Diajukan oleh :
Ro Intan Glorianna Sianturi
NPM : 133010004167
TANGERANG SELATAN
PERSETUJUAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR
NAMA
: 133010004167
JURUSAN
: KEUANGAN NEGARA
: DIPLOMA III KEBENDAHARAAN
PROGRAM STUDI
NEGARA
: PENDAPATAN NEGARA
: DAMPAK MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN (MEA) 2015
TERHADAP PENDAPATAN
NEGARA
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen Keuangan,
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Aprijon, S. E., M. M.
NIP. 196902121991031001
NIP 197002121996031001
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
iii
: 133010004167
JURUSAN
: KEUANGAN NEGARA
PROGRAM STUDI
: PENDAPATAN NEGARA
: DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI
ASEAN (MEA) 2015 TERHADAP
PENDAPATAN NEGARA
Tangerang Selatan,
2016
1. ............................................
Aprijon, S. E., M. M.
NIP 197002121996031001
2. ............................................
Aprijon, S. E., M. M.
NIP 197002121996031001
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN
PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA TULIS TUGAS AKHIR
iv
NAMA
: 133010004167
JURUSAN
: KEUANGAN NEGARA
PROGRAM STUDI
: PENDAPATAN NEGARA
Dengan ini menyatakan bahwa sesungguhnya Karya Tulis Tugas Akhir ini
adalah hasil tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan
tulisan yang saya salin atau tiru tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Bila terbukti saya melakukan tindakan plagiarisme, saya siap dinyatakan tidak lulus
dan dicabut gelar yang telah diberikan.
Tangerang Selatan, 11 Juli 2016
Yang memberi pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah membimbing dan
menyertai penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Tugas Akhir dengan judul
DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 TERHADAP
PENDAPATAN NEGARA. Penulis menyusun Karya Tulis Tugas Akhir ini untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III Kebendaharaan Negara di
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Penulis bersyukur karena Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat terselesaikan
dengan baik. Hal tersebut tentu berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada.
1. Kedua orang tua, Bapak Galopong Sianturi dan Ibu Merry Aitonam atas doa,
perhatian dan dukungan yang diberikan kepada penulis, serta adik yang selalu ikut
mendoakan dan mengingatkan untuk menyelesaikan tugas ini.
2. Bapak Kusmanadji, Ak., M.B.A., selaku Direktur Politeknik Keuangan Negara
STAN.
3. Bapak Agus Sunarya S., Ak., M.Si., selaku Ketua Jurusan Keuangan Negara.
4. Bapak Aprijon, S. E., M. M., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
nasihat dan arahan kepada penulis selama menyusun Karya Tulis Tugas Akhir ini.
5. Bapak/Ibu Widyaiswara dan Dosen Politeknik Keuangan Negara STAN atas ilmu
6. Bapak/Ibu pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang telah membantu dan
mendukung satu sama lain dalam menyusun Karya Tulis Tugas Akhir ini.
9. Teman-teman kos Griya Soegi Cantique yang memberikan kecerian dan mau
mendengarkan setiap masalah selama menyusun Karya Tulis Tugas Akhir ini.
10. Teman-teman sixstars yang selalu mendukung dan membantu satu sama lain
Kebendaharaan Negara satu angkatan 2013 yang selalu solid selama tiga tahun
menempuh ujian dan berkuliah bersama.
Penulis mengetahui bahwa Karya Tulis Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna namun kiranya Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga
dapat menciptakan karya ilmiah yang lebih baik lagi kedepannya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
vii
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A.
Latar Belakang.............................................................................................
B.
Tujuan Penulisan..........................................................................................
C.
D.
Metode Penelitian.........................................................................................
E.
Sistematika Penulisan...................................................................................
A.
B.
11
C.
15
D.
16
18
A.
Landasan Teori.............................................................................................
18
B.
Pembahasan..................................................................................................
27
43
A.
43
Simpulan.......................................................................................................
iii
B.
Saran.............................................................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
48
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik II. 1
Grafik III. 1
Grafik III. 2
Grafik III. 3
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1
Tabel II. 2
Tabel II. 3
Tabel II. 4
Tabel II. 5
Tabel III. 1
Tabel III. 2
Tabel III. 3
Tabel III. 4
Tabel III. 5
Tabel III. 6
Tabel III. 7
Tabel III. 8
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASEAN merupakan organisasi negara-negara Asia Tenggara yang dibentuk
dengan tujuan untuk menjadi negara yang makmur dan hidup dalam damai. Dalam
rangka mencapai hal tersebut, para pemimpin ASEAN menyepakati pembentukan
komunitas atau masyarakat ASEAN pada tahun 2020 yang dilaksanakan dalam
Deklarasi ASEAN Concord II pada tahun 2003. Masyarakat ASEAN tersebut terdiri
dari tiga pilar, yakni Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi
ASEAN, dan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN. Namun pada tahun 2007, para
pemimpin ASEAN memutuskan untuk mempercepat pembentukan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015.
MEA merupakan bentuk integrasi ekonomi ASEAN dengan terealisasinya
perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menjadikan
ASEAN sebagai kawasan yang stabil dalam perekonomian, makmur, dan kompetitif.
Hal tersebut dilaksanakan dengan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal yang
berbentuk basis produksi dalam bentuk perdagangan bebas barang, jasa, investasi,
modal, dan pasar tenaga kerja antar negara ASEAN. Dalam cetak biru MEA 2015
telah disepakati dua belas sektor yang menjadi prioritas integrasi ekonomi ASEAN
yaitu sektor pariwisata, kesehatan, logistik, penerbangan, komunikasi dan
informatika, pertanian, kayu, karet, otomotif, tekstil atau garmen, elektronik, dan
perikanan. Dengan dilaksanakannya MEA tentu akan menimbulkan dampak dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang terkait dengan ke-12 sektor tersebut
yang memiliki pengaruh terhadap pendapatan negara.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba menganalisis pelaksanaan MEA
terhadap pendapatan negara. Kajian mencakup kebijakan pemerintah dan dampak
yang diakibatkan atas pelaksanaan MEA. Penulis akan menuangkan hasil analisis ke
dalam karya tulis dengan judul DAMPAK MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
(MEA) 2015 TERHADAP PENDAPATAN NEGARA
B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan Karya Tulis Tugas
Akhir ini adalah:
1. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan perkuliahan Diploma III Keuangan
Jurusan Manajemen Keuangan Prodi Kebendaharaan Negara di Politeknik
Keuangan Negara STAN,
dibahas dalam karya tulis ini. Melalui metode ini, penulis akan berusaha mendapatkan
data sekunder yang berkaitan dengan topik yang menjadi dasar teori dan konsep
dalam karya tulis ini untuk dijadikan bahan tinjauan.
