TENTANG
O
L
E
H
NIM : 132600033
Administrasi Perpajakan
MEDAN
2016
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
penulis berupa rahmat, hidayah serta nikmat kesehatan, kesempatan, kesabaran, dan
kreativitas sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tak lupa,
Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah
PAKAM”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, motivasi dan inspirasi
kepada penulis sehingga Laporan Tugas Akhir ini selesai. Ucapan terima kasih
disampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
3. Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Diploma III
Sumatera Utara.
4. Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah
USU yang telah banyak membantu dan memberikan masukan selama masa
7. Kepada pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yaitu Kepala
pertanyaan dari penulis dan Kepala Seksi Penagihan yang telah bersedia
Tugas Akhir ini, yang tak henti-hentinya mendukung segala hal yang penulis
ii
mendidik dengan kasih sayang berlimpah kepada penulis dari kecil hingga
9. Kepada keempat saudara penulis, Kak Tari, Endang Sri Wahyuni, Muhammad
Reza fachrozi dan Desi Fitri Yona yang selalu menyayangi, memberikan
10. Kepada Keponakan penulis Rizky Karunia yang selalu menghibur dan
11. Kepada seluruh rekan-rekan terdekat (Gita Afrilda Theresia, Eva Nola Berutu,
Syafira Amaliah, Ridho Nopriansyah, dan Putri Agustina Lubis) yang super
oke yang mengajari alaynya pergaulan yang sudah menjadi teman terbaik
penulis selama 3 tahun terakhir ini dan yang saling memberikan semangat
selama penulisan Laporan Tugas Akhir. Kalian sudah seperti keluarga kedua
12. Kepada Desi Trisnawati, Sari Rahmadani, Sri Mei Suzannah dan Jensya
Samosir selaku teman yang paling gokil abis, yang setiap harinya memberikan
Akhir ini.
13. Seluruh teman–teman seperjuangan dari Tax-A, Tax-B, dan Tax-C 2013 yang
iii
15. Seluruh mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU stambuk
Pihak-pihak lain dan seluruh teman-teman yang namanya tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu lagi, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak
kelemahan dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
Penulis
Melva Ochtapiany
iv
BAB I PENDAHULUAN
B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ............. 15
PAKSA
G. Penyitaan ....................................................................................................... 42
A. Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa ........... 52
vi
B. Saran.............................................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
Tabel 2.1 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam .............. 17
Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ............ 25
Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ....... 53
Tabel 4.2 Jumlah Penerbitan Surat Teguran Untuk Wajib Pajak Pada Kantor
Tabel 4.3 Jumlah Penerbitan Surat Paksa Untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan
Tabel 4.4 Jumlah Pembayaran Surat Paksa dan Surat Teguran Pada Kantor Pelayanan
viii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
cukup berat dalam memenuhi pendapatan negara yang telah ditetapkan dalam APBN.
Sehingga aparat pajak harus aktif dalam melakukan pembinaan, dan pengawasan
terhadap pelaksanaan perpajakan dari wajib pajak agar wajib pajak mematuhi
Pada dasarnya, Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar dan
Sebagai Negara yang berkembang Negara Kesatuan Republik Indonesia, kini tengah
yang tidak kecil dan kemandirian Negara sangat dibutuhkan pada kondisi ini.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa, yaitu dengan
menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri yaitu berupa pajak, yang
bersama.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya banyak dijumpai wajib pajak yang tidak
Kesadaran akan kewajiban untuk membayar pajak tersebut dari wajib pajak
pajak tersebut dapat dipaksakan penagihannya bagi wajib pajak yang tidak
perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif
masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
kenyataannya masih dijumpai adanya utang wajib pajak akibat tidak mau membayar
dari waktu ke waktu menunjukkan jumlah yang semakin besar. Peningkatan jumlah
tunggakan pajak ini masih belum dapat diimbangi dengan kegiatan pencariannya,
pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Kepatuhan Wajib Pajak
Saat ini Negara Republik Indonesia menggunakan sistem Self Assesment System
menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri kepada Negara yang berlaku sekarang ini
pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
2000.
