Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS KELAYAKAN USAHA HOME INDUSTRY

KERUPUK TAPIOKA UKT JORONG

TUGAS AKHIR

Disusun oleh :
FIRDHA NAZWA ASSIVHA UTAMI
1802301007

JURUSAN AGROINDUSTRI
PRODI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS KELAYAKAN USAHA HOME INDUSTRY
KERUPUK TAPIOKA UKT JORONG

Oleh
Firdha Nazwa Assivha Utami
1802301007
Telah Memenuhi Uji Kelayakan Sebagai Tugas Akhir Diploma Tiga (D-3)
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh gelar Ahli Madya Teknik (A.Md T)

Tanggal Uji Kelayakan :

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Raden Rizki Amalia, ST.,M.Si Yuliana Ningsih, S.S., M.Hum


NIK. 090801044 NIK. 140102103

Mengetahui
Direktur
Politeknik Negeri Tanah Laut Ketua Jurusan

Dr. Mufrida Zein, S.Ag., M.Pd. Nuryati, S.T., M.Eng


NIP. 196806171997022004 NIK. 130204093

i
LEMBAR PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan dalam
menyusun Tugas Akhir dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Home Industry
Kerupuk Tapioka UKT Jorong ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya
dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada :
1. Dr. Mufrida Zein, S.Ag., M.Pd. selaku Direktur Politeknik Negeri Tanah
Laut.
2. Nuryati, S.T., M.Eng selaku Ketua Jurusan Program Studi Teknlologi
Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.
3. Raden Rizki Amalia, ST.,M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta saran kepada penulis.
4. Yuliana Ningsih, S.S., M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis.
5. Seluruh dosen dan staff program studi Teknologi Industri Pertanian yang
telah mengajar serta bekerja keras dalam membimbing dan membantu
mahasiswa/i
6. Ibunda tercinta Tati Suryani yang telah memberikan banyak dorongan
moril maupun materil serta motivasi dan kasih sayang tiada henti kepada
penulis agar tetap semangat.
7. Ayahanda tercinta Sujono dan Abah tersayang Mahmudin yang telah
memberikan banyak motivasi, kasih sayang serta dukungan materil dan
moril kepada penulis.
8. Adik bungsu Amalia Kartika yang telah membantu dan memberi
dukungan kepada penulis
9. Ahmad Nasori yang telah memberikan semangat dan dukungannya.
10. Seluruh teman teman seperjuangan khususnya Kelas A yang telah saling
membantu dan memotivasi satu sama lain.

ii
11. Bapak Rasianto pemilik usaha yang bersedia usahanya menjadi objek
penelitian penulis.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN
TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Tugas
Akhir (TA) saya dengan judul “ANALISIS KELAYAKAN HOME INDUSTRY
KERUPUK TAPIOKA UKT JORONG” adalah benar-benar hasil karya
intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak
diijinkan dan bukan merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya
sendiri. Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara lengkap
pada daftar pustaka. Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Pelaihari,................2020

Firdha Nazwa Assivha Utami


1802301007

iv
ANALISIS KELAYAKAN USAHA HOME INDUSTRY
KERUPUK TAPIOKA UKT JORONG

Oleh :
Firdha Nazwa Assivha Utami

ABSTRAK
Setiap perusahaan dibidang apapun memiliki tujuan yang sama yaitu
memperoleh laba atau profit secara optimal. Namun,masalah yang timbul sering
kali menyebabkan kesalahan, salah satunya dalam kinerja finansial yang dapat
berakibat pada kegagalan berwirausaha. Home industry kerupuk tapioka UKT
Jorong merupakan usaha dalam bentuk mikro. Usaha ini belum pernah dikaji
terkait kelayakan usahanya. Maka dari itu dilakukan analisis kelayakan usaha
untuk diidentifikasi dan memberikan pandangaan kedepan serta meminimalkan
hambatan yang timbul dimasa akan datang. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui harga pokok produksi (HPP) dan kelayakan usaha home industry
UKT Jorong. Metode yang digunakan dalam penentuan harga pokok produksi
yaitu metode full costing dan untuk analisis kelayakan usaha menggunakan
metode perhitungan Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (R/C), Payback
Period (PBP), dan Net Present Value (NPV). Hasil perhitungan HPP untuk
produk kerupuk mentah Rp.29.846/kg dimana nilai ini lebih tinggi dari harga
jualnya dan untuk produk kerupuk matang Rp.1.261/bungkus. hasil analisis
kelayakan usaha nilai BEP unit kerupuk mentah -272 kg dan BEP rupiah
Rp.566.911, untuk produk ekrupuk matang BEP Unit 544 bungkus dan BEP
Rupiah Rp.378.571. Nilai R/C ratio sebesar 0,94, PBP dalam 3,8 tahun dan NPV
sebesar Rp.28.939.232. Berdasarkan hasil analisis dan pertimbangan kriteria
finansial home industry UKT Jorong menguntungkan dan layak untuk dijalankan.

Kata kunci : kelayakan usaha, HPP, BEP, R/C ratio, NPV

v
AN ANALYSIS OF FEASIBILITY AT HOME INDUSTRY TAPIOCA
CRACKERS UKT JORONG

By:
Firdha Nazwa Assivha Utami

ABSTRACT
The company in every field generally have a similar purpose to earn profit
optimally. However, the problems appear to create the errors, one of them in
financial work probably cause the failure in entrepreneurship. The home industry
of tapioca crackers UKT Jorong is one of a micro business. This business had
never been researched related to the advisability. Therefore, the analysis of
feasibility is important to identify and giving further view also to minimalize the
resistance in the future. This research aims to find out the cost of goods sold
(HPP) and the properness of business at Home Industry UKT Jorong. Full
costing mode is used in this research to determine the cost of goods sold and to
analyze the properness using Break-Even Point Point (BEP), Revenue Cost Ratio
(R/C), Payback Period (PBP), and Net Present Value (NPV). The result of the
HPP calculation for the raw crackers product is Rp.29.846/kg which is higher
than the selling price. For the fried crakers product is Rp.1.261/pack. The results
of business feasibility analysis of raw cracker unit BEP value -272 kg and BEP
rupiah Rp.566.911, for fried crackers products BEP Unit 544 packs and BEP
Rupiah Rp.378.571. R/C ratio of 0.94, PBP in 3.8 years and NPV of
Rp.28.939.232. According to the results of analysis and consideration of financial
criteria home industry, UKT Jorong is profitable and feasible to run.

Keywords : business feasibility, HPP, BEP, R/C ratio, NPV

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir dengan Judul “Analisis Kelayakan Usaha Home Industry
Kerupuk Tapioka UKT Jorong” dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Beserta sahabat, kerabat dan para pengikut beliau dari dulu hingga akhir zaman.
Penulisan laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk lulus
D3 program studi Teknologi Industri Pertanian jurusan Agroindustri Politeknik
Negeri Tanah Laut. Dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir ini bisa berjalan
dengan lancar berkat segenap pihak yang telah memberikan dukungan, baik
berupa bantuan, doa maupun dorongan dan motivasinya.
Penulis mengucapkan terimakasih dan tentunya penulis berharap setiap
bantuan yang telah diberikan oleh segenap pihak dapat menjadi ladang kebaikan
dan semoga laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaatan dan berguna
bagi banyak orang.

Pelaihari,................2020

Firdha Nazwa Assivha Utami


1802301007

vii
DAFTAR ISI

halaman
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

LEMBAR PERSEMBAHAN..................................................................................ii

PERNYATAAN KEASLIAN................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................vi

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..................................................................................3

1.3 Tujuan...................................................................................................3

1.4 Manfaat.................................................................................................3

1.5 Batasan masalah....................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

2.1 Home industry.......................................................................................5

2.1.1 Manfaat Home Industry...............................................................5

2.2 Profil usaha............................................................................................5

2.3 Harga pokok produksi...........................................................................6

2.3.1 Komponen Harga Pokok Produksi..............................................6

2.3.2 Manfaat Harga Pokok Produksi...................................................7

2.3.3 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi..................................8

viii
2.4 Kelayakan usaha....................................................................................8

2.5 Analisis kelayakan usaha pada aspek finansial.....................................9

2. 5. 1 Analisis Break Even Point (BEP)................................................9

2. 5. 2 Analisis Revenue Cost Ratio ( R/C ).........................................10

2. 5. 3 Analisis payback period (PBP)..................................................10

2. 5. 4 Analisis Net Present Value (NPV)..........................................10

2.6 Penelitian terdahulu.............................................................................11

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................14

3.1 Jenis penelitian....................................................................................14

3.2 Waktu dan tempat...............................................................................14

3.3 Rancangan tugas akhir........................................................................14

3.4 Prosedur...............................................................................................15

3.4.1. Prosedur analisis harga pokok produksi pada pengolahan


kerupuk tapioka di usaha home industry UKT Jorong..........................15

3.4.2. Prosedur analisis kelayakan usaha home industry UKT Jorong15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................17