2. Metode Studi Lapangan
Metode ini dilakukan secara langsung oleh penulis guna mendapatkan data primer.
Metode ini akan dilakukan penulis dalam dua bentuk, yaitu:
a. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati kondisi dilapangan secara langsung
yang berkaitang dengan pokok bahasan untuk memperoleh data primer yang aktual
dan relevan dengan materi yang akan dibahas dalam karya tulis.
b. Wawancara
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan pihak yang
mengetahui informasi terkait materi yang akan dibahas dan pendapatnya dapat
dipertanggungjawabkan untuk mendukung pokok bahasan tersebut.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi gambaran umum mengenai rencana penulisan karya tulis tugas
akhir yang akan disusun oleh penulis. Bab pendahuluan akan meliputi latar belakang,
data-data yang telah diperoleh, yang kemudian akan penulis analisis tentang hal apa
saja yang ditimbulkan akibat dari pelaksanaan MEA tersebut.
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini akan berisi simpulan dari apa yang telah diuraikan dalam
pembahasan dan penulis akan berusaha memberikan beberapa saran yang terkait
dengan permasalahan pelaksanaan MEA 2015 pada masyarakat Indonesia.
BAB II
DATA DAN FAKTA
pembangunan di ASEAN.1 Kedua hal tersebut dilakukan melalui kerja sama yang
bersifat saling menguntungkan dan tetap berpegang pada prinsip kedaulatan masingmasing anggota serta melakukan musyawarah atas segala permasalahan regional yang
terjadi.
2. Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Cetak biru MEA 2015 merupakan rancangan yang berisi jadwal strategis untuk
mencapai MEA. Jadwal strategis dibuat berdasarkan target yang ingin dicapai dari
masing-masing pilar MEA. Dalam cetak biru ini terdapat empat pilar yang menjadi
kerangka kerja MEA, yaitu :
a.
b.
c.
Cetak biru menjadi panduan bagi setiap negara untuk mencapai MEA 2015 dan
setiap anggota ASEAN berkewajiban untuk melaksanakan setiap tahapan sesuai
dengan target waktu yang telah ditetapkan bersama. Target waktu pencapaian MEA
2015 dibagi menjadi empat fase yaitu fase pertama dari tahun 2008 sampai tahun
2009, fase kedua dari tahun 2010 sampai tahun 2011, fase ketiga dari tahun 2012
sampai tahun 2013, dan fase keempat dari tahun 2014 sampai tahun 2015.
Dalam hal aliran bebas barang secara teknis diimplementasikan dengan
melakukan penghapusan tarif, penghapusan hambatan non-tarif, serta pengembangan
fasilitas perdagangan. Penghapusan tarif dilakukan dengan penyempurnaan dan
pengembangan mekanisme kerjasama perdagangan barang yang sudah ada
sebelumnya yaitu ASEAN Free Trade Area (AFTA). Penghapusan tarif bea masuk
dilakukan untuk semua barang kecuali yang termasuk dalam Sensitive List (SL) dan
Highly Sensitive List (HSL) selambat-lambatnya pada tahun 2010 sudah diterapkan
MEA
dilaksanakan
dengan
tetap
memperhatikan
tingkat
Protocol on Notification Procedure merupakan prosedur bagi negara anggota yang akan
memberitahukan tidakan atau kegiatan yang akan mereka lakukan berkaitan dengan : (i) yang menurut
perjanjian ekonomi ASEAN mungkin mengurangi atau menghapus keuntungan negara anggota lain
baik langsung maupun tidak langsung; dan (ii) bila tidakan atau kegiatan tersebut mungkin akan
mengganggu pencapaian beberapa sasaran perjanjian ekonomi ASEAN. Lampiran Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2003. Pasal 1 Paragraf 2.
Jadwal strategis pada fase pertama (2008-2009) menyatakan untuk (i) menghapus bea masuk
terhadap 60% dari seluruh produk IL, kecuali produk Sensitive List (SL) dan Highly Sensitive List
(HSL) untuk Laos dan Myanmar (2008); (ii) menghapus bea masuk terhadap 80% dari seluruh produk
IL, kesuali SL dan HSL untuk ASEAN-6 (2007). Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kementerian
Luar Negeri, Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN : ASEAN Economic Community Blueprint.
Rangka ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA). Pada tahun 2012 PMK
No.128/PMK.011/2010 dicabut dan diganti dengan PMK No.208/PMK.011/2012
tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam Rangka ASEAN Trade in Goods Agreement
(ATIGA).
Berdasarkan data realisasi penerimaan bea masuk dari negara-negara anggota
ASEAN dapat diamati penerimaan negara dari bea masuk sejak tahun 2008 sampai
dengan 2016 kuartal pertama mengalami
mempengaruhi besarnya penerimaan bea masuk yang terealisasi salah satunya adalah
penghapusan tarif bea masuk dalam rangka merealisasikan MEA 2015.
Tabel II. 1 Pendapatan Bea Masuk Tahun 2008-2016 Kuartal I
Tahun
Bea Masuk (Rp)
2008
3.656.712.700.516,00
2009
2.580.310.832.242,00
2010
1.674.975.156.331,00
2011
2.041.187.028.304,00
2012
2.216.702.805.075,00
2013
2.191.181.638.334,00
2014
2.225.780.460.814,00
2015
1.990.712.362.097,00
2016 (Kuartal I)
1.014.461.947.875,00
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.
Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat pada Grafik II.1 penurunan yang
signifikan terjadi dari tahun 2008 sampai tahun 2010 dan meningkat pada tahun
berikutnya. Hal ini dapat terjadi karena berbagai macam faktor yang dapat
mempengaruhi kegiatan impor, seperti perjanjian regional untuk mencapai MEA
2015. Seperti yang telah diketahui pada tahun 2007 telah berlaku penghapusan tarif
atas 80% barang yang termasuk dalam kategori IL namun pada tahun 2008 realisasi
penerimaan bea masuk yang terjadi sangat tinggi. Penghapusan tarif terhadap barang
impor akan mengakibatkan penurunan penerimaan negara, namun pada tahun 2008
justru mengalami penerimaan yang sangat tinggi. Penulis akan membahas apa saja
yang menyebabkan penerimaan bea masuk pada tahun 2008 bernilai lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi penerimaan bea masuk pada tahun 2009 dengan
ketetapan tarif yang sama.
Grafik II. 1 Tren Bea Masuk Tahun 2008 - 2016 Kuartal pertama
Pada tahun 2010 berdasarkan PMK No. 128/PMK.011/2010 telah dihapuskan tarif
bea masuk atas semua barang yang termasuk dalam kategori IL. Dapat dilihat
berdasarkan Grafik II.1 penerimaan negara atas kegiatan impor antar-negara ASEAN
pada tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan penerimaan negara pada
tahun sebelumnya. Namun pendapatan bea masuk pada tahun 2011 dan 2012
mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut dapat dipengaruhi dari faktor
lain selain adanya penghapusan tarif bea masuk dan hal tersebut akan dibahas dalam
pembahasan.