Dengan demikian, penagihan pajak yang bersifat memaksa ini dilakukan apabila
Wajib Pajak atau penanggung pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak
pajak (SKP) dilakukan teguran, maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh juru sita
dengan surat sita dengan pernyataan dan penyerahan secara resmi kepada
penanggung pajak. Penagihan pajak dengan surat paksa ini dilakukan oleh juru sita
pajak pusat maupun pajak daerah. Jadi, surat paksa dalam penagihan tunggakan pajak
ini memiliki peran yang sangat penting yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya
proses penagihan tunggakan pajak tersebut. Penagihan pajak dengan surat paksa
diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi wajib pajak sehingga tidak akan terjadi
dimaksud berupa pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang tidak
berat sebelah atau tidak memihak, adil, serasi, dan selaras dalam wujud tata aturan
Sebagai salah satu syarat dalam penyusunan tugas akhir untuk memenuhi syarat
dalam penyelesaian studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan,
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk mempraktikkan
teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan pada kondisi di lapangan yang
sebenarnya.
Dari uraian di atas, maka penulis ingin mencoba menulis laporan tugas akhir
dengan judul “Pelaksanaan Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa
1. Tujuan
1.1 Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa
1.2 Untuk mengetahui faktor penghambat dalam tata cara pelaksanaan penagihan
pajak melalui surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
1.3 Untuk mengetahui dan mencari penyelesaian masalah dalam tata cara
2. Manfaat
Manfaat proposal judul ini ternyata sangat bermanfaat bagi semua pihak
diantaranya adalah :
perkuliahan berlangsung.
c. Mendapat masukan berupa ide-ide baru, saran dan gagasan bagi Kantor
d. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang diperoleh mahasiswa selama
C. Uraian Teoritis
Sebelum membahas mengenai tata cara yang digunakan mencari data yang
berpotensi perpajakan, maka dalam sub ini akan dikemukakan terlebih dahulu
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tata cara adalah tahap kegiatan untuk
menyelesaikan suatu aktivitas, metode langkah demi langkah secara pasti dalam
Berikut ini adalah beberapa teori dasar yang berhubungan dengan judul yang
1. Pengertian Pajak
Menurut Dr. Soerparman Soehamidjaja, pajak dalah iuran wajib, berupa uang
atau barang, yaitu dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna
kesejahteraan umum. Pengertian lain mengenai pajak dikemukakan juga oleh Prof.
Dr. P. J. A. Andriani, pajak adalah iuran kepada negara ( yang dapat dipaksakan )
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya
Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang dengan pihak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
2. Penagihan Pajak
Penagihan Pajak dengan surat paksa adalah serangkaian tindakan agar penanggung
3. Surat Paksa
Surat Paksa merupakan salah satu sarana penagihan pajak. Dengan kata lain,
sesuai dengan Pasal angka 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang
dimaksud dengan Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Surat paksa diterbitkan karena jumlah pajak yang masih harus
dibayar berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak masih
harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai jangka
Adapun yang menjadi dasar Hukum Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ini,
yaitu :
Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Penagihan Pajak.
D. Ruang Lingkup
Berdasarkan judul yang telah dipilih oleh penulis, maka penulis akan
menentukan ruang lingkup yang menjadi kajian dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri ini. Ruang lingkup ini untuk membatasi kegiatan yang akan dilakukan agar
1. Tata cara Penagihan pajak dan cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan
pengihan pajak dengan surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam.
2. Faktor penghambat proses penagihan pajak dengan surat paksa pada Kantor
3. Praktik ini dilakukan pada Seksi Penagihan dengan data base yang digunakan
yang akan digunakan dalam pelaksanaannya penulisan tugas akhir. Adapun Metode
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan persiapan mulai dari penentuan tempat atau
lokasi penelitian , mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal serta
2. Studi Literatur
3. Observasi Lapangan
4. Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data primer dan skunder yang
berhubungan dengan apa yang dikerjakan pada lapangan nanti yang diperlukan dalam
penyusunan laporan akhir dari kegiatan kerja lapangan. Data primer adalah data yang
Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka penulis melakukan analisa
Yaitu dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab secara langsung
dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam mengetahui hal-
2. Metode Pengamatan
dengan pengamatan dan pencatatan yang berkaitan dengan Pembuatan laporan tugas
akhir.
3. Daftar Dokumentasi
prosedur atau tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa pada Kantor
Pelayanan pembahasan.
maka penulis membaginya ke dalam lima bab. Adapun rincian dari tiap-tiap bab
terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup,
metode, metode pengumpilan data serta sistematika penulisan laporan tugas akhir.
Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum objek/lokasi laporan tugas
akhir, sejarah singkat, serta srtuktur organisasi dan fungsi masing-masing seksi
Pajak dengan Surat Paksa berdasarkan Undang-Undang pada Kantor Pelayanan Pajak
tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa, faktor penghambat
pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa, cara penyelesaian masalah dalam
tata cara pelaksanaan penagihan pajak sengan surat paksa pada Kantor Pelayan Pajak
Pratama Lubuk Pakam yang telah dikumpulkan pada saat pembuatan laporan tugas
Dalam bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan
merupakan intisari yang mencakup seluruh objek pembahasan yang dibahas dalam
Laporan Tugas Akhir. Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan
yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang dibahas dari
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
kepada Wajib Pajak , yang dihimbau dengan pengawasan dan konsultasi. Untuk
implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model,
yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama. Salah satunya adalah
KPP Pratama Lubuk Pakam yang terletak di Jalan Diponegoro No. 42-44 Lubuk
tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di lingkungan
Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai
beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada dibawah
Adapun Visi dan Misi dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk
14
Visi
yang berlaku.
Misi
KEMAKMURAN RAKYAT.
Uraian tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama diatur dalam
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada paragraf 2
perpajakan.
3. Penyuluhan perpajakan.
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam adalah
3. Kecamatan Beringin
4. Kecamatan Biru-Biru
6. Kecamatan Galang
Tabel 2.1
WASKON KECAMATAN
Melayani Permohonan Perpajakan dan
Waskon I
Konsultasi untuk seluruh Kecamatan
BATANG KUIS
Waskon II PERCUT SEI TUAN
DELI TUA
PANTAI LABU
PAGAR MERBAU
BERINGIN
PANCUR BATU
SIBOLANGIT
SUNGGAL
S.TANJUNGMUDA HULU
TANJUNG MORAWA
Waskon III BIRU-BIRU
LABUHAN DELI
S.TANJUNGMUDA HILIR
GUNUNG MERIAH
HAMPARAN PERAK
LUBUK PAKAM
NAMO RAMBE
Waskon IV GALANG
BANGUN PURBA
KOTALIMBARU
PETUMBAK
dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hubungan kerja dalam
pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian.
Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam
secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun
horizontal.
KPP Pratama Lubuk Pakam sendiri menerapkan struktur organisasi Lini dan
Staff. KPP Pratama Lubuk Pakam dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang secara
Lubuk Pakam :
1. Kepala Kantor
4. Seksi Pelayanan
5. Seksi Penagihan
6. Seksi Pemeriksaan
7. Seksi Ekstensifikasi
tahun lalu.
intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
ketetapan pajak.
penetapan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian, dan pengiriman laporan
agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam..
perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dari segi material agar
Lubuk Pakam.
perpajakan.
4. Seksi Pelayanan
d. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan diri Wajib Pajak dan surat-
surat lainnya.
surat lainnya.
wajib pajak.
g. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan kearsipan
5. Seksi Penagihan
lainnya.
c. Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta
bukti pembayarannya.
6. Seksi Pemeriksaan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
7. Seksi Ekstensifikasi
ekstensifikasi perpajakan.
d. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang
ekstensifikasi.
perpajakan.
perundang-undangan perpajakan.
h. Penyuluhan perpajakan.
wajib pajak yang telah ditetapkan ataupun diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan.
Tabel 2.2. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
1. Kepala Kantor 1
4. Seksi Pelayanan 18
5. Seksi Penagihan 6
6. Seksi Pemeriksaan 8
12. Fungsional 10
A. Pengertian Pajak
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk
(publik investment).
umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat
pengeluaran pemerintah.
28
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orng pribadi
mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
B. Penagihan Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan salah satu kunci
keberhasialan penerimaan pajak. Hanya saja, ketika Wajib Pajak tidak membayar
pajak ataupun belum melunasi pajaknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan
diberikan tindakan tegas kepadanya yang diwujudkan dalam bentuk penagihan Pajak.
Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur
pelaksanaan Penagihan Pajak adalah untuk melunasi utang pajak oleh Wajib Pajak.
langkah yaitu :
a. Penagihan Pasif
(STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak
terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan pajak
terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari belum
dilunasi, maka 7(tujuh) hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak
b. Penagihan Aktif
Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana
dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim
surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan
Yang dimaksud dengan Surat Tagihan Pajak menurut ketentuaUmum dan Tata
Cara Perpajakan pasal 1 angka 20 adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dapat
diterbitkan oleh Dirjen Pajak melalui pemeriksaan ataupun penelitian. Surat Tagihan
Pajak diterbitkan setelah lewat 1(satu) bulaan sejak masa pajak yang bersangkutan.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hokum yang sama dengan Surat Ketetapan
Pajak.
b. Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat.
c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau/ bunga.
