Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN TUGAS AKHIR

TENTANG

PELAKSANAAN PENAGIHAN UTANG WAJIB PAJAK

MELALUI SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA LUBUK PAKAM

O
L
E
H

NAMA : MELVA OCHTAPIANY

NIM : 132600033

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

penulis berupa rahmat, hidayah serta nikmat kesehatan, kesempatan, kesabaran, dan

kreativitas sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tak lupa,

penulis mengucapkan shalawat berangkaikan salam kepada Nabi Muhammad SAW

semoga penulis mendapatkan syafaatnya kelak.

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah

“PELAKSANAAN PENAGIHAN UTANG WAJIB PAJAK MELALUI SURAT

PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK

PAKAM”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

seluruh pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, motivasi dan inspirasi

kepada penulis sehingga Laporan Tugas Akhir ini selesai. Ucapan terima kasih

disampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara juga selaku Dosen Pembimbing yang telah

Universitas Sumatera Utara


membantu serta membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan

Laporan Tugas Akhir ini dari awal hingga selesai.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

4. Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah

memberikan ilmu pengetahuan terutama di bidang perpajakan kepada penulis

selama menjajaki masa kuliah.

5. Seluruh Bapak/Ibu Staff Pegawai Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP

USU yang telah banyak membantu dan memberikan masukan selama masa

perkuliahan sampai dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini.

6. Kak Evalin Christy Sihite selaku supervisor lapangan yang bersedia

meluangkan waktunya memberikan data-data yang diperlukan dalam

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Kepada pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yaitu Kepala

Seksi Penagihan yang telah meluangkan waktunya untuk menjawab

pertanyaan dari penulis dan Kepala Seksi Penagihan yang telah bersedia

memberikan data yang diperlukan oleh penulis untuk menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir ini.

8. Kepada Ayahanda AKP Sapariyono dan Ibunda Anna Maryam Marpaung

tercinta yang menjadi inspirasi utama penulis dalam menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir ini, yang tak henti-hentinya mendukung segala hal yang penulis

ii

Universitas Sumatera Utara


ingin lakukan, yang selalu sabar menghadapi sikap penulis, membesarkan dan

mendidik dengan kasih sayang berlimpah kepada penulis dari kecil hingga

sekarang serta dapat memberikan dukungan moril serta materil penulis.

9. Kepada keempat saudara penulis, Kak Tari, Endang Sri Wahyuni, Muhammad

Reza fachrozi dan Desi Fitri Yona yang selalu menyayangi, memberikan

semangat, dukungan, dan motivasi kepada penulis yang selalu bertanya

kepada penulis kapan wisuda, sehingga penulis semakin termotivasi untuk

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

10. Kepada Keponakan penulis Rizky Karunia yang selalu menghibur dan

mewarnai hari-hari penulis.

11. Kepada seluruh rekan-rekan terdekat (Gita Afrilda Theresia, Eva Nola Berutu,

Syafira Amaliah, Ridho Nopriansyah, dan Putri Agustina Lubis) yang super

oke yang mengajari alaynya pergaulan yang sudah menjadi teman terbaik

penulis selama 3 tahun terakhir ini dan yang saling memberikan semangat

selama penulisan Laporan Tugas Akhir. Kalian sudah seperti keluarga kedua

bagi penulis dan penulis bangga memiliki kalian semua.

12. Kepada Desi Trisnawati, Sari Rahmadani, Sri Mei Suzannah dan Jensya

Samosir selaku teman yang paling gokil abis, yang setiap harinya memberikan

gangguan, hiburan, dan memotivasi penulis hingga selesainya Laporan Tugas

Akhir ini.

13. Seluruh teman–teman seperjuangan dari Tax-A, Tax-B, dan Tax-C 2013 yang

selama ini berjuang bersama selama masa perkuliahan.

iii

Universitas Sumatera Utara


14. Seluruh teman–teman dari organisasi IMPROSAJA (Ikatan Mahasiswa

Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan) FISIP USU.

15. Seluruh mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU stambuk

2013 yang selama ini berjuang bersama dalam menuntut ilmu.

Pihak-pihak lain dan seluruh teman-teman yang namanya tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu lagi, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan dan

penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak

kelemahan dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas

Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat

memberikan manfaat kepada pembaca.

Medan, Juni 2016

Penulis

Melva Ochtapiany

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Tujuan dan Manfaat ...................................................................................... 5

C. Uraian Teoritis .............................................................................................. 7

1. Pengertian Pajak ...................................................................................... 7

2. Penagihan Pajak ...................................................................................... 8

3. Surat Paksa .............................................................................................. 8

4. Dasar Hukum Penagihan Pajak Melalui Surat Paksa .............................. 8

D. Ruang Lingkup ............................................................................................. 9

E. Metode Penulisan Tugas Akhir ..................................................................... 9

F. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 10

G. Sistematik Penulisan Laporan Tugas Akhir .................................................. 11

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam .................. 14

B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ............. 15

C. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam .................. 16

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ........... 18

Universitas Sumatera Utara


E. Uraian Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam......... 20

F. Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ............ 25

G. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ........... 26

BAB III GAMBARAN TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT

PAKSA

A. Pengertian Pajak ............................................................................................ 28

B. Penagihan Pajak ............................................................................................ 29

C. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa(PPSP) ............................................... 34

D. Dasar Hukum Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa .................................... 37

E. Tata Cara Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa .......................................... 38

F. Penagihan Seketika Sekaligus ....................................................................... 40

G. Penyitaan ....................................................................................................... 42

H. Juru Sita Pajak ............................................................................................... 49

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa ........... 52

B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ....................................................... 65

C. Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ........................................... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

vi

Universitas Sumatera Utara


A. Kesimpulan ................................................................................................... 71

B. Saran.............................................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam .............. 17

Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ............ 25

Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ....... 53

Tabel 4.2 Jumlah Penerbitan Surat Teguran Untuk Wajib Pajak Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratma Lubuk Pakam ..................................................................... 54

Tabel 4.3 Jumlah Penerbitan Surat Paksa Untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Lubuk Pakam .................................................................................... 55

Tabel 4.4 Jumlah Pembayaran Surat Paksa dan Surat Teguran Pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Lubuk Pakam .................................................................................... 57

Tabel 4.5 Tabel Klasifikasi Penyuluhan Efektifitas .................................................. 58

Tabel 4.6 Jumlah Pelaksanaan Melakukan Penyitaan Untuk Wajib Pajak

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam .............................................. 59

viii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Direktorat Jenderal Pajak sebagai aparat perpajakan, mempunyai tugas yang

cukup berat dalam memenuhi pendapatan negara yang telah ditetapkan dalam APBN.

Sehingga aparat pajak harus aktif dalam melakukan pembinaan, dan pengawasan

terhadap pelaksanaan perpajakan dari wajib pajak agar wajib pajak mematuhi

peraturan yang telah ditentukan dalam undang-undang perpajakan. Untuk

meningkatkan penerimaan pajak pemerintah telah berulangkali melakukan

pembaharuan undang-undang perpajakan.

Pada dasarnya, Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar dan

memerlukan biaya yang besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya.

Sebagai Negara yang berkembang Negara Kesatuan Republik Indonesia, kini tengah

mengoptimalisasi pembangunan di segala bidang, yaitu pembangunan bidang

ekonomi, sosial budaya, hukum, pertahanan, dan lain sebagainya. Pembangunan

tersebut bertujuan untuk mencapai cita-cita bangsa yang bercantum dalam

pembukuan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan

untuk mensejahterakan rakyatnya secara adil dan makmur.

Dan dalam merealisasikan tujuan tersebut, perlu diingat bahwa pembiayaan

yang tidak kecil dan kemandirian Negara sangat dibutuhkan pada kondisi ini.

Universitas Sumatera Utara


2

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa, yaitu dengan

menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri yaitu berupa pajak, yang

memiliki fungsi membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan

bersama.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya banyak dijumpai wajib pajak yang tidak

memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik , terutama dalam hal pembayaran

pajak yang terutang. Karena menyadari pentingnya pelaksanaan penagihan pajak

sebagai usaha terakhir dalam mengamankan penerimaan Negara.

Kesadaran akan kewajiban untuk membayar pajak tersebut dari wajib pajak

sangatlah kurang. Tetapi, karena berlandaskan atas Undang- Undang, penagihan

pajak tersebut dapat dipaksakan penagihannya bagi wajib pajak yang tidak

mempunyai kesadaran akan kewajibannya. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggunakan surat paksa.

Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingakatkan

sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri

berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat di bidang

perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif

masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Peran serta masyarakat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran

pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan. Namun, dalam

kenyataannya masih dijumpai adanya utang wajib pajak akibat tidak mau membayar

Universitas Sumatera Utara


3

dan tidak memenuhi peraturan perpajakan. Perkembangan jumlah tunggakan pajak

dari waktu ke waktu menunjukkan jumlah yang semakin besar. Peningkatan jumlah

tunggakan pajak ini masih belum dapat diimbangi dengan kegiatan pencariannya,

Namun demikian secara umum penerimaan di bidang pajak semakin meningkat.

Terhadap tunggakan pajak dimaksud perlu dilaksanakan tindakan penagihan

pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Kepatuhan Wajib Pajak

dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam peningkatan penerimaan

pajak. Dengan demikian pengkajian terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kepatuhan Wajib Pajak sangat perlu mendapatkan perhatian.