4. 1 Hasil....................................................................................................17

4.1.1 Analisis harga pokok produksi home industry UKT Jorong.....17

4.1.2 Analisis kelayakan usaha pada aspek finansial home industry


UKT Jorong...........................................................................................18

4. 2 Pembahasan.........................................................................................18

4.2.1. Analisis harga pokok produksi home industry UKT Jorong.....18

4.2.2. Analisis kelayakan usaha aspek finansial home industry UKT


Jorong ...................................................................................................20

BAB V PENUTUP................................................................................................24

5.1 kesimpulan..........................................................................................24

5.2 Saran....................................................................................................24

ix
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uraian biaya


Lampiran 2. Analisis kelayakan usaha

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Biaya Bahan Baku Kerupuk Mentah


Tabel 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada Produksi Kerupuk Mentah
Tabel 3. Biaya Penyusutan ( Biaya Overhead ) Alat dan Mesin produksi kerupuk
mentah
Tabel 4. Biaya Bahan Penolong ( Biya Overhead ) Produksi Kerupuk Mentah
Tabel 5. Biaya Utilitas ( Biaya Overhead ) Produksi Kerupuk Mentah
Tabel 6. Total biaya
Tabel 7. Biaya Bahan Baku Kerupuk Matang
Tabel 8. Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada Produksi Kerupuk Matang
Tabel 9. Biaya Penyusutan ( Biaya Overhead ) Pada Produksi Kerupuk Matang
Tabel 10. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung ( Biaya Overhead ) Pada Produksi
Kerupuk Matang
Tabel 11. Biaya Bahan Penolong ( Biaya Overhead ) Pada Produksi Kerupuk
Matang
Tabel 12. Biaya Utilitas ( Biaya Overhead ) Pada Produksi Kerupuk Matang
Tabel 13. Total Biaya
Tabel 4.1 Total Biaya Produksi
Tabel 4.2 Harga Pokok Produksi Produk (HPP)
Tabel 4.3 Analisis Kelayakan Usaha Pada Aspek Finansial

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.wawancara
Gambar 2. Proses pembungkusan kerupuk matang
Gambar 3. Proses pembungkusan kerupuk matang

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dewasa ini, ketatnya persaingan di dunia bisnis mengharuskan
setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas guna
meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. Karena setiap perusahaan
dibidang apapun memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh laba atau
profit secara optimal. Selain sebagai sarana untuk perusahaan dapat
mempertahankan hidup dan memperluas usahanya juga sebagai parameter
keberhasilan perusahaan yang sering kali dinilai dari tingkat laba yang
dihasilkan.
Masalah yang dihadapi oleh pengusaha mikro, kecil dan menengah
bersifat multidimensi yang dapat berpengaruh dalam pertumbuhan kinerja
serta keberlanjutan usaha yang dapat dilihat dari indikator kinerja finansial
(profitabilitas, pertumbuhan dan nilai pasar) dan kinerja non finansial
(strategis) meliputi kepuasan pelanggan, kepuasan pegawai, kinerja
lingkungan dan kinerja sosial (Audina dan Muhtadi, 2019). Salah satunya
kesalahan dalam kinerja finansial adalah pada penetapan harga yang tidak
tepat. Kesalahan ini bisa saja terjadi karena adanya kesalahan awal yang
terdapat pada perhitungan harga pokok produksi. Permasalahan seperti ini
akan menciptakan kesalahan fatal yang akan berakibat pada kegagalan
dalam kewirausahaan. Cara menghindari kegagalan yang terjadi adalah
dengan mengelola kembali sumber daya keuangan dan memahami laporan
keuangan yang ada (Maghfirah dan BZ, 2016).
Salah satu bentuk usaha mikro adalah home industry. Umumnya
home industry berproduksi dengan unik, terkait dengan kearifan lokal,
sumber daya setempat dan mengutamakan buatan tangan. Selain itu,
tenaga kerja bukan dari profesional juga penggunaan modal yang kecil
(Audina dan Muhtadi, 2019). Kemudian, penerapan manajemen
finansialnya masih sangat sederhana karena usahanya yang masih berskala

1
kecil serta diolah oleh keluarga sehingga perhitungan lain yang terlibat
dalam produksi banyak yang tidak diperhatikan. Home industry yang
sering dijumpai yaitu home industry pembuatan kerupuk. Usaha Kerupuk
Tradisional (UKT) yang ada di kecamatan Jorong merupakan salah satu
produsen pembuat kerupuk tapioka. Walau sudah berproduksi kurang
lebih 10 tahun, usaha home industry ini tidak lepas dari beberapa faktor
penghambat keberlanjutan usahanya seperti tidak memiliki kemampuan
dan pengetahuan dalam hal manajerial dan kurang dalam mengendalikan
keuangan. Home industry UKT dalam memanajemen sumber daya
keuangannya masih dilakukan dengan cara yang sederhana dan
pencatatannya masih manual. Perusahaan mengabaikan biaya – biaya lain
yang harusnya diperhitungkan ke dalam penentuan harga produksi seperti
biaya overhead yang didalamnya termasuk biaya penyusutan peralatan dan
mesin, biaya bahan penolong, listrik, air dan lainnya. Meski sudah berdiri
lama, usaha home industry UKT Jorong belum pernah dikaji terkait
kelayakan usahanya, maka dari itu dilakukan analisis kelayakan usaha
untuk diidentifikasi dan memberikan pandangan kedepan serta
meminimalkan hambatan yang timbul dimasa akan datang. Home industry
UKT Jorong perlu di kaji kelayakan usahanya karena usaha perlu
berkembang didukung dengan lokasi usaha yang terletak dipemukiman
penduduk dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitarnya
dan menambah pendapatan selain bagi pekerja juga untuk anggota
keluarga lainnya sehingga dapat membantu perekonomian. Selain itu pula,
peraturan dan kebijakan pemerintah mendukung berkembangnya usaha
kecil di Indonesia sehingga banyak terbukanya peluang bagi pelaku
UMKM [ CITATION Muc19 \l 1057 ]. Studi kelayakan mengkaji secara
sistematis rencana suatu proyek baru maupun pengembangan usaha yang
sudah ada. Studi kelayakan usaha dapat membantu para pengusaha,
pemilik modal dan pihak terkait dalam mengambil keputusan kelayakan
usaha patut dilaksanakan atau tidak [ CITATION Ika19 \l 1057 ].
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kelayakan usaha home industry UKT Jorong dari segi

2
financial benefit menggunakan analisis harga pokok produksi dengan
metode full costing serta melakukan studi kelayakan usaha dengan
menggunakan perhitungan Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio
(R/C), Payback Period (PBP), dan Net Present Value (NPV).

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana analisis harga pokok produksi pada home industry
kerupuk tapioka UKT Jorong ?
2. Apakah usaha home industry kerupuk tapioka UKT Jorong
sudah layak untuk dijalankan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui harga pokok produksi kerupuk tapioka UKT
Jorong.
2. Untuk mengetahui kelayakan usaha kerupuk tapioka home
industry UKT Jorong

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain
sebagai berikut :
1. Memberikan rekomendasi dalam pengembangan usaha dan
perhitungan harga pokok produksi untuk menentukan harga
jual yang tepat serta memberikan laba atau profit yang optimal
dalam pengolahan kerupuk tapioka home industry UKT Jorong.
2. Membuka informasi dan wawasan terkait manajemen suatu
usaha dalam perencanaan, pengendalian laba dan penentuan
harga pokok produksi.

3
3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan,
rujukan dan referensi bagi penelitian selanjutnya atau yang
serupa.

1.5 Batasan masalah


Batasan masalah dalam dalam penyusunan Tugas Akhir ini ini
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan harga pokok produksi menggunakan metode full
costing.
2. Menentukan kelayakan usaha dengan perhitungan yang sudah
ditentukan yaitu Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio
(R/C), Payback Period (PBP), dan Net Present Value
(NPV)

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Home industry


Secara artian, home berarti rumah, tempat tinggal, atau kampung
halaman, sedangkan industry diartikan sebagai kerajinan, usaha produk
barang dan atau perusahaan. Dengan begitu, Home Industry adalah rumah
usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Home Industry disebut
juga industri rumah tangga karena termasuk kategori usaha kecil yang
dikelola keluarga (Afiyah et al., 2015).
2.1.1 Manfaat Home Industry
Sebagai usaha kecil, home industry memiliki keunggulan
dan fungsi sebagai berikut :
a. Home industry sebagai penghasilan pengganti bagi keluarga
karena merupakan kegiatan ekonomi keluarga yang membantu
meningkatkan pendapatan keluarga juga usaha sampingan yang
tidak memakan banyak waktu.
b. Home industry berpeluang untuk mengentaskan kemiskinan.
Kegiatan ekonomi industri rumahan secara tidak langsung
membuka lapangan kerja bagi anggota keluarga terdekat atau
tetangga, sehingga industri keluarga dapat membantu
mengurangi pengangguran dan kemiskinan. (Afiyah et al.,
2015).

