIC tipe 2, aduk melipat


Aplikasikan GIC dalam kavitas dengan instrumen berujung bulat, biarkan flow

GIC mengisi fisur gigi molar


Rapikan tumpatan dengan plastic filling

3. Pemolesan

Pemolesan dilakukan 1x 24 jam setelah penumpatan


Pemolesan dilakukan dengan menggunakan enhance dengan tekanan ringan,

putaran rendah, secara intermiten dan dalam keadaan basah.


Pemolesan dilakukan agar tumpatan halus dan mengkilap sehingga mencegah
terjadinya retensi makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder

BAB IV
PROGNOSIS
1. Prognosis Umum
Baik. Alasan :

19

1. Keadaan umum pasien baik (tidak ada penyakit sistemik)


2. Pasien memiliki sikap yang kooperatif, serta motivasi yang tinggi untuk memperbaiki
dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan mulutnya.

2. Prognosis Lokal
1. Gigi 36 prognosis baik
Gigi masih dapat dirawat saluran akar dan sisa jaringan masih dapat direstorasi paska
endodontik
2. Gigi 46 dan 47 prognosis baik
Karies aktif terbatas mencapai email, sisa jaringan memiliki retensi dan resistensi
yang adekuat untuk menerima restorasi.

20

DAFTAR REFERENSI
Cohen s, Hargreaves KM. Pathways of the Pulp. 9th ed: Elsevier; 2006.
Nursasongko B, buku pegangan Endodontik Praklinik Edisi II. Jakarta: Departemen Ilmu
Konservasi Gigi FKG UI; 2007.
Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carranza's clinical periodontology. 11th ed.
Philadephia: W B Saunders Company; 2012.
Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. 2nd ed. Queensland:
Knowledge books and software; 2005.

Anda mungkin juga menyukai