Saat ini Negara Republik Indonesia menggunakan sistem Self Assesment System

dimana Negara memberikan kewenangan terhadap wajib pajaknya untuk menghitung,

menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri kepada Negara yang berlaku sekarang ini

maka penagihan pajak yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan

merupakan wujud law enforcement untuk meningkatkan kepatuhan yang

menimbulkan aspek psikologis baagi Wajib Pajak.

Tindakan penagihan pajak yang selama ini dilaksanakan adalah berdasarkan

pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat

Paksa sebagaimana telah diubah terkhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2000.

Dengan demikian, penagihan pajak yang bersifat memaksa ini dilakukan apabila

Wajib Pajak atau penanggung pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak

dalam waktu sebagaimana telah ditentukan dalam pemberitahuan surat ketetapan

Universitas Sumatera Utara


4

pajak (SKP) dilakukan teguran, maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh juru sita

dengan surat sita dengan pernyataan dan penyerahan secara resmi kepada

penanggung pajak. Penagihan pajak dengan surat paksa ini dilakukan oleh juru sita

pajak pusat maupun pajak daerah. Jadi, surat paksa dalam penagihan tunggakan pajak

ini memiliki peran yang sangat penting yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya

proses penagihan tunggakan pajak tersebut. Penagihan pajak dengan surat paksa

diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi wajib pajak sehingga tidak akan terjadi

lagi tunggakan pajak.

Dengan Undang-Undang Penagihan Pajak yang demikian itu diharapkan dapat

memberikan penekanan yang lebih pada keseimbangan antara kepentingan

masyarakat Wajib Pajak dan Kepentingan Negara. Keseimbangan kepentingan

dimaksud berupa pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang tidak

berat sebelah atau tidak memihak, adil, serasi, dan selaras dalam wujud tata aturan

yang jelas dan sederhana serta memberikan kepastian hukum.

Sebagai salah satu syarat dalam penyusunan tugas akhir untuk memenuhi syarat

dalam penyelesaian studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan,

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk mempraktikkan

teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan pada kondisi di lapangan yang

sebenarnya.

Diharapkan PKLM ini dapat memberikan pengetahuan yang praktis mengenai

lingkungan kerja beserta aspek-aspek perpajakan yang terdapat di dalamnya.

Universitas Sumatera Utara


5

Dari uraian di atas, maka penulis ingin mencoba menulis laporan tugas akhir

dengan judul “Pelaksanaan Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam’’.

B. Tujuan Dan Manfaat

1. Tujuan

1.1 Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa

pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

1.2 Untuk mengetahui faktor penghambat dalam tata cara pelaksanaan penagihan

pajak melalui surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

1.3 Untuk mengetahui dan mencari penyelesaian masalah dalam tata cara

pelaksanaan penagihan melalui surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Lubuk Pakam

2. Manfaat

Manfaat proposal judul ini ternyata sangat bermanfaat bagi semua pihak

diantaranya adalah :

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Menambah pengetahuan penulis mengenai tata cara pelaksanaan penagihan

utang pajak dengan menggunakan surat paksa.

b. Menarapkan toeri-teori dan ilmu yang telah diterima selama bangku

perkuliahan berlangsung.

c. Meningkatkan keahlian berkomunikasi dan sarana peningkatan rasa percaya

diri dalam berintekrasi dengan dunia kerja.

Universitas Sumatera Utara


6

d. Menciptakan serta menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab

profesionalnalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal tersebut sangat

dibutuhkan ketika memasuki lingkungan kerja yang sesungguhnya.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pratama Lubuk Pakam

a. Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara.

b. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak dalam hal sosialisasi perpajakan

kepada masyarakat wajib pajak melalui peserta Praktik Kerja Lapangan

Mandiri yang akhirnya akan mengabdikan ilmu perpajakan kepada masyarakat.

c. Mendapat masukan berupa ide-ide baru, saran dan gagasan bagi Kantor

Pelayanan Pajak Lubuk Pakam menyangkut penanganan masalah perpajakan.

d. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai administrasi perpajakan.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Mendapatkan masukan berupa ide, saran dan gagasan untuk evaluasi

kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan bagi

penyempurnaan revisi kurikulum.

b. Menghasilkan sumber daya manusia yang lebih profesional dan bertanggung

jawab dalam menjalankan tugas-tugas yang akan dijalani dalam lingkungan

kerja oleh seluruh alumninya.

c. Mempromosikan Universitas Sumatera Utara sebagai penghasil sumber daya

manusia yang berkualitas dan layak saing di dunia kerja.

d. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang diperoleh mahasiswa selama

masa perkuliahan kedalam dunia kerja khususnya di bidang perpajakan.

Universitas Sumatera Utara


7

C. Uraian Teoritis

Sebelum membahas mengenai tata cara yang digunakan mencari data yang

berpotensi perpajakan, maka dalam sub ini akan dikemukakan terlebih dahulu

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan judul tersebut diatas.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tata cara adalah tahap kegiatan untuk

menyelesaikan suatu aktivitas, metode langkah demi langkah secara pasti dalam

memecahkan suatu masalah.

Berikut ini adalah beberapa teori dasar yang berhubungan dengan judul yang

dipilih oleh penulis:

1. Pengertian Pajak

Menurut Dr. Soerparman Soehamidjaja, pajak dalah iuran wajib, berupa uang

atau barang, yaitu dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna

menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai

kesejahteraan umum. Pengertian lain mengenai pajak dikemukakan juga oleh Prof.

Dr. P. J. A. Andriani, pajak adalah iuran kepada negara ( yang dapat dipaksakan )

yang terhutang oleh oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan

dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya

adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas

Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

Universitas Sumatera Utara


8

Undang dengan pihak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

kepeluan Negara bagi kemakmuran rakyat.

2. Penagihan Pajak

Sesuai dengan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang

Penagihan Pajak dengan surat paksa adalah serangkaian tindakan agar penanggung

pajak surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan

penyenderaan, menjual barang yang telah di sita.

3. Surat Paksa

Surat Paksa merupakan salah satu sarana penagihan pajak. Dengan kata lain,

sesuai dengan Pasal angka 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang

dimaksud dengan Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak. Surat paksa diterbitkan karena jumlah pajak yang masih harus

dibayar berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

(SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan

Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak masih

harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai jangka

waktu yang telah ditetapkan.

4. Dasar Hukum Penagihan Pajak Melalui Surat Paksa

Adapun yang menjadi dasar Hukum Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ini,

yaitu :

a. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Universitas Sumatera Utara


9

b. Peraturan Menteri Keungan Republik Imdonesia Nomor 85/PMK.03/2008 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.

c. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor Se-08/PJ.75/2002 tentang

Pemeriksaan Untuk Tujuan Penagihan Pajak.

d. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-50/PJ/2010 tentang Kebijakan

Penagihan Pajak.

D. Ruang Lingkup

Berdasarkan judul yang telah dipilih oleh penulis, maka penulis akan

menentukan ruang lingkup yang menjadi kajian dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri ini. Ruang lingkup ini untuk membatasi kegiatan yang akan dilakukan agar

sebagai ruang lingkup dalam tugas akhir ini, yaitu :

1. Tata cara Penagihan pajak dan cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan

pengihan pajak dengan surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

Pakam.

2. Faktor penghambat proses penagihan pajak dengan surat paksa pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

3. Praktik ini dilakukan pada Seksi Penagihan dengan data base yang digunakan

adalah data tahun 2015, 2016.

E. Metode Penulisan Tugas Akhir

Dalam menulis laporan proposal tugas akhir, penulis melakukan metode-metode

yang akan digunakan dalam pelaksanaannya penulisan tugas akhir. Adapun Metode

Penulisan yang akan digunakan penulis adalah:

Universitas Sumatera Utara


10

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan mulai dari penentuan tempat atau

lokasi penelitian , mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal serta

melakukan konsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka

seperti Undang-Undang, buku, artikel ilmiah, maupun literatur lain yang

berhubungan dengan objek Kinerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Didalam tahap ini penulis melakukan peninjauan atau pengamatan langsung.

Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data-data Wajib Pajak.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data primer dan skunder yang

berhubungan dengan apa yang dikerjakan pada lapangan nanti yang diperlukan dalam

penyusunan laporan akhir dari kegiatan kerja lapangan. Data primer adalah data yang

diperoleh dari pihak pendukung seperti laporan, atau dokumen-dokumen.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka penulis melakukan analisa

dan evaluasi terhadap data atau keterangan yang diperoleh.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam pelaksanaan penyusunan proposal tugas akhir

ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok, antara lain :

Universitas Sumatera Utara


11

1. Wawancara (interview Guide)

Yaitu dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab secara langsung

dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam mengetahui hal-

hal yang menjadi objek pembahasan.

2. Metode Pengamatan

Dalam metode ini penulis langsung ke lapangan untuk melakukan peninjauan

dengan pengamatan dan pencatatan yang berkaitan dengan Pembuatan laporan tugas

akhir.

3. Daftar Dokumentasi

Dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

prosedur atau tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa pada Kantor

Pelayanan pembahasan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan tugas akhir ini

maka penulis membaginya ke dalam lima bab. Adapun rincian dari tiap-tiap bab

terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup,

metode, metode pengumpilan data serta sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI

Universitas Sumatera Utara


12

Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum objek/lokasi laporan tugas

akhir, sejarah singkat, serta srtuktur organisasi dan fungsi masing-masing seksi

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB III :GAMBARAN DATA TENTANG PELAKSANAAN PENAGIHAN

PAJAK MELALUI SURAT PAKSA

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian-pengertian yang

berhubungan dengan masalah yang diangkat sesuai dengan peraturan-peraturan

perundang-undangan yang berlaku, Tata Cara atau prosedur pelaksanaan Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa berdasarkan Undang-Undang pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Lubuk Pakam.