Berdasarkan PMK No.208/PMK.011/2012 tarif untuk beras (HS 10.06) pengenaan
tarif bea masuk pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 30% dan tarif bea masuk yang
berlaku dari tahun 2015 hingga sekarang sebesar 25%. Sedangkan tarif bea masuk
atas gula (HS 17.01) pada tahun 2013 berkisar 15% - 25%, tahun 2014 sebesar 10% 20%, dan pada tahun 2015 hingga sekarang sebesar 5% - 10%. Sedangkan pada tahun
2012, pengenaan tarif atas beras sebesar Rp450,00/kg sedangkan untuk gula
dikenakan tarif sebesar Rp550,00/kg Rp790,00/kg.
Dapat dilihat tarif yang digunakan dalam PMK No.208/PMK.011/2012 adalah
tarif advolerum yaitu tarif dalam bentuk persen atas beras dan gula. Sedangkan tarif
bea masuk normal atas beras dan gula sebelumnya menggunakan tarif spesifik.
mengalami
peningkatan
pendapatan
bea
masuk
sebesar
tahun
2013
dan
pada
tahun
2015
mengalami
penurunan
sebesar
2013
23.650.000.000,00
2014
125.930.000.000,00
2015
37.409.916.485,00
Sumber : Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, Kementerian Keuangan.
Pendapatan bea masuk atas gula yang diimpor dari negara anggota ASEAN sejak
tahun 2012 sampai tahun 2015 mengalami fluktuatif yang cukup signifikan. Terjadi
penurunan pendapatan bea masuk dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar
Rp156.279.795.000,00. Pada tahun 2014 pendapatan bea masuk mengalami
peningkatan dibandingkan pendapatan bea masuk tahun sebelumnya yaitu sebesar
Rp102.280.000.000,00 dan pada tahun 2015 pendapatan bea masuk mengalami
penurunan sebesar Rp88.520.083.515,00 dibandingkan pendapatan bea masuk pada
tahun 2014.
C. Nilai Kurs Rata-rata Tahunan
Kegiatan ekspor-impor berkaitan erat dengan nilai tukar atau nilai kurs rupiah
terhadap mata uang dagang. Dalam perdagangan antar-negara ASEAN, mata uang
yang digunakan untuk melakukan perdagangan adalah Dollar Amerika Serikat (USD).
Nilai kurs yang digunakan biasa diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan yang
berlaku setiap dua minggu sekali. Hal ini dilakukan karena nilai kurs yang terus
berubah setiap hari sehingga dengan menetapkan nilai kurs setiap dua minggu akan
memudahkan pemerintah dalam menatausahakannya.
Tabel II. 4 Nilai kurs tahun 2008-2015
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Bank Indonesia.
Berdasarkan Tabel II.4 dapat dilihat bahwa nilai kurs pada tahun 2009 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan nilai kurs tahun sebelumnya. Peningkatan nilai
kurs juga terjadi dari tahun 2013 sampai tahun 2015. Namun pada tahun 2011 nilai
kurs rupiah mengalami penguatan dapat dilihat berdasarkan penurunan nilai kurs yang
rendah terhadap USD.
D. Realisasi Volume Impor
Volume impor memiliki pengaruh terhadap pendapatan bea masuk karena
sebanding lurus dengan pendapatan bea masuk. Perubahan tarif bea masuk terhadap
barang impor dapat mempengaruhi volume impor dan memiliki hubungan berbanding
terbalik terhadap volume impor. Selain itu, nilai kurs juga memiliki pengaruh
terhadap volume impor dan memiliki hubungan berbanding terbalik terhadap volume
impor. Namun, nilai kurs tidak selalu mempengaruhi volume impor suatu barang. Hal
tersebut terjadi karena adanya kebijakan dari pemerintah untuk meningkatkan impor
suatu barang. Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan volume impor suatu barang
dilakukan untuk kepentingan nasional, seperti meningkatkan volume impor beras
untuk ketahanan pangan atau telah terjadi keadaan darurat seperti bencana sehingga
pemerintah perlu mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan pangan korban
bencana.
Tabel II. 5 Volume Impor Tahun 2008 - 2015
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik.
Volume (Kg)
33.813.116.796
29.287.312.677
35.379.144.791
44.617.087.694
39.819.765.024
53.123.290.666
39.195.966.614
59.116.691.760
Berdasarkan Tabel II.5 dapat dilihat volume impor yang nilainya fluktuatif. Pada
tahun 2009 volume impor mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar
Rp4.525.804.119,00 kemudian mengalami peningkatan volume impor sampai tahun
2011 dan sejak tahun 2012 sampai 2015 mengalami penurunan dan kenaikan volume
impor.
BAB III
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Teori-teori yang mendasari pembahasan mengenai dampak MEA 2015 terhadap
pendapatan negara terkait dengan penghapusan tarif bea masuk yang meliputi dasar
hukum, definisi dan gambaran umum bea masuk, serta faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi penerimaan bea masuk.
1. Dasar Hukum Pelaksanaan MEA 2015
Landasan hukum pelaksanaan MEA 2015 terkait perdagangan bebas barang yang
meliputi beberapa peraturan yang terdiri atas undang-undang hingga peraturan
menteri keuangan. Landasan hukum tersebut meliputi:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tenang Keuangan Negara
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Kepabean
d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2010 Tentang
Pengesahan ASEAN Trade In Goods Agreement (Persetujuan Perdagangan
Barang ASEAN)
22
negara
yang
berfungsi
untuk
meningkatkan
d. Bea masuk tindakan pengaman, yaitu bea masuk yang dikenakan terhadap
barang impor yang mengalami lonjakan volume barang yang diimpor baik
secara absolut maupun relatif terhadap barang produksi dalam negeri yang
sejenis atau barang yang secara langsung bersaing.
e. Bea masuk pembalasan, yaitu bea masuk yang dikenakan terhadap barang impor
yang berasal dari negara yang memperlakukan barang ekspor Indonesia secara
diskriminatif.
