Anda di halaman 1dari 74

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

KARYA TULIS TUGAS AKHIR


DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015
TERHADAP PENDAPATAN NEGARA

Diajukan oleh :
Ro Intan Glorianna Sianturi
NPM : 133010004167

Mahasiswa Program Diploma III Kebendaharaan Negara


Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Dinyatakan Lulus Program Diploma III Kebendaharaan Negara
Tahun 2016
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
ii

TANGERANG SELATAN

PERSETUJUAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR
NAMA

: RO INTAN GLORIANNA SIANTURI

NOMOR POKOK MAHASISWA

: 133010004167

JURUSAN

: KEUANGAN NEGARA
: DIPLOMA III KEBENDAHARAAN

PROGRAM STUDI

NEGARA

BIDANG TUGAS AKHIR

: PENDAPATAN NEGARA

JUDUL TUGAS AKHIR

: DAMPAK MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN (MEA) 2015
TERHADAP PENDAPATAN
NEGARA

Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen Keuangan,

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

Agus Sunarya S., Ak., M.Si., CPMA, AAP, CA

Aprijon, S. E., M. M.

NIP. 196902121991031001
NIP 197002121996031001
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

iii

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI


KARYA TULIS TUGAS AKHIR
NAMA

: RO INTAN GLORIANNA SIANTURI

NOMOR POKOK MAHASISWA

: 133010004167

JURUSAN

: KEUANGAN NEGARA

PROGRAM STUDI

: DIPLOMA III KEBENDAHARAAN


NEGARA

BIDANG TUGAS AKHIR


JUDUL TUGAS AKHIR

: PENDAPATAN NEGARA
: DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI
ASEAN (MEA) 2015 TERHADAP
PENDAPATAN NEGARA

Tangerang Selatan,

2016

1. ............................................

(Dosen Penilai I/Pembimbing)

Aprijon, S. E., M. M.
NIP 197002121996031001

2. ............................................

(Dosen Penilai II)

Aprijon, S. E., M. M.
NIP 197002121996031001
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR
iv

NAMA

: RO INTAN GLORIANNA SIANTURI

NOMOR POKOK MAHASISWA

: 133010004167

JURUSAN

: KEUANGAN NEGARA

PROGRAM STUDI

: DIPLOMA III KEBENDAHARAAN


NEGARA

BIDANG TUGAS AKHIR

: PENDAPATAN NEGARA

JUDUL TUGAS AKHIR

: DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI


ASEAN (MEA) 2015 TERHADAP
PENDAPATAN NEGARA

Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Karya Tulis Tugas Akhir ini
adalah hasil tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan
tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus
dan dicabut gelar yang telah diberikan.
Tangerang Selatan, 11 Juli 2016
Yang memberi pernyataan,

Ro Intan Glorianna Sianturi


NPM 133010004167

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah membimbing dan
menyertai penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Tugas Akhir dengan judul
DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 TERHADAP
PENDAPATAN NEGARA. Penulis menyusun Karya Tulis Tugas Akhir ini untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III Kebendaharaan Negara di
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Penulis bersyukur karena Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat terselesaikan
dengan baik. Hal tersebut tentu berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada.
1. Kedua orang tua, Bapak Galopong Sianturi dan Ibu Merry Aitonam atas doa,

perhatian dan dukungan yang diberikan kepada penulis, serta adik yang selalu ikut
mendoakan dan mengingatkan untuk menyelesaikan tugas ini.
2. Bapak Kusmanadji, Ak., M.B.A., selaku Direktur Politeknik Keuangan Negara
STAN.
3. Bapak Agus Sunarya S., Ak., M.Si., selaku Ketua Jurusan Keuangan Negara.
4. Bapak Aprijon, S. E., M. M., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

nasihat dan arahan kepada penulis selama menyusun Karya Tulis Tugas Akhir ini.
5. Bapak/Ibu Widyaiswara dan Dosen Politeknik Keuangan Negara STAN atas ilmu

dan nasihat yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan di


Politeknik Keuangan Negara STAN.

6. Bapak/Ibu pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang telah membantu dan

membimbing penulis untuk memperoleh data yang baik.


7. Keluarga Gusti Aitonam atas dukungan dan perhatian yang diberikan kepada

penulis selama menempuh pendidikan di Politeknik Keuangan Negara STAN.


8. Teman-teman satu kelompok dosen pembimbing yang selalu saling membantu dan

mendukung satu sama lain dalam menyusun Karya Tulis Tugas Akhir ini.
9. Teman-teman kos Griya Soegi Cantique yang memberikan kecerian dan mau

mendengarkan setiap masalah selama menyusun Karya Tulis Tugas Akhir ini.
10. Teman-teman sixstars yang selalu mendukung dan membantu satu sama lain

selama tiga tahun berkuliah di Politeknik Keuangan Negara STAN.


11. Teman-teman Jujube yang selalu menemani dan berbagi suka duka selama tiga

tahun menempuh pendidikan di Politeknik Keuangan Negara STAN.


12. Teman-teman satu kelas sejak tingkat satu hingga tingkat tiga serta teman-teman

Kebendaharaan Negara satu angkatan 2013 yang selalu solid selama tiga tahun
menempuh ujian dan berkuliah bersama.
Penulis mengetahui bahwa Karya Tulis Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna namun kiranya Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga
dapat menciptakan karya ilmiah yang lebih baik lagi kedepannya.

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR..................................................

ii

HALAMAN PERTANYAAN LULUS TUGAS AKHIR......................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................

iv

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

vii

DAFTAR GRAFIK...............................................................................................

ix

DAFTAR TABEL..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

A.

Latar Belakang.............................................................................................

B.

Tujuan Penulisan..........................................................................................

C.

Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah....................................................

D.

Metode Penelitian.........................................................................................

E.

Sistematika Penulisan...................................................................................

BAB II DATA DAN FAKTA.................................................................................

A.

Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN........................................

B.

Realisasi Penerimaan Bea Masuk.................................................................

11

C.

Nilai Kurs Rata-rata Tahunan.......................................................................

15

D.

Realisasi Volume Impor...............................................................................

16

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN........................................

18

A.

Landasan Teori.............................................................................................

18

B.

Pembahasan..................................................................................................

27

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN....................................................................

43

A.

43

Simpulan.......................................................................................................
iii

B.

Saran.............................................................................................................

46

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

48

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv

DAFTAR GRAFIK

Grafik II. 1

Tren Bea Masuk Tahun 2008 - 2016


Kuartal pertama....................................................................................13

Grafik III. 1

Perbandingan Pendapatan Bea Masuk dengan


Pendapatan Lainnya.............................................................................23

Grafik III. 2

Pendapatan Bea Masuk Tahun 2008 - 2009.........................................28

Grafik III. 3

Pendapatan Bea Masuk Tahun 2009 - 2010.........................................30

DAFTAR TABEL
Tabel II. 1

Pendapatan Bea Masuk Tahun 2008-2016


Kuartal I...............................................................................................12

Tabel II. 2

Bea Masuk Beras Perode Tahun 2012-2015........................................14

Tabel II. 3

Bea Masuk Gula Periode Tahun 2012-2015........................................15

Tabel II. 4

Nilai kurs tahun 2008-2015..................................................................16

Tabel II. 5

Volume Impor Tahun 2008 - 2015.......................................................17

Tabel III. 1

BAS Pendapatan Pajak Perdagangan


Internasional.........................................................................................21

Tabel III. 2

Kontribusi Pendapatan Bea Masuk Terhadap


Penerimaan Perpajakan........................................................................22

Tabel III. 3

Kontribusi Pendapatan Bea Masuk Terhadap


Total Penerimaan Negara.....................................................................24

Tabel III. 4

Perbandingan Pendapatan Bea Masuk Berdasarkan


Tarif dalam Rangka ATIGA dan Normal..............................................32

Tabel III. 5

Pendapatan Bea Masuk Beras dan Gula


Tahun 2012 - 2013................................................................................32

Tabel III. 6

Pendapatan Bea Masuk Beras dan Gula


Tahun 2013 - 2014................................................................................33

Tabel III. 7

Pendapatn Bea Masuk Beras dan Gula


Tahun 2014 - 2015................................................................................35

Tabel III. 8

Perbandingan bea masuk berdasarkan tarif


normal dan tarif dalam rangka ATIGA.................................................36

vi

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASEAN merupakan organisasi negara-negara Asia Tenggara yang dibentuk
dengan tujuan untuk menjadi negara yang makmur dan hidup dalam damai. Dalam
rangka mencapai hal tersebut, para pemimpin ASEAN menyepakati pembentukan
komunitas atau masyarakat ASEAN pada tahun 2020 yang dilaksanakan dalam
Deklarasi ASEAN Concord II pada tahun 2003. Masyarakat ASEAN tersebut terdiri
dari tiga pilar, yakni Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi
ASEAN, dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN. Namun pada tahun 2007, para
pemimpin ASEAN memutuskan untuk mempercepat pembentukan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015.
MEA merupakan bentuk integrasi ekonomi ASEAN dengan terealisasinya
perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menjadikan
ASEAN sebagai kawasan yang stabil dalam perekonomian, makmur, dan kompetitif.
Hal tersebut dilaksanakan dengan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal yang

berbentuk basis produksi dalam bentuk perdagangan bebas barang, jasa, investasi,
modal, dan pasar tenaga kerja antar negara ASEAN. Dalam cetak biru MEA 2015
telah disepakati dua belas sektor yang menjadi prioritas integrasi ekonomi ASEAN
yaitu sektor pariwisata, kesehatan, logistik, penerbangan, komunikasi dan
informatika, pertanian, kayu, karet, otomotif, tekstil atau garmen, elektronik, dan
perikanan. Dengan dilaksanakannya MEA tentu akan menimbulkan dampak dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang terkait dengan ke-12 sektor tersebut
yang memiliki pengaruh terhadap pendapatan negara.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba menganalisis pelaksanaan MEA
terhadap pendapatan negara. Kajian mencakup kebijakan pemerintah dan dampak
yang diakibatkan atas pelaksanaan MEA. Penulis akan menuangkan hasil analisis ke
dalam karya tulis dengan judul DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
(MEA) 2015 TERHADAP PENDAPATAN NEGARA
B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan Karya Tulis Tugas
Akhir ini adalah:
1. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan perkuliahan Diploma III Keuangan
Jurusan Manajemen Keuangan Prodi Kebendaharaan Negara di Politeknik
Keuangan Negara STAN,