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tidak membayar
faktur pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.
Yang dimaksud dengan Surat Ketetapan Pajak menurut Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 15 adalah surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat
Ketetapan Pajak dapat diterbitkan karena berdasarkan pemeriksaan atau penelitan atas
data Wajib Pajak, bahwa pajak yang dihitung atau dilaporkan dalm SPT tidak benar,
sehingga masih terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar dan pajak yang tidak
Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 angka 15, Surat
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
Surat Keputusan Pajak dapat diterbitkan oleh Dirjen Pajak sampai dengan
jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak,
a. Pemeriksaan atau Keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar.
b. SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah
c. Kewajiban pembukuan dan meminjam buku pada saat diperiksa tudak dipenuhi,
5. Surat Teguran
Tindakan awal dari penagihan pajak yaitu dengan penerbitan surat teguran.
Kemudian akan diterbitakan surat peringatan atau surat lain yang sejenis apabila
penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo.
a. Dalam hal wajib pajak tudak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang
masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak
tidak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKBT), kepada Wajib Pajak
disampaikan Surat Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan
keberatan
b. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang
masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak
dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak
Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding.
c. Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang
masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak
dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak
Teguran,setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih
d. Dalam hal Wajib Pajak menyetujui jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam
e. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT) setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima
Surat Pemberitahuan untuk hadir oleh Wajib Pajak, kepada Wajib Pajak
f. Surat Teguran dalam rangka Penagihan Pajak atas Utang Pajak Bumi dan
Bangunan dan/atau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana
tercantum dalam Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (STPPBB),
Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,
disampaikan kepada Wajib Pajak, setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo
pelunasan.
Nomor 19 Tahun 2000, Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan
Surat Paksa dapat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu segi isinya dan segi
karakteristiknya.
2) Nama Wajib Pajak / Penanggung Pajak, keterangan yang cukup beralasan yang
1) Mempumyai kekuatan hukum yang sama dengan groose dari putusan Hakim
dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.
3) Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak (biaya-
biaya penagiha).
Surat Paksa dalam bahasa hukum disebut sebagai parate Eksekusi (eksekusi
langsung), yang berarti bahwa penagihan pajak secara paksa dapat dilakukan tanpa
melalui proses Pengadilan Negeri. Hal ini bisa dimengerti karena surat paksa itu
a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.
1. Nama Wajib Pajak, atau Nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak.
2. Dasar Penagihan
Adapun fungsi Surat Paksa adalah sebagai sarana atau alat pembayaran kepada
penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 2 x 24jam.
Sebagai tindak lanjut untuk mencairkan tunggakan pajak atas tidak dihiraukan
a. 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo, bila utang pajaknya tidak dilunasi, maka kepada
b. 21 (dua piluh satu) hari setelah diterbitkan surat teguran ternyata masih belum
d. Dalam hal masih belum terlunasinya utang pajaknya, dapat diterbitkan Surat
e. 14 (empat belas) hari setelah dilkukan tagihan dengan surat paksa, bila masih
f. 14 (empat belas) hari setelah pengumuman ternyata masih belum melunasi utang
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
(PPSP), yaitu :
Paksa.
Penagihan Pajak.
tentang Tata Cara Pelaksanakan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan
1. Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan
pada ayat (1) dilaksanakan dengan membacakan isi Surat Paksa oleh juru sita
pajak dan dituangkan dalam Berita Acara sebagai pernyataan bahwa Surat Paksa
telah diberitahukan
3. Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya berisi hari
dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang
Surat Paksa terhadap Orang Pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
1. Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang
memeungkinkan.
2. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja ditempat
dapat dijumpai.
3. Seorang ahli atau salah seorang ahli atau pelaksanaan wasiat atau yang mengurus
harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta
4. Ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah
dibagi.
untuk perseroan terbuka, pemegang saham untuk perseroan tertutup, dan orang
perseroan terbatas.
Tetap.
3. Pemilik modal, atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan mengendalikan
serta bertanggung jawab atas perusahaan, untuk badan usaha lainnya seperti
4. Ketua atau yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas
5. Pegawai tetap ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan
Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, surat paksa diberitahukan kepada
Kurator, Hakim Pengawas, atau Balai Harta Peninggalan. Dalam hal Wajib Pajak
dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau
Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat surat kuasa
khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan, Surat Paksa dapat
Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan
Seketika dan sekaligus yaitu tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh
Jurusita Pajak kepada Penaggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak,
2. Penanggung Pajak memindah tangankan brang yang dimiliki atau yang dikuasai
bentuk lainnya.
5. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat
tanda-tanda kepailitan.
Penagihan seketika dan sekaligus dilakukan terhadap seluruh utang pajak dan
semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penyampaian Surat Perintah
Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh jurusita pajak
kepada kepada Penanggung Pajak. Surat Perintah Penagihan seketika dan sekaligus
sekurang-kurangnya memuat :
1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
G. Penyitaan
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, pada pasal 1 anagka (14), penyitaan
adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna
undangan. Penyitaan dilaksankan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka
waktu 2x24 jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada
penanggung pajak.
Tujuan penyitaan itu sendiri adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak
dari Penangun Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksankan terhadap semua
barang Penanggung Pajak, baik yang berada di tempat tingal, tempat usaha, tempat
1. Objek Sita
ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk
yang penguasaannya berada di tangan lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasa, uang tunai, dan deposito berjangka,
tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan
- Barang-barang mewah (televisi, lemari es, tape recorder, kompor gas dan
sebagaimana)
- Barang-barang perhiasan (kalung, gelang, cincin dari emas, berlian dan batu
permata lainnya)
- Barang dagangan (baik yang berada di toko tersebut maupun yang berda di
gudang)
dan sebagainya)
3) Semua barang gerak yang ada di tempat usaha Penanggung Pajak, seperti :
- Investasi kantor (mesin tik, meja, kursi, lemari besi, dan alat kantor lainnya)
orang lain.
3. Penyitaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai
barang yang disita diperkirakan cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang
4. Hak lainnya yang dapat disita selesai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
1997 tentang Peangihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir
b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan
pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari
e. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga
diterbitkan oleh Pejabat untuk melaksanakan penyitaan. Apabila utang pajak tidak
dilunasi oleh Penanggung Pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh
empat) jam setelah Surat Paksa diberitahukan, Pejabat menerbitkan Surat Perintah
melaksanakan penyitaan.
Pejabat. Pejabat yang dimaksud di sini dalah pejabat yang berwenang mengangkat
Surat Perintah Penyrnderaan dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak
sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau utang pajak
cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang Pajak dan biaya penagihan pajak.
berikut :
1) Membuat rincian tentang jenis, jumlah, dan harga perhiasan yang disita dalam
b. Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing, dilaksanakan sebagai
berikut :
1) Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya
dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.
3) Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang
deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang
Jurusita Pajak.
4) Dalam hal Penanggung Pajak tidak memberikan kuasa kepada bank, Pejabat
5) Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui, Jurusita Pajak
Penanggung Pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak
d. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang
1) Melakukan inventaris dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai
nominal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu
3) Membuat berita Acara pengalihan hak surat berharga atas nama dari
Penanggung Pajak.
f. Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahaan lain yang tidak ada surat
pada perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara
Pelaksanaan Sita.
H. Jurusita Pajak
Penyenderaan. Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau Gubernur atau
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, untuk
dapat diangkat sebagai Jurusita Pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
dengan itu;
c. Berbadan sehat;
a. Meninggal dunia
b. Pensiun
Pajak dengan Surat Paksa, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang menjadi tugas dari Jurusita Pajak adalah :
resmi kepada Penanggung Pajak dengan penyertaan dan penyerahan salinan Surat
Paksa.
Pada pembahasan mengenai Analisa dan Evaluasi ini, penulis akan menganalisa
suatu data mengenai tunggakan pajak yang dilakukan tindakan Penagihan Pajak serta
pajak yang melibatkan Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
kepada Wajib Pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak terutangnya, pihak
Direktorat Jenderal Pajak mengharapkan agar penerimaan negara dari sektor pajak
tersebut dapat meningkat. Sehingga dalam hal ini peranan Wajib Pajak sangat besar
Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak Wajib Pajak yang
tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam hal pelunasan utang pajaknya.
Untuk Wajib Pajak dalam cakupan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Lubuk Pakam ini sendiri, masih banyak Wajib Pajak yang tidak menghiraukan atas
diterbitkannya surat ketetapan pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus
menerbitkan Surat Teguran dan kemudian diikuti dengan Surat Paksa apabila Wajib
52
Tabel 4.1
Jumlah Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk
(Jan-Mei)
Dari tabel 4.1 diatas, dapat kita lihat jumlah wajib pajak keseluruhan bahwa
meningkat. Hal ini dapat kita lihat secara tidak langsung dari peningkatan jumlah
wajib pajak antara tahun 2014 sampai tahun 2016 pada bulan januari hingga mei yang
Jumlah wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ini
meningkat dari tahun 2014 sampai tahun 2016 (Januari-Mei) namun, jumlah utang
pajaknya bertambah juga. Hal ini terlihat dari masih banyaknya jumlah surat teguran
dan surat paksa yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam.