2.2 Profil usaha


Usaha Kerupuk Tradisional (UKT) Jorong milik Bapak Rasianto
telah lama berproduksi kurang lebih sekitar 10 tahunan. Namun untuk saat
ini, perusahaan masih berskala rumah tangga dengan jumlah pegawai 9
orang dimana 3 orang tenaga kerja terlibat langsung di dalam proses
produksi kerupuk yang terdiri dari pemilik usaha dan anggota keluarga
pemilik usaha yaitu istri beserta anaknya. Sedangkan tenaga kerja yang

5
lain merupakan tetangga – tetangga sekitar home industry berada sebagai
tenaga kerja tidak langsung.
Home industry UKT ini beralamat di Desa Karang Rejo Trans 200
Kecamtan Jorong Kabupaten Tanah Laut. Proses produksi kerupuk tapioka
berlangsung setiap hari dengan jumlah produksi mencapai 10 kg / hari.
pada proses penjualannya, home industry UKT Jorong ini menjual produk
olahannya dalam keadaan kerupuk mentah dan kerupuk matang yang
sudah digoreng sebelumnya. Pemasaran masih dilakukan disekitaran
wilayah Jorong.

2.3 Harga pokok produksi


Harga pokok produksi (Cost of goods manufactured) adalah total
biaya produksi barang yang telah diselesaikan dan dipindah ke persediaan
barang jadi dalam satu bulan. Selain itu dijelaskan pula bahwa harga
pokok produksi merupakan kumpulan biaya produksi yang meliputi bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Sehingga
kesimpulannya harga pokok produksi merupakan kumpulan dari biaya -
biaya yang timbul dan diproses dalam proses manufaktur atau proses
produksi suatu barang, yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik (Maghfirah dan BZ, 2016).
2.3.1 Komponen Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa. Harga pokok
produksi terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
1. Bahan baku langsung yang meliputi biaya pembelian bahan,
potongan pembelian, biaya transportasi pembelian, biaya
penyimpanan, dan lain - lain.
2. Tenaga kerja langsung, termasuk upah seluruh karyawan yang
terlibat langsung dalam proses pembuatan bahan baku menjadi
produk jadi atau barang siap jual.

6
3. Biaya overhead pabrik mencakup semua biaya selain biaya
bahan baku langsung dan upah langsung.
2.3.2 Manfaat Harga Pokok Produksi
Manfaat penentuan harga pokok produksi secara umum
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan harga jual produk. Perusahaan produksi massal
mengolah produknya untuk mengisi persediaan di gudang,
dengan demikian untuk menghasilkan informasi biaya
produksi per unit produk biaya produksi dihitung dalam
jangka waktu tertentu. Dalam menentukan harga jual suatu
produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data
yang diperhatikan selain data biaya lain dan data non biaya.
2. Memantau realisasi biaya produksi. Departemen manajemen
membutuhkan informasi tentang biaya produksi aktual untuk
melaksanakan rencana produksi. Oleh karena itu akuntansi
biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya
produksi dalam periode waktu tertentu untuk memantau
apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi
yang telah dihitungkan sebelumnya.
3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu. Untuk
mengetahui apakah kegiatan produksi dan penjualan
perusahaan dalam kurun waktu tertentu dapat menghasilkan
laba kotor atau mengakibatkan rugi total, manajemen
memerlukan informasi mengenai biaya produksi yang
digunakan untuk menghasilkan produk dalam kurun waktu
tertentu. Informasi total untung dan rugi secara berkala
diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk terhadap
biaya non produksi dan menghasilkan laba rugi.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk
dalam proses yang disajikan dalam neraca. Ketika manajemen
diharuskan untuk membuat pertanggungjawaban keuangan
secara berkala, maka manajemen harus menyampaikan

7
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Dalam
neraca, manajemen harus mencantumkan harga pokok
persediaan produk jadi dan harga pokok barang yang masih
diproses pada tanggal neraca.
2.3.3 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok produk adalah pembebanan unsur biaya
produksi terhadap produk yang dihasilkan dari suatu proses
produksi, artinya penentuan biaya yang melekat pada pada produk
jadi dan persedian barang dalam proses. Dalam penentuan harga
pokok produk terdapat dua metode:
1) Full Costing
Full costing adalah penentuan harga pokok produk yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi, yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap.
2) Variabel Costing
Variabel costing adalah penentuan harga pokok produk yang
hanya memasukan unsur-unsur biaya produksi yang bersifat
variabel saja (Maghfirah dan BZ, 2016).

2.4 Kelayakan usaha


Dikutip dari (Afiyah et al., 2015), Menurut definisi Jumingan
(2009), pengertian studi kelayakan adalah penilaian menyeluruh atas
keberhasilan suatu proyek, dan tujuan studi kelayakan proyek adalah untuk
menghindari investasi yang berlebihan untuk kegiatan yang tidak
menguntungkan. Proyek atau bisnis Studi kelayakan adalah kegiatan
mengevaluasi dan menganalisis layak tidaknya suatu proyek bisnis.
Biasanya tujuan dilakukannya studi kelayakan khususnya bagi investor
adalah untuk menghindari investasi berlebihan atau terlalu banyak
berinvestasi pada proyek atau kegiatan bisnis yang benar-benar tidak
menguntungkan.

8
Studi kelayakan juga sering disebut dengan feasibility study yang
merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan.
Pengertian layak dalam penilaian sebagai studi kelayakan adalah usaha
atau proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat ( benefit ) baik
secara financial benefit maupun social benefit tergantung dari segi
penilaian yang dilakukan. Dinilai dari social benefit, suatu proyek atau
usaha dapat dilihat dari manfaat yang diberikan terhadap perkembangan
perekonomian masyarakat secara keseluruhan sedangkan dinilai dari
financial benefit dilihat dari segi penanaman investasi atau modal yang
diberikan untuk pelaksanaan usaha atau proyek tersebut (Aldy et al, 2017).

2.5 Analisis kelayakan usaha pada aspek finansial


Analisis kelayakan finansial merupakan tahapan penting dalam
keseluruhan analisis kelayakan usaha. Dalam analisis kelayakan finansial
ini, kinerja ide bisnis akan ditentukan dari aspek finansial. Apakah ide
bisnis layak secara ekonomi untuk diterapkan. Beberapa ukuran kelayakan
dari aspek finansial yang umum digunakan adalah Payback Period (PBP),
NPV (Net Present Value), IRR (internal Rate of Return)
2. 5. 1 Analisis Break Even Point (BEP)
Break even point (BEP) merupakan titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya sehingga laba sama dengan
nol. Analisis BEP penting dilakukan karena dapat membantu
menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan. Dalam penentapannya,
perlu diadakannya beberapa asumsi yaitu sebagai berikut :
1. Biaya yang ada harus diidentifikasi sebagai biaya
variabel atau biaya tetap.
2. Biaya tetap bersifat tetap dan konstan meski mengalami
perubahan volume produksi atau volume kegiatan.
3. Biaya variabel dapat berubah sesuai dengan kuantitas
unit yang diproduksi sehingga biaya per unitnya akan
sama.

9
4. Harga jual per unit akan tetap meski konsumen
membeli dalam jumlah yang banyak ataupun
sebaliknya.
5. Menjual atau memproduksi satu jenis barang. Jika
lebih, produk tersebut harus dianggap satu jenis dengan
kombinasi yang selalu tetap (Kusumawardani dan
Alamsyah, 2020).
2. 5. 2 Analisis Revenue Cost Ratio ( R/C )
Analisis Revenue Cost Ratio ( R/C ) biasanya digunakan
untuk menganalisis pendapatan secara lebih terperinci. Revenue
Cost Ratio ( R/C ) merupakan perbandingan dari penerimaan dan
biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi. Apabila R/C > 1
maka artinya usaha tersebut layak dan menghasilkan untung, tetapi
apabila R/C < 1 maka usaha tidak layak dan tidak mampu
memberikan keuntungan bagi perusahaan (Ranita dan Hanum,
2016).
2. 5. 3 Analisis payback period (PBP)
Analisis payback period (PBP) adalah analisa yang
digunakan untuk mengetahui dalam jangka waktu berapa lama
kembalinya modal (Syahputra et al.,2016).
Menurut analisis payback period, ada kriteria – kriteria
kelayakan usaha sebagai berikut :
1. Usaha layak apabila payback period modal lebih pendek
daripada umur investasi usaha
2. Usaha tidak layak apabila payback period modal lebih panjang
daripada umur investasi usaha (Sajidil et al.,2019).
2. 5. 4 Analisis Net Present Value (NPV)
Analisis Net Present Value (NPV) merupakan besar selisish
dari nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan –
penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Dalam
menentukan nilai sekarang terlebih dahulu ditentukan tingkat
bunga yang relevan yakni suku bunga deposito yang berlaku di

10
bank. Jika nilai NPV > 0 maka usaha layak untuk dijalankan,
apabila NPV < 0 maka usaha tidak layak untuk dijalankan dan
apabila NPV = 0 maka usaha berada pada posisi BEP dalam bentuk
present value (Prasnowo dan Nurdin, 2019).