Selain bea masuk tersebut, total penerimaan bea masuk dalam realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga terdapat pendapatan lain terkait
kegiatan impor yang tergabung dalam kode akun (4121) Pendapatan Bea Masuk
dalam Bagan Akun Standar (BAS)
Tabel III. 1 BAS Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
AKUN
412
4121
41211
412111
412112
412113
412114
412115
412116
412119
41212
URAIAN
b. PENDAPATAN PAJAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL
i. Pendapatan Bea Masuk
1. Pendapatan Bea Masuk
- Pendapatan Bea Masuk
- Pendapatan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah
(SPM Nihil)
- Pendapatan Denda Administrasi Pabean
- Pendapatan Bea Masuk Dalam Rangka Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor (KITE)
- Denda Atas Sangksi Administrasi Dari Pelaksanaan
Pengawasan Terhadap Barang Tertentu
- Pendapatan BM-DTP
- Pendapatan Pabean Lainnya
2. Pendapatan Bea Masuk Tindakan
412121
- Pendapatan Bea Masuk Antidumping
412122
- Pendapatan Bea Masuk Imbalan
412123
- Pendapatan Bea Masuk Tindakan Pengamanan
Sumber : Bagan Akun Standar, Kementerian Keuangan
Pendapatan bea masuk merupakan salah satu komponen pendapatan negara yang
tergabung dalam penerimaan perpajakan. Seperti yang sudah diketahui bahwa
penerimaan perpajakan tebagi menjadi dua yaitu pendapatan pajak dalam negeri dan
pendapatan pajak perdagangan internasional. Berdasarkan struktur tersebut kontribusi
pendapatan bea masuk terhadap total penerimaan perpajakan berkisar 2,52% - 3,46%
sejak tahun 2008 sampai tahun 2015. (Tabel III.2)
Tabel III. 2 Kontribusi Pendapatan Bea Masuk Terhadap Penerimaan Perpajakan
Total Penerimaan
Kontribusi
Perpajakan (Rp)
2008
22.763.778.701.766,00
658.700.790.664.236,00
3,46%
2009
18.105.460.808.196,00
619.914.985.063.499,00
2,92%
2010
20.016.826.394.532,00
708.491.594.557.244,00
2,83%
2011
25.265.863.309.375,00
873.873.892.399.381,00
2,89%
2012
28.418.359.044.419,00
980.518.133.319.319,00
2,90%
2013
31.621.250.024.724,00
1.077.306.679.558.270,00
2,94%
2014
32.319.129.733.990,00
1.146.865.769.098.250,00
2,82%
2015
31.212.824.653.320,00
1.240.418.857.626.370,00
2,52%
Sumber : Data diolah dari LKPP Tahun 2008 sampai 2015, Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia.
Berdasarkan Grafik III.1 kontribusi terhadap pendapatan negara yang paling besar
Tahun
adalah pendapatan Pajak Penghasilan (PPh) dan kontribusi terbesar kedua adalah
pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah (PPnBM).
Sedangkan pendapatan bea masuk, pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan, dan PNBP
Laba BUMN memiliki kontribusi yang hampir sama terhadap pendapatan negara.
Grafik III. 1 Perbandingan Pendapatan Bea Masuk dengan Pendapatan Lainnya
2009
18.105.460.808.196,00
848.646.609.964.902,00
2010
20.016.826.394.532,00
708.491.594.557.244,00
2011
25.265.863.309.375,00
1.209.469.558.508.430,00
2012
28.418.359.044.419,00
1.336.338.396.928.780,00
2013
31.621.250.024.724,00
1.436.403.062.653.680,00
2014
32.319.129.733.990,00
1.548.276.732.163.440,00
2015
31.212.824.653.320,00
1.507.922.937.372.690,00
Sumber : Data diolah dari LKPP Tahun 2011 sampai 2015, Badan
Keuangan Republik Indonesia.
2,13%
2,83%
2,09%
2,13%
2,20%
2,09%
2,07%
Pemeriksa
Tarif atas bea masuk ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kebijakan untuk
kepentingan nasional atau ditetapkan berdasarkan perjanjian perdagangan bebas yang
telah disetujui oleh Indonesia dengan negara yang bersangkutan. Seperti perjanjian
perdagangan bebas antar-negara anggota ASEAN untuk membentuk suatu komunitas
atau masyarakat ekonomi agar tercipta integrasi ekonomi antar-negara anggota dan
global. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, berdasarkan cetak biru
MEA 2015 pemerintah Indonesia pada tahun 2007 melakukan penghapusan tarif bea
masuk atas 80% produk yang masuk dalam kategori IL, pada tahun 2010 seluruh
produk yang masuk dalam kategori IL dilakukan penghapusan tarif bea masuk, dan
pada tahun 2012 ditetapkan PMK untuk penetapan tarif beras dan gula pada tahun
2013 (beras 30% dan gula 15% - 25%), 2014 (beras 30% dan gula 10% - 20%) dan
2015 (beras 25% dan gula 5% - 10%).
b. Pengaruh nilai kurs terhadap pendapatan bea masuk
Berdasarkan teori ekonomi mengenai hukum permintaan, hal tersebut dapat
diterapkan untuk menjelaskan pengaruh nilai kurs terhadap pendapatan negara.
Seperti yang telah diketahui bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka tingkat
permintaan atas barang tersebut semakin rendah. Sama seperti nilai kurs, saat nilai
kurs sedang tinggi maka semakin sedikit barang yang diimpor, begitu sebaliknya saat
nilai kurs sedang turun maka semakin banyak barang yang diimpor dari pada
normalnya. Sehingga semakin tinggi nilai kurs rupiah atas dolar maka semakin sedikit
barang yang diimpor oleh importir. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap
pendapatan negara, karena semakin sedikit barang yang diimpor maka semakin
sedikit pendapatan bea masuk yang diterima oleh negara.
c. Pengaruh Volume barang impor terhadap pendapatan negara
Setiap negara memiliki kebijakan masing-masing dalam membatasi atau
meningkatkan impor suatu barang. Apabila kebutuhan dalam negeri tidak dapat
dipenuhi sendiri atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri, maka tentu pemerintah
akan melakukan impor barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan. Selain barang
konsumsi seperti itu, pemerintah juga memiliki kebijakan untuk melakukan impor
atas barang yang tidak diproduksi di Indonesia namun sangat dibutuhkan untuk
pembangunan infrastruktur atau pengembangan industri.
Berdasarkan kebutuhan setiap negara yang berbeda-beda, maka volume impor
setiap negara berbeda-beda. Apabila volume impor meningkat maka pendapatan bea
masuk akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika volume impor suatu negara
menurun maka pendapatan bea masuk akan menurun.
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini, penulis akan meninjau dampak dari pelaksanaan MEA, baik
dampak dalam jangka pendek maupun dampak jangka panjang. Penulis akan
membandingkan pendapatan bea masuk yang terjadi pada tahun 2008 sampai tahun
2016 kuartal pertama terhadap implementasi cetak biru MEA 2015. Selain itu, penulis
juga akan membahas faktor-faktor lain selain pelaksanaan MEA 2015 yang dapat
mempengaruhi pendapatan bea masuk.