2. Untuk mengetahui dampak yang mempengaruhi pendapatan negara akibat


pelaksanaan MEA,
3. Untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai
MEA 2015 dan dampaknya bagi perkembangan negara,
4. Memperdalam pengetahuan dan pemahaman bagi penulis terkait MEA 2015 dan
pendapatan negara.
C. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
Dalam KTTA ini, penulis membatasi permasalahan pada dampak perdagangan
bebas barang antar negara ASEAN terkait MEA 2015 yang ditinjau melalui
pengurangan dan penghapusan tarif bea masuk terhadap penerimaan bea masuk sejak
tahun 2008 hingga tahun 2016 pada kuartal pertama. Dalam pembahasan ini penulis
juga akan mengaitkan faktor-faktor lain selain penghapusan tarif yang dapat
mempengaruhi pendapatan negara.
D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini, penulis berencana untuk
menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Metode Studi Kepustakaan
Metode ini merupakan metode yang penulis gunakan dengan mengumpukan dan
mempelajari sumber-sumber tertulis seperti Undang-Undang, Peraturan Menteri
Keuangan, artikel atau literatur tertulis lainnya yang berkaitan dengan topik yang

dibahas dalam karya tulis ini. Melalui metode ini, penulis akan berusaha mendapatkan
data sekunder yang berkaitan dengan topik yang menjadi dasar teori dan konsep
dalam karya tulis ini untuk dijadikan bahan tinjauan.
2. Metode Studi Lapangan
Metode ini dilakukan secara langsung oleh penulis guna mendapatkan data primer.
Metode ini akan dilakukan penulis dalam dua bentuk, yaitu:
a. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati kondisi dilapangan secara langsung
yang berkaitang dengan pokok bahasan untuk memperoleh data primer yang aktual
dan relevan dengan materi yang akan dibahas dalam karya tulis.
b. Wawancara
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan pihak yang
mengetahui informasi terkait materi yang akan dibahas dan pendapatnya dapat
dipertanggungjawabkan untuk mendukung pokok bahasan tersebut.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi gambaran umum mengenai rencana penulisan karya tulis tugas
akhir yang akan disusun oleh penulis. Bab pendahuluan akan meliputi latar belakang,

tujuan, ruang lingkup pembahasan, metode pengumpulan data, dan sistematika


penulisan.
BAB II DATA DAN FAKTA
Dalam bab ini penulis akan menyajikan data-data terkait MEA, meliputi gambaran
umum MEA berupa sejarah terbentuknya MEA, gambaran umum mengenai ASEAN
Charter (Piagam ASEAN), Blue Print MEA 2015 serta ASEAN Baseline Report
(ABR) dan penulis juga akan menyajikan data hasil realisasi penerimaan bea masuk
sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2015 terkait persiapan untuk mencapai MEA
2015 dan realisasi penerimaan bea masuk pada tahun 2016 pada kuartal pertama
terkait pelaksanaan MEA 2016. Selain itu, penulis akan menyajikan data nilai kurs
rata-rata tahunan sejak tahun 2008 hingga tahun 2015 serta volume impor yang terjadi
dalam satu tahun sejak tahun 2008 hingga tahun 2015.
BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan teori yang dijadikan landasan terkait pokok bahasan,
meliputi dasar hukum terkait bea masuk, pengertian bea masuk, postur bea masuk
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, peranan bea masuk terhadap
penerimaan negara serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan bea
masuk. Teori-teori yang menjadi landasan karya tulis ini akan dibandingkan dengan

data-data yang telah diperoleh, yang kemudian akan penulis analisis tentang hal apa
saja yang ditimbulkan akibat dari pelaksanaan MEA tersebut.
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini akan berisi simpulan dari apa yang telah diuraikan dalam
pembahasan dan penulis akan berusaha memberikan beberapa saran yang terkait
dengan permasalahan pelaksanaan MEA 2015 pada masyarakat Indonesia.

BAB II
DATA DAN FAKTA

A. Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN


ASEAN Economic Community (AEC) / Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
merupakan salah satu pilar dari komunitas ASEAN yang diformulasikan dalam
ASEAN Vision 2020. Pembentukan komunitas ASEAN ini awalnya dilatarbelakangi
oleh krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 dan akan semakin banyak
tantangan-tantangan yang akan dihadapi kedepannya. ASEAN Vision 2020
diformulasikan di Kuala Lumpur pada 15 Desember 1997 yang kemudian pada
Deklarasi Bali Concord II, Oktober 2003 para kepala negara ASEAN bersepakat
untuk mewujudkan ASEAN Vision 2020 tersebut dengan merealisasikan konsep MEA
yaitu dengan merumuskan tujuan akhir dari integrasi ekonomi. Pada KTT ASEAN ke12 yang dilaksanakan pada Januari 2007, para kepala negara sepakat mempercepat
pencapaian MEA dari tahun 2020 menjadi tahun 2015 serta pada tahun yang sama
dalam KTT ASEAN ke-13 juga dilakukan penandatanganan piagam ASEAN dan
cetak biru MEA.

1. Piagam ASEAN (ASEAN Charter)


Piagam ASEAN merupakan bentuk komitmen dari para pemimpin ASEAN untuk
mencapai MEA 2015. Dengan adanya piagam ini, ASEAN memiliki identitas
tersendiri yang menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang terpisah dari identitas
masing-masing anggotanya. Hal tersebut mengakibatkan ASEAN memiliki dasar
hukum yang lebih kuat dari sebelumnya sehingga dapat beraktivitas dan membuat
perjanjian atas nama ASEAN serta dapat menuntut atau dituntut secara hukum.
Dengan adanya transformasi tersebut, penyempurnaan kelembagaan dilakukan dengan
melakukan perbaikan struktur organisasi, mekanisme dan pengambilan keputusan
dalam penyelesaian sengketa (dispute settlement) serta peningkatan peran Sekretariat
ASEAN dalam setiap pertemuan yang dilakukan oleh ASEAN baik pertemuan
internal seperti Konferensi Tingkat Tinggi dan Sector Ministerial Bodies serta
pertemuan ASEAN dengan pihak eksternal.
Selain melakukan penyempurnaan kelembagaan ASEAN juga telah memiliki visi
dan tujuan yang lebih jelas untuk mewujudkan cita-cita bersama yang damai, aman,
stabil, makmur dan sejahtera. Dalam piagam ASEAN terdapat dua tujuan yang sejalan
dengan tujuan pembentukan MEA, yaitu (i) menciptakan pasar tunggal dan basis
produksi di ASEAN; dan (ii) mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan

pembangunan di ASEAN.1 Kedua hal tersebut dilakukan melalui kerja sama yang
bersifat saling menguntungkan dan tetap berpegang pada prinsip kedaulatan masingmasing anggota serta melakukan musyawarah atas segala permasalahan regional yang
terjadi.
2. Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Cetak biru MEA 2015 merupakan rancangan yang berisi jadwal strategis untuk
mencapai MEA. Jadwal strategis dibuat berdasarkan target yang ingin dicapai dari
masing-masing pilar MEA. Dalam cetak biru ini terdapat empat pilar yang menjadi
kerangka kerja MEA, yaitu :
a.

ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional


dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil,
aliran modal yang lebih bebas dan sektor apa saja yang menjadi prioritas
integrasi serta pengembangan pangan, pertanian, dan kehutanan

b.

ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang kompetitif dengan


elemen adanya kebijakan persaingan usaha, perlindungan konsumen, hak atas
kekayaan intelektual, pembangunan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce.

c.

ASEAN sebagai kawasan dengan pembangunan ekonomi yang


setara meliputi pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM), dan inisiatif

Terjemahan Piagam ASEAN. BAB 1, Pasal 1

integrasi ASEAN melalui kerjasama teknik dan pembangunan kapasitas


integrasi ekonomi untuk mempersempit kesenjangan pembangunan antar
negara-negara di ASEAN.
d.

ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi


global dengan elemen pendekatan yang terpadu terhadap hubungan ekonomi
eksternal; dan meningkatkan partisipasi dalam jaringan pasokan global.

Cetak biru menjadi panduan bagi setiap negara untuk mencapai MEA 2015 dan
setiap anggota ASEAN berkewajiban untuk melaksanakan setiap tahapan sesuai
dengan target waktu yang telah ditetapkan bersama. Target waktu pencapaian MEA
2015 dibagi menjadi empat fase yaitu fase pertama dari tahun 2008 sampai tahun
2009, fase kedua dari tahun 2010 sampai tahun 2011, fase ketiga dari tahun 2012
sampai tahun 2013, dan fase keempat dari tahun 2014 sampai tahun 2015.
Dalam hal aliran bebas barang secara teknis diimplementasikan dengan
melakukan penghapusan tarif, penghapusan hambatan non-tarif, serta pengembangan
fasilitas perdagangan. Penghapusan tarif dilakukan dengan penyempurnaan dan
pengembangan mekanisme kerjasama perdagangan barang yang sudah ada
sebelumnya yaitu ASEAN Free Trade Area (AFTA). Penghapusan tarif bea masuk
dilakukan untuk semua barang kecuali yang termasuk dalam Sensitive List (SL) dan
Highly Sensitive List (HSL) selambat-lambatnya pada tahun 2010 sudah diterapkan

bagi ASEAN-6 (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei, Filipina) dan


selambat-lambatnya pada tahun 2015 bagi CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar,
Vietnam).
Penghapusan hambatan non-tarif dilakukan melalui peningkatan transparansi
langkah-langkah kebijakan non tarif dengan mematuhi Protocol on Notification
Procedure.2 Penghapusan hambatan non-tarif selambat-lambatnya dilaksanakan pada
tahun 2010 untuk ASEAN-5, pada tahun 2012 untuk Filipina, dan pada tahun 2015
sampai tahun 2018 untuk CLMV. Selain itu pengembangan fasilitas perdagangan
dilakukan dengan penyatuan prosedur kepabeanan; pembentukan ASEAN Single
Window (ASW); pemberlakuan Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin / ROO) yang
dapat mempermudah perdagangan dan investasi antar-negara anggota ASEAN; dan
penyelarasan prosedur standardisasi barang dalam perdagangan.
Implementasi

MEA

dilaksanakan

dengan

tetap

memperhatikan

tingkat

pembangunan dan kesiapan negara anggota melalui fleksibilitas yang disepakati


bersama tanpa menghambat proses implementasi MEA (pre-agreed flexibility) dan

Protocol on Notification Procedure merupakan prosedur bagi negara anggota yang akan
memberitahukan tidakan atau kegiatan yang akan mereka lakukan berkaitan dengan : (i) yang menurut
perjanjian ekonomi ASEAN mungkin mengurangi atau menghapus keuntungan negara anggota lain
baik langsung maupun tidak langsung; dan (ii) bila tidakan atau kegiatan tersebut mungkin akan
mengganggu pencapaian beberapa sasaran perjanjian ekonomi ASEAN. Lampiran Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2003. Pasal 1 Paragraf 2.

untuk menjamin pelaksanaan MEA, terdapat prinsip tidak diperbolehkannya


penarikan komitmen yang telah disepakati (no back-loading of commitments).
3. ASEAN Baseline Report
ASEAN Baseline Report (ABR) berperan untuk melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap implementasi Masyarakat ASEAN dengan indikator kinerja utama
yang dilaporkan tiap tahun oleh Sekretaris Jenderal ASEAN kepada para menteri dan
kepala negara anggota ASEAN. Selain itu, ABR juga berfungsi untuk mengukur
perkembangan kerja sama regional yang terjadi.
ABR berisikan indikator-indikator yang diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
indikator proses (process indicators), indikator output (output indicators) dan
indikator hasil (outcome indicators) yang kemudian disusun menjadi indeks tingkat
negara dan kawasan. Indeks tingkat negara digunakan untuk perbandingan
antarnegara dalam mencapai tujuan Masyarakat ASEAN dan indeks tingkat kawasan
digunakan untuk menilai kinerja secara keseluruhan kawasan dalam mencapai tujuan
Masyarakat ASEAN. Dengan adanya informasi terkait perkembangan implementasi
Masyarakat ASEAN, antisipasi terhadap adanya potensi yang menghambat
pencapaian tujuan Masyarkat ASEAN dapat dilakukan sedini mungkin.