2.6 Penelitian terdahulu


Banyak sekali penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi
atau acuan dalam menyusun tugas akhir ini, sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ainiyah dan Tatas Ridho
Nugroho (Ainiyah dan Nugroho, 2018) berjudul “Harga Pokok Produksi
Dengan Metode Full Costing Untuk Menetapkan Harga Jual Krupuk Ikan
Tenggiri Pada CV Dua Bersaudara”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui metode penetapan harga jual kerupuk ikan tenggiri CV. Dua
Bersaudara dengan metode perusahaan dan metode full costing serta daya
saingnya dipasaran. Untuk memperoleh data, penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriftif kuantitatif dan diperoleh hasil bahwa terdapat
perbedaan perhitungan penetapan harga jual kerupuk ikan tenggiri pada
CV Dua Bersaudara antara metode perusahaan dengan metode full costing.
Perbedaannya terletak pada penyertaan biaya overhead pabrik variabel dan
biaya overhead pabrik tetap. Namun, kedua metode tersebut masih
terbilang harga jual normal dipasaran dan masih mampu bersaing.
Penelitian yang dilakukan oleh Dina Lesmana dan Anggun Saputri
(Lesmana dan Saputri,2019) dengan judul “Perhitungan Harga Pokok
Produksi Keripik Bayam Dengan Metode Full Costing”. Penelitian ini
merupakan studi kasus dari Industri Rumah Tangga Keripik Bayam di
Kelurahan Mugirejo Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda.
Tujuannya dalah menghitung harga pokok produksinya, dengan
mengumpulkan data primer dan sekunder. Data data tersebut meliputi
profil perusahaan, proses pengolahan produk serta biaya – biaya yang
terlibat dalam produksi selama satu bulan. Hasil dari penelitian ini adalah
biaya yang terlibat meliputi biaya bahan baku sebesar Rp1.511.000,00;
biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp2.500.000,00; biaya overhead

11
pabrik variabel sebesar Rp755.000,00; dan biaya overhead pabrik tetap
sebesar Rp306.583,33. Hasil perhitungan harga pokok produksi per bulan
sebesar Rp5.072,583,33. Hasil penjualan per bulan sebesar
Rp16.500.000,00 dan laba per bulan yang diperoleh perusahaan sebesar
Rp11.427,416,67.
Penelitian yang dilakukan oleh Asnidar dan Asrida (Asnidar dan
Asrida, 2017) dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Home Industry
Kerupuk Opak Di Desa Paloh Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu
Kabupaten Aceh Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelayakan usaha home industry kerupuk opak pada beberapa pelaku usaha
yang ada di Desa Paloh Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu
Kabupaten Aceh Utara. Pada pelaksanaannya, penelitian menggunakan
rumus analisis biaya, pendapatan dan keuntungan dengan menggunakan
rumus perhitungan Revenue Cost Ratio (R/C), Break Even Point (BEP)
dan Return On Investment (ROI). Hasil penelitian menunjukan bahwa
usaha home industry kerupuk opak di Desa Paloh Meunasah Dayah
Kecamatan Muara Satu Kabupaten Aceh Utara itu layak untuk diusahakan
dengan hasil perhitungan rata-rata keuntungan yang didapat oleh pelaku
usaha home industry kerupuk opak adalah sebesar Rp. 13.099.252/tahun.
Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha diperoleh R/C 1,42, nilai BEP
produksi 12.400 ikat, BEP harga Rp. 1.757 dan nilai ROI 42,3 %.
Penelitian yang dilakukan oleh Abidatul Afiyah et al. (Afiyah et
al.,2015) dengan judul “Analisis Studi Kelayakan Usaha Pendirian Home
Industry (Studi Kasus pada Home Industry Cokelat “Cozy” Kademangan
Blitar)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan
investasi dalam pendirian Home Industry Cokelat “Cozy”. Pengumpulan
data dilakukan dengan observasi, wawancaea dan dokumentasi. Analisis
yang dilakukan meliputi analisis aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis
dan produksi, aspek organisasi dan manajemen, serta aspek finansial
dengan perhitungan kelayakan investasi berupa Payback Period (PP), Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Profitability
Index (PI). Hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa prospek Home

12
Industry Cokelat “Cozy” cukup baik, dilihat dari peningkatan jumlah
permintaan setiap tahun. Analisis teknis dan produksi menunjukkan bahwa
lokasi home industry dekat dengan pemukiman sehingga memudahkan
untuk merekrut tenaga kerja. Analisis organisasi dan manajemen
menunjukkan pemilik usaha telah menjalankan fungsi manajemen dengan
baik. Analisis finansial dengan menggunakan 100% modal sendiri
didapatkan hasil Payback Period (PP) yaitu 1 tahun 7 bulan, Net Present
Value (NPV) sebesar 116.261.950, Internal Rate of Return (IRR) sebesar
116,33%, dan Profitability Index (PI) sebesar 12,63.
Penelitian yang dilakukan oleh Ika Atsari Dewi, Usman Effendi,
Susinggih Wijana, dan Dwi Novanda Sari (Dewi et al, 2019) dengan judul
“Analisis Kelayakan Finansial Produksi Setup Buah Nipah Pada Skala
Industri Kecil Menengah (IKM)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kelayakan finansial produksi setup buah nipah pada skala
Industri Kecil dan Menengah (IKM). Analisis kelayakan finansial
dilakukan dengan perhitungan harga pokok produksi (HPP), Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), efisiensi usaha (R/C ratio),
Break Event Point (BEP), dan Payback Period (PP). Metode perhitungan
yang digunakan tersebut serupa dengan penelitian yang akan dilakukan.
Hasil dari penelitian ini adalah Harga Pokok Produksi (HPP) setup buah
nipah sebesar Rp 5.192 dengan harga jual Rp 7.300 per kemasan. Net
Present Value (NPV) sebesar Rp 4.408.799.785. Internal Rate of Return
(IRR) sebesar 10.44%. Efisiensi usaha (R/C ratio) sebesar 1.44. Untuk
mencapai Break Even Point (BEP), tingkat penjualan harus sebesar
797851 cup atau senilai Rp 5.800.371.040, serta payback period selama 1
tahun 8 bulan. Berdasarkan perhitungan finansial tersebut, disimpulkan
bahwa produksi setup buah nipah layak dilakukan.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir
ini yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif
dalam penelitian ini berisi tentang gambaran mengenai lokasi perusahaan
dan kelayakan usaha ditinjau dari aspek finansial.

3.2 Waktu dan tempat


Penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2020 –
selesai bertempat di Desa Karang Rejo Tran 200 Kecamatan Jorong
Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Objek pada penelitian ini
adalah usaha home industry kerupuk tapioka Usaha Kerupuk Tradisional
(UKT).

3.3 Rancangan tugas akhir


Rancangan tugas akhir tahap pertama melakukan observasi
terhadap objek penelitian langsung yaitu home industry usaha kerupuk
tradisional (UKT) Jorong untuk mengamati keadaan usaha serta meminta
perizinan melakukan penelitian dengan usaha yang dikelola. Tahap kedua
melakukan wawancara dan survei untuk memperoleh data yang diperlukan
yang berkaitan dengan analisis kelayakan usaha, selain itu juga melakukan
dokumentasi sebagai salah satu bukti dan data lampiran. Tahap ketiga
yaitu melakukan analisis terhadap data yang diperoleh dengan menghitung
semua aspek mulai dari perhitungan harga pokok produksi sampai dengan
analisis kelayakan usaha.