BAB IV : ANALISIS EVALUASI

Pada bab ini berisi tentang data-data dan pembahasan-pembahasan mengenai

tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa, faktor penghambat

pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa, cara penyelesaian masalah dalam

tata cara pelaksanaan penagihan pajak sengan surat paksa pada Kantor Pelayan Pajak

Pratama Lubuk Pakam yang telah dikumpulkan pada saat pembuatan laporan tugas

akhir kemudian dianalisis dan di evaluasi.

BAB V : KESIMPUAN DAN SARAN

Dalam bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan

merupakan intisari yang mencakup seluruh objek pembahasan yang dibahas dalam

Laporan Tugas Akhir. Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan

Universitas Sumatera Utara


13

yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang dibahas dari

objek pembahasan yang terdapat dalam pelaksanaan laporan tugas akhir.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak melakukan modernisasi perpajakan

sebagai bagian dari reformasi perpajakan (Tax-Reform) dan reformasi birokrasi.

Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan

kepada Wajib Pajak , yang dihimbau dengan pengawasan dan konsultasi. Untuk

implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model,

yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama. Salah satunya adalah

KPP Pratama Lubuk Pakam yang terletak di Jalan Diponegoro No. 42-44 Lubuk

Pakam sebelum akhirnya pindah ke Jalan Diponegoro No. 30A Medan.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-95/PJ/2008

tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di lingkungan

Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai

beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada dibawah

lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I yang membawahi seluruh wilayah

Kabupaten Deli Serdang.

Adapun Visi dan Misi dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk

Pakam sebagai berikut :

14

Universitas Sumatera Utara


15

Visi

MENJADI INSTITUSI PEMERINTAH PENGHIMPUN PAJAK NEGARA YANG

TERBAIK DI WILAYAH ASIA TENGGARA. Menjadi Kantor Pelayanan yang

dapat memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan sesuai Ketentuan Perpajakan

yang berlaku.

Misi

MENYELENGGARAKAN FUNGSI ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN

MENERAPKAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SECARA ADIL DALAM

RANGKA MEMBIAYAI PENYELENGGARAAN NEGARA DEMI

KEMAKMURAN RAKYAT.

B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Uraian tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada paragraf 2

(dua) pasal 58 sampai dengan 61.

Dalam melaksanakan tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,

penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum

perpajakan.

Universitas Sumatera Utara


16

2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, peneriman/pengolahan Surat

Pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya.

3. Penyuluhan perpajakan.

4. Pelaksanaan registrasi wajib pajak.

5. Penatausahaan utang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

6. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

7. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

8. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

9. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi.

10. Pembetulan ketetapan pajak

11. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.

C. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam adalah

wilayah Kabupaten Deli Serdang yang memiliki kecamatan sebagai berikut:

1. Kecamatan Bangun Purba

2. Kecamatan Batang Kuis

3. Kecamatan Beringin

4. Kecamatan Biru-Biru

5. Kecamatan Deli Tua

6. Kecamatan Galang

7. Kecamatan Gunung Meriah

Universitas Sumatera Utara


17

8. Kecamatan Hamparan Perak

9. Kecamatan Labuhan Deli

10. Kecamatan Lubuk Pakam

11. Kecamatan Kotalimbaru

12. Kecamatan Namo Rambe

13. Kecamatan Pagar Merbau

14. Kecamatan Pancur Batu

15. Kecamatan Pantai Labu

16. Kecamatan Patumbak

17. Kecamatan Percut Sei Tuan

18. Kecamatan Sibolangit

19. Kecamatan STM Hilir

20. Kecamatan STM Hulu

21. Kecamatan Sunggal

22. Kecamatan Tanjung Morawa

Tabel 2.1

WILAYAH KERJA KPP PRATAMA LUBUK PAKAM

WASKON KECAMATAN
Melayani Permohonan Perpajakan dan
Waskon I
Konsultasi untuk seluruh Kecamatan
BATANG KUIS
Waskon II PERCUT SEI TUAN
DELI TUA

Universitas Sumatera Utara


18

PANTAI LABU
PAGAR MERBAU
BERINGIN
PANCUR BATU
SIBOLANGIT
SUNGGAL
S.TANJUNGMUDA HULU
TANJUNG MORAWA
Waskon III BIRU-BIRU
LABUHAN DELI
S.TANJUNGMUDA HILIR
GUNUNG MERIAH
HAMPARAN PERAK
LUBUK PAKAM
NAMO RAMBE
Waskon IV GALANG
BANGUN PURBA
KOTALIMBARU
PETUMBAK

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, 2016

D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama

dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hubungan kerja dalam

organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran

sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi

dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang

pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian.

Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam

Universitas Sumatera Utara


19

organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan integrasi

secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun

horizontal.

KPP Pratama Lubuk Pakam sendiri menerapkan struktur organisasi Lini dan

Staff. KPP Pratama Lubuk Pakam dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang secara

operasional bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak Sumatera Utara I.

Dibawah ini merupakan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Lubuk Pakam :

1. Kepala Kantor

2. Sub Bagian Umum

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

4. Seksi Pelayanan

5. Seksi Penagihan

6. Seksi Pemeriksaan

7. Seksi Ekstensifikasi

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

12. Kelompok Jabatan Fungsional

Universitas Sumatera Utara


20

E. Uraian Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (Kepala Kantor)

Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan

rencana strategi kantor wilayah.

b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan

potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan

tahun lalu.

c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU) sesuai

arahan kepala kantor wilayah.

d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka

intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasi pelaksanaan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam

rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

f. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial

dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

g. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau

pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan

ketetapan pajak.

Universitas Sumatera Utara


21

h. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.

i. Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.

j. Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh

dan pembayaran masa PPN/PPnBM untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib

pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.

2. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu :

2.1. Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan

kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan,

penetapan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian, dan pengiriman laporan

agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

Pakam..

2.2. Bagian Keuangan

Tugasnya adalah merencanakan kebutuhan dana dan melakukan urusan

pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

2.3. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan

perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dari segi material agar

dapat menunjang kelancaran jalannya pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Lubuk Pakam.

Universitas Sumatera Utara


22

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi pengolahan data dan informasi mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi

perpajakan.

b. Perekaman dokumen perpajakan.

c. Merekam SSP lembar 3.

d. Merekam SPT Masa PPN.

e. Merekam PPh Pasal 21.

f. Merekam PPh Pasal 23/26.

g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat (2).

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

i. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer.

j. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing.

k. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG.

l. Penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan

Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perrpajakan.

c. Melakukan penyuluhan perpajakan.

d. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan diri Wajib Pajak dan surat-

surat lainnya.

Universitas Sumatera Utara


23

e. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan

surat lainnya.

f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas

wajib pajak.

g. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan kearsipan

Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Melakukan kerja sama perpajakan.

5. Seksi Penagihan

Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi penagihan.

b. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat

paksa, surat perintah, melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan

lainnya.

c. Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta

bukti pembayarannya.

d. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan / Keberatan / Putusan

Banding / Pengurangan atau Pembatalan ketetapan pajak dan surat keputusan

pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi pada seksi penagihan.

6. Seksi Pemeriksaan

Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan.

b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

Universitas Sumatera Utara


24

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi

pemeriksaan perpajakan lainnya.

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas serangkaian kegiatan menghimpun dan

mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan

profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang selanjutnya

akan ditindak lanjuti ke bagian fungsional untuk diperiksa.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan dokuman masuk di seksi

ekstensifikasi perpajakan.

b. Melakukan pengamatan potensi perpajakan.

c. Pendataan objek dan subjek pajak.

d. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang

ekstensifikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Pada seksi ini terdapat Account Representative (AR) yang masing-masing

memiliki tugas. Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.

b. Pembimbingan / penghimbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis

perpajakan.

Universitas Sumatera Utara


25

c. Melakukan penyusunan profil wajib pajak.

d. Menganalisis kerja wajib pajak.

e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

f. Melakukan evaluasi hasil banding.

g. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi,.

Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan

Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

h. Penyuluhan perpajakan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan pemeriksaan kepada

wajib pajak yang telah ditetapkan ataupun diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan bertujuan untuk menguji kepatuhan pelaksanaan kewajiban pajak dari

wajib pajak untuk selanjutnya diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

F. Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Lubuk Pakam adalah berjumlah 116 orang yang terdiri dari :

Tabel 2.2. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

No. Uraian Jumlah

1. Kepala Kantor 1

Universitas Sumatera Utara


26

2. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal 11

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12

4. Seksi Pelayanan 18

5. Seksi Penagihan 6

6. Seksi Pemeriksaan 8

7. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan 10

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 7

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 12

10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 14

11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7

12. Fungsional 10

Sumber : Data dari KPP Pratama Lubuk Pakam, 2016

Gambar 2.1. Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam

Universitas Sumatera Utara


27

Universitas Sumatera Utara


BAB III

GAMBARAN TENTANG PENAGIHAN PAJAK

DENGAN SURAT PAKSA

A. Pengertian Pajak

1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum. Defenisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk

membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk simpanan publik

(publik investment).