Tabel 4.2
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2013, 2014, dan
2015
Ketetapan (Rupiah)
(Rupiah)
Dari data diatas diketahui tidak semua skp yng diterbitkan ditindaklanjuti
dengan proses penerbitan surat teguran. Pada tahun 2013, 2014, dan 2015 sangatlah
berbeda dari 3(tiga) tahum tersebut setiap tahun mengalami kenaikan. Kondisi ini
disebabkan peran aktif dari jurusita pajak KPP Pratama Lubuk Pakam dalam
Berikut ini adalah tabel penyampaian Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak
Tabel 4.3
Ketetapan (Rupiah)
(Rupiah)
Dari data penerbitan Surat Ketetapan Pajak yang ditindaklanjuti dengan surat
paksa masih terdapat jumlah surat paksa yang belum dilunasi wajib pajak. Hal ini
diliat dari tingginya jumlah skp setelah diterbitkannya surat paksa yang berbeda
setiap tahunnya. Dari 3(tiga) tahun berturut-turut belakangan tersebut dari tahun 2013
Rasio ini menunjukkan seberapa bessr surat teguran yang ditidaklanjuti dengan
penerbitan surat paksa.. Pada tahun 2013 jumlah surat teguran 2.174 lembar
sementara surat paksa yang diterbitkan hanya 1.165 lembar, pada tahun 2014 jumlah
surat teguran 2.662 lembar sementara surat paksa yang diterbitkan hanya 2.505
lembar, dan pada tahun 2015 jumlah surat teguran yang diterbitkan mengalami
penurunan dengan 2.380 lembar dari tahun sebelumnya tetapi jumlah surat paksa
yang diterbitkan 3.647 lembar. Data di atas diketahui bahwa tidak semua surat
teguran yang diterbitkan dengan proses penerbitan surat paksa. Dibandingkan pada
tahun 2014 surat teguran mencapai 2.662 lembar dari surat teguran tahun 2015 yang
berbeda mengalami penurunan. Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya SDM (sumber
dengan surat paksa, selain itu juga karena wajib pajak membayar tunggakan pajak
surat paksa dengan potensi pencairan tunggakan dengan surat paksa dengan asumsi
bahwa potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa adalah semua
tunggakan pajak yang diterbitkan surat paksa diharapkan dapat ditagih. Efektivitas
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitan surat paksa, pembayaran surat
paksa, dan tingakat efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa. Data tersebut
diolah berdasarkan data pada KPP Pratama Lubuk Pakam untuk tahun 2013, 2014
dan 2015 :
Tabel 4.4
Jumlah Pembayaran Surat Paksa dan Surat Teguran Pada Kantor Pelayanan
Efektivitas
Dari tabel diatas surat paksa yang diterbitkan pada tahun 2013 penerbitan surat
pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tergolong tidak efektif, dan pada tahun
2014 sebesar 25,85% tidak efektif, dan tahun 2015 tercatat sebesar 6.05%, pada tahun
2015 terjadi penurunan tingkat efektivitas disebabkan karena dalam setahun terjadi
Tabel 4.5
59 Presentase Kriteria
90 – 100% Efektif
Beberapa hal yang menyebabkan tidak seluruh surat paksa yang diterbitkan
dilunasi oleh penanggung pajak, sehingga hasil analisis tidak efektif antara lain :
Setelah dikeluarkan surat paksa KPP Pratama Medan Timur mengeluarkan SPMP
Berikut ini tabel jumlah pelaksanaan melakukan penyitaan untuk wajib pajak pada
Tabel 4.6
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Pada Tahun 2015
2015 6 Kali
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2015 Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Lubuk Pakam mengalami 6 kali penyitaan. Hal ini kemungkinan disebabkan
keputusan pengurangan)
keberatan)
banding)
Dari tabel 4.3 dan 4.4 di atas,dapat kita lihat kinerja penagihan pajak pada KPP
Pratama Lubuk Pakam dalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2013-2015.