1. Dampak MEA 2015 dalam Jangka Pendek
Pelaksanaan MEA 2015 dilaksanakan oleh setiap negara anggota ASEAN
berdasarkan jadwal strategis yang telah ditetapkan dan disetujui bersama oleh semua
kepala negara. Demi mencapai MEA 2015 pemerintah Indonesia telah menetapkan
beberapa aturan untuk melaksanakan kegiatan perdagangan bebas antar-negara
anggota ASEAN sesuai dengan jadwal strategis. Berdasarkan ketetapan aturan-aturan
tersebut penulis akan meninjau dampaknya terhadap pendapatan bea masuk.
a. PMK No.127/PMK.011/2008 Perubahan atas PMK No.129/PMK.011/2007
Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor dalam Rangka Skema
Common Effective Preferential Tariff (CEPT)
Seperti yang sudah diketahui dalam PMK No.127/PMK.011/2008 pemerintah
menetapkan penghapusan tarif bea masuk atas 80% barang yang termasuk dalam
kategori IL dan menetapkan tarif atas barang dengan uraian Poliuretan. Perubahan ini
terjadi akibat perubahan ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature 2004 (AHTN2004) ke ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature 2007 (AHTN-2007).
Grafik III. 2 Pendapatan Bea Masuk Tahun 2008 - 2009
Ketiga hal tersebut dapat dilihat korelasinya, bahwa ketika nilai kurs tinggi maka
volume impor akan menurun seperti yang terjadi pada tahun 2009. Jika dibandingkan
dengan tahun 2008, nilai kurs yang terjadi lebih rendah dari pada yang terjadi pada
tahun 2009 sehingga volume impor yang terjadi lebih tinggi dari pada volume impor
pada tahun 2009. Penurunan pendapatan juga terjadi karena adanya penghapusan tarif
atas Poliuretan akibat perubahan AHTN pada tahun 2007.
b. PMK No.128/PMK.011/2010 Tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Barang
Impor dalam Rangka ASEAN Trade in Goods (ATIGA)
Dalam PMK No.128/PMK.011/2010 telah ditetapkan mulai 1 Januari 2010
pengenaan tarif bea masuk atas semua barang yang termasuk dalam kategori IL
adalah 0%. Sesuai dengan jadwal strategis untuk tahun 2010 - 2011 yang tercantum
dalam cetak biru MEA 2015, selambat-lambatnya pada tahun 2010 ASEAN-6 harus
sudah menghapuskan tarif bea masuk atas seluruh produk kecuali produk yang
termasuk dalam kategori SL dan HSL. Berdasarkan ketetapan tarif bea masuk yang
berlaku sejak 2010, pendapatan bea masuk pada tahun 2010 apabila dibandingkan
dengan pendapatan bea masuk pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar
Rp905.335.675.911,00.
Grafik III. 3 Pendapatan Bea Masuk Tahun 2009 - 2010
barang impor yang termasuk dalam kategori SL dan HSL sesuai dengan tarif yang
disepakati bersama. Berdasarkan kesepakatan bersama, bagi Indonesia telah
ditetapkan bahwa penurunan tarif bea masuk untuk barang yang termasuk dalam
kategori SL dan HSL dimulai pada tahun 2013 sampai tahun 2015. Berdasarkan PMK
No.208/PMK.011/2012 tarif untuk komoditi beras pada tahun 2013 sebesar 30%, pada
tahun 2014 sebesar 30%, dan pada tahun 2015 sebesar 25%. Sedangkan tarif bea
masuk untuk gula pada tahun 2013 berkisar 15% - 25%, pada tahun 2014 berkisar
10% - 20%, pada tahun 2015 berkisar 5% - 10%. Sedangkan tarif normal yang
berlaku atas beras sebesar Rp450,00/kg dan tarif atas gula berkisar Rp550,00/kg
Rp790,00/kg. Namun berdasarkan data pendapatan bea masuk atas impor beras dan
gula, tidak semua barang menggunakan tarif dalam rangka ATIGA. Seperti pada tahun
2013 volume impor atas beras yang menggunakan tarif dalam rangka ATIGA sebesar
158.285.480 kg sedangkan volume impor atas beras total sebesar 275.104.438 kg
sehingga sebagian produk masih menggunakan tarif normal yaitu Rp 450,00/kg.
Sedangkan untuk komoditi gula, pada tahun 2013 tidak ada produk yang
menggunakan tarif dalam rangka ATIGA sehingga tarif bea masuk yang digunakan
adalah tarif normal. Hal tersebut disebabkan karena secara keseluruhan bea masuk
jika menggunakan tarif normal masih lebih murah dibandingkan menggunakan tarif
dalam rangka impor. Sedangkan pada komoditi gula pada taun 2015 jika
menggunakan tarif dalam rangka ATIGA lebih murah bea masuknya dibandingkan
menggunakan tarif normal. Oleh sebab itu, pada tahun 2015 banyak importir yang
telah menggunakan tarif dalam rangka ATIGA. Importir banyak menggunakan tarif
normal karena tarif normal tidak terpengaruh oleh nilai kurs yang sifatnya tidak tetap
dan nilai rupiah terhadap dollar sejak tahun 2013 sampai 2015 semakin lemah
sehingga nilai kurs semakin tinggi setiap tahunnya.
Tabel III. 4 Perbandingan Pendapatan Bea Masuk Berdasarkan
Tarif dalam Rangka ATIGA dan Normal
BEA MASUK BERAS
TAHUN
ATIGA (Rp)
NORMAL (Rp)
VOLUME (Kg)
2013
547.516.635.173,00
123.796.997.010,00
275.104.438
2014
1.329.540.573.847,00
307.272.588.705,00
682.827.975
2015
927.555.947.550,00
287.569.204.821,00
639.042.677
BEA MASUK GULA
TAHUN
ATIGA (Rp)
NORMAL (Rp)
VOLUME (Kg)
2013
276.169.866.395,00
165.158.245.000,00
270.789.100
2014
213.693.350.653,00
96.792.185.000,00
153.021.500
2015
54.091.756.713,00
112.125.950.000,00
183.941.000
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.
Pendapatan bea masuk pada tahun 2013 mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan pendapatan bea masuk tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi karena
adanya perubahan tarif dalam rangka pelaksanaan MEA 2015. Dapat dilihat dari
pengenaan tarif bea masuk atas beras dan gula yang terjadi pada tahun 2012 adalah
tarif normal dan pada tahun 2013 sebagian produk beras menggunakan tarif normal
sedangkan sebagian produk menggunakan tarif dalam rangka ATIGA serta seluruh
produk gula yang diimpor pada tahun tersebut juga menggunakan tarif normal.