B. Realisasi Penerimaan Bea Masuk


Bea masuk merupakan pungutan atas barang yang diimpor ke Indonesia
berdasarkan tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan UU No. 17
tahun 2006 pungutan atas bea masuk dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (DJBC).
Dalam rangka MEA 2015 melaksanakan tugas pabeannya dengan melakukan
penghapusan tarif sesuai dengan jadwal strategis yang telah disepakati bersama dalam
cetak biru MEA 2015. Berdasarkan kesepakatan tersebut pemerintah menetapkan
PMK No. 129/PMK.011/2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor
dalam Rangka Skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT) pada tahun 2007
sesuai dengan jadwal strategis pada fase pertama (2008-2009). 3 Pada tahun 2009 telah
ditetapkan PMK No.247/PMK.011/2009 tentang Perubahan Klasifikasi dan Penetapan
Tarif Bea Masuk atas Barang Impor Produk-Produk Tertentu dalam Rangka Skema
Common Effective Preferential Tariff (CEPT) yang berlaku mulai tanggal 1 Januari
2010. Kemudian pada tahun 2010 kedua peraturan tersebut digantikan dengan PMK
No.128/PMK.011/2010 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor dalam

Jadwal strategis pada fase pertama (2008-2009) menyatakan untuk (i) menghapus bea masuk
terhadap 60% dari seluruh produk IL, kecuali produk Sensitive List (SL) dan Highly Sensitive List
(HSL) untuk Laos dan Myanmar (2008); (ii) menghapus bea masuk terhadap 80% dari seluruh produk
IL, kesuali SL dan HSL untuk ASEAN-6 (2007). Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kementerian
Luar Negeri, Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN : ASEAN Economic Community Blueprint.

Rangka ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). Pada tahun 2012 PMK
No.128/PMK.011/2010 dicabut dan diganti dengan PMK No.208/PMK.011/2012
tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN Trade in Goods Agreement
(ATIGA).
Berdasarkan data realisasi penerimaan bea masuk dari negara-negara anggota
ASEAN dapat diamati penerimaan negara dari bea masuk sejak tahun 2008 sampai
dengan 2016 kuartal pertama mengalami

fluktuatif. Banyak faktor yang

mempengaruhi besarnya penerimaan bea masuk yang terealisasi salah satunya adalah
penghapusan tarif bea masuk dalam rangka merealisasikan MEA 2015.
Tabel II. 1 Pendapatan Bea Masuk Tahun 2008-2016 Kuartal I
Tahun
Bea Masuk (Rp)
2008
3.656.712.700.516,00
2009
2.580.310.832.242,00
2010
1.674.975.156.331,00
2011
2.041.187.028.304,00
2012
2.216.702.805.075,00
2013
2.191.181.638.334,00
2014
2.225.780.460.814,00
2015
1.990.712.362.097,00
2016 (Kuartal I)
1.014.461.947.875,00
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.
Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat pada Grafik II.1 penurunan yang
signifikan terjadi dari tahun 2008 sampai tahun 2010 dan meningkat pada tahun

berikutnya. Hal ini dapat terjadi karena berbagai macam faktor yang dapat
mempengaruhi kegiatan impor, seperti perjanjian regional untuk mencapai MEA
2015. Seperti yang telah diketahui pada tahun 2007 telah berlaku penghapusan tarif
atas 80% barang yang termasuk dalam kategori IL namun pada tahun 2008 realisasi
penerimaan bea masuk yang terjadi sangat tinggi. Penghapusan tarif terhadap barang
impor akan mengakibatkan penurunan penerimaan negara, namun pada tahun 2008
justru mengalami penerimaan yang sangat tinggi. Penulis akan membahas apa saja
yang menyebabkan penerimaan bea masuk pada tahun 2008 bernilai lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi penerimaan bea masuk pada tahun 2009 dengan
ketetapan tarif yang sama.
Grafik II. 1 Tren Bea Masuk Tahun 2008 - 2016 Kuartal pertama

Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.

Pada tahun 2010 berdasarkan PMK No. 128/PMK.011/2010 telah dihapuskan tarif
bea masuk atas semua barang yang termasuk dalam kategori IL. Dapat dilihat
berdasarkan Grafik II.1 penerimaan negara atas kegiatan impor antar-negara ASEAN
pada tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan penerimaan negara pada
tahun sebelumnya. Namun pendapatan bea masuk pada tahun 2011 dan 2012
mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut dapat dipengaruhi dari faktor
lain selain adanya penghapusan tarif bea masuk dan hal tersebut akan dibahas dalam
pembahasan.
Berdasarkan PMK No.208/PMK.011/2012 tarif untuk beras (HS 10.06) pengenaan
tarif bea masuk pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 30% dan tarif bea masuk yang
berlaku dari tahun 2015 hingga sekarang sebesar 25%. Sedangkan tarif bea masuk
atas gula (HS 17.01) pada tahun 2013 berkisar 15% - 25%, tahun 2014 sebesar 10% 20%, dan pada tahun 2015 hingga sekarang sebesar 5% - 10%. Sedangkan pada tahun
2012, pengenaan tarif atas beras sebesar Rp450,00/kg sedangkan untuk gula
dikenakan tarif sebesar Rp550,00/kg Rp790,00/kg.
Dapat dilihat tarif yang digunakan dalam PMK No.208/PMK.011/2012 adalah
tarif advolerum yaitu tarif dalam bentuk persen atas beras dan gula. Sedangkan tarif
bea masuk normal atas beras dan gula sebelumnya menggunakan tarif spesifik.

Penggunaan tarif advolerum hanya berlaku apabila importir menggunakan Form D


yaitu formulir untuk melakukan impor dalam rangka ATIGA.
Tabel II. 2 Bea Masuk Beras Perode Tahun 2012-2015
BERAS
TAHUN
BEA MASUK (Rp)
2012
551.531.502.000,00
2013
133.814.526.795,00
2014
350.419.110.705,00
2015
290.821.129.821,00
Sumber : Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, Kementerian Keuangan
Berdasarkan data pada Tabel II.2 pendapatan bea masuk dari negara anggota
ASEAN atas beras dan gula mengalami fluktuatif. Dapat dilihat bahwa pada tahun
2013 mengalami penurunan yang signifikan pada pendapatan bea masuk atas beras
sebesar Rp417.716.975.205,00 terhadap pendapatan bea masuk pada tahun 2012.
Kemudian

mengalami

peningkatan

pendapatan

bea

masuk

sebesar

Rp216.604.583.910,00 pada tahun 2014 dibandingkan dengan pendapatan bea masuk


pada

tahun

2013

dan

pada

tahun

2015

mengalami

penurunan

sebesar

Rp59.597.980.884,00 dibandingkan dengan pendapatan bea masuk pada tahun 2014


Tabel II. 3 Bea Masuk Gula Periode Tahun 2012-2015
GULA
TAHUN
2012

BEA MASUK (Rp)


179.929.795.000,00

2013
23.650.000.000,00
2014
125.930.000.000,00
2015
37.409.916.485,00
Sumber : Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, Kementerian Keuangan.
Pendapatan bea masuk atas gula yang diimpor dari negara anggota ASEAN sejak
tahun 2012 sampai tahun 2015 mengalami fluktuatif yang cukup signifikan. Terjadi
penurunan pendapatan bea masuk dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar
Rp156.279.795.000,00. Pada tahun 2014 pendapatan bea masuk mengalami
peningkatan dibandingkan pendapatan bea masuk tahun sebelumnya yaitu sebesar
Rp102.280.000.000,00 dan pada tahun 2015 pendapatan bea masuk mengalami
penurunan sebesar Rp88.520.083.515,00 dibandingkan pendapatan bea masuk pada
tahun 2014.
C. Nilai Kurs Rata-rata Tahunan
Kegiatan ekspor-impor berkaitan erat dengan nilai tukar atau nilai kurs rupiah
terhadap mata uang dagang. Dalam perdagangan antar-negara ASEAN, mata uang
yang digunakan untuk melakukan perdagangan adalah Dollar Amerika Serikat (USD).
Nilai kurs yang digunakan biasa diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan yang
berlaku setiap dua minggu sekali. Hal ini dilakukan karena nilai kurs yang terus

berubah setiap hari sehingga dengan menetapkan nilai kurs setiap dua minggu akan
memudahkan pemerintah dalam menatausahakannya.
Tabel II. 4 Nilai kurs tahun 2008-2015
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Bank Indonesia.

Nilai Kurs (Rp)


9.680,00
10.394,00
9.084,00
8.779,00
9.380,00
10.451,00
11.878,00
13.392,00

Berdasarkan Tabel II.4 dapat dilihat bahwa nilai kurs pada tahun 2009 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan nilai kurs tahun sebelumnya. Peningkatan nilai
kurs juga terjadi dari tahun 2013 sampai tahun 2015. Namun pada tahun 2011 nilai
kurs rupiah mengalami penguatan dapat dilihat berdasarkan penurunan nilai kurs yang
rendah terhadap USD.
D. Realisasi Volume Impor
Volume impor memiliki pengaruh terhadap pendapatan bea masuk karena
sebanding lurus dengan pendapatan bea masuk. Perubahan tarif bea masuk terhadap
barang impor dapat mempengaruhi volume impor dan memiliki hubungan berbanding

terbalik terhadap volume impor. Selain itu, nilai kurs juga memiliki pengaruh
terhadap volume impor dan memiliki hubungan berbanding terbalik terhadap volume
impor. Namun, nilai kurs tidak selalu mempengaruhi volume impor suatu barang. Hal
tersebut terjadi karena adanya kebijakan dari pemerintah untuk meningkatkan impor
suatu barang. Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan volume impor suatu barang
dilakukan untuk kepentingan nasional, seperti meningkatkan volume impor beras
untuk ketahanan pangan atau telah terjadi keadaan darurat seperti bencana sehingga
pemerintah perlu mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan pangan korban
bencana.
Tabel II. 5 Volume Impor Tahun 2008 - 2015
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik.

Volume (Kg)
33.813.116.796
29.287.312.677
35.379.144.791
44.617.087.694
39.819.765.024
53.123.290.666
39.195.966.614
59.116.691.760

Berdasarkan Tabel II.5 dapat dilihat volume impor yang nilainya fluktuatif. Pada
tahun 2009 volume impor mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar
Rp4.525.804.119,00 kemudian mengalami peningkatan volume impor sampai tahun

2011 dan sejak tahun 2012 sampai 2015 mengalami penurunan dan kenaikan volume
impor.