Ternyata Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan masih tetap ada
Wajib Pajak yang tidak menghiraukan, karena banyaknya jumlah penerbitan surat
paksa dan surat teguran setiap tahunnya. Cara penagihan yang terakhir yang
dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ini adalah penagihan
surat paksa, melakukan penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang
Negara terhadap barang-barang Wajib Pajak. Cara penagihan ini dikenal sebagai
penagihan yang keras dibidang perpajakan, namun langkah inilah yang diambil dalam
Dari uaraian diatas diambil kesimpulan penagihan pajak dengan surat paksa
dapat mengoptimalkan penagihan pajak, hal ini terlihat dari jumlah tagihan yang
dilakukan dari hasil realisasi pencairan piutang dari surat paksa yang dikeluarkan
mampu meningkatkan penerimaan pajak lebih besar pada KPP Pratama Lubuk
Pakam, dibandingkan dengan diterbitkan surat teguran maupun SPMP (Surat Perintah
Melakukan Penyitaan).
Pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa yang dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam terhadap Wajib Pajak yang tidak
hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran, dan mengirimkan Kantor Pos.
2. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya, yang seharusnya
dilunasi setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu ) hari sejak diterbitkannya Surat
Teguran, Pejabat segera menerbitkaan Surat Paksa, dan dalam hal ini :
b. Jika Jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak / Penanggung Pajak dan
meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan pajak yang ada
3) Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun / jenis pajak lainnya yang
diperhitungkan?
Keberatan?
c. Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak / Penanggung Pajak maka salinan Surat
1) Keluarga Wajib Pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak /
mereka tersebut pada butir 1 dan 2 di atas juga tidak dijumpai. Pejabat ini harus
memberi tanda tangan pada surat paksa dan salinannya kepada Wajib Pajak /
d. Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha / tempat tinggal.
Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan Surat Paksa
kepada :
2) Seseorang yang ada di tempat tinggalnya (misalnya : istri, anak, atau pembantu
rumah tangga )
1) Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi Biaya Harian
dan Biaya Perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat
Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak.
penagihannya telah dilunasi atau belum oleh Wajib Pajak / Penanggung Pajak.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima
biaya penagihan, lalu bebas dari tanggung jawabnya terhadap pencairan piutang
pajak tersebut. Apabila Jurusita yakin bahwa Wajib Pajak / Penanggung Pajak
tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus mengambil langkah- langkah
Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh Jurusita yang melaksanakan
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tersebut. Hal- hal yang mendapat perhatian
1) Pengakuan penyelesaian surat keberatan. Mengenai hal ini agar diuraikan secara
2) Jenis, letak dan taksiran harga dari objek sita dengan memperhatikan tunggakan
3) Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang sebenarnya dari
Wajib Pajak / Penanggung Pajak antara lain : kemampuan bayar, itikad mau
selanjutnya.
g. Apabila Jurusita Pajak Jurusita tidak dapat dilaksanakan surat paksa secara
sebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat paksa, antara lain
yang dimilki Wajib Pajak untuk melakukan penyitaan suatu saat nanti jika Wajib
3. Apabila utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung
(dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak,
dan dapat dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan
Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan
atau tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau
yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.
barang yang akan disita, biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh
Jurusita dikarenakan :
Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang ditanggung
Penanggung Pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan penyitaan lagi.
4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yaang masih harus dibayar tidak
dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak
Dan dalam hal pelaksanaan lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas
yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang, misalnya tanah
kepada Dinas Pertahanan setempat. Hasil lelang digunakan terlebih dahulu untuk
membayar pajak. Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk
melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan
walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang
Surat Paksa
Pajak dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk
Pakam, adalah :
dengan berbagai alasan dan alasan-alasan yang dikemukakan ini kadangkala sengaja
di cari-cari karena Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau membayar pajaknya.
Surat Paksa Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang bersangkutan. Dan apabila Wajib
Pajak / Penanggung Pajak dan wakilnya tetap menolak maka salinan surat paksa
tersebut dapat ditinggalkan begitu saja pada tempat kediaman / tempat kedudukan
Wajib Pajak / Penanggung Pajak ataupun wakilnya, dan dengan demikian Surat Paksa
2. Dalam prakteknya, kadang terdapat perhitungan yang salah dari pajak yang
seharusnya dibayar.
Jika terdapat kesalahan seperti ini, maka Wajib Pajak berhak untuk menunda
pembayaran pajak sampai telah ditentukan jumlah yang benar. Apabila dalam
yaitu tunggakan menurut surat paksa berbeda dengan tunggakan menurut surat
ketetapan pajak yang ada pada penanggung pajak, maka Jurusita pajak tidak dapat
mengubah apa penanggung pajak, maka Jurusita tidak dapat mengubah apa yang
3. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk rumah Wajib Pajak / Penanggung Pajak.
masuk ke dalam rumah Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang barang-barangnya akan
disita.