2. Mr. Dr. N. J. Feldman

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma

umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat

ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah.

3. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2009.

28

Universitas Sumatera Utara


29

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orng pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

B. Penagihan Pajak

1. Pengertian Penagihan Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan salah satu kunci

keberhasialan penerimaan pajak. Hanya saja, ketika Wajib Pajak tidak membayar

pajak ataupun belum melunasi pajaknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan

diberikan tindakan tegas kepadanya yang diwujudkan dalam bentuk penagihan Pajak.

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2000. Penagihan Pajak adalah merupakan serangkaian tindakan agar

Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur

atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,

memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,

melaksanakan penyenderaan, dan menjual barang yang telah disita. Tujuan

pelaksanaan Penagihan Pajak adalah untuk melunasi utang pajak oleh Wajib Pajak.

2. Penagihan Utang Pajak

Tindakan penagihan utang pajak secara teoritis dapat dilakukan dengan 2

langkah yaitu :

Universitas Sumatera Utara


30

a. Penagihan Pasif

Penagihan Pajak Pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak

(STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar Tambahan (SKBKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak

terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak

terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan pajak

terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari belum

dilunasi, maka 7(tujuh) hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak

secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.

b. Penagihan Aktif

Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana

dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim

surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan

dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.

3. Surat Tagihan Pajak

Yang dimaksud dengan Surat Tagihan Pajak menurut ketentuaUmum dan Tata

Cara Perpajakan pasal 1 angka 20 adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dapat

diterbitkan oleh Dirjen Pajak melalui pemeriksaan ataupun penelitian. Surat Tagihan

Pajak diterbitkan setelah lewat 1(satu) bulaan sejak masa pajak yang bersangkutan.

Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hokum yang sama dengan Surat Ketetapan

Pajak.

Universitas Sumatera Utara


31

Surat Tagihan Pajak dikeluarkan apabila antara lain :

a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar.

b. Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat.

c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau/ bunga.

d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tidak membayar

faktur pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.

4. Surat Ketetapan Pajak

Yang dimaksud dengan Surat Ketetapan Pajak menurut Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 15 adalah surat ketetapan yang meliputi Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,

Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat

Ketetapan Pajak dapat diterbitkan karena berdasarkan pemeriksaan atau penelitan atas

data Wajib Pajak, bahwa pajak yang dihitung atau dilaporkan dalm SPT tidak benar,

sehingga masih terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar dan pajak yang tidak

atau kurang dipotong atau dipungut.

Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 angka 15, Surat

Ketetapan Pajak terbagi atas :

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang

menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah

Universitas Sumatera Utara


32

kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah

pajak yang masih harus dibayar.

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang

menentuakan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan

besarnya jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau

pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan

jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar

daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

Surat Keputusan Pajak dapat diterbitkan oleh Dirjen Pajak sampai dengan

jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak,

Bagian Tahun Pajak atau Tahunan Pajak, yang disebabkan oleh :

a. Pemeriksaan atau Keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar.

b. SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah

ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya.

c. Kewajiban pembukuan dan meminjam buku pada saat diperiksa tudak dipenuhi,

sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.

Universitas Sumatera Utara


33

5. Surat Teguran

Tindakan awal dari penagihan pajak yaitu dengan penerbitan surat teguran.

Kemudian akan diterbitakan surat peringatan atau surat lain yang sejenis apabila

penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo.

Penerbitan Surat Teguran dilakukan sebagai berikut :

a. Dalam hal wajib pajak tudak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang

masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak

tidak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKBT), kepada Wajib Pajak

disampaikan Surat Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan

keberatan

b. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang

masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak

tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan

dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), kepada Wajib Pajak disampaikan Surat

Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding.

c. Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang

masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak

tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan

dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), kepada Wajib Pajak disamapaikan Surat

Universitas Sumatera Utara


34

Teguran,setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih

harus dibayar berdasarkan putusan banding.

d. Dalam hal Wajib Pajak menyetujui jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam

pembahasan akhir hasil pemeriksaan, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat

Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan.

e. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

(SKPKBT) setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima

Surat Pemberitahuan untuk hadir oleh Wajib Pajak, kepada Wajib Pajak

disampaikan Surat Teguran, setelah 7(tujuh) hari sejak tanggal pencabutan

pengajuan keberatan tersebut.

f. Surat Teguran dalam rangka Penagihan Pajak atas Utang Pajak Bumi dan

Bangunan dan/atau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana

tercantum dalam Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (STPPBB),

SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau

Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,

disampaikan kepada Wajib Pajak, setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo

pelunasan.

C. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (PPSP)

1. Pengertian Surat Paksa

Universitas Sumatera Utara


35

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak

dengab Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2000, Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan

biaya penagihan pajak.

2. Isi Dan Karakteristik Surat Paksa

Surat Paksa dapat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu segi isinya dan segi

karakteristiknya.

a. Dari Segi Isinya

1) Berkepala kata-kata “ Atas Nama Keadilan ” yang dengan Undang-Undang Nomor

14 Tahun 1970 Pasal 4 disesuaikan bunyinya menjadi “ Demi Keadilan

Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ”.

2) Nama Wajib Pajak / Penanggung Pajak, keterangan yang cukup beralasan yang

menjadi dasar penagihan, serta perintah membayar.

3) Dikeluarkan / ditandatangani oleh pejabat yang berwenang yang ditunjuk oleh

Menteri Keuangan / Kepala Daerah.

b. Dari Segi Karakteristik

1) Mempumyai kekuatan hukum yang sama dengan groose dari putusan Hakim

dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.

2) Mempunyai kekuatan hukum yang pasti.

3) Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak (biaya-

biaya penagiha).

Universitas Sumatera Utara


36

4) Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan dan penyenderaan / pencegahan.

Surat Paksa dalam bahasa hukum disebut sebagai parate Eksekusi (eksekusi

langsung), yang berarti bahwa penagihan pajak secara paksa dapat dilakukan tanpa

melalui proses Pengadilan Negeri. Hal ini bisa dimengerti karena surat paksa itu

mempunyai kekuatan hukum yang pasti, dimana fiskus dalam melaksanakan

kewajiban mempunyai hak “Parate Eksekusi ”.

3. Penerbitan Surat Paksa

Pada Pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak

Dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2000, Surat Paksa diterbitkan apabila :

a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan

Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.

b. Terhadap Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum

dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam

keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat :

1. Nama Wajib Pajak, atau Nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak.

2. Dasar Penagihan

3. Besarnya Utang Pajak

4. Perintah untuk membayar

Universitas Sumatera Utara


37

4. Fungsi Surat Paksa

Adapun fungsi Surat Paksa adalah sebagai sarana atau alat pembayaran kepada

penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 2 x 24jam.

Sebagai tindak lanjut untuk mencairkan tunggakan pajak atas tidak dihiraukan

penerbitan Surat Paksa maka aparatur pajak akan melaksanakan penyitaan.

5. Mekanisme Penagihan Pajak

Penagihan Penagihan Pajak disusun secara penjadwalan :

a. 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo, bila utang pajaknya tidak dilunasi, maka kepada

Wajib Pajak diterbitkan Surat Teguran.

b. 21 (dua piluh satu) hari setelah diterbitkan surat teguran ternyata masih belum

lunas, kepada Wajib Pajak diterbitkan Surat Paksa.

c. Kewajiban pajak sebagaimana terutang dalam Surat Paksa adalah 2 x 24 jam.

d. Dalam hal masih belum terlunasinya utang pajaknya, dapat diterbitkan Surat

Perintah untuk mengumumkan tentang pelelangan surat umum.

e. 14 (empat belas) hari setelah dilkukan tagihan dengan surat paksa, bila masih

belum melunasinya diterbitkan Surat Perintah untuk mengumumkan tentang

pelelangan surat umum.

f. 14 (empat belas) hari setelah pengumuman ternyata masih belum melunasi utang

pajaknya, dikenakan sanksi berupa tindakan pelelangan di muka umum.

D. Dasar Hukum Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Universitas Sumatera Utara


38

Adapun yang menjadi dasar hukum dalam Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

(PPSP), yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Peangiham Pajak dengan Surat

Paksa.

2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 tentang

perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 tentang Tata

Cara Pelaksanaan Penagaihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan

Penagihan Seketika dan Sekaligus.

3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.75/2002 tentang

Pemeriksaan Untuk Tujuan Penagihan Pajak.

4. Surat Edaran Direktur Jendaral Pajak Nomor SE-50/PJ/2010 Tentang Kebijakan

Penagihan Pajak.

E. Tata Cara Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008

tentang Tata Cara Pelaksanakan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan

Penagihan Seketika dan Sekaligus.

1. Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan

Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak.

2. Pemberitahuan Surat Paksa Kepada Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan dengan membacakan isi Surat Paksa oleh juru sita

Universitas Sumatera Utara


39

pajak dan dituangkan dalam Berita Acara sebagai pernyataan bahwa Surat Paksa

telah diberitahukan

3. Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya berisi hari

dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang

menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa serta ditandatangani oleh

Jurusita Pajak dan Penanggung Pajak.

Surat Paksa terhadap Orang Pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:

1. Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang

memeungkinkan.

2. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja ditempat

usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak

dapat dijumpai.