BAB III
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
Teori-teori yang mendasari pembahasan mengenai dampak MEA 2015 terhadap
pendapatan negara terkait dengan penghapusan tarif bea masuk yang meliputi dasar
hukum, definisi dan gambaran umum bea masuk, serta faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi penerimaan bea masuk.
1. Dasar Hukum Pelaksanaan MEA 2015
Landasan hukum pelaksanaan MEA 2015 terkait perdagangan bebas barang yang
meliputi beberapa peraturan yang terdiri atas undang-undang hingga peraturan
menteri keuangan. Landasan hukum tersebut meliputi:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tenang Keuangan Negara
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Kepabean
d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2010 Tentang
Pengesahan ASEAN Trade In Goods Agreement (Persetujuan Perdagangan
Barang ASEAN)

22

e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2013 Tentang


Pengesahan Memorandum of Understanding Among The Governments of The
Participating Member States of The Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) on The Second Pilot Project for The Implementation of a Regional Self
Certification System (Memorandum Saling Pengertian Antarpemerintah Negara
Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Peserta Pada
Proyek Percontohan Kedua Untuk Pelaksanaan Sistem Sertifikasi Mandiri
Kawasan)
f. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 208 Tahun 2012
Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN Trade in Goods
Agreement (ATIGA)
g. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 178/PMK.04/2013
Tentang Pengenaan Tarif Bea Masuk dalam Skema ASEAN Trade in Goods
Agreement (ATIGA) dengan Menggunakan Sistem Sertifikasi Mandiri (Self
Certification)
2. Gambaran Umum Bea Masuk
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003, pendapatan negara
adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Pendapatan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara dalam rangka
penyelenggaraan fungsi pemerintah yaitu untuk membiayai semua kegiatan

pemerintah demi kesejahteraan rakyat. Pendapatan negara terdiri atas penerimaan


perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, dan penerimaan hibah. Bea masuk
merupakan salah satu komponen pendapatan negara yang tergabung dalam
penerimaan pajak perdagangan internasional. Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2006
yang merupakan perubahan dari UU Nomor 10 Tahun 1995, bea masuk merupakan
pungutan negara yang dikenakan terhadap barang yang diimpor. Pelaksanaan
pemungutan bea masuk dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas
barang-barang yang memasuki daerah pabean. Daerah pabean yang dimaksud adalah
wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di
atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
dan landas kontinen yang diatur dalam undang-undang kepabeanan.
Bea masuk dilaksanakan dengan maksud untuk menambah
pendapatan

negara

yang

berfungsi

untuk

meningkatkan

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Selain memiliki


peran untuk menambah pendapatan negara, bea masuk memiliki
fungsi untuk melindungi industri dalam negeri dan kepentingan
nasional. Dalam hal perlindungan industri dalam negeri, pengenaan
tarif atas barang yang diimpor memiliki tujuan untuk membatasi

barang impor yang berpotensi akan menimbulkan kerugian atau


dapat menghambat perkembangan industri dalam negeri. Dalam hal
untuk melindungi kepentingan nasional, pengenaan tarif atas barang
impor dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga komoditi dalam
negeri agar produk yang masuk ke dalam negeri tidak lebih murah
dibandingkan produk dalam negeri.
3. Peranan Bea Masuk Terhadap Pendapatan Negara
Bea masuk merupakan salah satu pendapatan yang memiliki kontribusi terhadap
pendapatan negara. Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2006 penerimaan bea masuk
terdiri dari :
a. Bea masuk, yaitu pungutan atas barang yang diimpor
b. Bea masuk anti dumping, yaitu bea masuk yang dikenakan terhadap barang
impor yang memiliki harga ekspor lebih rendah dari nilai normalnya; dan dapat
merugikan atau berpotensi merugikan industri dalam negeri yang memproduksi
barang sejenis dengan barang tersebut.
c. Bea masuk imbalan, yaitu bea masuk yang dikenakan terhadap barang impor
yang diberikan subsidi oleh negara pengekspor; dan dapat merugikan atau
berpotensi merugikan industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis
dengan barang tersebut.

d. Bea masuk tindakan pengaman, yaitu bea masuk yang dikenakan terhadap
barang impor yang mengalami lonjakan volume barang yang diimpor baik
secara absolut maupun relatif terhadap barang produksi dalam negeri yang
sejenis atau barang yang secara langsung bersaing.
e. Bea masuk pembalasan, yaitu bea masuk yang dikenakan terhadap barang impor
yang berasal dari negara yang memperlakukan barang ekspor Indonesia secara
diskriminatif.
Selain bea masuk tersebut, total penerimaan bea masuk dalam realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga terdapat pendapatan lain terkait
kegiatan impor yang tergabung dalam kode akun (4121) Pendapatan Bea Masuk
dalam Bagan Akun Standar (BAS)
Tabel III. 1 BAS Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
AKUN
412
4121
41211
412111
412112
412113
412114
412115
412116
412119
41212

URAIAN
b. PENDAPATAN PAJAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL
i. Pendapatan Bea Masuk
1. Pendapatan Bea Masuk
- Pendapatan Bea Masuk
- Pendapatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah
(SPM Nihil)
- Pendapatan Denda Administrasi Pabean
- Pendapatan Bea Masuk Dalam Rangka Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor (KITE)
- Denda Atas Sangksi Administrasi Dari Pelaksanaan
Pengawasan Terhadap Barang Tertentu
- Pendapatan BM-DTP
- Pendapatan Pabean Lainnya
2. Pendapatan Bea Masuk Tindakan

412121
- Pendapatan Bea Masuk Antidumping
412122
- Pendapatan Bea Masuk Imbalan
412123
- Pendapatan Bea Masuk Tindakan Pengamanan
Sumber : Bagan Akun Standar, Kementerian Keuangan
Pendapatan bea masuk merupakan salah satu komponen pendapatan negara yang
tergabung dalam penerimaan perpajakan. Seperti yang sudah diketahui bahwa
penerimaan perpajakan tebagi menjadi dua yaitu pendapatan pajak dalam negeri dan
pendapatan pajak perdagangan internasional. Berdasarkan struktur tersebut kontribusi
pendapatan bea masuk terhadap total penerimaan perpajakan berkisar 2,52% - 3,46%
sejak tahun 2008 sampai tahun 2015. (Tabel III.2)
Tabel III. 2 Kontribusi Pendapatan Bea Masuk Terhadap Penerimaan Perpajakan
Total Penerimaan
Kontribusi
Perpajakan (Rp)
2008
22.763.778.701.766,00
658.700.790.664.236,00
3,46%
2009
18.105.460.808.196,00
619.914.985.063.499,00
2,92%
2010
20.016.826.394.532,00
708.491.594.557.244,00
2,83%
2011
25.265.863.309.375,00
873.873.892.399.381,00
2,89%
2012
28.418.359.044.419,00
980.518.133.319.319,00
2,90%
2013
31.621.250.024.724,00
1.077.306.679.558.270,00
2,94%
2014
32.319.129.733.990,00
1.146.865.769.098.250,00
2,82%
2015
31.212.824.653.320,00
1.240.418.857.626.370,00
2,52%
Sumber : Data diolah dari LKPP Tahun 2008 sampai 2015, Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia.
Berdasarkan Grafik III.1 kontribusi terhadap pendapatan negara yang paling besar
Tahun

Bea Masuk (Rp)

adalah pendapatan Pajak Penghasilan (PPh) dan kontribusi terbesar kedua adalah
pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

Sedangkan pendapatan bea masuk, pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan, dan PNBP
Laba BUMN memiliki kontribusi yang hampir sama terhadap pendapatan negara.
Grafik III. 1 Perbandingan Pendapatan Bea Masuk dengan Pendapatan Lainnya

Sumber : LKPP Tahun 2015, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.


4. Postur Bea Masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Postur APBN secara garis besar terdiri atas pendapatan negara, belanja negara,
dan pembiayaan. Pendapatan negara terbagi menjadi penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak, dan penerimaan hibah. Dalam APBN, pendapatan
bea masuk tergabung dalam penerimaan perpajakan khususnya termasuk dalam
komponen pendapatan pajak perdagangan internasional. Berikut postur pendapatan
negara dalam struktur APBN berdasarkan Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (NK RAPBN-P) Tahun 2016.
I. PENDAPATAN DALAM NEGERI
1. Penerimaan Perpajakan
a. Pendapatan Pajak dalam Negeri

1) Pendapatan Pajak Penghasilan


a) Pendapatan PPh Migas
b) Pendapatan PPh Nonmigas
2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai
3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
4) Pendapatan BPHTB
5) Pendapatan Cukai
6) Pendapatan Pajak Lainnya
b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
1) Pendapatan Bea Masuk
2) Pendapatan Bea Keluar
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
a. Penerimaan Sumber Daya Alam
1) Penerimaan SDA Migas
a) Pendapatan Minyak bumi
b) Pendapatan Gas alam
2) Penerimaan SDA Nonmigas
a) Pendapatan Pertambangan Mineral dan Batubara
b) Pendapatan Kehutanan
c) Pendapatan Perikanan
d) Pendapatan Panas Bumi
b. Pendapatan Bagian Laba BUMN
c. PNBP Lainnya
b. Pendapatan BLU
II. PENERIMAAN HIBAH
Berdasarkan postur bea masuk dalam APBN, pendapatan bea masuk jika
dibandingkan dengan total penerimaan negara yang merupakan penjumlahan dari total
penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, dan penerimaan hibah,
kontribusi yang diberikan dari pendapatan bea masuk berkisar 2,07% - 2,13%.
Tabel III. 3 Kontribusi Pendapatan Bea Masuk Terhadap Total Penerimaan Negara
Tahun
2008

Bea Masuk (Rp)


22.763.778.701.766,00

Total Pendapatan Negara


Kontribusi
(Rp)
981.520.576.889.701,00
2,32%

2009
18.105.460.808.196,00
848.646.609.964.902,00
2010
20.016.826.394.532,00
708.491.594.557.244,00
2011
25.265.863.309.375,00
1.209.469.558.508.430,00
2012
28.418.359.044.419,00
1.336.338.396.928.780,00
2013
31.621.250.024.724,00
1.436.403.062.653.680,00
2014
32.319.129.733.990,00
1.548.276.732.163.440,00
2015
31.212.824.653.320,00
1.507.922.937.372.690,00
Sumber : Data diolah dari LKPP Tahun 2011 sampai 2015, Badan
Keuangan Republik Indonesia.

