Anda di halaman 1dari 8

Evidence-based dentistry

Evidence selalu berkontribusi pada pengambilan keputusan klinis, namun dengan


banyaknya studi klinis dan publikasi jurnal, untuk menemukan dengan riset yang terbaru dan
relevan itu sangat sulit. Karena kita bergantung pada studi riset untuk melakukan diagnosa yg
efektif, menentukan strategi perawatan, mendapatkan informasi mengenai material dan
produk baru, mengetahui cara mencari bukti scientific sangat penting pada saat kita praktik.
Karena itu dibuatlah metode baru yg dinamakan Evidence Based Medicine: integrasi hasil
riset dengan kemahiran kita secara clinical dan preferensi pasien.
Beberapa profesi sudah mengadaptasi definisi ini dan membuatnya spesifik sesuai dgn
bidangnya, misalnya ADA mendefinisikan Evidence Based Dentistry sebagai: Pendekatan
pada kesehatan rongga mulut yang menuntut adanya integrasi dari penilaian sistematis pada
studi riset yang relevan, berhubungan dengan kondisi dan sejatah kesehatan pasien, dengan
kemahiran dokter gigi, dan kebutuhan serta preferensi pasien.
Evidence-based dentistry (EBD) adalah sebuah pendekatan untuk perawatan
kesehatan mulut yang terintegrasi, memiliki penilaian sistematis akan bukti ilmiah klinis
(uji klinis) yang relevan, yang berkaitan dengan kondisi oral pasien, catatan dan kondisi
medisnya, dengan keahlian klinis dokter gigi dan kebutuhan pasien dalam perawatan dan
preferensinya.
Tujuan utama evidence- base dentistryadalah untuk mendorong dokter gigi
mencari dan memahami bukti- bukti terkini yang tersedia untuk masalah perawatan gigi.
Untuk itu dokter gigi perlu mendapatkan ilmu dan keterampilan yang sebelumnya tidak
diajarkan dalam kurikulum perkuliahan karena adanya perkembangan dan perubahan
ilmu pengetahuan.
Peran evidence- base dentistry :

Menjustifikasi berbagai praktik kedokteran gigi


Mempromosikan produk dan teknologi baru kedokteran gigi
Memilih bukti untuk mendukung sudut pandang tertentu

Hambatan evidence- base dentistry:


-

Kurangnya keterampilan dokter gigi dalam merumuskan pertanyaan untuk menghimpun

data evidence- base,


Pencarian dan cara mengevaluasi literatur yang tidak efisien,
Kurang baiknya pelaksanaan penelitian klinis,
Ketakutan dan ketidakpercayaan dokter gigi akan penggunaan bukti- bukti baru,

Masalah dengan penyandang dana peraturan otoritas.

Prinsip evidence- base dentistryadalah menemukan informasi terbaik dengan cepat ketika
dibutuhkan- menilai kualitas- dan memutuskan apakah itu relevan.

Di dalam definisi ini dikatakan bahwa bukti dari riset adalah komponen yang penting
dalam pengambilan keputusan kedokteran, tapi dalam waktu yang sama, tidak menggantikan
skills, penilaian, dan pengalaman, tetapi memberikan dimensi lain dalam proses pengambilan
keputusan yang juga memperhatikan kebutuhan dan preferensi pasien.
Proses ini dinamakan Evidence Based Decision Making: proses yang menggunakan
skill untuk mengidentifikasi, mencari dan menginterpretasi hasil dari studi riset terbaik, yang
beriringan dengan pengalaman dan penilaian dokter gigi tersebut, nilai dan preferensi pasien,
dan situasi dokter gigi dan pasien ketika mengambil keputusan untuk perawatan pasien.
Dalam metode ini, praktisi kesehatan harus:
1. Lebih efisen dan efektif dalam mencari data online yang relevan
2. Kritis dalam mengevaluasi mana yg berguna dan valid
Prinsip dari evidence based decision making:
1. Hanya bukti dari riset tidak cukup untuk mengambil sebuah keputusan.
2. Terdapat hierarchy of evidence untuk membimbing clinical decision making
Pendekatan baru ini dibutuhkan karena:
1. Adanya variasi pada praktik kedokteran
2. Lambatnya pengaplikasian riset pada praktik
3. Mengatur banyaknya informasi
4. Mengubah kompetensi pendidikan agar siswa dapat menjalani lifelong learning
Evidence based decision making skills and the process:
1. Mengubah masalah atau informasi yang dibutuhkan menjadi pertanyaan klinis
sehingga dapat dicari jawabannya the PICO process.
2. Mencari menggunakan komputer dengan efisiensi maksimum untuk meemukan
evidence terbaik untuk menjawab pertanyaannya.
3. Mengkritisi validitas dan kegunaan dari evidence yg ditemukan.
4. Mengaplikasikan hasil dari yg sudah dikritisi dalam praktik.
5. Mengevaluasi prosess dan performa kita sebgai dokter.
EBDM memastikan praktik kita sebagai dokter sesuai dengan ilmu yang terbaru dan kita
memberikan perawatan yang secara scientific ada buktinya.