3. Seorang ahli atau salah seorang ahli atau pelaksanaan wasiat atau yang mengurus

harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta

warisan belum dibagi; atau

4. Ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah

dibagi.

Surat Paksa terhadap Badan diberitahukan oleh Jurusita pajak:

1. Pengurus meliputi Direksi, Komisaris, pemegang saham pengendali atau mayoritas

untuk perseroan terbuka, pemegang saham untuk perseroan tertutup, dan orang

yang nyata-nyata mempunyai keputusan dalam menjalankan perseroan, untuk

perseroan terbatas.

Universitas Sumatera Utara


40

2. Kepala Perwakilan, kepala cabangvatau penanggung jawab, untuk Bentuk Usaha

Tetap.

3. Pemilik modal, atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan mengendalikan

serta bertanggung jawab atas perusahaan, untuk badan usaha lainnya seperti

kontrak investasi kolektif, persekutuan, firma, dan perseroan komanditer.

4. Ketua atau yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas

yayasan, untuk yayasan.

5. Pegawai tetap ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan

apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana

dimaksud pada angka 1, angka 2, angka 3, angka 3, dan angka 4

Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, surat paksa diberitahukan kepada

Kurator, Hakim Pengawas, atau Balai Harta Peninggalan. Dalam hal Wajib Pajak

dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau

badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator.

Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat surat kuasa

khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan, Surat Paksa dapat

diberitahukan kepada penerima kuasa.

F. Penagihan Seketika Sekaligus

Yang dimaksud dengan Penagihan Seketika dan Sekaligus berdasarkan

Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor 24/PMK/.03/2008 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan

Universitas Sumatera Utara


41

Seketika dan sekaligus yaitu tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh

Jurusita Pajak kepada Penaggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo

pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak,

dan Tahun Pajak.

Jurusita pajak melaksanakan penagihan Seketika dan sekaligus tanpa menunggu

jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan

Sekaligus yan diterbitkan oleh Pejabat apabila :

1. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau

berniat untuk itu.

2. Penanggung Pajak memindah tangankan brang yang dimiliki atau yang dikuasai

dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan

yan dilakukannya di Indonesia.

3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penangung Pajak akan membubarkan badan usaha,

atau menggabungkan usaha, atau memekarkan usaha, atau memindahtangankan

perusahaan yang di miliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan

bentuk lainnya.

4. Badan Usaha yang dibubarkan oleh Negara;atau

5. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat

tanda-tanda kepailitan.

Penagihan seketika dan sekaligus dilakukan terhadap seluruh utang pajak dan

semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penyampaian Surat Perintah

Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh jurusita pajak

Universitas Sumatera Utara


42

kepada kepada Penanggung Pajak. Surat Perintah Penagihan seketika dan sekaligus

sekurang-kurangnya memuat :

1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak

2. Besarnya Utang Pajak

3. Perintah untuk membayar; dan

4. Saat pelunasan pajak

G. Penyitaan

Menurut Undang-Undang 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, pada pasal 1 anagka (14), penyitaan

adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna

dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-

undangan. Penyitaan dilaksankan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka

waktu 2x24 jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada

penanggung pajak.

Tujuan penyitaan itu sendiri adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak

dari Penangun Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksankan terhadap semua

barang Penanggung Pajak, baik yang berada di tempat tingal, tempat usaha, tempat

kedudukan Penanggung Pajak, atau ditempat lain sekalipun penguasaannya berada di

tangan pihak lain.

1. Objek Sita

Universitas Sumatera Utara


43

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan dengan

Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2000, berdasarkan Pasal 14, penyitaan meliputi :

1. Penyitaan dilaksankan terhadap barang milik Peanggung Pajak yang berada

ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk

yang penguasaannya berada di tangan lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan

utang tertentu yang dapat berupa :

a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasa, uang tunai, dan deposito berjangka,

tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan

dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan

modal pada perusahaan lain, dengan rincian sebagai berikut :

1) Semua barang bergerak yang ada dirumah Penanggung Pajak seperti :

- Perkakas rumah tangga (lemari, meja, dan kursi, dan sebagainya)

- Barang-barang mewah (televisi, lemari es, tape recorder, kompor gas dan

sebagaimana)

- Barang-barang perhiasan (kalung, gelang, cincin dari emas, berlian dan batu

permata lainnya)

- Uang tunai (termasuk surat-surat berharga)

- Kenderaan (mobil, sepeda motor, vespa, sepeda, dan sebagainya)

- Lain-lainnya (lukisan, jam dinding, radio dan sebagainya)

2) Semua barang bergerak yang ada ditoko Penanggung Pajak, seperti :

Universitas Sumatera Utara


44

- Barang dagangan (baik yang berada di toko tersebut maupun yang berda di

gudang)

- Barang-barang investasi toko (lemari, meja, kursi, mesin tik, kenderadanan

dan sebagainya)

3) Semua barang gerak yang ada di tempat usaha Penanggung Pajak, seperti :

- Persedia barang jadi maupun bahan baku, barang-barang inventaris perusahaan

lainnya, termasuk kenderaan bermotor, mesin tik dan sebagainya

4) Semua barang bergerak yang ada di kantor Penanggung Pajak, seperti:

- Investasi kantor (mesin tik, meja, kursi, lemari besi, dan alat kantor lainnya)

- Kenderaan bermotor (mobil, sepeda motor, vespa, dan sebagainya)

b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan,dengan rincian sebagai berikut:

1) rumah tinggal, bangunan kantor, bangunan perusahaan, gudang dan sebagainya,

baik yang ditempati sendiri maupun yang disewakan/dikontrakkan kepada

orang lain.

2) Kebun, sawah, dan sebagainya baik yang ditempati/dikerjakan sendiri maupun

yang disewakan/dikerjakan orang lain.

2. Penyitaan terhadap Penanggung Pajak Badan dapat dilaksanakan terhadap barang

milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab,

pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal

mereka maupun ditempat lain.

Universitas Sumatera Utara


45

3. Penyitaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai

barang yang disita diperkirakan cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang

pajak dan biaya penagihan pajak.

4. Hak lainnya yang dapat disita selesai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

2. Pengecualian Objek Sita

Berdasarkan ketentuan pada pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1997 tentang Peangihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir

menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, barang-barang Penanggung Pajak

yang tidak boleh disita yaitu :

a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh

Penanggung Pajak dan keluarganya yang menjadi tanggungannya.

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan

memasak yang berada di rumah.

c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas.

d. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksankan

pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari

Rp.20.000.000 (dua puluh juta).

e. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga

yang menjadi tanggungannya.

3. Surat Perintah Melaksankan Penyitaan

Universitas Sumatera Utara


46

Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) adalah surat perintah yang

diterbitkan oleh Pejabat untuk melaksanakan penyitaan. Apabila utang pajak tidak

dilunasi oleh Penanggung Pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh

empat) jam setelah Surat Paksa diberitahukan, Pejabat menerbitkan Surat Perintah

melaksanakan penyitaan.

Penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak dilaksanakan oleh Jurusita

Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh

Pejabat. Pejabat yang dimaksud di sini dalah pejabat yang berwenang mengangkat

dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika

dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat

Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, Penentuan Harga limit, Pembatalan Lelang,

Surat Perintah Penyrnderaan dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak

sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau utang pajak

menurut Undang-Undang Peraturan Daerah.

4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penyitaan

Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan

cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang Pajak dan biaya penagihan pajak.

Untuk tahap-tahap pelaksanaan penyitaan tersebut terbagi menjadi 6 bagian yaitu :

a. Penyitaan terhadap perhiasan emas, permata dan sejenisnya, dilaksanakan sebagai

berikut :

1) Membuat rincian tentang jenis, jumlah, dan harga perhiasan yang disita dalam

suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.

Universitas Sumatera Utara


47

2) Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita

b. Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing, dilaksanakan sebagai

berikut :

1) Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya

dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.

2) Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

3) Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang

selanjutnya ditempeli dengan segel sita dan kemudian menitipkannya pada

Peanggung Pajak atau menitipkannya pada bank.

c. Penyitaan terhadap kekayaan Peanggung Pajak yang disimpan di bank berupa

deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang

dipersamakan,dilaksanakan sebagai berikut :

1) Pejabat mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan

penyampaiannya Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.

2) Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari

Pejabat dan membuat Berita Acara Pemblokiran serta menyampaikan

salinannya kepada Pejabat dan Penanggung Pajak.

3) Jurusita Pajak setalah menerima berita acara pemblokiran dari bank

memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar

memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank tersebut kepada

Jurusita Pajak.

Universitas Sumatera Utara


48

4) Dalam hal Penanggung Pajak tidak memberikan kuasa kepada bank, Pejabat

meminta Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan bank

untuk memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada

bank yang dimaksud.

5) Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui, Jurusita Pajak

melaksanakan Penyitaan dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita,

menyampaikan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Penanggung

Pajak dan bank yang bersangkutan.

6) Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah

Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak.

7) Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap kekayaan

Penanggung Pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila Utang

Pajak dan Biaya Penagihan Pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak

sekalipun telah dilakukan pemblokiran .

d. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang

tidak diperdagangkan di bursa efek, dilaksankan sebagai berikut :

1) Melakukan inventaris dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai

nominal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu

daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksaan Sita.

2) Membuat Berita Acara Pelaksanaan Cerita

3) Membuat berita Acara pengalihan hak surat berharga atas nama dari

Penanggung Pajak.