14
3.4 Prosedur
3.4.1. Prosedur analisis harga pokok produksi pada pengolahan
kerupuk tapioka di usaha home industry UKT Jorong
Analisis data yang digunanakan menggunakan pendekatan metode
full costing yaitu metode penentuan biaya produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku
variabel maupun tetap. Perhitungan harga pokok produksi (HPP)
dengan rumus dikutip dari [ CITATION Ika19 \l 1057 ]:
Total biaya
HPP =
jumlah produksi

3.4.2. Prosedur analisis kelayakan usaha home industry UKT Jorong


Analisa data kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis
kelayakan usaha finansial yaitu metode analisis : Break Even Point
(BEP), Revenue Cost Ratio ( R/C ), Payback Periode (PBP), dan
Net Present Value (NPV).
Break Even Point (BEP), suatu analisis untuk menentukan
dan mencari jumlah penjualan minimal yang harus tercapai untuk
mendapatkan profit.
Berikut rumus untuk menghitung BEP dikutip dari [ CITATION
Ruc20 \l 1057 ]:
BEP unit =

biayatetap
(harga jual per unit−biaya variabel per unit)

total biaya tetap


BEP rupiah = margin variabel
(1− (
harga jual per unit
) )

15
16
Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) yaitu jumlah perhitungan
dari nilai TR ( penerimaan) dibagi total cost /TC (total biaya).
Berikut rumus untuk menghitung R/C ratio dikutip dari (Ranita dan
Hanum, 2016):
penerimaan
R/C ratio =
total biaya

Payback Period (PBP) adalah analisis yang digunakan


untuk menghitung periode yang dibutuhkan agar arus kas masuk
sama dengan kas keluar. Berikut rumus untuk menghitung PBP
dikutip dari [ CITATION Ani19 \l 1057 ]:
I
PBP = x 1 tahun
Ab
Keterangan :
I = Jumlah biaya investasi yang diperlukan
Ab = Keuntungan bersih yang diperoleh tiap tahunnya

Net Present Value, perhitungan NPV dilakukan untuk


mengetahui bagaimana nilai investasi dengan mempertimbangkan
perubahan nilai mata uang.
Rumus Net Present Value (NPV) dikutip dari (Delvi dan Putra,
2017) sebagai berikut :
NPV= ∑PV Kas Bersih - ∑PV Investasi

Keterangan :
PV = Present value

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil
4.1.1 Analisis harga pokok produksi home industry UKT Jorong
Metode full costing merupakan salah satu metode yang
dapat digunakan dalam penentuan harga pokok produksi dengan
memperhitungkan seluruh unsur biaya pokok produksi (Irasanti et
al.,2019).
Perhitungan seluruh biaya pokok produksi selama 1 bulan
di home industry UKT Jorong seperti pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Total Biaya Produksi
Kerupuk Kerupuk
Jenis biaya
mentah matang
Biaya bahan baku Rp. 2.847.600 Rp. 711.900
Biaya tenaga kerja
Rp. 3.600.000 Rp. 570.000
langsung
Biaya overhead
a) Biaya penyusutan alat
Rp. 518.500 Rp. 168.000
dan mesin
b) biaya tenaga kerja tidak
- Rp. 72.000
langsung
c) Biaya bahan penolong Rp. 97.000 Rp. 722.000
d) Biaya utilitas Rp. 100.000 Rp. 25.000
Total biaya Rp. 7.163.100 Rp. 2.268.900

Perhitungan hasil analisis harga pokok produksi disajikan pada


tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Harga Pokok Produksi Produk (HPP)
Harga pokok
Jenis kerupuk Kapasitas produksi
produksi (HPP)
Kerupuk mentah 240 kg / bulan Rp. 29.846 / kg
Kerupuk matang 1.800 bungkus / bulan Rp. 1.261 / bungkus

18
4.1.2 Analisis kelayakan usaha pada aspek finansial home industry UKT
Jorong
Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui
apakah suatu usaha layak dijalankan dan mendapatkan keuntungan
dari investasi yang telah dilakukan (Widyasari,2020).
Analisis aspek finansial ini menggunakan metode perhitungan
Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (R/C), Payback Period
(PBP), dan Net Present Value (NPV) sehingga didapat hasil seperti
pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Analisis Kelayakan Usaha Pada Aspek Finansial

Kerupuk Kerupuk
Jenis analisis Keterangan
mentah matang
Break even point (BEP)
a) BEP Unit -272 kg 544 bungkus -
b) BEP rupiah Rp. 566.911 Rp. 378.571 -
Revenue cost ratio ( R/C) 0,94 Tidak layak
Payback period (PBP) 3,8 tahun Layak
Net present value (NPV) Rp. 28.939.232 Layak

4. 2 Pembahasan
Home industry UKT Jorong merupakan satu – satunya industri
yang ada di desa Karang Rejo, Jorong. Usaha ini memproduksi kerupuk
tapioka setiap hari. Letaknya berada di tengah rumah penduduk
memudahkan dalam proses distribusi dan sudah dikenal luas.
4.2.1. Analisis harga pokok produksi home industry UKT Jorong
Harga pokok produksi merupakan kumpulan dari biaya -
biaya yang timbul dan diproses dalam proses manufaktur atau
proses produksi suatu barang, yang terdiri dari bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
(Maghfirah dan BZ, 2016).
Berdasarkan hasil pada tabel 4.2 diketahui bahwa home
industry UKT Jorong menjual dua produk kerupuk yaitu dalam
keadaan mentah dan sudah matang sehingga didapatkan dua harga

19
pokok produksi untuk masing – masing produk. Penentuan harga
pokok produksi ini dilakukan dengan metode full costing dimana
semua unsur biaya yang terlibat diperhitungkan yang dapat dilihat
pada tabel 4.1. Pada unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya utilitas menggunakan perbandingan 4 : 1 antara
produksi kerupuk mentah dengan kerupuk matang. Perbandingan
digunakan karena total produksi kerupuk mentah yaitu sebesar 300
kg / bulan sedangkan untuk diolah menjadi kerupuk matang hanya
sebanyak 60 kg / bulan. Sehingga pada tabel 4.2 kapasitas produksi
perbulan untuk kerupuk mentah sebanyak 240 kg / bulan
sedangkan pada kerupuk matang dari 60 kg menghasilkan 1.800
bungkus / bulan.
Harga pokok produksi kerupuk mentah sebesar Rp. 29.846 /
kg. HPP menggunakan metode full costing telah memasukkan
semua biaya proses produksi sehingga biaya yang dikeluarkan
menunjukkan biaya yang sesungguhnya terjadi. HPP yang didapat
ini ternyata lebih besar dari harga jual produk dengan selisih
sebesar Rp.4.846. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok
produksi mengakibatkan kesalahan pada penetapan harga jual,
akibatnya pihak perusahaan menjadi salah dalam pengambilan
keputusan dan dapat berakibat pada kegagalan sebuah usaha
(Maghfirah dan BZ, 2016). Penentuan HPP yang salah ini
diakibatkan karena pemilik usaha tidak memperhitungkan dirinya
sebagai tenaga kerja. Pada proses produksi kerupuk mentah,
jumlah tenaga kerja langsung yang terlibat dalam produksi
berjumlah 3 orang yang yang terdiri dari pemilik usaha, istri dan
anak pemilik usaha selain itu, perusahaan tidak memasukkan
depresiasi dari aset tetap yang seharusnya ikut dalam perhitungan
harga pokok produksi. Penentuan HPP ini memperhitungkan unsur
biaya yang terlibat sehingga diasumsikan biaya tenaga kerja
langsung adalah sebesar Rp.50.000 / 10 kg produksi.

20
Selanjutnya harga pokok produksi pada kerupuk matang
yaitu Rp.1.261 / bungkus sedangkan harga jualnya Rp.1.600 /
bungkus. HPP yang diperoleh ini tepat karena HPP yang dihasilkan
sudah memasukkan semua unsur biaya termasuk depresiasi aset
tetap dan asumsi biaya tenaga kerja langsung sehingga selisih yang
dihasilkan merupakan laba yang akan didapatkan oleh perusahaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ilham Riva
Wibowo (Wibowo, 2019) penetapan harga jual yang terlalu rendah
dari perhitungan HPP dapat memberikan peluang kerugian akibat
tidak tepatnya pembebanan biaya ke masing – masing unit
sedangkan penetapan harga jual yang terlalu tinggi dengan
perhitungan HPP dapat mengakibatkan produk tidak bisa
menyaingi harga pesaing yang mungkin menetapkan harga jual
lebih rendah. Penetapan harga pokok produksi yang tepat
perusahaan akan mendapatkan keuntungan berupa penerapan harga
jual yang tepat, mempermudah dalam menghitung laba rugi
periodik, mudah memantau realisasi produksi dan memudahkan
dalam menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan harga
pokok barang yang masih diproses (Manein et al., 2020).