2,13%
2,83%
2,09%
2,13%
2,20%
2,09%
2,07%
Pemeriksa

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Bea Masuk


Kegiatan perdagangan internasional memiliki keterkaitan langsung dengan bea
masuk yang dapat berpengaruh kepada pendapatan negara. Dalam kegiatan
perdagangan internasional ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan
bea masuk. Faktor-faktor yang akan penulis jelaskan meliputi tarif bea masuk, volume
dagang impor, dan nilai kurs. Ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh langsung
terhadap pendapatan bea masuk yang tentu akan berdampak bagi pendapatan negara.
a. Pengaruh tarif bea masuk terhadap pendapatan bea masuk
Seperti yang telah diketahui bahwa penetapan tarif bea masuk dapat
mempengaruhi pendapatan negara terkhususnya pendapatan bea masuk. Semakin
tinggi tarif yang dikenakan atas barang yang diimpor tentu akan semakin tinggi juga
pendapatan atas bea masuk yang diterima oleh negara. Begitu pun sebaliknya,
semakin rendah tarif yang ditetapkan pemerintah maka akan semakin rendah juga
pendapatan negara atas bea masuk.

Tarif atas bea masuk ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kebijakan untuk
kepentingan nasional atau ditetapkan berdasarkan perjanjian perdagangan bebas yang
telah disetujui oleh Indonesia dengan negara yang bersangkutan. Seperti perjanjian
perdagangan bebas antar-negara anggota ASEAN untuk membentuk suatu komunitas
atau masyarakat ekonomi agar tercipta integrasi ekonomi antar-negara anggota dan
global. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, berdasarkan cetak biru
MEA 2015 pemerintah Indonesia pada tahun 2007 melakukan penghapusan tarif bea
masuk atas 80% produk yang masuk dalam kategori IL, pada tahun 2010 seluruh
produk yang masuk dalam kategori IL dilakukan penghapusan tarif bea masuk, dan
pada tahun 2012 ditetapkan PMK untuk penetapan tarif beras dan gula pada tahun
2013 (beras 30% dan gula 15% - 25%), 2014 (beras 30% dan gula 10% - 20%) dan
2015 (beras 25% dan gula 5% - 10%).
b. Pengaruh nilai kurs terhadap pendapatan bea masuk
Berdasarkan teori ekonomi mengenai hukum permintaan, hal tersebut dapat
diterapkan untuk menjelaskan pengaruh nilai kurs terhadap pendapatan negara.
Seperti yang telah diketahui bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka tingkat
permintaan atas barang tersebut semakin rendah. Sama seperti nilai kurs, saat nilai
kurs sedang tinggi maka semakin sedikit barang yang diimpor, begitu sebaliknya saat
nilai kurs sedang turun maka semakin banyak barang yang diimpor dari pada
normalnya. Sehingga semakin tinggi nilai kurs rupiah atas dolar maka semakin sedikit

barang yang diimpor oleh importir. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap
pendapatan negara, karena semakin sedikit barang yang diimpor maka semakin
sedikit pendapatan bea masuk yang diterima oleh negara.
c. Pengaruh Volume barang impor terhadap pendapatan negara
Setiap negara memiliki kebijakan masing-masing dalam membatasi atau
meningkatkan impor suatu barang. Apabila kebutuhan dalam negeri tidak dapat
dipenuhi sendiri atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri, maka tentu pemerintah
akan melakukan impor barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan. Selain barang
konsumsi seperti itu, pemerintah juga memiliki kebijakan untuk melakukan impor
atas barang yang tidak diproduksi di Indonesia namun sangat dibutuhkan untuk
pembangunan infrastruktur atau pengembangan industri.
Berdasarkan kebutuhan setiap negara yang berbeda-beda, maka volume impor
setiap negara berbeda-beda. Apabila volume impor meningkat maka pendapatan bea
masuk akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika volume impor suatu negara
menurun maka pendapatan bea masuk akan menurun.
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini, penulis akan meninjau dampak dari pelaksanaan MEA, baik
dampak dalam jangka pendek maupun dampak jangka panjang. Penulis akan
membandingkan pendapatan bea masuk yang terjadi pada tahun 2008 sampai tahun
2016 kuartal pertama terhadap implementasi cetak biru MEA 2015. Selain itu, penulis

juga akan membahas faktor-faktor lain selain pelaksanaan MEA 2015 yang dapat
mempengaruhi pendapatan bea masuk.
1. Dampak MEA 2015 dalam Jangka Pendek
Pelaksanaan MEA 2015 dilaksanakan oleh setiap negara anggota ASEAN
berdasarkan jadwal strategis yang telah ditetapkan dan disetujui bersama oleh semua
kepala negara. Demi mencapai MEA 2015 pemerintah Indonesia telah menetapkan
beberapa aturan untuk melaksanakan kegiatan perdagangan bebas antar-negara
anggota ASEAN sesuai dengan jadwal strategis. Berdasarkan ketetapan aturan-aturan
tersebut penulis akan meninjau dampaknya terhadap pendapatan bea masuk.
a. PMK No.127/PMK.011/2008 Perubahan atas PMK No.129/PMK.011/2007
Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor dalam Rangka Skema
Common Effective Preferential Tariff (CEPT)
Seperti yang sudah diketahui dalam PMK No.127/PMK.011/2008 pemerintah
menetapkan penghapusan tarif bea masuk atas 80% barang yang termasuk dalam
kategori IL dan menetapkan tarif atas barang dengan uraian Poliuretan. Perubahan ini
terjadi akibat perubahan ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature 2004 (AHTN2004) ke ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature 2007 (AHTN-2007).
Grafik III. 2 Pendapatan Bea Masuk Tahun 2008 - 2009

Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.


Berdasarkan Grafik III.2 dapat dilihat bahwa pendapatan bea masuk pada tahun
2008 lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendapatan bea masuk pada tahun 2009.
Dalam kegiatan perdagangan internasional, terdapat faktor-faktor yang memiliki
pengaruh terhadap pendapatan bea masuk yaitu tarif bea masuk, nilai kurs dan volume
impor. Berdasarkan pengaruh dari ketiga variabel tersebut terjadi selisih pendapatan
bea masuk antara pendapatan bea masuk tahun 2008 dengan tahun 2009 sebesar
Rp1.076.401.868.274,00.
Berdasarkan PMK No.127/PMK.011/2008 terjadi perubahan tarif atas produk
jenis Poliuretan menjadi 0% dan data dari Bank Indonesia nilai kurs pada tahun 2008
sebesar Rp9.680,00 sedangkan nilai kurs pada tahun 2009 sebesar Rp10.394,00.
Berdasarkan data dari BPS, volume impor yang terjadi dengan negara anggota
ASEAN pada tahun 2008 sebesar 33.813.116.796 Kg dan pada tahun 2009 sebesar
29.287.015.946 Kg.

Ketiga hal tersebut dapat dilihat korelasinya, bahwa ketika nilai kurs tinggi maka
volume impor akan menurun seperti yang terjadi pada tahun 2009. Jika dibandingkan
dengan tahun 2008, nilai kurs yang terjadi lebih rendah dari pada yang terjadi pada
tahun 2009 sehingga volume impor yang terjadi lebih tinggi dari pada volume impor
pada tahun 2009. Penurunan pendapatan juga terjadi karena adanya penghapusan tarif
atas Poliuretan akibat perubahan AHTN pada tahun 2007.
b. PMK No.128/PMK.011/2010 Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Barang
Impor dalam Rangka ASEAN Trade in Goods (ATIGA)
Dalam PMK No.128/PMK.011/2010 telah ditetapkan mulai 1 Januari 2010
pengenaan tarif bea masuk atas semua barang yang termasuk dalam kategori IL
adalah 0%. Sesuai dengan jadwal strategis untuk tahun 2010 - 2011 yang tercantum
dalam cetak biru MEA 2015, selambat-lambatnya pada tahun 2010 ASEAN-6 harus
sudah menghapuskan tarif bea masuk atas seluruh produk kecuali produk yang
termasuk dalam kategori SL dan HSL. Berdasarkan ketetapan tarif bea masuk yang
berlaku sejak 2010, pendapatan bea masuk pada tahun 2010 apabila dibandingkan
dengan pendapatan bea masuk pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
Rp905.335.675.911,00.
Grafik III. 3 Pendapatan Bea Masuk Tahun 2009 - 2010

Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.


Nilai kurs rata-rata pada tahun 2010 sebesar Rp9.084,00 dengan volume impor
sebesar 35,379,144,791 kg. Dapat dibandingkan dengan nilai kurs tahun 2009 sebesar
Rp10.394,00 volume impor yang terjadi sebesar 29.287.312.677 kg. Volume
perdagangan impor meningkat cukup signifikan, hal tersebut dapat dipengaruhi
karena adanya penghapusan tarif terhadap 20% produk yang termasuk dalam kategori
IL. Selain adanya pengaruh tarif, peningkatan volume impor juga terjadi karena
penurunan nilai kurs pada tahun 2010. Namun peningkatan volume impor tidak
meningkatkan pendapatan bea masuk, hal tersebut terjadi karena pengaruh
penghapusan tarif bea masuk dan nilai kurs yang juga menurun.
c. PMK No.208/PMK.011/2012 Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka
ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA)
Cetak biru MEA 2015 berisi jadwal strategis telah disepakati bersama oleh setiap
kepala negara anggota ASEAN. Dalam jadwal strategis tersebut pada fase tahun 20102011 telah ditetapkan untuk menyelesaikan jadwal pengurangan tarif bea masuk atas

barang impor yang termasuk dalam kategori SL dan HSL sesuai dengan tarif yang
disepakati bersama. Berdasarkan kesepakatan bersama, bagi Indonesia telah
ditetapkan bahwa penurunan tarif bea masuk untuk barang yang termasuk dalam
kategori SL dan HSL dimulai pada tahun 2013 sampai tahun 2015. Berdasarkan PMK
No.208/PMK.011/2012 tarif untuk komoditi beras pada tahun 2013 sebesar 30%, pada
tahun 2014 sebesar 30%, dan pada tahun 2015 sebesar 25%. Sedangkan tarif bea
masuk untuk gula pada tahun 2013 berkisar 15% - 25%, pada tahun 2014 berkisar
10% - 20%, pada tahun 2015 berkisar 5% - 10%. Sedangkan tarif normal yang
berlaku atas beras sebesar Rp450,00/kg dan tarif atas gula berkisar Rp550,00/kg
Rp790,00/kg. Namun berdasarkan data pendapatan bea masuk atas impor beras dan
gula, tidak semua barang menggunakan tarif dalam rangka ATIGA. Seperti pada tahun
2013 volume impor atas beras yang menggunakan tarif dalam rangka ATIGA sebesar
158.285.480 kg sedangkan volume impor atas beras total sebesar 275.104.438 kg
sehingga sebagian produk masih menggunakan tarif normal yaitu Rp 450,00/kg.
Sedangkan untuk komoditi gula, pada tahun 2013 tidak ada produk yang
menggunakan tarif dalam rangka ATIGA sehingga tarif bea masuk yang digunakan
adalah tarif normal. Hal tersebut disebabkan karena secara keseluruhan bea masuk
jika menggunakan tarif normal masih lebih murah dibandingkan menggunakan tarif
dalam rangka impor. Sedangkan pada komoditi gula pada taun 2015 jika
menggunakan tarif dalam rangka ATIGA lebih murah bea masuknya dibandingkan