Tabel III. 5 Pendapatan Bea Masuk Beras dan Gula Tahun 2012 - 2013
Bea Masuk (Rp)
Tahun
Beras
Gula
2012
551.531.502.000
179.929.795.000
2013
133.814.526.795
23.650.000.000
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan
Nilai rata-rata kurs yang terjadi pada tahun 2012 sebesar Rp9.380,00 dan pada
tahun 2013 sebesar Rp10.451,00. Nilai kurs yang tinggi mengakibatkan volume impor
yang terjadi pada tahun 2013 menurun. Volume impor atas beras dan gula yang terjadi
pada tahun 2012 sebesar 1.744.341.863 kg dan pada tahun 2013 sebesar 545.893.538
kg. Sehingga penurunan pendapatan bea masuk atas beras dan gula mengalami
penurunan karena adanya pengaruh penurunan tarif atas beras dan penurunan volume
impor yang terjadi pada tahun tersebut.
Akibat perubahan tarif yang terjadi, pendapatan bea masuk pada tahun 2013
mengalami penurunan. Sedangkan pendapatan bea masuk pada tahun 2014
mengalami peningkatan dibandingkan pendapatan bea masuk pada tahun 2013.
Perubahan tarif bea masuk dalam rangka ATIGA atas komoditi gula mengalami
penurunan pada tahun 2014 sedangkan tarif yang berlaku untuk komoditi beras masih
sama dengan tarif yang berlaku pada tahun 2013. Namun, pada tahun 2014 baik dari
komoditi beras maupun gula tidak ada yang menggunakan tarif dalam rangka ATIGA
sehingga tarif yang digunakan adalah tarif normal. Hal tersebut terjadi karena
tingginya nilai kurs pada tahun 2014 yang menyebabkan pengenaan bea masuk
apabila menggunakan tarif dalam rangka ATIGA menjadi lebih mahal jika
dibandingkan menggunakan tarif normal.
Tabel III. 6 Pendapatan Bea Masuk Beras dan Gula Tahun 2013 - 2014
Bea Masuk (Rp)
Tahun
Beras
Gula
2013
133.814.526.795,00
23.650.000.000,00
2014
350.419.110.705,00
125.930.000.000,00
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan
Pendapatan bea masuk atas beras dan gula mengalami peningkatan. Nilai kurs
rata-rata pada tahun 2014 sebesar Rp11.878,00 dengan volume impor atas beras dan
gula sebesar 835.849.475 kg. Sedangkan pada tahun 2013 nilai kurs yang terjadi
sebesar Rp10.451,00 dengan volume impor atas beras dan gula sebesar 545.893.538
kg. Volume impor atas beras pada tahun 2014 sebesar 682.827.975 kg dan volume
impor atas gula sebesar 153.021.500 kg. Jika dibandingkan dengan volume impor
pada tahun sebelumnya, volume impor yang terjadi atas beras meningkat secara
signifikan dan volume impor atas gula mengalami penurunan.
Kenaikan volume impor beras dapat terjadi dalam keadaan tertentu walaupun nilai
kurs sedang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena adanya kebijakan dari pemerintah
berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014 yang
menyatakan bahwa impor beras dilakukan untuk keperluan stabilisasi harga,
penanggulangan keadaan darurat, masyarakat miskin dan kerawanan pangan sebagai
cadangan yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan oleh pemerintah. Berdasarkan
riwayat bencana alam yang terjadi pada tahun 2014, telah terjadi bencana gunung
berapi seperti letusan Gunung Kelud dan Sinabung serta erupsi Gunung Sangeang
Bima dan Slamet. Selain bencana gunung berapi, pada tahun 2014 Indonesia juga
mengalami banjir besar di Aceh dan Manado. Hal ini menyebabkan pemerintah
melakukan impor beras lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang menjadi korban atas bencana alam tersebut.
Sehingga peningkatan volume impor beras yang tinggi pada tahun 2014
mengakibatkan pendapatan bea masuk meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2015, pendapatan bea masuk mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan pendapatan bea masuk pada tahun 2014. Pengenaan tarif atas beras pada tahun
2015 adalah tarif normal, sedangkan untuk komoditi gula sebagian produk yang
diimpor menggunakan tarif dalam rangka ATIGA dan sebagian produk menggunakan
tarif normal.
Tabel III. 7 Pendapatn Bea Masuk Beras dan Gula Tahun 2014 - 2015
Bea Masuk (Rp)
Tahun
Beras
Gula
2014
350.419.110.705,00
125.930.000.000,00
2015
290.821.129.821,00
37.409.916.485,00
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.
volume impor atas beras tinggi pada tahun 2015 yang mengakibatkan pendapatan bea
masuk juga tinggi walaupun mengalami penurunan dibangingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan Tabel III.8 pendapatan bea masuk atas gula menurun walaupun
volume impor atas gula yang terjadi pada tahun 2015 sebesar 183.941.000 kg yang
jika dibandingkan dengan volume impor atas gula pada tahun sebelumnya hanya
sebesar 153.021.500 kg. Namun, kenaikan volume impor tidak membuat pendapatan
bea masuk atas gula menjadi meningkat. Hal tersebut terjadi karena adanya produk
yang menggunakan tarif dalam rangka ATIGA dan pembebasan bea masuk dalam
rangka
ekspor
yang
diatur
dalam
Keputusan
Menteri
Keuangan Nomor
hilang
karena
menggunakan
tarif
dalam
rangka
ATIGA
sebesar
memperkuat pasar domestik dan meningkatkan ekspor. Dalam hal memperkuat pasar
domestik pemerintah perlu memberikan dukungan kepada para pelaku usaha dengan
melakukan
penyederhanaan
regulasi
dan
melakukan
pengembangan
sistem
kepabeanan untuk menekan biaya. Sehingga para pelaku usaha dapat meningkatkan
ekspor dan secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan negara.
Berdasarkan jumlah penduduk, Indonesia merupakan pasar terbesar di kawasan
ASEAN maka dengan memperkuat pasar domestik dan meningkatkan ekspor
Indonesia dapat meningkatkan pendapatan negara dari pendapatan Pajak Penghasilan
(PPh). Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 pasal 22 wajib pajak yang berkaitan
dengan kegiatan perdagangan barang akan dipungut pajak berdasarkan objek dan jenis
transaksinya. Oleh sebab itu, setiap kegiatan ekspor dan impor akan dikenakan PPh 22
sesuai dengan ketentuan tarif yang berlaku. Apabila pemerintah bisa terus
mengembangkan sistem dan dapat menciptakan iklim usaha yang baik bagi
pengusaha, pemerintah tidak perlu khawatir dengan penurunan pendapatan negara
dari segi pendapatan bea masuk karena pemerintah dapat meningkatkan pendapatan
dari segi pendapatan PPh.