4.2.2. Analisis kelayakan usaha aspek finansial home industry UKT


Jorong
Studi kelayakan usaha merupakan penelitian terhadap
recana usaha yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
suatu usaha dibangun tetapi juga saat usaha dijalankan secara rutin
dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu
yang tidak ditentukan [ CITATION Ban14 \l 1057 ].
Analisis kelayakan usaha pada home industry UKT Jorong
dilaksanakan karena tidak pernah dilakukannya studi analisis
kelayakan sejak usaha ini mulai berproduksi. Selain itu, pemilik
usaha bercerita bahwa tidak pernah dilakukan perhitungan khusus
yang terpenting pabrik terus berproduksi. Setelah dilakukan

21
analisis dapat dilihat bahwa ada beberapa biaya yang tidak
diperhitungkan yang menyebabkan keuntungan yang didapat oleh
perusahaan tidak maksimal. Analisis yang dilakukan dalam studi
kelayakan usaha finansial antara lain Break Even Point (BEP),
Revenue Cost Ratio (R/C), Payback Period (PBP), dan Net
Present Value (NPV).
Analisis Break Even Point (BEP) merupakan titik dimana
total pendapatan sama dengan total biaya sehingga laba sama
dengan nol. Analisis BEP penting dilakukan karena dapat
membantu menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan
(Kusumawardani dan Alamsyah, 2020). Berdasarkan tabel 4.3
dapat dilihat bahwa terdapat nilai BEP untuk masing – masing
produk, karena pada analisis BEP hanya ada satu jenis barang yang
diproduksi atau dijual, apabila lebih maka komposisi penjualannya
harus tetap konstan[ CITATION Her181 \l 1057 ]. Untuk BEP Unit
pada kerupuk mentah didapat nilai negatif artinya pada produk
kerupuk mentah tidak akan mencapai nilai BEP Unit. Ini terjadi
karena, kontribusi margin (contribution margin) lebih kecil
daripada biaya tetap atau biaya variabel per unit lebih besar
dibandingkan dengan harga jual produk yang ditetapkan oleh
perusahaan. Biaya variabel per unit lebih besar karena biaya tenaga
kerja langsung termasuk pada biaya variabel, sedangkan pemilik
usaha tidak memasukkan upah biaya tenaga kerja langsung saat
penentuan harga jual. Untuk BEP unit kerupuk matang sebanyak
544 bungkus. Artinya, saat penjualan mencapai 544 bungkus maka
telah mencapai titik impas dengan laba nol sehingga untuk
mendapatkan keuntungan, penjualan harus dilakukan lebih dari 544
bungkus per bulannya. Kemudian untuk mencapai BEP Rupiah,
maka untuk kerupuk mentah pada saat hasil penjualan mencapai
Rp.566.911 dan penjualan kerupuk matang sebesar Rp.
378.571. Menurut Heru Merutu [ CITATION Her181 \l 1057 ]
Break Even Point berada saat penghasilan dari volume penjualan

22
tepat sama besar dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian. Sehingga untuk
mendapatkan keuntungan, penghasilan penjualan harus lebih besar
daripada biaya total. Maka dari itu, perusahaan perlu mengetahui
pada volume kegiatan atau volume produksi penjualan berapa
penghasilan penjualan dapat tepat menutup biaya totalnya agar
terhindar dari kerugian.
Revenue Cost Ratio (R/C) merupakan perbandingan dari
penerimaan dan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi
(Ranita dan Hanum, 2016). Dalam penentuan nilai R/C ratio,
dihitung terlebih dahulu penerimaan yang didapat oleh perusahaan
dan total biaya produksinya. Penerimaan dan biaya total didapatkan
dengan menggabungkan dua produk yang dijual. Dapat dilihat pada
tabel 4.3 nilai R/C Ratio yang didapat sebesar 0,94. Hasil tersebut
bermakna untuk setiap Rp.100 biaya yang dikeluarkan, perusahaan
memperoleh keuntungan sebesar Rp.94. sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sylvia Vianty Ranita dan Zubaidah Hanum
(Ranita dan Hanum, 2016) pada hasil yang didapatkan nilai R/C
ratio sebesar 1,46 artinya jik/a 100 rupiah yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp.146. Dari
perhitungan tersebut diketahui bahwa R/C ratio> 1 maka usaha
menguntungkan dan dapat diteruskan. Berdasarkan hal tersebut,
Nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha ini tidak
menguntungkan. Hal ini terjadi karena penerimaan atau benefit
yang diperoleh perusahaan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan
dalam produksi. Sehingga secara analisis Revenue Cost Ratio (R/C)
usaha tidak layak untuk dijalankan sesuai dengan kriteria R/C
Ratio menurut Rika Hariance et al (Hariance et al.,2018) bahwa
jika nilai R/C ratio > 1 maka usaha menguntungkan, jika nilai R/C
ratio = 1 maka berada pada titik impas dan jika nilai R/C ratio < 1
usaha tidak menguntungkan atau merugi.

23
Analisis payback period (PBP) adalah analisa yang
digunakan untuk mengetahui dalam jangka waktu berapa lama
kembalinya modal (Syahputra et al.,2016). Untuk mendapatkan
nilai payback period, diketahui terlebih dahulu modal yang
digunakan untuk membangun usaha dan arus kas masuk / keluar
pertahunnya sehingga didapat net benefit atau keuntungan bersih
per tahun. Berdasarkan tabel 4.3, PBP yang didapatkan yaitu 3,8
tahun. Artinya, usaha dapat mengembalikan modal pada tahun ke 3
bulan ke 8. Nilai payback period ini tidak melebihi dari umur
investasi usaha yaitu 10 tahun. Sehingga berdasarkan analisis PBP,
usaha layak untuk dijalankan sesuai dengan kriteria PBP bahwa
usaha layak apabila payback period modal lebih pendek daripada
umur investasi usaha dan usaha tidak layak apabila payback period
modal lebih panjang daripada umur investasi usaha (Sajidil et
al.,2019).
Analisis Net Present Value (NPV) merupakan besar selisih
dari nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan –
penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang (Prasnowo dan
Nurdin.,2019). Jumlah investasi yang digunakan sebesar
Rp.25.000.000 dengan aliran kas masuk bersih (proceeds)
dianggap sama setiap tahunnya yaitu sebesar Rp.6.624.000.
Discount rate yang berlaku sekarang yakni 4% dengan umur
investasi selama 10 tahun sehingga diperoleh discount factor
8,143. Untuk menghasilkan nilai NPV, perlu diketahui nilai
present value proceeds dengan mengkalikan proceeds yang didapat
dan discount factor yang diperoleh. Sehingga hasil present
proceeds value sebesar Rp. 53.939.232. Nilai ini adalah nilai
sekarang dari semua aliran kas yang masuk selama 10 tahun.
Kemudian, dilihat pada tabel 4.3 bahwa nilai Net Present Value
(NPV) yang didapat adalah sebesar Rp.28.939.232. nilai NPV
diperoleh merupakan selisih dari present proceeds value dengan
jumlah investasi. Karena hasilnya positif dan nilai NPV > 0 usaha

24
dapat dikatakan layak sesuai kriteria dimana, jika nilai NPV > 0
maka usaha layak untuk dijalankan, apabila NPV < 0 maka usaha
tidak layak untuk dijalankan dan apabila NPV = 0 maka usaha
berada pada posisi BEP dalam bentuk present value (Prasnowo dan
Nurdin, 2019).
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilaksanakan, secara
aspek finansial home industry kerupuk tapioka UKT Jorong
menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Menurut Ibrahim
(2009) yang dikutip oleh I Dewa Made Sumayasa [ CITATION
IDe15 \l 1057 ] pengukur aspek finansial dikatakan layak jika
proyek tersebut dapat memberikan manfaat atau benefit yang
dihasilkan berdasarkan modal yang diinvestasikan. Aspek finansial
dapat diukur dari Payback Period (PBP) asalkan masa
pengembalian modal masih lebih cepat dibandingkan umur fungsi
proyek (property) maka proyek dianggap menguntungkan.
Average Rate of Return (ARR) jika laju keuntungan memberikan
angka positif dan semakin besar angka berarti semakin
menguntungkan. Dan Net Present Value (NPV) apabila NPV > 0
maka proyek dapat diteruskan atau dilaksanakan , sedangan apabila
NPV < 0 maka proyek tidak dapat diteruskan atau dilaksanakan.
Sehingga berdasarkan pertimbangan kriteria finansial
menunjukkan home industry kerupuk tapioka UKT Jorong layak
dijalankan dengan indikator yaitu payback period lebih cepat
dibandingkan umur fungsi proyek dan mempunyai NPV positif
sebesar Rp. 28.939.232.