menggunakan tarif normal. Oleh sebab itu, pada tahun 2015 banyak importir yang
telah menggunakan tarif dalam rangka ATIGA. Importir banyak menggunakan tarif
normal karena tarif normal tidak terpengaruh oleh nilai kurs yang sifatnya tidak tetap
dan nilai rupiah terhadap dollar sejak tahun 2013 sampai 2015 semakin lemah
sehingga nilai kurs semakin tinggi setiap tahunnya.
Tabel III. 4 Perbandingan Pendapatan Bea Masuk Berdasarkan
Tarif dalam Rangka ATIGA dan Normal
BEA MASUK BERAS
TAHUN
ATIGA (Rp)
NORMAL (Rp)
VOLUME (Kg)
2013
547.516.635.173,00
123.796.997.010,00
275.104.438
2014
1.329.540.573.847,00
307.272.588.705,00
682.827.975
2015
927.555.947.550,00
287.569.204.821,00
639.042.677
BEA MASUK GULA
TAHUN
ATIGA (Rp)
NORMAL (Rp)
VOLUME (Kg)
2013
276.169.866.395,00
165.158.245.000,00
270.789.100
2014
213.693.350.653,00
96.792.185.000,00
153.021.500
2015
54.091.756.713,00
112.125.950.000,00
183.941.000
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.
Pendapatan bea masuk pada tahun 2013 mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan pendapatan bea masuk tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi karena
adanya perubahan tarif dalam rangka pelaksanaan MEA 2015. Dapat dilihat dari
pengenaan tarif bea masuk atas beras dan gula yang terjadi pada tahun 2012 adalah
tarif normal dan pada tahun 2013 sebagian produk beras menggunakan tarif normal
sedangkan sebagian produk menggunakan tarif dalam rangka ATIGA serta seluruh
produk gula yang diimpor pada tahun tersebut juga menggunakan tarif normal.

Tabel III. 5 Pendapatan Bea Masuk Beras dan Gula Tahun 2012 - 2013
Bea Masuk (Rp)
Tahun
Beras
Gula
2012
551.531.502.000
179.929.795.000
2013
133.814.526.795
23.650.000.000
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan
Nilai rata-rata kurs yang terjadi pada tahun 2012 sebesar Rp9.380,00 dan pada
tahun 2013 sebesar Rp10.451,00. Nilai kurs yang tinggi mengakibatkan volume impor
yang terjadi pada tahun 2013 menurun. Volume impor atas beras dan gula yang terjadi
pada tahun 2012 sebesar 1.744.341.863 kg dan pada tahun 2013 sebesar 545.893.538
kg. Sehingga penurunan pendapatan bea masuk atas beras dan gula mengalami
penurunan karena adanya pengaruh penurunan tarif atas beras dan penurunan volume
impor yang terjadi pada tahun tersebut.
Akibat perubahan tarif yang terjadi, pendapatan bea masuk pada tahun 2013
mengalami penurunan. Sedangkan pendapatan bea masuk pada tahun 2014
mengalami peningkatan dibandingkan pendapatan bea masuk pada tahun 2013.
Perubahan tarif bea masuk dalam rangka ATIGA atas komoditi gula mengalami
penurunan pada tahun 2014 sedangkan tarif yang berlaku untuk komoditi beras masih
sama dengan tarif yang berlaku pada tahun 2013. Namun, pada tahun 2014 baik dari
komoditi beras maupun gula tidak ada yang menggunakan tarif dalam rangka ATIGA
sehingga tarif yang digunakan adalah tarif normal. Hal tersebut terjadi karena
tingginya nilai kurs pada tahun 2014 yang menyebabkan pengenaan bea masuk

apabila menggunakan tarif dalam rangka ATIGA menjadi lebih mahal jika
dibandingkan menggunakan tarif normal.
Tabel III. 6 Pendapatan Bea Masuk Beras dan Gula Tahun 2013 - 2014
Bea Masuk (Rp)
Tahun
Beras
Gula
2013
133.814.526.795,00
23.650.000.000,00
2014
350.419.110.705,00
125.930.000.000,00
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan
Pendapatan bea masuk atas beras dan gula mengalami peningkatan. Nilai kurs
rata-rata pada tahun 2014 sebesar Rp11.878,00 dengan volume impor atas beras dan
gula sebesar 835.849.475 kg. Sedangkan pada tahun 2013 nilai kurs yang terjadi
sebesar Rp10.451,00 dengan volume impor atas beras dan gula sebesar 545.893.538
kg. Volume impor atas beras pada tahun 2014 sebesar 682.827.975 kg dan volume
impor atas gula sebesar 153.021.500 kg. Jika dibandingkan dengan volume impor
pada tahun sebelumnya, volume impor yang terjadi atas beras meningkat secara
signifikan dan volume impor atas gula mengalami penurunan.
Kenaikan volume impor beras dapat terjadi dalam keadaan tertentu walaupun nilai
kurs sedang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena adanya kebijakan dari pemerintah
berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014 yang
menyatakan bahwa impor beras dilakukan untuk keperluan stabilisasi harga,
penanggulangan keadaan darurat, masyarakat miskin dan kerawanan pangan sebagai
cadangan yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan oleh pemerintah. Berdasarkan

riwayat bencana alam yang terjadi pada tahun 2014, telah terjadi bencana gunung
berapi seperti letusan Gunung Kelud dan Sinabung serta erupsi Gunung Sangeang
Bima dan Slamet. Selain bencana gunung berapi, pada tahun 2014 Indonesia juga
mengalami banjir besar di Aceh dan Manado. Hal ini menyebabkan pemerintah
melakukan impor beras lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang menjadi korban atas bencana alam tersebut.
Sehingga peningkatan volume impor beras yang tinggi pada tahun 2014
mengakibatkan pendapatan bea masuk meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2015, pendapatan bea masuk mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan pendapatan bea masuk pada tahun 2014. Pengenaan tarif atas beras pada tahun
2015 adalah tarif normal, sedangkan untuk komoditi gula sebagian produk yang
diimpor menggunakan tarif dalam rangka ATIGA dan sebagian produk menggunakan
tarif normal.

Tabel III. 7 Pendapatn Bea Masuk Beras dan Gula Tahun 2014 - 2015
Bea Masuk (Rp)
Tahun
Beras
Gula
2014
350.419.110.705,00
125.930.000.000,00
2015
290.821.129.821,00
37.409.916.485,00
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.

Pendapatan bea masuk atas beras mengalami penurunan dibandingkan tahun


sebelumnya karena volume impor yang terjadi pada tahun 2015 juga mengalami
penurunan. Nilai volume impor atas beras pada tahun 2015 sebesar 639.042.677 kg
sedangkan pada tahu 2014 volume impor sebesar 682.827.975 kg. Volume impor atas
beras yang terjadi pada tahun 2015 mengalami penurunan yang tidak signifikan
walaupun kenaikan nilai kurs sangat signifikan. Penurunan volume impor dikatakan
tidak terlalu signifikan karena mengingat kejadian pada tahun 2014 bahwa volume
impor meningkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akibat keadaan darurat
karena terjadi beberapa bencana alam yang besar pada tahun tersebut. Berdasarkan
Permendag Nomor 103/M-DAG/PER/12/2015 kebijakan melakukan impor beras
pada tahun 2015 dilakukan dalam rangka menjaga ketahanan pangan dalam rangka
penanggulanggan kerawanan pangan. Dalam hal mengantisipasi ketersediaan pangan
nasional akibat adanya kemunduran waktu panen pada tahun 2016 karena pengaruh
El Nino. Berdasarkan laporan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) status El Nino moderate (sedang) terjadi pada bulan Juli - November 2015,
hal ini menyebabkan kemunduran musim hujan yang seharusnya terjadi pada bulan
Oktober menjadi bulan Desember. Kemunduran musim hujan mengakibatkan
kemunduran waktu tanam, sehingga pemerintah menetapkan bahwa akan melakukan
impor beras untuk mengantisipasi kekurangan kebutuhan beras pada tahun 2016.
Pengaruh kebijakan pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan mengakibatkan

volume impor atas beras tinggi pada tahun 2015 yang mengakibatkan pendapatan bea
masuk juga tinggi walaupun mengalami penurunan dibangingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan Tabel III.8 pendapatan bea masuk atas gula menurun walaupun
volume impor atas gula yang terjadi pada tahun 2015 sebesar 183.941.000 kg yang
jika dibandingkan dengan volume impor atas gula pada tahun sebelumnya hanya
sebesar 153.021.500 kg. Namun, kenaikan volume impor tidak membuat pendapatan
bea masuk atas gula menjadi meningkat. Hal tersebut terjadi karena adanya produk
yang menggunakan tarif dalam rangka ATIGA dan pembebasan bea masuk dalam
rangka

ekspor

yang

diatur

dalam

Keputusan

Menteri

Keuangan Nomor

615/KMK.01/1997. Berdasarkan KMK tersebut, nilai bea masuk yang dibebaskan


sebesar Rp41.791.400.000,00. Sedangkan, delapan transaksi impor atas gula yang
menggunakan tarif normal pada tahun 2015 memiliki nilai bea masuk yang lebih
besar jika dibandingkan dengan bea masuk yang menggunakan tarif dalam rangka
ATIGA.
Tabel III. 8 Perbandingan bea masuk berdasarkan
tarif normal dan tarif dalam rangka ATIGA
Bea Masuk (Rp)
Tarif Normal
Tarif dalam rangka ATIGA
33.550.000.000,00
14.703.962.124,00
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.
Berdasarkan perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa pendapatan bea masuk
yang

hilang

karena

menggunakan

tarif

dalam

rangka

ATIGA

sebesar

Rp18.846.037.876,00. Berdasarkan kedua hal tersebut, total pendapatan bea masuk


atas komoditas gula yang hilang sebesar Rp60.637.437.876,00.
2. Dampak MEA 2015 dalam Jangka Panjang
Dalam jangka pendek pelaksanaan MEA mengakibatkan pendapatan negara
mengalami penurunan. Namun dalam jangka panjang pelaksanaan MEA dapat
memberikan potensi yang baik bagi pemerintah Indonesia apabila pemerintah dapat
menyesuaikan diri agar dapat bersaing dengan negara anggota ASEAN lainnya.
Indonesia memiliki peluang yang sangat besar terhadap pelaksanaan MEA, hal
tersebut dinyatakan dalam buku Yuliandre Darwis (2014 : 71) bahwa Indonesia
memiliki potensi yang besar untuk untuk dapat bersaing dengan negara-negara
ASEAN lainnya berdasarkan konsistensi pertumbuhan perekonomian dan tingkat
daya beli masyarakat yang masih terjaga. Selain itu, Indonesia juga memegang pasar
terbesar di ASEAN melihat jumlah penduduk Indonesia merupakan 40% dari jumlah
penduduk kawan ASEAN dan Indonesia memiliki sumber daya terbesar di ASEAN.
Berdasarkan hal tersebut, penulis akan membahas tantangan apa saja yang perlu
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara.
a. Menciptakan iklim usaha yang kondusif
Dalam jangka pendek perdagangan bebas barang memberikan dampak penurunan
pendapatan negara dari pendapatan bea masuk. Namun dari sisi lain, pelaksanaan
MEA yang kompetitif dapat memberikan peluang bagi Indonesia dengan cara