Pajak.
untuk menyita barang-barang miliknya juga menjadi salah satu hambatan dalam
5. Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara Sita.
Berita Acara Sita dibuat dan ditandatangani oleh Jurusita, para seksi dan Wajib
Pajak / Penanggung Pajak atau wakilnya yang barangnya disita. Sering terjadi Wajib
Pajak / Penanggung Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara Sita, sehingga
penyitaan barang Wajib Pajak / Penanggung Pajak guna pelunasan utang pajaknya
menjadi tertunda.
tersebut bukanlah miliknya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyitaan barang
Walaupun sistem Perpajakan kita telah menganut Self Assesment System, namun
baik dan benar serta membayar utang pajak pada tepat waktu masih rendah
Masalah ini juga sering menjadi kendala dalam melaksanakan penagihan. Pada
saat penetapan yang dilakukan oleh seksi terkait dari hasil pemeriksaan sederhana
kantor / penelitian dari buku pengawasan pembayaran massa, ternyata data tidak
sesuai lagi, dan pada saat SKP dikeluarkan, Wajib Pajak / Penanggung Pajak sudah
berpindah domisili.
Pemecahan masalah dalam hal Penagihan Utang Pajak dengan Surat Paksa,
yaitu:
menganut Self Assesment System namun tingkat kesadaran Wajib Pajak untuk
melaksanakan kewajibannya dengan baik dan benar serta membayar utang pajak
tepat waktu masih rendah sekali, hal ini juga bisa dikarenakan kurangnya
2. Menjelaskan kepada Wajib Pajak bahwa selama Wajib Pajak membayar utang
pajak yang dimilki tepat pada waktunya atau sebelum jatuh tempo, maka
pajaknya.
3. Menjalin kerjasama yang baik antara pihak fiskus dengan instansi terkait, sehingga
baiknya. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kesempatan Wajib Pajak dalam
penyitaan tersebut.
5. Ada juga kalanya Wajib Pajak keberatan atau tidak memperbolehkan Jurusita
untuk menyita barang milik Wajib Pajak tersebut. Dalam hal ini Jurusita Pajak
bahwa penyitaan tidak selalu berakhir dengan penjualan barang (lelang) apabila
6. Pada waktu melakukan penyitaan atau ada kemungkinan bahwa Wajib Pajak /
Penanggung Pajak mengatakan bahwa sebagian barang yang akan disita bukan
miliknya, oleh sebab itu Wajib Pajak atau wakilnya harus dapat menunjukkan
bukti yang jelas bahwa barang tersebut memang benar bukan milik Wajib Pajak /
7. Apabila Wajib Pajak / Penanggung Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara
Sita, Jurusita dapat memaksakan dan meminta bantuan kepada pihak Kepolisian
Pajak melalui Surat Paksa yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Lubuk Pakam dikarenakan pada umumnya banyak Wajib Pajak yang belum begitu
Pajak. Hal inilah yang membuat Wajib Pajak / Penanggung Pajak melalaikan
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam sudah cukup baik karena sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
2000.
2. Tujuan akhir dari Penagihan Pajak kepada Wajib Pajak / Penanggung Pajak
bukanlah hanya semata-mata untuk menyita ataupun lelang, tetapi dengan tujuan
pelunasan utang-utang pajak yang terutang yang dimilki oleh Wajib Pajak /
Penanggung Pajak.
Pajak dengan pihak aparatur pajak yang dapat mengakibatkan tunggakan atau
71
yang berlaku.
B. Saran
Adapun saran yang dapat membantu Fiskus dan Aparatur Pajak lainnya dalam
1. Sumber Daya Manusia yang terbatas dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
pada proses penagihan pajak. Khususnya dalam hal Penagihan Aktif, petugas
Jurusita Pajak yang masih belum mencukupi bila dibandingkan dengan volume
kerja dan jumlah Wajib Pajak yang semakin bertambah. Diharapkan kepada
aparatur pajak yang ada untuk semakin bertambah. Diharapkan kepada aparatur
2. Masih terdapat banyak Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang tidak patuh. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah Surat Teguran dan Surat Paksa yang direspon. Dan untuk
Empat,Jakarta.
Indeks,Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan :
Paksa.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
74