Selain melakukan penyederhanaan regulasi dan pengembangan sistem,
pemerintah juga perlu melakukan standardisasi terhadap produk dalam negeri.
Melakukan standardisasi akan memberikan perlindungan bagi konsumen terhadap
kualitas produk dalam negeri lebih terjamin. Kepercayaan konsumen terhadap suatu
barang sangat penting dan perlu dijaga sehingga tidak hanya pemerintah saja yang
terus berperan dalam meningkatkan ekspor, pelaku usaha juga perlu meningkatan
kualitas. Dalam hal menjaga kualitas produk dalam negeri, pemerintah juga perlu
melakukan evaluasi terhadap produk-produk dalam negeri dengan melakukan
sertifikasi secara berkala.
Pelaksaan MEA menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang memiliki daya saing
tinggi sehingga pelaku usaha perlu melakukan inovasi secara terus-menerus agar
produk dalam negeri tidak kalah menarik dengan produk dari negara lain. Hal ini
dapat dilakukan pemerintah melalui bantuan penanaman modal kepada pelaku Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Selain itu, pemerintah juga dapat mendukung
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas pelaku usaha untuk berbagi
pengalaman, memotivasi, dan mengembangkan kemampuan pelaku usaha Indonesia.
b. Standarisasi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Pelaksanaan MEA secara keseluruhan menyangkut kebebasan dalam perdagangan
barang, jasa, tenaga kerja, bebas berinvestasi dan semakin bebas dalam melakukan
perdagangan dalam pasar uang. Dalam hal aliran bebas tenaga kerja profesional,
tenaga kerja asing dapat bekerja di Indonesia begitu juga sebaliknya penduduk
Indonesia dapat bekerja di negara lain dalam kawasan ASEAN. Penduduk Indonesia
yang banyak tentu akan menajadikan Indonesia sebagai sasaran bagi negara lain untuk
membuka usaha atau untuk bekerja. Bagi negara lain, di Indonesia peluang untuk
memperoleh pekerjaan sebagai tenaga profesional sangat besar. Selain itu, peluang
untuk membuka usaha juga besar mengingat Indonesia merupakan pasar yang besar
dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang besar juga.
Terkait akan semakin banyaknya tenaga kerja profesional asing yang akan bekerja
di Indonesia maka akan ada peningkatan pendapatan negara dari pendapatan PPh 21
dan PPh 26. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 wajib pajak berkewarganegaraan
asing yang tinggal di Indonesia apabila menerina gaji, tunjangan, bonus atau imbalan
lainnya akan dikenakan pemotongan pajak atas penerimaannya itu. dapat dikenakan
pemotongan pajak atas hasil yang diterimanya. Pemotongan pajak dapat berdasarkan
pasal 21 maupun pasal 26. Pemotongan berdasarkan PPh 21 dilakukan bila tenaga
kerja asing tersebut menjadi wajib pajak dalam negeri dan dikenakan PPh 26 apabila
tenaga kerja asing tersebut merupakan wajib pajak luar negeri. Penentuan seorang
tenaga kerja merupakan wajib pajak dalam negeri atau luar negeri dilakukan dengan
menghitung berapa lama keberadaan tenaga kerja asing tersebut di Indonesia. Apabila
tenaga kerja asing tersebut berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam dua
belas bulan maka tenaga kerja asing tersebut merupakan wajib pajak luar negeri.
Namun, jika tenaga kerja asing tersebut lebih dari 183 hari berada di Indonesia dalam
dua belas bulan maka tenaga kerja asing tersebut termasuk dalam wajib pajak dalam
negeri. Pengenaan pajak bagi tenaga kerja asing yang termasuk dalam wajib pajak
dalam negeri akan dikenakan tarif umum yaitu tarif progresif sebesar 5%, 15%, 25%,
dan 30% atas Penghasilan Kena Pajak (PKP). Sedangkan apabila tenaga kerja asing
tersebut termasuk dalam kategori wajib pajak luar negeri maka akan dikenakan tarif
tunggal yaitu sebesar 20% atas penghasilannya tanpa ada pengurangan apapun.
Berdasarkan ketentuan pajak tersebut tentu dengan bebasnya tenaga kerja asing
bekerja di Indonesia tentu akan meningkatkan pendapatan negara dari sisi pajak
penghasilan. Pemerintah perlu memperhatikan hal ini, karena banyak negara yang
mengincar Indonesia untuk mengambil pasar dan sumber daya Indonesia. Pemerintah
perlu melakukan sertifikasi tenaga kerja profesional di Indonesia agar ketika
dibandingkan dengan tenaga kerja asing tidak kalah kualitasnya. Selain agar tidak
kalah kualitas dengan tenaga kerja asing, sertifikasi dilakukan agar posisi-posisi
pekerjaan di Indonesia tidak dipenuhi oleh tenaga kerja asing dan alangkah lebih baik
jika tenaga kerja profesional Indonesia dapat bersaing dengan tenaga kerja asing di
luar Indonesia.
Selain melakukan sertifikasi, pemerintah juga perlu mengadakan programprogram untuk pengembangan kemampuan dan kompetensi tenaga kerja profesional
di Indonesia. Selain pemerintah, masyarakat pun perlu melakukan usaha sekreatif
mungkin untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensinya melalui berbagai
cara seperti membentuk komunitas sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dan
mempelajari hal-hal baru yang dapat menunjang pekerjaan.
Tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah sehingga tidak hanya tenaga
kerja profesional saja yang menjadi perhatian untuk melaksanakan MEA ini, namun
pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh daerah agar SDM
Indonesia dikemudian hari tetap terjaga kualitasnya dan alangkah lebih baik jika lebih
dari pada tenaga kerja profesional yang sekarang. Selain itu sosialisasi tentang
pelaksanaan MEA kepada masyarakat umum juga diperlukan agar masyarakat dapat
lebih cerdas dalam memilih produk. Sosialisasi dapat memberikan pengetahuan bagi
masyarakat Indonesia untuk lebih cinta menggunakan produk dalam negeri. Hal
tersebut akan sangat berpengaruh untuk memperkuat pasar domestik yang dapat
mempengaruhi pendapatan negara.
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur
Kebebasan melakukan investasi di negara-negara ASEAN menjadikan peluang
bagi Indonesia untuk menghimpun atau mengajak negara-negara ASEAN untuk
berinvestasi di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan investasi di Indonesia,
pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur agar proses produksi barang dan jasa
dapat lebih efisien dan efektif.