Universitas Sumatera Utara


49

e. Penyitaan terhadap piutang, dilaksanakan sebagai berikut:

1) Melakukan inventaris dan membuat tentang jenis dan jumlah piutang

2) Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita

3) Membuat Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang dari

Penanggung Pajak kepada Pejabat, dan salinannya disampaikan kepada

Penanggung Pajak dan pihak yang berkewajiban membayar utang.

f. Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat

sahamnya, dilaksanakan sebagai berikut :

1) Melakukan investasi dan membuat rincian tentang jumlah penyertaan modal

pada perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara

Pelaksanaan Sita.

2) Membuat Berita Acara.

3) Membuat Akta Persetujuan Penagihan Hak Penyertaan Modal pada perusahaan

lain dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, salinannya disampaikan kepada

perusahaan tempat penyertaan modal.

H. Jurusita Pajak

Jurusita Pajak adalah pelaksanaan tindakan penagihan pajak yang meliputi

penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan

Penyenderaan. Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat yang ditunjuk

oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau Gubernur atau

Bupati/Walikota untuk penagaihan pajak darah.

Universitas Sumatera Utara


50

1. Syarat Jurusita Pajak

Pada Pasal 1 angka 6 Undang-Undang PPSP Pasal 1 ayat 1

KMK.No.562/kmk.01/2000 Jurusita dalam melaksanakan tugasnya merupakan

pelaksanaan eksekusi dan putusan yang sama kedudukannya dengan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, untuk

dapat diangkat sebagai Jurusita Pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat

dengan itu;

b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a

c. Berbadan sehat;

d. Lulus pendidikan dan latihan Jurusit Pajak

e. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian

1. Pemberhentian Surat Pajak

Jurusita Pajak diberhentikan apabila :

a. Meninggal dunia

b. Pensiun

c. Karena alih tugas atau kepentingan lainnya

d. Ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas

e. Melakukan perbuatan tercela

f. Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak

g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus

2. Tugas Jurusita Pajak

Universitas Sumatera Utara


51

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang menjadi tugas dari Jurusita Pajak adalah :

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagiha Seketika dan Sekaligus

b. Memberitahukan Surat Paksa, maksudnya menyampaikan Surat Paksa secara

resmi kepada Penanggung Pajak dengan penyertaan dan penyerahan salinan Surat

Paksa.

c. Melaksanakan Penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan.

d. Melaksanakan Penyenderaan berdasarkan Surat Perintah Penyenderaan, yaitu

sesuai dengan izin yang diberikan oleh Menteri atau Gubernur.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Pada pembahasan mengenai Analisa dan Evaluasi ini, penulis akan menganalisa

suatu data mengenai tunggakan pajak yang dilakukan tindakan Penagihan Pajak serta

pencairannya dengan menggunakan Surat Paksa guna meningkatkan penerimaan

pajak yang melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.

A. Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa

Dengan menganut Self Assesment System, yang memberikan kepercayaan

kepada Wajib Pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak terutangnya, pihak

Direktorat Jenderal Pajak mengharapkan agar penerimaan negara dari sektor pajak

tersebut dapat meningkat. Sehingga dalam hal ini peranan Wajib Pajak sangat besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan sistem perpajakan.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak Wajib Pajak yang

tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam hal pelunasan utang pajaknya.

Untuk Wajib Pajak dalam cakupan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Lubuk Pakam ini sendiri, masih banyak Wajib Pajak yang tidak menghiraukan atas

diterbitkannya surat ketetapan pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus

menerbitkan Surat Teguran dan kemudian diikuti dengan Surat Paksa apabila Wajib

Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya.

52

Universitas Sumatera Utara


53

Tabel 4.1

Jumlah Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk

Pakam Tahun 2014, 2015, dan Jan-Mei 2016

Tahun Wajib Pajak Wajib Wajib Pajak Jumlah Wajib


Orang Pajak Bendaharawan Pajak
Pribadi (OP) Badan Keseluruhan

2014 165.799 9583 1793 177.175

2015 180.994 10.610 1856 193.463

2016 187.414 11.085 1876 200.378

(Jan-Mei)

Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam

Dari tabel 4.1 diatas, dapat kita lihat jumlah wajib pajak keseluruhan bahwa

kesadaran wajib pajak akan kewajibannya dibidang perpajakan setiap tahun

meningkat. Hal ini dapat kita lihat secara tidak langsung dari peningkatan jumlah

wajib pajak antara tahun 2014 sampai tahun 2016 pada bulan januari hingga mei yang

peningkatannya cukup signifikan, tetapi kesadaran wajib pajak akan kewajibannya

diharapkan akan terus meningkat.

Jumlah wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ini

meningkat dari tahun 2014 sampai tahun 2016 (Januari-Mei) namun, jumlah utang

pajaknya bertambah juga. Hal ini terlihat dari masih banyaknya jumlah surat teguran

Universitas Sumatera Utara


54

dan surat paksa yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

Pakam.

Tabel 4.2

Jumlah Penerbitan Surat Teguran untuk Wajib Pajak Pada

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2013, 2014, dan

2015

Tahun Jumlah SKP Jumlah Nilai Jumlah Bayar

Ketetapan (Rupiah)

(Rupiah)

2013 2,174 26,911,442,077 5,355,908,637

2014 2,662 94,443,232,774 21,731,507,985

2015 2,380 133,050,378,898 4,111,824,644

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Dari data diatas diketahui tidak semua skp yng diterbitkan ditindaklanjuti

dengan proses penerbitan surat teguran. Pada tahun 2013, 2014, dan 2015 sangatlah

berbeda dari 3(tiga) tahum tersebut setiap tahun mengalami kenaikan. Kondisi ini

disebabkan peran aktif dari jurusita pajak KPP Pratama Lubuk Pakam dalam

memberitahukan tunggakan pajak lewat surat teguran, dan kesadaran penanggung

pajak dalam pembayaran tunggakan pajak lewat surat teguran.

Berikut ini adalah tabel penyampaian Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Lubuk Pakam pada tahun 2013, 2014 dan 2015 :

Universitas Sumatera Utara


55

Tabel 4.3

Jumlah Penerbitan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Pada

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Tahun Jumlah SKP Jumlah Nilai Jumlah Bayar

Ketetapan (Rupiah)

(Rupiah)

2013 1,165 6,730,621,499 3,118,936,182

2014 2,505 25,971,139,118 6,713,628,591

2015 3,647 68,045,562,826 4,117,891,026

Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam

Dari data penerbitan Surat Ketetapan Pajak yang ditindaklanjuti dengan surat

paksa masih terdapat jumlah surat paksa yang belum dilunasi wajib pajak. Hal ini

diliat dari tingginya jumlah skp setelah diterbitkannya surat paksa yang berbeda

setiap tahunnya. Dari 3(tiga) tahun berturut-turut belakangan tersebut dari tahun 2013

mengalami penaikkan setiap tahunnya.

1. Rasio Surat Teguran dan Surat Paksa

Rasio ini menunjukkan seberapa bessr surat teguran yang ditidaklanjuti dengan

penerbitan surat paksa.. Pada tahun 2013 jumlah surat teguran 2.174 lembar

sementara surat paksa yang diterbitkan hanya 1.165 lembar, pada tahun 2014 jumlah

surat teguran 2.662 lembar sementara surat paksa yang diterbitkan hanya 2.505

Universitas Sumatera Utara


56

lembar, dan pada tahun 2015 jumlah surat teguran yang diterbitkan mengalami

penurunan dengan 2.380 lembar dari tahun sebelumnya tetapi jumlah surat paksa

yang diterbitkan 3.647 lembar. Data di atas diketahui bahwa tidak semua surat

teguran yang diterbitkan dengan proses penerbitan surat paksa. Dibandingkan pada

tahun 2014 surat teguran mencapai 2.662 lembar dari surat teguran tahun 2015 yang

berbeda mengalami penurunan. Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya SDM (sumber

dsya manusia) penagihan pajak apabila semua proses penagihan ditindaklanjuti

dengan surat paksa, selain itu juga karena wajib pajak membayar tunggakan pajak

setelah diberi surat teguran

2. Analisis efektifitas penagihan pajak dengan surat paksa

Dalam hal efektivitas penerbitan surat paksa, maka rumusnya adalah

perbandingan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan

surat paksa dengan potensi pencairan tunggakan dengan surat paksa dengan asumsi

bahwa potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa adalah semua

tunggakan pajak yang diterbitkan surat paksa diharapkan dapat ditagih. Efektivitas

penyampaian surat paksa dihitung dengan rumus :

Efektivitas : jumlah surat paksa yang dibayarkan x 100%

Jumalah surat paksa yang diterbitakan

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitan surat paksa, pembayaran surat

paksa, dan tingakat efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa. Data tersebut

diolah berdasarkan data pada KPP Pratama Lubuk Pakam untuk tahun 2013, 2014

dan 2015 :

Universitas Sumatera Utara


57

Tabel 4.4

Jumlah Pembayaran Surat Paksa dan Surat Teguran Pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada Tahun 2013,2014, dan 2015

Tahun SP terbit SP bayar Tingakat

Efektivitas

2013 6,730,621,499 3,118,936,182 46.34%

2014 25,971,139,118 6,713,628,591 25.85%

2015 68,045,562,826 4,117,891,026 6.05%

Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam

Dari tabel diatas surat paksa yang diterbitkan pada tahun 2013 penerbitan surat

paksa di KPP Pratama Lubuk Pakam tercatat sebesar 46,34% berdasarkan

pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tergolong tidak efektif, dan pada tahun

2014 sebesar 25,85% tidak efektif, dan tahun 2015 tercatat sebesar 6.05%, pada tahun

2015 terjadi penurunan tingkat efektivitas disebabkan karena dalam setahun terjadi

2(dua) kali penggantian jurusita sehingga berdasarkan pengukuran efektivitas

penerbitan surat paksa tergolong tidak efektif.