memperkuat pasar domestik dan meningkatkan ekspor. Dalam hal memperkuat pasar
domestik pemerintah perlu memberikan dukungan kepada para pelaku usaha dengan
melakukan

penyederhanaan

regulasi

dan

melakukan

pengembangan

sistem

kepabeanan untuk menekan biaya. Sehingga para pelaku usaha dapat meningkatkan
ekspor dan secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan negara.
Berdasarkan jumlah penduduk, Indonesia merupakan pasar terbesar di kawasan
ASEAN maka dengan memperkuat pasar domestik dan meningkatkan ekspor
Indonesia dapat meningkatkan pendapatan negara dari pendapatan Pajak Penghasilan
(PPh). Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 pasal 22 wajib pajak yang berkaitan
dengan kegiatan perdagangan barang akan dipungut pajak berdasarkan objek dan jenis
transaksinya. Oleh sebab itu, setiap kegiatan ekspor dan impor akan dikenakan PPh 22
sesuai dengan ketentuan tarif yang berlaku. Apabila pemerintah bisa terus
mengembangkan sistem dan dapat menciptakan iklim usaha yang baik bagi
pengusaha, pemerintah tidak perlu khawatir dengan penurunan pendapatan negara
dari segi pendapatan bea masuk karena pemerintah dapat meningkatkan pendapatan
dari segi pendapatan PPh.
Selain melakukan penyederhanaan regulasi dan pengembangan sistem,
pemerintah juga perlu melakukan standardisasi terhadap produk dalam negeri.
Melakukan standardisasi akan memberikan perlindungan bagi konsumen terhadap
kualitas produk dalam negeri lebih terjamin. Kepercayaan konsumen terhadap suatu

barang sangat penting dan perlu dijaga sehingga tidak hanya pemerintah saja yang
terus berperan dalam meningkatkan ekspor, pelaku usaha juga perlu meningkatan
kualitas. Dalam hal menjaga kualitas produk dalam negeri, pemerintah juga perlu
melakukan evaluasi terhadap produk-produk dalam negeri dengan melakukan
sertifikasi secara berkala.
Pelaksaan MEA menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang memiliki daya saing
tinggi sehingga pelaku usaha perlu melakukan inovasi secara terus-menerus agar
produk dalam negeri tidak kalah menarik dengan produk dari negara lain. Hal ini
dapat dilakukan pemerintah melalui bantuan penanaman modal kepada pelaku Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Selain itu, pemerintah juga dapat mendukung
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas pelaku usaha untuk berbagi
pengalaman, memotivasi, dan mengembangkan kemampuan pelaku usaha Indonesia.
b. Standarisasi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Pelaksanaan MEA secara keseluruhan menyangkut kebebasan dalam perdagangan
barang, jasa, tenaga kerja, bebas berinvestasi dan semakin bebas dalam melakukan
perdagangan dalam pasar uang. Dalam hal aliran bebas tenaga kerja profesional,
tenaga kerja asing dapat bekerja di Indonesia begitu juga sebaliknya penduduk
Indonesia dapat bekerja di negara lain dalam kawasan ASEAN. Penduduk Indonesia
yang banyak tentu akan menajadikan Indonesia sebagai sasaran bagi negara lain untuk
membuka usaha atau untuk bekerja. Bagi negara lain, di Indonesia peluang untuk

memperoleh pekerjaan sebagai tenaga profesional sangat besar. Selain itu, peluang
untuk membuka usaha juga besar mengingat Indonesia merupakan pasar yang besar
dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang besar juga.
Terkait akan semakin banyaknya tenaga kerja profesional asing yang akan bekerja
di Indonesia maka akan ada peningkatan pendapatan negara dari pendapatan PPh 21
dan PPh 26. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 wajib pajak berkewarganegaraan
asing yang tinggal di Indonesia apabila menerina gaji, tunjangan, bonus atau imbalan
lainnya akan dikenakan pemotongan pajak atas penerimaannya itu. dapat dikenakan
pemotongan pajak atas hasil yang diterimanya. Pemotongan pajak dapat berdasarkan
pasal 21 maupun pasal 26. Pemotongan berdasarkan PPh 21 dilakukan bila tenaga
kerja asing tersebut menjadi wajib pajak dalam negeri dan dikenakan PPh 26 apabila
tenaga kerja asing tersebut merupakan wajib pajak luar negeri. Penentuan seorang
tenaga kerja merupakan wajib pajak dalam negeri atau luar negeri dilakukan dengan
menghitung berapa lama keberadaan tenaga kerja asing tersebut di Indonesia. Apabila
tenaga kerja asing tersebut berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam dua
belas bulan maka tenaga kerja asing tersebut merupakan wajib pajak luar negeri.
Namun, jika tenaga kerja asing tersebut lebih dari 183 hari berada di Indonesia dalam
dua belas bulan maka tenaga kerja asing tersebut termasuk dalam wajib pajak dalam
negeri. Pengenaan pajak bagi tenaga kerja asing yang termasuk dalam wajib pajak
dalam negeri akan dikenakan tarif umum yaitu tarif progresif sebesar 5%, 15%, 25%,

dan 30% atas Penghasilan Kena Pajak (PKP). Sedangkan apabila tenaga kerja asing
tersebut termasuk dalam kategori wajib pajak luar negeri maka akan dikenakan tarif
tunggal yaitu sebesar 20% atas penghasilannya tanpa ada pengurangan apapun.
Berdasarkan ketentuan pajak tersebut tentu dengan bebasnya tenaga kerja asing
bekerja di Indonesia tentu akan meningkatkan pendapatan negara dari sisi pajak
penghasilan. Pemerintah perlu memperhatikan hal ini, karena banyak negara yang
mengincar Indonesia untuk mengambil pasar dan sumber daya Indonesia. Pemerintah
perlu melakukan sertifikasi tenaga kerja profesional di Indonesia agar ketika
dibandingkan dengan tenaga kerja asing tidak kalah kualitasnya. Selain agar tidak
kalah kualitas dengan tenaga kerja asing, sertifikasi dilakukan agar posisi-posisi
pekerjaan di Indonesia tidak dipenuhi oleh tenaga kerja asing dan alangkah lebih baik
jika tenaga kerja profesional Indonesia dapat bersaing dengan tenaga kerja asing di
luar Indonesia.
Selain melakukan sertifikasi, pemerintah juga perlu mengadakan programprogram untuk pengembangan kemampuan dan kompetensi tenaga kerja profesional
di Indonesia. Selain pemerintah, masyarakat pun perlu melakukan usaha sekreatif
mungkin untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensinya melalui berbagai
cara seperti membentuk komunitas sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dan
mempelajari hal-hal baru yang dapat menunjang pekerjaan.

Tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah sehingga tidak hanya tenaga
kerja profesional saja yang menjadi perhatian untuk melaksanakan MEA ini, namun
pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh daerah agar SDM
Indonesia dikemudian hari tetap terjaga kualitasnya dan alangkah lebih baik jika lebih
dari pada tenaga kerja profesional yang sekarang. Selain itu sosialisasi tentang
pelaksanaan MEA kepada masyarakat umum juga diperlukan agar masyarakat dapat
lebih cerdas dalam memilih produk. Sosialisasi dapat memberikan pengetahuan bagi
masyarakat Indonesia untuk lebih cinta menggunakan produk dalam negeri. Hal
tersebut akan sangat berpengaruh untuk memperkuat pasar domestik yang dapat
mempengaruhi pendapatan negara.
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur
Kebebasan melakukan investasi di negara-negara ASEAN menjadikan peluang
bagi Indonesia untuk menghimpun atau mengajak negara-negara ASEAN untuk
berinvestasi di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan investasi di Indonesia,
pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur agar proses produksi barang dan jasa
dapat lebih efisien dan efektif.
Indonesia memiliki SDA yang besar sehingga dapat dipastikan banyak investor
yang ingin berinvestasi di Indonesia, namun hal tersebut memerlukan fasilitas seperti
sarana prasarana transportasi yang memadai, ketersedian tekonologi dan informasi
yang memadai di setiap daerah untuk menunjang sistem pengelolaan SDA.

Pemerintah perlu melakukan percepatan pembangunan infrastruktur karena jika


dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand
infrastruktur Indonesia masih tertinggal. Hal tersebut dapat dilihat dari akses
transportasi yang dimiliki negara Indonesia jauh tertinggal dibangingkan dengan
transportasi di negara-negara tersebut. Ketersediaan jaringan, tekonologi dan
informasi di Indonesia masih terbatas, padahal hal tersebut sangat menunjang dalam
membuat sistem manajemen untuk mengelola SDA. Selain itu, pelaksanaan distribusi
dan pengelolaan SDA melalui sarana prasarana dan sistem yang memadai akan
meningkatkan produktifitas usaha di Indonesia sehingga investor akan lebih percaya
apabila melakukan investasi di Indonesia.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya, Penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa MEA dapat memberikan dampak bagi pendapatan negara baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Secara umum penurunan atau
peningkatan pendapatan negara dalam jangka pendek tidak hanya dipengaruhi oleh
pelaksanaan MEA. Namun dalam jangka panjang, Indonesia memiliki potensi untuk
menjadi pemimpin dalam pelaksanaan MEA yang akan berdampak peningkatan
pendapatan negara tetapi Indonesia juga memiliki potensi untuk menjadi pasar bagi
negara ASEAN lain. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1.