EBDM bukan ttg mengetahui semua jawabannya, namun utk mengetahui bagaimana
membuat pertanyaan yang baik untuk bisa mendapatkan informasi yang relevan untuk
pengambilan keputusan yang lebih baik.
Evidence- base decision making (EBDM)
dentistry adalah proses dengan keterampilan
yang

sudah

dirumuskan

untuk

mengidentifikasi, mencari, dan menafsirkan


hasil bukti ilmiah terbaik yang berhubungan
dengan pengalaman dan penilaian klinis,
preferensi dan nilai pasien, serta keadaan
klinis pasien ketika membuat keputusan
perawatan kedokteran gigi.
Pendekatan EBDM hadir menjawab kebutuhan
untuk meningkatkan taraf kesehatan dengan sumber daya yang efektif dan efisien.
Faktor pendorong pengaplikasian EBDM :
-

Variasi dalam praktik,


Penjabaran dan asimilasi bukti ilmiah dengan praktik,
Manajemen informasi, dan
Perubahan kompetensi pendidikan yang menuntut siswa untuk belajar sepanjang hayat.

Dua prinsip utama dalam EBDM adalah bukti saja tidak cukup untuk membuat keputusan
klinis dan bukti menjadi panduan atau pedoman dalam mengambil keputusan klinis. Faktor
lain yang memperngaruhi pengambilan keputusan klinis adalah tradisi, intuisi, pengalaman
klinis, dan rasional patofisiologis.
Lima tahap proses evidence- based decision making
1. Merubah informasi tentang masalah atau kebutuhan ke dalam pertanyaan klinis (PICO).
Problem/ population
Bagian pertama dari pertanyaan PICO dimulai dengan kalimat Untuk pasien
dengan ... Kemudian tulis keluhan utama pasien atau kondisi untuk melengkapi

kalimat tersebut.
Intervention
intervensi utama yang dipertimbangkan adalah
Comparison
Ungkapan perbandingan intervensi perawatan dangan

alternatif

utamayang

dinyatakan "dibandingkan dengan"


Outcome
Ungkapan dampak yang diharapkan dari perawatan intervensi dan alternatif.

2. Mencari informasi secara terkomputerisasi secara maksimal dan efisien untuk


menemukan bukti yang dapat menjawab pertanyaan.
3. Kritis dalam menilai validitas dan kegunaan dari bukti (level of evidence).

4. Menerapkan hasil penilaian bukti dalam praktik klinis.


5. Evaluasi proses dan performa.

Prosedur berikut merupakan 5 langkah dalam evidence-based dentistry :


1. Mengubah informasi yang dibutuhkan (berupa kebutuhan atau masalah) ke dalam
bentuk pertanyaan klinis sehingga dapat dijawab dengan proses PICO.
Membuat pertanyaan yang tepat merupakan kemampuan yang sulit untuk dipelajari,
tetapi merupakan hal yang fundamental dalam evidence-based dentistry. Membuat
pertanyaan dengan metode PICO membuat praktisi fokus pada kepentingan pasien.
Pertanyaan yang baik harus mencakup 4 hal :
a. Patient Problem/ Population (P)
Dalam promosi kesehatan dan kesehatan masyarakat, P dapat berupa populasi,
komunitas, dan individual. Masalah juga diberikan atribut seperti :
- Status kesehatan atau tingkat penyakit
- Umur, jenis kelamin, riwayat kesehatan, medikasi yang sedang dan
telah dilakukan
b. Intervention (I)
Mengidentifikasi intervensi merupakan tahap kedua dalam proses PICO.
Intervensi dapat berupa tes diagnostic spesifik, perawatan, terapi, medikasi,
atau rekomendasi pasien untuk menggunakan suatu produk atau prosedur
tertentu. Pada populasi, intervensi dapat berupa metode pendekatan yaitu
strategi kader untuk mengubah perilaku. Intervensi harus merupakan metode
yang spesifik, misalnya menggunakan Transtheoritical Model untuk mencapai
suatu hasil kesehatan yang diinginkan (misalnya berhenti merokok).
c. Comparison (C)
Tahap ketiga dalam pertanyaan PICO adalah comparison atau perbandingan,
yang merupakan alternatif dari intervensi yang diberikan pada tahap kedua.
Tahap ini merupakan satu-satunya hal yang dapat diisi atau tidak. Dapat
dibandingkan antara suatu intervensi dengan alternatif intervensi atau hanya
suatu intervensi tanpa alternatif. Alternatif intervensi biasanya merupakan
suatu standard yang sudah banyak digunakan (gold standard).
d. Outcome (O)
Hasil yang dipilih haruslah spesifik, mencakup hal yang mau dicapai atau
ditingkatkan dan harus dapat diukur. Contoh : menghilangkan gejala tertentu,
meningkatkan fungi, dan meningkatkan estetika
.

Gambar di atas merupakan contoh pertanyaan berdasarkan metode PICO

2. Melakukan pencarian komputerisasi dengan efiensi maksimum untuk menemukan


evidence yang paling baik atau relevan untuk menjawab setiap pertanyaan.
3. Memeriksa validitas evidence terhadap validitas dan kegunaannya secara kritis.
Setelah menemukan evidence yang paling baik, tahap selanjutnya adalah menentukan
relevansinya terhadap pasien dan pertanyaan PICO.
4. Menerapkan hasil dari pencarian atau evidence dalam praktek klinik atau dalam
populasi
5. Mengevaluasi proses.

Anda mungkin juga menyukai