Universitas Sumatera Utara


58

Tabel 4.5

Tabel Klasifikasi Pengukuran Efektifitas

59 Presentase Kriteria

>100% Sangat Efektif

90 – 100% Efektif

80 -90% Cukup Efektif

60 -80% Kurang Efektif

< 60% Tidak Efektif

Beberapa hal yang menyebabkan tidak seluruh surat paksa yang diterbitkan

dilunasi oleh penanggung pajak, sehingga hasil analisis tidak efektif antara lain :

a. Penanggung pajak tidak mengakui adanya utang pajak.

b. Penanggung pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya.

c. Penanggung pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran karena kondisi

keuangan yang tidak memungkinkan jika dibayarkan sekaligus,

d. Penanggung pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya.

e. Penanggung pajak lalai

Setelah dikeluarkan surat paksa KPP Pratama Medan Timur mengeluarkan SPMP

(Surat Perintah Melakukan Penyitaan).

Universitas Sumatera Utara


59

Berikut ini tabel jumlah pelaksanaan melakukan penyitaan untuk wajib pajak pada

kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur :

Tabel 4.6

Jumlah Pelaksanaan Melakukan Penyitaan untuk Wajib Pajak Pada

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Pada Tahun 2015

Tahun Pelaksanaan Sita

2015 6 Kali

Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2015 Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Lubuk Pakam mengalami 6 kali penyitaan. Hal ini kemungkinan disebabkan

beberapa aspek yaitu :

1. Tunggakan pajak belum dilunasi sebelum dilakukan penyitaan

2. Tunggakan pajak belum dilunasi sebelum dilakukan penyitaan (Pbk)

3. Tunggakan Pajak belum dilunasi sebelum dilakukan melalui penyitaan (melalui

keputusan pengurangan)

4. Tunggakan pajak belum dilunasi sebelum dilakukan penyitaan (melalui keputusan

keberatan)

5. Tunggakan pajak belum dilunasi sebelum dilakukan penyitaan (melalui keputusan

banding)

Universitas Sumatera Utara


60

6. Kesulitan menemukan wajib pajak atau penanggung pajak

7. Kesulitan menemukan objek sita

Dari tabel 4.3 dan 4.4 di atas,dapat kita lihat kinerja penagihan pajak pada KPP

Pratama Lubuk Pakam dalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2013-2015.

Ternyata Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan masih tetap ada

Wajib Pajak yang tidak menghiraukan, karena banyaknya jumlah penerbitan surat

paksa dan surat teguran setiap tahunnya. Cara penagihan yang terakhir yang

dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ini adalah penagihan

aktif, dimana fiskus melalui Jurusita Pajak Negara menyampaikan/memberitahukan

surat paksa, melakukan penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang

Negara terhadap barang-barang Wajib Pajak. Cara penagihan ini dikenal sebagai

penagihan yang keras dibidang perpajakan, namun langkah inilah yang diambil dalam

upaya terakhir agar Wajib Pajak segara memenuhi kewajibannya.

Dari uaraian diatas diambil kesimpulan penagihan pajak dengan surat paksa

dapat mengoptimalkan penagihan pajak, hal ini terlihat dari jumlah tagihan yang

dilakukan dari hasil realisasi pencairan piutang dari surat paksa yang dikeluarkan

mampu meningkatkan penerimaan pajak lebih besar pada KPP Pratama Lubuk

Pakam, dibandingkan dengan diterbitkan surat teguran maupun SPMP (Surat Perintah

Melakukan Penyitaan).

Universitas Sumatera Utara


61

Pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa yang dilakukan oleh Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam terhadap Wajib Pajak yang tidak

melunasi utang pajaknya adalah :

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan Surat Teguran setelah 7 (tujuh)

hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran, dan mengirimkan Kantor Pos.

2. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya, yang seharusnya

dilunasi setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu ) hari sejak diterbitkannya Surat

Teguran, Pejabat segera menerbitkaan Surat Paksa, dan dalam hal ini :

a. Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal / tempat kedudukan Wajib Pajak /

penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita kemudian

menjelaskan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dan

menyerahkan salinan surat paksa tersebut.

b. Jika Jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak / Penanggung Pajak dan

meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan pajak yang ada

untuk diteliti, diantaranya :

1) Apakah tunggakan pajak menurut STP/SKP cocok dengan jumlah tunggakan

yang tercantum dengan Surat Paksa?

2) Apakah ada Surat Keputusan Pembetulan dan Keberatan / penghapusan yang

berkaitan dengan ketetapan yang ditagih?

3) Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun / jenis pajak lainnya yang

diperhitungkan?

Universitas Sumatera Utara


62

4) Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam Surat Paksa, diajukan

Keberatan?

c. Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak / Penanggung Pajak maka salinan Surat

Paksa tersebut dapat diserahkan kepada :

1) Keluarga Wajib Pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak /

Penanggung Pajak yang dewasa dan sehat mental.

2) Pejabat Pemerintahan setempat (Bupati / Walikota / Camat / Lurah ) dalam hal

mereka tersebut pada butir 1 dan 2 di atas juga tidak dijumpai. Pejabat ini harus

memberi tanda tangan pada surat paksa dan salinannya kepada Wajib Pajak /

Penanggung Pajak bersangkutan.

3) Jurusita yang melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa harus

membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.

d. Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha / tempat tinggal.

Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan Surat Paksa

kepada :

1) Seseorang yang ada di kantornya (salah seorang pegawai)

2) Seseorang yang ada di tempat tinggalnya (misalnya : istri, anak, atau pembantu

rumah tangga )

e. Biaya Penyampaian Surat Paksa

1) Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi Biaya Harian

dan Biaya Perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat

Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak.

Universitas Sumatera Utara


63

2) Apabila seorang Jurusita Pajak telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak sepenuhnya menerima biaya

penagihannya telah dilunasi atau belum oleh Wajib Pajak / Penanggung Pajak.

Tetapi hal ini tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima

biaya penagihan, lalu bebas dari tanggung jawabnya terhadap pencairan piutang

pajak tersebut. Apabila Jurusita yakin bahwa Wajib Pajak / Penanggung Pajak

tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus mengambil langkah- langkah

untuk melakukan tahap tindakan penagihan lebih lanjut.

f. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa

Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh Jurusita yang melaksanakan

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tersebut. Hal- hal yang mendapat perhatian

untuk dilaporkan yaitu :

1) Pengakuan penyelesaian surat keberatan. Mengenai hal ini agar diuraikan secara

jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa sedangkan

tunggakannya ternyata sudah dikurangi.

2) Jenis, letak dan taksiran harga dari objek sita dengan memperhatikan tunggakan

pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan.

3) Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya dari

Wajib Pajak / Penanggung Pajak antara lain : kemampuan bayar, itikad mau

membayar dan pandangannya terhadap penetapan / penagihan pajak dan

sebagainya, sehingga Jurusita dapat mengajukan usul untuk tindakan penagihan

selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


64

g. Apabila Jurusita Pajak Jurusita tidak dapat dilaksanakan surat paksa secara

langsung, maka Jurusita membuat laporan secara tertulis mengenai sebab-

sebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat paksa, antara lain

menghubungi Pejabat Pemerintah setempat, polisi dan sebagainya. Disamping

Pejabat / Jurusita dapat memperlihatkan / melihat aset-aset atau barang-barang

yang dimilki Wajib Pajak untuk melakukan penyitaan suatu saat nanti jika Wajib

Pajak masih tetap untuk tidak membayar utangnya.

3. Apabila utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung

Pajak, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan sekurang-kurangnya 2

(dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak,

dan dapat dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan

penundaan pelaksanaan penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap

Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan

atau tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau

yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.

Di dalam pelaksanaan, Jurusita dapat menempelkan kertas penyitaan kepada

barang yang akan disita, biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh

Jurusita dikarenakan :

a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sita.

b. Mengantisipasi terjadinya kerusakan barang sitaan dalam perjalanan.

Universitas Sumatera Utara


65

Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang ditanggung

Penanggung Pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan penyitaan lagi.

4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yaang masih harus dibayar tidak

dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak

tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segara melaksanakan pengumuman lelang.

Dan dalam hal pelaksanaan lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas

yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang, misalnya tanah

kepada Dinas Pertahanan setempat. Hasil lelang digunakan terlebih dahulu untuk

membayar pajak. Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk

melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan

walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang

kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak

setelah pelaksanaan lelang.

B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan

Surat Paksa

Adapun faktor yang menjadi penghambat yang berkaitan dengan Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk

Pakam, adalah :

1. Wajib Pajak / Penanggung Pajak menolak Surat Paksa.

Universitas Sumatera Utara


66

Adakalanya Wajib Pajak / Penanggung Pajak menolak menerima Surat Paksa

dengan berbagai alasan dan alasan-alasan yang dikemukakan ini kadangkala sengaja

di cari-cari karena Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau membayar pajaknya.