Dampak MEA dalam jangka pendek


a. Penghapusan tarif bea masuk dalam rangka pelaksanaan MEA mengakibatkan
penurunan pendapatan negara dari pendapatan bea masuk. Hal tersebut dapat
dilihat dari pendapatan bea masuk pada tahun 2010 yang mengalami
penurunan dibangingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya. Sedangkan

51

52

volume impor yang terjadi pada tahun tersebut lebih tinggi dibandingkan
volume impor tahun sebelumnya.
b. Pendapatan bea masuk selain dipengaruhi oleh besaran tarif, bea masuk juga
dipengaruhi oleh nilai kurs. Seperti yang terjadi pada tahun 2009, selain
adanya penghapusan tarif atas poliuretan nilai kurs yang terjadi pada tahun
tersebut juga tinggi. Nilai kurs yang tinggi menyebabkan penurunan volume
impor apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penghapusan tarif dan
penurunan volume impor akibat nilai kurs yang tinggi menyebabkan
penurunan pendapatan bea masuk.
c. Pendapatan bea masuk juga dipengaruhi oleh volume impor. Hal ini teradi
ketika ada kebijakan dari pemerintah untuk meningkatkan volume impor baik
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun untuk menjaga
ketersediaan barang di Indonesia. Seperti yang terjadi pada tahun 2014 dan
2015, adanya kebijakan dari pemerintah untuk melakukan impor beras untuk
ketahanan pangan nasional.
d. Penurunan tarif yang terjadi dalam rangka pelaksanaan MEA tidak selamanya
menguntungkan importir. Seperti yang terjadi akibat perubahan dan penurunan
tarif atas beras dan gula dari tahun 2013 sampai 2015. Perubahan penggunaan
tarif dari yang sebelumnya menggunakan tarif spesifik menjadi tarif

53

advolerum menjadikan importir harus berhati-hati dalam menentukan akan


menggunakan tarif normal atau tarif dalam rangka ATIGA. Penurunan tarif
dalam ATIGA tidak menjadikan bea masuk atas beras dan gula menjadi lebih
murah jika dibandingkan menggunakan tarif normal. Hal ini yang
menyebabkan penggunaan tarif dalam rangka ATIGA sejak tahun 2013 tidak
menjadi pilihan bagi banyak importir.
2. Dampak MEA dalam jangka panjang
Dalam jangka panjang Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi
negara yang semakin maju dengan adanya pelaksanaan MEA. Namun tidak
menutup kemungkinan juga Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi produk dari
luar negeri. Indonesia memiliki banyak hal yang harus dibenahi agar bisa siap
menghadapi perdagangan bebas ini. Secara umum pemerintah memiliki beberapa
tantangan untuk pelaksanaan MEA, yaitu :
a. Menciptakan iklim usaha yang kondusif
Pemerintah memiliki tujuan untuk memperkuat pasar domestik dan
meningkatkan ekspor produk dalam negeri sehingga pemerintah perlu
melakukan penyederhanaan regulasi dan pengembangan sistem kepabeanan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mendukung kinerja pengusaha Indonesia.
Sekarang ini peraturan yang ada di Indonesia masih belum sepenuhnya

54

berpihak kepada pengusaha sehingga penyederhanaan regulasi sangat


diperlukan untuk mencapai tujuan. Selain itu, pemerintah juga perlu
melakukan standarisasi terhadap produk dalam negeri dengan melakukan
pelabelan terhadap suatu produk. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan
kepercayaan dan perlindungan kepada konsumen bahwa produk tersebut layak
dan memiliki kualitas yang baik.

b. Standarisasi kualitas SDM


Pemerintah perlu melakukan standarisasi kualitas SDM agar tenaga kerja
Indonesia dapat bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri. Standarisasi
dilakukan melalui sertifikasi tenaga kerja profesional sesuai dengan standar
internasional. Selain itu, pemerintah juga perlu mengembangkan sistem
pendidikan di Indonesia agar SDM masyarakat Indonesia dikemudian hari
semakin baik. Hal ini perlu dilakukan karena semakin hari global akan
semakin kompetitif sehingga masyarakat Indonesia tidak hanya berkompetisi
dengan negara-negara anggota ASEAN saja nantinya tetapi dengan negaranegara lain secara global. Selain melakukan standarisasi, sekarang ini
pemerintah perlu melakukan sosialisasi agar masyarakat Indonesia dapat lebih

55

cinta produk dalam negeri. Hal ini akan memperkuat pasar domestik dan akan
mencegah penguasaan pasar oleh produk luar negeri di Indonesia.
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur
Indonesia memiliki SDA yang besar sehingga banyak investor yang tertarik
dengan Indonesia. Namun, hal ini harus diimbangi dengan infrastruktur yang
baik untuk menunjang pengelolaannya. Apabila SDA yang dimiliki tidak dapat
diproduksi dengan dengan baik maka hasilnya tidak maksimal. Pemerintah
perlu meningkatkan pembangunan infrastruktur agar semakin banyak investasi
yang masuk ke Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah disampaikan, Penulis akan memberikan saran
yang mungkin dapat menjadi solusi dalam pelaksanaan MEA, diantaranya.
1. Dalam rangka melakukan standarisasi produk dalam negeri berskala
internasional,

pemerintah

perlu

memberi

bantuan

untuk

pengadaan

standarisasi tersebut agar semua pengusaha mau untuk melakukan proses


standarisasi. Banyak pengusaha yang tidak melakukan standarisasi karena
biaya yang diperlukan cukup mahal sehingga pemerintah perlu melakukan
pengadaan untuk proses standarisasi produk dalam negeri.

56

2. Memperluas sertifikasi tenaga kerja profesional hingga ke daerah sehingga


tidak ada ketimpangan antara yang di pusat kota maupun di daerah.
3. Dalam hal pengembangan infrastruktur, pemerintah perlu memperhatikan
infrastruktur dalam menyediakan jaringan internet dan perbaikan server untuk
fasilitas kepabeanan. Hal ini perlu dilakukan untuk mempercepat prosesproses kepabeanan melalui percepatan pengembangan sistem. Seperti proses
administrasi sebaiknya dapat dilakukan secara online oleh pelaku usaha
sehingga tidak perlu menunggu waktu operasional kantor untuk melakukan hal
tersebut.
4. Dalam hal mempersiapkan SDM menghadapi persaingan global, pemerintah
perlu membuat program-program untuk mengembangkan kemampuan bahasa
asing dan teknik untuk berbicara di depan umum (public speaking). Hal ini
diperlukan agar masyarakat Indonesia dapat berkembang dan lebih maju
dibandingkan SDM dari negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

A. Bagian Pertama
Ali, Muhammad. 8 Bencana Alam Terdahsyat di Indonesia Sepanjang 2014. [Online].
http://news.liputan6.com/read/2152742/8-bencana-alam-terdahsyat-diindonesia-sepanjang-2014 (diakses 22 Juni 2016)
Arifin, Sjamsul, Rizal A. Djaafara, Aida S. Budiman. 2008. Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) 2015 : Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi
Global. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Aryana, I Made. 2011. Pengaruh Tarif Bea Masuk, Kurs dan Volume Impor Terhadap
Penerimaan Bea Masuk di Indonesia. Tesis program pascasarjana di
Universitas Udayana Denpasar. [pdf]. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/
pdf_thesis/unud-322-1163522042-thesis%20pak%20aryana.pdf

(diakses

Juni 2016)
Darwis, Yuliandre. 2014. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 : Prospek
Pengusaha Muda Indonesia Berjaya di Pasar ASEAN. Jakarta: Kakilangit
Kencana.
FP-Online. Monitoring Perkembangan El Nino 2015 dan Antisipasi Dampaknya di
Indonesia.http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Sestama/Humas/MONITORING_P
ERKEMBANGAN_EL_NINO_2015_DAN_ANTIPASI_DAMPAKNYA_DI_INDO
NESIA.bmkg (diakses 24 Juni 2016)

Primadhyta, Safyra. 2015. Dampak El Nino Sudah Diperhitungkan Pemerintah.


[Online].

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150807063024-92-70

607/dampak-el-nino-sudah-diperhitungkan-pemerintah/ (diakses 24 Juni 2016)

57

58

Tim Penulis dari Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. 2010. Cetak Biru
Komunitas Ekonomi ASEAN : ASEAN Economic Community Blueprint.
Jakarta : Kementerian Luar Negeri.
Tim Penulis dari Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional.2008.
Menuju ASEAN Economic Community2015. [pdf]. http://ditjenkpi.kemendag.
go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku%20Menuju%20ASEAN%20ECONOMIC
%20COMMUNITY%202015.pdf (diakses 4 Juni 2016)

B. Bagian Kedua
Republik Indonesia. 2006. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Sekretariat Negara. Jakarta.
-------------. 2008. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan. Sekretariat Negara. Jakarta.
-------------. 2007. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.011/2007 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor dalam Rangka Skema Common
Effective Preferential Tariff (CEPT). Berita Negara RI. Kementerian Keuangan
Republik Indonesia. Jakarta.
-------------. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.011/2008 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.011/2007
tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor dalam Skema Common
Effective Preferential Tariff (CEPT). Berita Negara RI. Kementerian Keuangan
Republik Indonesia. Jakarta.
-------------. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK.011/2009 tentang
Perubahan Klasifikasi dan Penetapan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor
Produk-Produk Tertentu dalam Rangka Skema Common Effective Preferential

59

Tariff (CEPT). Berita Negara RI. Kementerian Keuangan Republik Indonesia.


Jakarta.
-------------. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.011/2010 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor dalam Rangka ASEAN Trade
in Goods Agreement (ATIGA). Berita Negara RI. Kementerian Keuangan
Republik Indonesia. Jakarta.
-------------. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.011/2012 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN Trade in Goods Agreement
(ATIGA). Berita Negara RI. Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Jakarta.
-------------. 2014. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014
tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras. Berita Negara RI. Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia. Jakarta.
-------------. 2015. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 103/M-DAG/PER/12/2015
tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras. Berita Negara RI. Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia. Jakarta.
-------------. 1997. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 615/KMK.01/1997 tentang
Pembebasan dan Pengembalian Bea Masuk dan atau Cukai serta Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Tidak Dipungut
atas Impor Barang dan atau Bahan untuk Diolah, Dirakit atau Dipasang pada
Barang Lain dengan Tujuan untuk Diekspor dan Pengawasannya. Berita
Negara RI. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pendapatan bea masuk dari negara-negara ASEAN dari tahun 2008 - 2016 kuartal
pertama

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

No
1
2
3

Tahun 2008
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2009
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2010
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC

60

Bea Masuk (IDR)


15,325,644
1,869,462,375
26,962,844
654,954,739,250
577,409,995
64,234,745,474
719,783,913,083
2,013,814,737,968
201,435,403,883

Bea Masuk (IDR)


26,487,300
1,429,019,479
4,764,111
584,007,586,172
516,987,129
59,941,808,986
634,200,971,057
1,218,802,209,211
81,380,998,797

Bea Masuk (IDR)


74,147,749
1,916,406,046
0

4
5
6
7
8
9

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

No

MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2011
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2012
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM

Tahun 2013
Nama Negara

282,665,183,596
378,052,353
29,039,794,276
421,620,145,048
692,648,829,781
246,632,597,482

Bea Masuk (IDR)


261,628,756
3,635,762,209
80,708,666
271,355,576,486
879,085,627
44,675,233,134
568,575,193,951
623,068,876,681
528,654,962,794

Bea Masuk (IDR)


250,925,620
4,908,640,976
458,231,859
304,429,778,706
5,531,404,571
46,441,971,640
547,585,073,568
720,215,781,711
586,880,996,424

Bea Masuk (IDR)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2014
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM

Tahun 2015
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM

237,867,672
10,211,897,618
6,283,420,003
362,950,027,912
8,412,030,378
39,081,537,752
799,809,803,744
723,030,767,616
241,164,285,639

Bea Masuk (IDR)


2,756,098,697
13,728,458,791
54,734,118,845
314,348,524,987
9,461,934,954
35,309,618,077
927,762,997,412
782,831,207,129
296,055,138,633

Bea Masuk (IDR)


60,614,708
19,054,561,936
478,947,645
303,803,759,800
8,606,825,839
39,195,143,393
617,274,981,096
590,905,042,145
410,853,537,890

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kuartal 1 Tahun 2016


Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM

Bea Masuk (IDR)


5,305,652
9,162,313,503
0
100,543,733,713
1,561,459,961
15,039,457,942
186,362,469,913
399,860,912,716
301,926,294,475

Anda mungkin juga menyukai