25
BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha yang dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Analisis harga pokok produksi dilakukan dengan menggunakan
metode full costing dimana semua unsur biaya yang terlibat
dalam produksi diperhitungkan. Nilai HPP yang diperoleh
untuk produk kerupuk mentah adalah Rp. 29.846 / kg. Nilai ini
lebih besar dari harga jualnya karena disebabkan pemilik usaha
tidak memperhitungkan semua biaya yang terlibat dalam
produksi. Sedangkan untuk HPP produk kerupuk matang
sebesar Rp.1.261 / bungkus dengan harga jual Rp. 1.600 /
bungkus
2. Home Industry Usaha Kerupuk Tradisional Jorong dapat
dikatakan layak secara finansial berdasarkan metode Payback
Period (PBP), dan Net Present Value (NPV) karena
memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan. Sedangkan tidak
layak secara metode Revenue Cost Ratio (R/C) karena
menghasilkan nilai R/C Ratio < 1 dan Break Even Point (BEP)
unit kerupuk mentah bernilai negatif.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, disarankan kepada
pemilik usaha untuk lebih memperhatikan berbagai aspek yang terlibat
dalam produksi terutama pada aspek finansial. Meski dalam bentuk
asumsi, semua biaya perlu diperhitungkan untuk mendapatkan profit
semaksimal mungkin dan usaha dapat berkembang. Serta diharapkan agar
dapat dilakukan penelitian yang juga meninjau aspek lain dalam

26
pengembangan usaha ini sehingga dapat menarik minat investor serta
usaha semakin berkembang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Afiyah, A., Saifi, M., & Dwiatmanto. (2015). Analisis Studi Kelayakan Usaha
Pendirian Home Industry (Studi Kasus pada Home Industry Cokelat
“Cozy” Kademangan Blitar). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 23 No.
1, 1-11.
Ainiyah, N., & Nugroho, T. R. (Agustus 2018). Harga Pokok Produksi Dengan
Metode Full Costing Untuk Menetapkan Harga Jual Krupuk Ikan Tenggiri.
Prosiding Conference on Economic & Business Adi Buana University of
Surabaya, 10-20.
Aldy, R., Riawan, P., & Sugianto, L. O. (2017). Studi Kelayakan Bisnis.
Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press.
Asnidar, & Asrida. (2017). Analisis Kelayakan Usaha Home Industry Kerupuk
Opak Di Desa Paloh Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu Kabupaten
Aceh Utara. Jurnal S. Pertanian 1 (1), 39-47.
Audina, S. F., & Muhtadi. (2019). Strategi Keberhasilan Usaha Home Industry
Sepatu dalam Memberdayakan Masyarakat. Jurnal Agribisnis Terpadu,
120-146.
Delvi, & Putra, M. U. (2017). Kajian Studi Kelayakan Proyek CV.Indo Abadi
Properti Medan. Human Falah Volume 4. Nomor. 1, 88-104.
Dewi, I. A. (2019 ). Analisis Kelayakan Finansial Produksi Setup Buah Nipah
Pada Skala Industri Kecil Menengah (IKM). Jurnal Teknologi Pertanian
Vol. 20 No. 1 , 25-32.
Gunawati, U., & Sudarwati, W. (2017). Analisis Studi Kelayakan Usaha Bisnis
Cassava Chips Di Perumahan Mardani Raya. Jurnal Integrasi Sistem
Industri Volume 4 No., 35-44.
Hariance, R., Annisa, N., & Budiman, C. (2018). Kelayakan Finansial
Agroindustri Olahan Pepaya (Carica papaya L.) Di Nagari Batu Kalang
Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Agroinfo
Vol.3 No.1, 1-9.
Irasanti, D., Zakaria, W. A., & Adawiyah, R. (2019). Analisis Harga Pokok
Produksi Dan Keuntungan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging : Studi
Kasus Pada PT CAS Di Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung
Tengah. JIIA, Vol 7 No. 4, 583-590.
Kusumawardani, A., & Alamsyah, M. I. (2020). Analisis Perhitungan Bep (Break-
Even Point) Dan Margin Of Safety Dalam Penentuan Harga Jual Pada
Usaha Kecil Menengah. Jurnal Ilmu Keuangan dan Perbankan (JIKA)
Volume 9 No. 2, 118-130.
Lesmana, D., & Saputri, A. (April 2019). Perhitungan Harga Pokok Produksi
Keripik Bayam Dengan Metode Full Costing (Studi Kasus Industri Rumah
Tangga Keripik Bayam di Kelurahan Mugirejo Kecamatan Sungai Pinang
Kota Samarinda). Jurnal Agribisnis Komunikasi Pertanian Volume 2,
Nomor 1, 35-44.
Maghfirah, M., & BZ, F. S. (2016). Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi
Dengan Penerapan Metode Full Costing Pada Umkm Kota Banda Aceh.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) Vol. 1, No. 2, 59-
70.
Manein, J. O., Saerang, D. P., & Runtu, T. (2020). Penentuan harga pokok
produksi dengan menggunakan metode full costing pada pembuatan rumah
kayu (Studi kasus pada CV. Rajawali Tunggal Perkasa - Woloan 1 Utara).
Indonesia Accounting Journal Vol 2. No.1, 37-43.
Maruta, H. (2018). Analisis Break Even Point (BEP) Sebagai Dasar Perencanaan
Laba Bagi Manajemen. Jurnal Akuntansi Syariah Vol.2 No.1 , 9-28.
Nurhayati, A. (2019). Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Tape Singkong di
Desa Candibinangun Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan.
Agroteknika Vol. 2 No.2, 75-84.
Prasnowo, M. A., & Nurdin, S. (Maret 2019). Analisis Kelayakan Mesin
Pengering Keripik Kentang. Agrointek Volume 13, No. 1, 10-13.
Ranita, S. V., & Hanum, Z. (2016). REVENUE COST DAN ANALISIS SWOT
DALAM PENGEMBANGAN USAHA. Jurnal Bisnis Administrasi
Volume 05, Nomor 02, 14-19.
Riadi, M. (2019, November 30). Manajemen. Retrieved from Kajian Pustaka:
https://www.kajianpustaka.com/2019/11/home-industri-fungsi-manfaat-
jenis-keunggulan-dan-kelemahan.html
Sajidil, Putri, D. P., & Kurnia, D. (Maret 2019). Analisis Finansial Untuk
Kelayakan Usaha UD. Prima Bakery. JITMI Vol.2 Nomor 1, 68-74.
Setyawan, B. (2014). Studi Kelayakan Investasi Proyek Automasi Pabrik Kelapa
Sawit Di PT.XY. Jurnal PASTI Volume 8 No 1, 96-108.
Sumayasa, I. D. (2015). Analisis Kelayakan Investasi Komplek Pertokoan Di
Jalan Raya Petitenget Kerobokan Kuta-Bali. Jurnal Teknik Sipil Untag
Surabaya Vol. 8 No. 1, 63-78.
Syahputra, R. D., Bambang, A. N., & Ayunita, D. (2016). Analisis Teknis Dan
Finansial Perbandingan Alat Tangkap Bagan Tancap Dengan Bagan
Apung Di PPP Muncar Banyuwangi Jawa Timur. Journal of Fisheries
Resources Utilization Management and Technology Volume 5, Nomor 4,
206-215.
Wibowo, I. R. (2019 ). Analisis Harga Pokok Produksi Untuk Menentukan Harga
Jual ( Studi Kasus Pada UMKM XYZ ). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB
Vol.8 No.1 .
Widyasari, R. (Agustus 2020). Kelayakan Finansial Usaha agroindustri Bawang
Goreng Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Kecamatan
Selaparang, Kota Mataram. Agrointek Volume 14 No 2 , 309-314.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Uraian Biaya


Tabel 1. Biaya Bahan Baku Kerupuk Mentah
Keperlua
Keperluan Harga per
No Bahan baku n per Jumlah
per hari satuan
bulan
1 Tepung terigu 4 kg 120 kg Rp. 7.000 / kg Rp. 840.000
2 Tepung tapioka 4 kg 120 kg Rp. 12.000 / kg Rp. 1.440.000
3 Ketumbar 0,08 kg 2,4 kg Rp. 24.000 / kg Rp. 57.600
4 Penyedap 0,1 kg 3 kg Rp. 34.000 / kg Rp. 102.000
5 Garam 0,08 kg 2,4 kg Rp. 10.000 / kg Rp. 24.000
6 Terasi 16 pcs 480 pcs Rp. 250 / pcs Rp. 120.000
7 Bawang putih 0,4 kg 12 kg Rp. 22.000 / kg Rp.264.000
Total Rp. 2.847.600

Tabel 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada Produksi Kerupuk Mentah


Jumlah Total
No bagian Upah Jumlah
pekerja produksi
1 3 orang Produksi Rp. 50.000 / 10 kg 240 kg / bulan Rp. 3.600.000
Total Rp. 3.600.000

Tabel 3. Biaya Penyusutan ( Biaya Overhead ) Alat dan Mesin produksi kerupuk
mentah
Umur
Nama benda Jumlah Harga beli Total investasi Nilai sisa ekonomi Jumlah
s
Baskom 7 Rp. 15.000 Rp. 105.000 0 5 Rp. 21.000
Mixer 1 Rp. 250.000 Rp. 250.000 Rp. 50.000 8 Rp. 25.000
Panci 2 Rp. 200.000 Rp. 400.000 0 5 Rp. 80.000
Serokan 1 Rp. 80.000 Rp. 80.000 0 4 Rp. 20.000
Alat potong
1 Rp. 750.000 Rp. 750.000 Rp.100.000 10 Rp. 65.000
kerupuk
Gunting 2 Rp. 5.000 Rp. 10.000 0 4 Rp. 2.500
Cutter 2 Rp. 5.000 Rp. 10.000 0 2 Rp. 5.000
Blender 1 Rp. 450.000 Rp. 450.000 Rp. 50.000 5 Rp. 80.000
Alas jemur 24 Rp. 100.000 0 5 Rp. 10.000
Timbangan 1 Rp. 250.000 Rp. 250.000 Rp. 50.000 10 Rp. 20.000
Kulkas 1 Rp. 1.800.000 Rp. 1.800.000 Rp.100.000 10 Rp. 170.000
Ranjang kayu 1 Rp. 100.000 Rp. 100.000 0 5 Rp. 20.000
Total Rp. 4.305.000 Rp.350.000 Rp. 518.000
Tabel 4. Biaya Bahan Penolong ( Biya Overhead ) Produksi Kerupuk Mentah

Bahan Keperlua Keperluan


No Harga per satuan Jumlah
penolong n per hari per bulan
1 Plastik es 40 pcs 1200 pcs Rp. 60 / pcs Rp. 72.000
2 Karet gelang 1 bungkus 1 bungkus Rp. 25.000 / bungkus Rp. 25.000
Total Rp. 97.000

Tabel 5. Biaya Utilitas ( Biaya Overhead ) Produksi Kerupuk Mentah

No Keterangan Jumlah

1 Listrik dan air Rp. 20.000


2 Kayu bakar Rp. 80.000
Total Rp. 100.000

Tabel 6. Total biaya

No Keterangan Jumlah

1 Total biaya tetap Rp. 518.500 + Rp. 100.000 = Rp. 618.500


2 Total biaya variabel Rp. 2.847.600 + Rp. 3.600.000 + Rp. 97.000 = Rp. 6.544.600
Total biaya produksi kerupuk
Rp. 6.544.600 + Rp.618.500 = Rp. 7.163.100
mentah

Tabel 7. Biaya Bahan Baku Kerupuk Matang


Keperlua
Keperluan Harga per
No Bahan baku n per Jumlah
per hari satuan
bulan
1 Tepung terigu 1 kg 30 kg Rp. 7.000 / kg Rp. 210.000
2 Tepung tapioka 2 kg 30 kg Rp. 12.000 / kg Rp. 360.000
3 Ketumbar 0,02 kg 0,6 kg Rp. 24.000 / kg Rp. 14.400
4 Penyedap 0,25 kg 0,75 kg Rp. 34.000 / kg Rp. 25.500
5 Garam 0,02 kg 0,6 kg Rp. 10.000 / kg Rp. 6.000
6 Terasi 4 pcs 120 pcs Rp. 250 / pcs Rp. 30.000
7 Bawang putih 0,1 kg 3 kg Rp. 22.000 / kg Rp.66.000
Total Rp. 711.900

Tabel 8. Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada Produksi Kerupuk Matang


Jumlah Total
No bagian Upah Jumlah
pekerja produksi
1 3 orang Produksi Rp. 50.000 / 10 kg 60 kg / bulan Rp. 300.000
6 orang
2 Pengemasan Rp. 150 / bungkus 1.800 bungkus Rp. 270.000
( borongan )
Total Rp. 570.000

Tabel 9. Biaya Penyusutan ( Biaya Overhead ) Pada Produksi Kerupuk Matang


Umur
Total ekonomi
Nama benda Jumlah Harga beli Nilai sisa Jumlah
investasi s
(tahun)
Wajan 2 Rp. 200.000 Rp. 400.000 0 5 Rp. 80.000
Serokan 1 Rp. 80.000 Rp. 80.000 0 4 Rp. 20.000
Alat pres
2 Rp. 220.000 Rp. 440.000 Rp. 100.000 5 Rp. 68.000
plastik
Total Rp. 920.000 Rp.100.000 Rp. 168.000

Tabel 10. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung ( Biaya Overhead ) Pada Produksi
Kerupuk Matang

No Keterangan Frekuensi Biaya / frekuensi Jumlah

1 Distribusi 3 kali / bulan Rp. 24.000 Rp. 72.000


Total Rp. 72.000

Tabel 11. Biaya Bahan Penolong ( Biaya Overhead ) Pada Produksi Kerupuk
Matang

Keperluan Harga per


No Bahan penolong Jumlah
per bulan satuan
1 Minyak goreng 45 liter Rp. 13.000/ liter Rp. 585.000
2 Plastik kemas 6 pak Rp. 22.000 / pak Rp. 132..000
3 Tali rafia 1 roll Rp. 5.000 / rol Rp. 5000
Total Rp. 722.000

Tabel 12. Biaya Utilitas ( Biaya Overhead ) Pada Produksi Kerupuk Matang
No Keterangan Jumlah

1 Listrik dan air Rp. 5.000


2 Kayu bakar Rp. 20.000
Total Rp. 25.000

Tabel 13. Total Biaya

No Keterangan Jumlah

1 Total biaya tetap Rp. 168.000 + Rp. 25.000 + Rp. 72.000 = Rp. 265.000
2 Total biaya variabel Rp. 711.900 + Rp. 570.000 + Rp. 722.000 = Rp. 2.003.900
Total biaya produksi kerupuk
Rp. 265.000 + Rp.2.003.900 = Rp. 2.268.900
matang
Lampiran 2. Perhitungan Kelayakan Usaha

HPP Kerupuk mentah HPP kerupuk matang

Total biaya Total biaya


HPP = HPP =
jumlah produksi jumlah produksi

Rp . 7.163.100 Rp . 2.268 .900


= 240 kg
= 1.800 bungkus

= Rp. 29.846 / kg = Rp. 1.261 / bungkus

BEP Kerupuk mentah BEP kerupuk matang

Rp . 6.544 .600 Rp . 2.003 .900


Biaya variabel per unit = Biaya variabel per uit =
240 kg 1.800 bungkus

= Rp. 27.269 / kg = Rp. 1.113 / bungkus

Rp .618.500 Rp .265.000
BEP Unit = BEP Unit =
(R p .25.000−Rp. 27.269) ( Rp . 1.600−Rp . 1.113 )

Rp . 618.500 Rp . 265.000
= = Rp . 487
(−2.269)

= - 272 = 544 bungkus

Rp .618.500 Rp .265.000
BEP rupiah = −2.269 BEP Rupiah = 487
(1− (Rp. 25.000
) ) (1− (
Rp. 1.600
) )
Rp. 618.500 Rp . 265.000
= =
(1− (−0,091 )) (1−0,3)

Rp . 618.500 Rp . 265.000
= =
1,091 0,7

= Rp. 566.911 = Rp. 378.57


Penerimaan perusahaan :
a) kerupuk mentah = Rp. 25.000 x 240 kg / bulan = Rp. 6.000.000
b) kerupuk matang = Rp. 1.600 x 1.800 bungkus / bulan = Rp. 2.880.000
total penerimaan = Rp. 8.880.000 / bulan
total biaya = Rp. 7.163.100 + Rp. 2.268.900
= Rp. 9.432.000 / bulan
Maka :
Rp . 8.880 .000
R/C Ratio =
Rp. 9.432 .000
= 0,94
R/C Ratio < 1 yang artinya usaha tidak layak dijalankan dan tidak memberikan keuntungan

Modal usaha = Rp. 25.000.000


Arus kas = Rp. 8.880.000 x 12 bulan
= Rp. 106.560.000 / tahun
Total biaya tetap = Rp. 9.432.000 x 12 bulan = Rp. 113.184.000 / tahun
Net benefit = Rp. 113.184.000 - Rp. 106.560.000
= Rp. 6.624.000 / tahun
Maka :
Rp . 25.000 .000
PBP =
Rp . 6.624 .000
= 3,8 tahun
Artinya, modal akan kembali pada kurun periode 3 tahun 8 bulan.

Investasi = Rp. 25.000.000


Proceeds tahunan = Rp. 6.624.000
Discount rate = 4%
Waktu = 10 tahun

Tahun Discount rate


Discount factor
ke- (%)
1 4 0,962
2 4 0,925
3 4 0,889
4 4 0,855
5 4 0,822
6 4 0,790
7 4 0,760
8 4 0,731
9 4 0,703
10 4 0,676
Discount factor 8,143

Present value proceeds = Rp. 6.624.000 x 8,143


= Rp. 53.939.232
NPV = Rp. 53.939.232 - Rp. 25.000.000
= Rp. 28.939.232
NPV > 0 ( bernilai positif ), artinya usaha layak untuk dijalankan
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1.wawancara

Gambar 2. Proses pembungkusan kerupuk matang

Gambar 3. Proses pembungkusan kerupuk matang

Anda mungkin juga menyukai