Indonesia memiliki SDA yang besar sehingga dapat dipastikan banyak investor
yang ingin berinvestasi di Indonesia, namun hal tersebut memerlukan fasilitas seperti
sarana prasarana transportasi yang memadai, ketersedian tekonologi dan informasi
yang memadai di setiap daerah untuk menunjang sistem pengelolaan SDA.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya, Penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa MEA dapat memberikan dampak bagi pendapatan negara baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Secara umum penurunan atau
peningkatan pendapatan negara dalam jangka pendek tidak hanya dipengaruhi oleh
pelaksanaan MEA. Namun dalam jangka panjang, Indonesia memiliki potensi untuk
menjadi pemimpin dalam pelaksanaan MEA yang akan berdampak peningkatan
pendapatan negara tetapi Indonesia juga memiliki potensi untuk menjadi pasar bagi
negara ASEAN lain. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1.
51
52
volume impor yang terjadi pada tahun tersebut lebih tinggi dibandingkan
volume impor tahun sebelumnya.
b. Pendapatan bea masuk selain dipengaruhi oleh besaran tarif, bea masuk juga
dipengaruhi oleh nilai kurs. Seperti yang terjadi pada tahun 2009, selain
adanya penghapusan tarif atas poliuretan nilai kurs yang terjadi pada tahun
tersebut juga tinggi. Nilai kurs yang tinggi menyebabkan penurunan volume
impor apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penghapusan tarif dan
penurunan volume impor akibat nilai kurs yang tinggi menyebabkan
penurunan pendapatan bea masuk.
c. Pendapatan bea masuk juga dipengaruhi oleh volume impor. Hal ini teradi
ketika ada kebijakan dari pemerintah untuk meningkatkan volume impor baik
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun untuk menjaga
ketersediaan barang di Indonesia. Seperti yang terjadi pada tahun 2014 dan
2015, adanya kebijakan dari pemerintah untuk melakukan impor beras untuk
ketahanan pangan nasional.
d. Penurunan tarif yang terjadi dalam rangka pelaksanaan MEA tidak selamanya
menguntungkan importir. Seperti yang terjadi akibat perubahan dan penurunan
tarif atas beras dan gula dari tahun 2013 sampai 2015. Perubahan penggunaan
tarif dari yang sebelumnya menggunakan tarif spesifik menjadi tarif
53
54
55
cinta produk dalam negeri. Hal ini akan memperkuat pasar domestik dan akan
mencegah penguasaan pasar oleh produk luar negeri di Indonesia.
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur
Indonesia memiliki SDA yang besar sehingga banyak investor yang tertarik
dengan Indonesia. Namun, hal ini harus diimbangi dengan infrastruktur yang
baik untuk menunjang pengelolaannya. Apabila SDA yang dimiliki tidak dapat
diproduksi dengan dengan baik maka hasilnya tidak maksimal. Pemerintah
perlu meningkatkan pembangunan infrastruktur agar semakin banyak investasi
yang masuk ke Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah disampaikan, Penulis akan memberikan saran
yang mungkin dapat menjadi solusi dalam pelaksanaan MEA, diantaranya.
1. Dalam rangka melakukan standarisasi produk dalam negeri berskala
internasional,
pemerintah
perlu
memberi
bantuan
untuk
pengadaan
56
DAFTAR PUSTAKA
A. Bagian Pertama
Ali, Muhammad. 8 Bencana Alam Terdahsyat di Indonesia Sepanjang 2014. [Online].
http://news.liputan6.com/read/2152742/8-bencana-alam-terdahsyat-diindonesia-sepanjang-2014 (diakses 22 Juni 2016)
Arifin, Sjamsul, Rizal A. Djaafara, Aida S. Budiman. 2008. Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) 2015 : Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi
Global. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Aryana, I Made. 2011. Pengaruh Tarif Bea Masuk, Kurs dan Volume Impor Terhadap
Penerimaan Bea Masuk di Indonesia. Tesis program pascasarjana di
Universitas Udayana Denpasar. [pdf]. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/
pdf_thesis/unud-322-1163522042-thesis%20pak%20aryana.pdf
(diakses
Juni 2016)
Darwis, Yuliandre. 2014. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 : Prospek
Pengusaha Muda Indonesia Berjaya di Pasar ASEAN. Jakarta: Kakilangit
Kencana.
FP-Online. Monitoring Perkembangan El Nino 2015 dan Antisipasi Dampaknya di
Indonesia.http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Sestama/Humas/MONITORING_P
ERKEMBANGAN_EL_NINO_2015_DAN_ANTIPASI_DAMPAKNYA_DI_INDO
NESIA.bmkg (diakses 24 Juni 2016)
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150807063024-92-70
57
58
Tim Penulis dari Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. 2010. Cetak Biru
Komunitas Ekonomi ASEAN : ASEAN Economic Community Blueprint.
Jakarta : Kementerian Luar Negeri.
Tim Penulis dari Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional.2008.
Menuju ASEAN Economic Community2015. [pdf]. http://ditjenkpi.kemendag.
go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku%20Menuju%20ASEAN%20ECONOMIC
%20COMMUNITY%202015.pdf (diakses 4 Juni 2016)
B. Bagian Kedua
Republik Indonesia. 2006. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.
Sekretariat Negara. Jakarta.
-------------. 2008. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan. Sekretariat Negara. Jakarta.
-------------. 2007. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.011/2007 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor dalam Rangka Skema Common
Effective Preferential Tariff (CEPT). Berita Negara RI. Kementerian Keuangan
Republik Indonesia. Jakarta.
-------------. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 127/PMK.011/2008 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.011/2007
tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor dalam Skema Common
Effective Preferential Tariff (CEPT). Berita Negara RI. Kementerian Keuangan
Republik Indonesia. Jakarta.
-------------. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK.011/2009 tentang
Perubahan Klasifikasi dan Penetapan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor
Produk-Produk Tertentu dalam Rangka Skema Common Effective Preferential
59
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pendapatan bea masuk dari negara-negara ASEAN dari tahun 2008 - 2016 kuartal
pertama
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
No
1
2
3
Tahun 2008
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2009
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2010
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
60
4
5
6
7
8
9
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
No
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2011
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2012
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2013
Nama Negara
282,665,183,596
378,052,353
29,039,794,276
421,620,145,048
692,648,829,781
246,632,597,482
1
2
3
4
5
6
7
8
9
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2014
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
Tahun 2015
Nama Negara
BRUNEI DARUSSALAM
CAMBODIA
LAO PEOPLE'S DEMOCRATIC
REPUBLIC
MALAYSIA
MYANMAR
PHILIPPINES
SINGAPORE
THAILAND
VIET NAM
237,867,672
10,211,897,618
6,283,420,003
362,950,027,912
8,412,030,378
39,081,537,752
799,809,803,744
723,030,767,616
241,164,285,639
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9