Apabila penolakan didasarkan pada alasan-alasan lain, misalnya :

a. Karena sedang mengajukan Surat Keberatan; atau

b. Sengaja menolak dengan alasan yang tidak jelas

Maka terhadap hal-hal yang demikian, Jurusita setelah memberikan keterangan

seperlunya tetap melaksanakan Surat Paksa tersebut dengan menyerahkan salinan

Surat Paksa Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang bersangkutan. Dan apabila Wajib

Pajak / Penanggung Pajak dan wakilnya tetap menolak maka salinan surat paksa

tersebut dapat ditinggalkan begitu saja pada tempat kediaman / tempat kedudukan

Wajib Pajak / Penanggung Pajak ataupun wakilnya, dan dengan demikian Surat Paksa

dianggap sudah diberitahukan / disampaikan.

2. Dalam prakteknya, kadang terdapat perhitungan yang salah dari pajak yang

seharusnya dibayar.

Jika terdapat kesalahan seperti ini, maka Wajib Pajak berhak untuk menunda

pembayaran pajak sampai telah ditentukan jumlah yang benar. Apabila dalam

melaksanakan penyampaian Surat Paksa, Jurusita menemukan persoalan seperti ini,

yaitu tunggakan menurut surat paksa berbeda dengan tunggakan menurut surat

ketetapan pajak yang ada pada penanggung pajak, maka Jurusita pajak tidak dapat

Universitas Sumatera Utara


67

mengubah apa penanggung pajak, maka Jurusita tidak dapat mengubah apa yang

tertulis pada Surat Paksa atau mencoret dan menambahkan pembetulannya.

3. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk rumah Wajib Pajak / Penanggung Pajak.

Pada waktu pelaksanaan penyitaan sering terjadi Jurusita Pajak diperbolehkan

masuk ke dalam rumah Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang barang-barangnya akan

disita.

4. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan menyita barang Wajib Pajak / Penanggung

Pajak.

Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang tidak memperbolehkan Jurusita Pajak

untuk menyita barang-barang miliknya juga menjadi salah satu hambatan dalam

pelaksanaan penagihan ini.

5. Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara Sita.

Berita Acara Sita dibuat dan ditandatangani oleh Jurusita, para seksi dan Wajib

Pajak / Penanggung Pajak atau wakilnya yang barangnya disita. Sering terjadi Wajib

Pajak / Penanggung Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara Sita, sehingga

penyitaan barang Wajib Pajak / Penanggung Pajak guna pelunasan utang pajaknya

menjadi tertunda.

6. Pembuktian barang-barang yang bukan milik Wajib Pajak / Penanggung Pajak.

Universitas Sumatera Utara


68

Pada waktu melakukan penyitaan ada kemungkinan bahwa Wajib Pajak /

Penanggung Pajak menyatakan bahwa sebagian barang-barang yang akan disita

tersebut bukanlah miliknya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyitaan barang

yang akan dilakukan.

7. Tingkat kesadaran Wajib Pajak/ Penanggung Pajak yang masih rendah

Walaupun sistem Perpajakan kita telah menganut Self Assesment System, namun

tingkat kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan

baik dan benar serta membayar utang pajak pada tepat waktu masih rendah

dikarenakan masih kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang Perpajakan.

Masalah ini juga sering menjadi kendala dalam melaksanakan penagihan. Pada

saat penetapan yang dilakukan oleh seksi terkait dari hasil pemeriksaan sederhana

kantor / penelitian dari buku pengawasan pembayaran massa, ternyata data tidak

sesuai lagi, dan pada saat SKP dikeluarkan, Wajib Pajak / Penanggung Pajak sudah

berpindah domisili.

C. Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak

Dengan Surat Paksa

Pemecahan masalah dalam hal Penagihan Utang Pajak dengan Surat Paksa,

yaitu:

1. Untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya serta

peraturan dibidang Perpajakan, walaupun sistem perpajakan kita sering ini

menganut Self Assesment System namun tingkat kesadaran Wajib Pajak untuk

Universitas Sumatera Utara


69

melaksanakan kewajibannya dengan baik dan benar serta membayar utang pajak

tepat waktu masih rendah sekali, hal ini juga bisa dikarenakan kurangnya

pengetahuan tentang perpajakan, untuk itu perlu ditingkatkan pembinaan terhadap

Wajib Pajak dengan penyuluhan yang intensif.

2. Menjelaskan kepada Wajib Pajak bahwa selama Wajib Pajak membayar utang

pajak yang dimilki tepat pada waktunya atau sebelum jatuh tempo, maka

kepadanya tidak akan dilakukakan tindakan penagihan. Sehingga sedikit

memotivasi Wajib Pajak untuk tepat waktu dalam pembayaran utang-utang

pajaknya.

3. Menjalin kerjasama yang baik antara pihak fiskus dengan instansi terkait, sehingga

pelaksanaan penagihan dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kesempatan Wajib Pajak dalam

menghindari penunggakan pajak.

4. Apabila jurusita pajak tidak diperbolehkan masuk rumah untuk melaksanakan

tugasnya, Jurusita dapat melaporkan kepada pihak Kepolisian untuk melaksanakan

penyitaan tersebut.

5. Ada juga kalanya Wajib Pajak keberatan atau tidak memperbolehkan Jurusita

untuk menyita barang milik Wajib Pajak tersebut. Dalam hal ini Jurusita Pajak

berupaya memberikan penjelasan atau pengertian mengenai maksud penyitaan

bahwa penyitaan tidak selalu berakhir dengan penjualan barang (lelang) apabila

Wajib Pajak tersebut melunasi utang pajaknya.

Universitas Sumatera Utara


70

6. Pada waktu melakukan penyitaan atau ada kemungkinan bahwa Wajib Pajak /

Penanggung Pajak mengatakan bahwa sebagian barang yang akan disita bukan

miliknya, oleh sebab itu Wajib Pajak atau wakilnya harus dapat menunjukkan

bukti yang jelas bahwa barang tersebut memang benar bukan milik Wajib Pajak /

Penanggung Pajak yang bersangkutan.

7. Apabila Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara

Sita, Jurusita dapat memaksakan dan meminta bantuan kepada pihak Kepolisian

karena telah melanggar Peraturan Perundang-Undangan.

Dilihat dari masalah-masalah yang timbul di dalam Pelaksanaan Penagihan

Pajak melalui Surat Paksa yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Lubuk Pakam dikarenakan pada umumnya banyak Wajib Pajak yang belum begitu

mengerti dan memahami peraturan perpajakan serta kurangnya kesadaran Wajib

Pajak. Hal inilah yang membuat Wajib Pajak / Penanggung Pajak melalaikan

kewajibannya dalam pembayaran pajak, dengan tidak membayar utang pajaknya

dengan berbagai alasan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulisan dapat membuat

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Lubuk Pakam sudah cukup baik karena sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2000.

2. Tujuan akhir dari Penagihan Pajak kepada Wajib Pajak / Penanggung Pajak

bukanlah hanya semata-mata untuk menyita ataupun lelang, tetapi dengan tujuan

pelunasan utang-utang pajak yang terutang yang dimilki oleh Wajib Pajak /

Penanggung Pajak.

3. Masih banyaknya terjadi perbedaan persepsi antara Wajib Pajak / Penanggung

Pajak dengan pihak aparatur pajak yang dapat mengakibatkan tunggakan atau

pajak yang terutang semakin banyak yang dikarenakan adanya penundaan-

penundaan karena berbagai faktor.

71

Universitas Sumatera Utara


72

4. Masih kurangnya kesadaran Wajib Pajak/ Penanggung Pajak dalam melaksanakan

kewajibannya di bidang perpajakan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan

yang berlaku.

B. Saran

Adapun saran yang dapat membantu Fiskus dan Aparatur Pajak lainnya dalam

Pelaksanaan Penagihan, yaitu :

1. Sumber Daya Manusia yang terbatas dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas

pada proses penagihan pajak. Khususnya dalam hal Penagihan Aktif, petugas

Jurusita Pajak yang masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan volume

kerja dan jumlah Wajib Pajak yang semakin bertambah. Diharapkan kepada

aparatur pajak yang ada untuk semakin bertambah. Diharapkan kepada aparatur

pajak yang ada untuk mengoptimalkan semua keterampilan dan profesionalitas

dalam menyelesaikakan tanggung jawabnya.

2. Masih terdapat banyak Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang tidak patuh. Hal ini

dapat dilihat dari jumlah Surat Teguran dan Surat Paksa yang direspon. Dan untuk

meningkatkan kesadaran Wajib Pajak / Penanggung Pajak tersebut dalam

pemenuhan kewajibannya di bidang perpajakan, pihak KPP Pratama Lubuk Pakam

perlu meningkatkan pembinaan terhadap Wajib Pajak / Penanggung Pajak dengan

penyuluhan yang intensif.

Universitas Sumatera Utara


73

3. Para Aparatur pajak pada Pelaksanaan Penagihan sudah melakukannya secara

optimal, tetapi mungkin dengan cara persuasif atau mengajak

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2006 .Perpajakan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

Resmi, Siti,2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Keempat, Salemba

Empat,Jakarta.

Rusdji, Muhammad. Penagihan Pajak Dengan Sura Paksa. Edisi Kedua, PT

Indeks,Jakarta.

Suandy, Erlt,2005, Hukum Pajak, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat

Paksa.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

74

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai