PDB EKONOMI
BUKU 2
KREATIF
BUKU 2
LAPORAN PENYUSUNAN PDRB EKRAF 5 PROVINSI 2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PENYUSUNAN
PDRB EKRAF 5 PROVINSI
TAHUN 2014-2016
3857046
2010-2016 MENURUT LAPANGAN USAHA
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
ISBN: 978-602-438-190-5
No. Publikasi: 07120.1801
No. Katalog: 9301007
Ukuran Buku: 17,6 x 25 cm
Jumlah Halaman: xii + 89 halaman
Naskah: Subdirektorat Neraca Jasa
Penyunting/Editor: Subdirektorat Neraca Jasa
Gambar Kulit: Badan Ekonomi Kreatif
Gambar: Badan Pusat Statistik
Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik
Dicetak oleh: PT. Citra Mawana Patamoro
KATA PENGANTAR
E
konomi Kreatif (ekraf ) sebagai konsep ekonomi baru yang
mengandalkan ide kreatifitas, budaya, dan teknologi
diyakini mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi
perekonomian nasional kedepan. Ekonomi Kreatif menjadi
katalisator bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah
perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyambut baik disusunnya Buku
Statistik Ekonomi Kreatif sebagai perwujudan hasil kerjasama
antara BPS dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ) tahun
2017. Buku ini menyajikan data Statistik Ekonomi Kreatif
yang merupakan bagian dari Big Data Ekonomi Kreatif.
Gambaran tentang potensi dan pengembangan
bidang Ekonomi Kreatif ini dituangkan dalam 7
(tujuh) jenis output yang meliputi: Profil Usaha/
Perusahaan 16 Subsektor Ekraf berdasarkan Sensus
Ekonomi 2016 (SE2016); Ekspor Ekonomi Kreatif
2010-2016; Klasifikasi Jabatan Ekraf dalam KBJI 2014;
PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016; Penyusunan
PDRB Ekraf 5 Provinsi 2010-2016 Menurut Lapangan
Usaha; Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016 dan
Upah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif 2010-2016; serta Tabel
Input Output Updating Ekonomi Kreatif 2014.
Buku ini diharapkan memberikan fakta dan data sebagai basis
pengambilan keputusan dan monitoring perkembangan dan kebijakan
di bidang Ekonomi Kreatif. Selain itu buku ini diwacanakan untuk
memberikan perspektif terkini bagi para pelaku usaha ekraf maupun
masyarakat luas tentang potensi ekraf di Indonesia sehingga dapat
dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan pengembangan dunia
usaha di bidang ekraf.
Akhirnya ucapan syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih serta
penghargaan kepada seluruh Tim BPS yang telah bekerjasama dan
bekerja keras untuk menyelesaikan seluruh publikasi dari 7 kegiatan
utama yang menjadi cakupan dalam kerjasama BPS-Bekraf.
Semoga buku ini dapat memberi manfaat tidak hanya kepada Bekraf dan
BPS saja, tetapi juga bagi para pelaku usaha ekraf dan pengguna data di
Indonesia maupun dunia internasional.
Semoga Allah SWT meridhai upaya penerbitan buku ini.
Dr. Suhariyanto
iv LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 v
KATA PENGANTAR
D
alam era teknologi digital saat ini, Ekonomi Kreatif
merupakan sektor alternatif yang berpotensi mendorong
pertumbuhan perekonomian nasional. Berbeda dengan
sektor lainnya, Ekonomi Kreatif memanfaatkan kemajuan
teknologi dan kebebasan informasi dalam mendorong ide dan
kreativitas sumber daya manusia untuk menciptakan suatu
produk baru atau memperbaiki produk yang sudah ada. Produk
kreatif ini tidak hanya berfungsi sebagai solusi bagi berbagai isu
yang ada, tetapi juga memberikan nilai tambah yang juga
meningkatkan kesejahteraan bagi penciptanya.
Sebagai salah satu indikator ekonomi yang telah banyak
digunakan di berbagai bidang, ketersediaan data
Produk Dometik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif menjadi
sangat diperlukan. Bagi pemerintah, PDB Ekonomi
Kreatif dapat dimanfaatkan untuk melihat potensi
dan perkembangan Ekonomi Kreatif dibandingkan
dengan sektor lainnya. Data PDB yang akurat dan
terkini juga dibutuhkan dalam rangka penyusunan
rencana strategis yang tepat sasaran. Tidak hanya
bagi pemerintah, data PDB Ekonomi Kreatif juga akan
bermanfaat bagi pelaku usaha untuk melihat potensi
usaha yang dijalaninya dan bagaimana posisi usaha ini
dibandingkan dengan usaha yang lain.
Mengingat pentingnya data PDB Ekonomi Kreatif, maka Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf ) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS)
menyusun Buku Laporan PDB Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016 ini. Buku
ini memuat perkembangan PDB dari keenambelas subsektor Ekonomi
Kreatif yang diamati dari berbagai sisi, seperti laju pertumbuhan
dan kontribusinya terhadap PDB Nasional. PDB Ekonomi Kreatif juga
disajikan berdasarkan harga berlaku (ADHB) dan harga konstan (ADHK),
sehingga pemerintah, pelaku usaha, peneliti, serta akademisi dapat
menggunakannya sesuai kebutuhan.
Akhir kata, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPS dan
pihak-pihak yang terkait atas partisipasi-nya dalam penyusunan buku
ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan kebijakan
dan memberikan pemahaman mengenai Ekonomi Kreatif ke seluruh
masyarakat Indonesia.
Triawan Munaf
vi LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
PENYUSUN
Subdirektorat Neraca Jasa
Naskah
Penanggung Jawab Umum Setianto, S.E., M.Si
Penanggung Jawab Teknis Nina Suri Sulistini, M.T
Endah Riawati, SST., M.M,
Editor
Diana Bhakti, SST., M.Si,
Nasiyatul Ulfah, SST., M.Si
Penulis Naskah Suci Wulandari, M.Si
Pengolah Data Umi Nurlaila, SST,
Rizky Zulqarnain. SST,
Kharissa Dereviani, SST,
Erma Novriawati, SST,
Maisaroh
Ir. Yoshep Paulus Apri Caraka Yuda MBA
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR _________________________________________ iii
DAFTAR ISI _______________________________________________ vii
DAFTAR GAMBAR _________________________________________ viii
DAFTAR LAMPIRAN ________________________________________ ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Aturan revisi PDB________________________________ 10
Gambar 3. PDB atas dasar harga berlaku, PDB atas dasar harga
konstan, dan laju pertumbuhan PDB Indonesia tahun
2014-2016______________________________________ 52
Gambar 4. Nilai PDB Nasional dan Ekonomi Kreatif tahun 2014 dan
2015 sebelum dan sesudah revisi___________________ 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Klasifikasi Ekonomi Kreatif dan Cakupan Subsektor
Ekonomi Kreatif menurut KBLI 2015________________ 67
Lampiran 2. Definisi dan Cakupan Ekonomi Kreatif______________ 77
Lampiran 3. Laju pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2014-2016
menurut lapangan usaha (%)_____________________ 80
Lampiran 4. Laju pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2014-2016
menurut pengeluaran (%)________________________ 81
Lampiran 5. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga
berlaku tahun 2014-2016 menurut subsektor (miliar
rupiah)_______________________________________ 82
Lampiran 6. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga
konstan tahun 2014-2016 menurut subsektor (miliar
rupiah)_______________________________________ 83
Lampiran 7. Distribusi PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tahun
2014-2016 menurut subsektor (%)_________________ 84
Lampiran 8. Distribusi PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2014-
2016 terhadap PDB Nasional (%)___________________ 85
Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia
atas dasar harga berlaku tahun 2014-2016 menurut
subsektor (%)__________________________________ 86
Lampiran 10. Laju Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia
atas dasar harga konstan tahun 2014-2016 menurut
subsektor (%)__________________________________ 87
Lampiran 11. Laju pertumbuhan Implisit PDB Ekonomi Kreatif
Indonesia tahun 2014-2016 (%)___________________ 88
Lampiran 12. Sumber pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif tahun
2014-2016 menurut subsektor (%)_________________ 89
4,95%
PDB Ekonomi Kreatif Indonesia
4,41% pada tahun 2016 mencapai
5,19%
922,59 triliun rupiah
Pertumbuhan Ekonomi Kreatif
kembali meningkat di tahun
PDB
EKONOMI
KREATIF
INDONESIA
2014-2016
2016
BUKU 2
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18 BUKU 2
PENDAHULUAN
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110
info@bekraf.go.id www.bekraf.go.id
LAPORAN PENYUSUNAN
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110
info@bekraf.go.id www.bekraf.go.id
Bab 1
Pendahuluan
1
John Newbigin. What is the creative economy?. diakses dati https://creativeconomy.britishcouncil.org/guide/what-
creative-economy/, pada tanggal 16 November 2017 pukul 10.59.
Latar Belakang
Ekonomi
Eropa, Kreatif
mulai hanya berkisar
bergeser antarakonvensional
dari ekonomi kesenian dan kebudayaan.
Beberapa yang lain menambahkan cakupan kegiatan kuliner. Ada
berbasis agraris ke sektor industri. Hal ini ditandai
juga yang memasukkan kegiatan usaha penerbitan, pembuatan
dengan penggunaan mesin yang semakin berkembang
software dan pembangunan aplikasi, kegiatan periklanan, dan
sehingga proses produksi
desain komunikasi visual kebarang menjadiEkonomi
dalam cakupan lebih banyak
Kreatif.
dan cepat. industri
Dewasa ini, Ekonomi Kreatif tidak hanya dipandang sebagai salah
satu sektor ekonomi yang paling dinamis, tetapi juga sebagai
Mulai
sektortahun 1920-an,
yang tumbuh tren perekonomian
dengan masyarakat
cepat dalam penciptaan pendapatan,
kembali
penciptaanbergeser daripekerjaan,
lapangan kegiatan dan
utama memproduksi
ekspor (UNDP, 2013). Ekonomi
Kreatif memberikan manfaat ekonomi
barang menuju perekonomian yang berbasis bagi negara berkembang
penyediaan
untuk bangkit, tumbuh, dan berkembang dengan tingkat
jasa dan produk dengan karakteristik unik. Pergeseran ini
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. jasa
merupakan awal mula era post-industrial society. Pada
Ekonomi
tahun Kreatifperkembangan
1990-an, merupakan ruang terbuka
proses untuk kebebasan
tersebut
melahirkan sebuah konsep baru, yaitu industri bernilai
mengekspresikan ide, talenta, dan pemikiran kreatif. ekonomi
serta menjadi wadah bagi dialog kreativitas kebudayaan. Ekonomi
Kreatif juga mampu mengembangkan kewiraswastaan sekaligus
Pada tahun
sebagai 1997,
solusi Negarasemakin
terhadap Inggris menipisnya
Raya mencoba
cadangan sumber
kreatif
daya alam. kontribusi industri kreatif dalam
menghitung
perekonomian. Mereka menggolongkan industri kreatif ke
Di Indonesia, Ekonomi Kreatif telah menjadi pusat perhatian
dalam tiga belas
pemerintah. Hal inibentuk aktivitas
terbukti yang memiliki
dari dibentuknya Badansatu
Ekonomi Kreatif
kesamaan, yaitu
(Bekraf ) pada aktivitas
tahun 2014.yang berasalIndonesia
Pemerintah dari kreatifitas,
terus berupaya
mengembangkan
keterampilan, dan Ekonomi Kreatifyang
bakat individu yangberpotensi
diyakini dapat
dalammenjadi £
Perekonomian global terus
tumpuan perekonomian di masa depan. Selain itu, Ekonomi Perekonomian global berubah dari ekonomi
membentuk kesejahteraan melalui penciptaan hak
Kreatif juga diharapkan dapat medorong terwujudnya pencapaian terus berubah dari
berbasis agraris hingga
kekayaan
Sustainableintelektual
Development(intellectual yang Konsep
property).
Goals (SDGs) menjadi ekonomi yang
telah diintegrasikanekonomi berbasis
berbasis kreativitas
pengakuan
dalam RencanaatasPembangunan
hak kekayaan intelektual
Jangka inilahNasional
Menengah yang (RPJMN)
agraris hingga
2020-2024.
dipandang sebagai inti dari industri kreatif. menjadi ekonomi
yang berbasis
Pengembangan Ekonomi Kreatif yang berdaya saing tidak terlepas
kreativitas
Belakangan ini, banyakdalam
dari peran pemerintah pemerintahan di dunia
pengambilan mulaiyang tepat.
kebijakan
Oleh karenaperan
menyadari itu, dibutuhkan data kreatif.
penting industri dan informasi Ekonomi Kreatif
Perkembangan
yang akurat dan terkini sebagai dasar pengambilan
ini melahirkan konsep Ekonomi Kreatif meskipun dengan kebijakan dan
perencanaan Ekonomi Kreatif di Indonesia pada masa yang akan
cakupan yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya
datang. Dengan adanya statistik Ekonomi Kreatif yang berkualitas
diharapkan kebijakan dan keputusan yang diambil dapat
mengembangkan potensi Ekonomi Kreatif di Indonesia.
2
John Newbigin. What is the creative economy?. diakses dati https://creativeconomy.britishcouncil.org/guide/what-
creative-economy/, pada tanggal 16 November 2017 pukul 10.59.
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016 5
Pada tahun 2016, BPS dan Bekraf telah menyusun PDB Ekonomi Kreatif
Indonesia tahun 2010-2015. Tahun ini, kegiatan penyediaan dan
pengembangan data dan informasi terkait Ekonomi Kreatif ditujukan
untuk menyusun Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif tahun
2014-2016. PDB Ekonomi Kreatif tahun 2014 dan 2015 merupakan revisi
dari nilai PDB Ekonomi Kreatif yang telah dihitung sebelumnya. Revisi
nilai PDB ini dilakukan terkait adanya data dan informasi terbaru yang
diperoleh. Selain PDB Ekonomi Kreatif, dihitung pula indikator-indikator
turunannya, yaitu sebagai berikut:
1.3. Manfaat
BUKU 2
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18 BUKU 2
TAHAPAN
KEGIATAN BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110
info@bekraf.go.id www.bekraf.go.id
LAPORAN PENYUSUNAN
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110
info@bekraf.go.id www.bekraf.go.id
Bab 2
Tahapan Kegiatan
8 | Laporan PDBangka
Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016
PDB triwulanan terdapat istilah angka PDB sangat sangat
sementara (***), tahun
yaitu berjalan.
PDB triwulanan pada saat tahun berjalan. PDB
Angka PDB tahunan sementara merupakan
tahunan sangat sementara merupakan PDB yang dihitung pada akhir
nilai PDB yang dihitung pada tahun sebelumnya. Terakhir,
tahun berjalan. Angka PDB tahunan sementara merupakan nilai PDB
yang dihitung padaPDBtahun
angkasebelumnya.
tetap adalah Terakhir,
PDB yangPDB
sudah direvisi
angka berdasarkan
tetap adalah
PDB yang sudah direvisi berdasarkan
data yang data
telah tersedia yang telah tersedia seluruhnya.
seluruhnya.
PDB
PDB PDB PDB
Q1-Q3 November
2013 2014* 2015** 2016
2016***
PDB PDB Q4
PDB PDB Q1-Q3
2016** Februari
dan PDB
2014 2015* 2016** 2016** 2017
Aturan revisi pada gambar di atas juga berlaku dalam penghitungan PDB
Ekonomi Kreatif. Pada tahun 2016, BPS dan Bekraf telah menghitung
PDB Ekonomi Kreatif
Aturantahun
revisi2010-2015.
pada gambarPDBdi Ekonomi Kreatif tahun
atas juga berlaku dalam 2013
merupakan
Gambar 2.1 angka
penghitungan PDB Ekonomi Kreatif. Pada tahun 2016,2014
tetap, sedangkan PDB Ekonomi Kreatif tahun BPS
dan
Aturan2015
revisi merupakan angka sementara dan angka sangat sementara.
PDB karena itu, dan
Oleh nilaiBEkonomi KreatifKreatif
PDB Ekonomi telah menghitung
tahun 2014PDBdantahun
20152010-
perlu
direvisi berdasarkan
2015.data
PDByang
tahun telah
2013tersedia.
merupakan angka PDB tetap,
sedangkan PDB Ekonomi Kreatif tahun 2014 dan tahun 2015
merupakan angka PDB Ekonomi Kreatif sementara dan PDB
Ekonomi Kreatif sangat sementara. Oleh karena itu, nilai PDB
Ekonomi Kreatif tahun 2014 dan 2015 perlu direvisi
berdasarkan data yang telah tersedia.
Data SKNP-EK
2017
Data sekunder
Data sekunder
(updated)
Gambar 2.2
Tahapan
Penyusunan
PDB Ekonomi
Kreatif
12 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
BUKU 2
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18 BUKU 2
BUKU 2
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18 BUKU 2
Metodologi
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110
info@bekraf.go.id www.bekraf.go.id
LAPORAN PENYUSUNAN
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110
info@bekraf.go.id www.bekraf.go.id
Bab 3
Metodologi
Pada penyusunan PDB ADHB, nilai tambah barang dan jasa dihitung
dengan menggunakan harga berlaku pada setiap tahun.
Pada penyusunan PDB ADHK, nilai tambah barang dan jasa dihitung
menggunakan harga pada satu tahun tertentu yang digunakan
sebagai tahun dasar penghitungan. Pemilihan tahun dasar ini
berbeda-beda yang biasanya didasarkan pada keadaan atau
stabilitas negara.
1. Pendekatan Produksi
Keterangan:
𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡b,t = Output/ nilai produksi atas dasar harga berlaku
tahun ke-t
NTBb,t = Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku tahun
NTB
NTB b,t ke-t
Produksi
b,t t
Produksi = Kuantum produksi tahun ke-t
Produksi
Hargat tt
Harga
Hargatt = Harga produksi tahun ke-t
Output adalah nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam satu periode
tertentu, biasanya satu tahun dan dinilai atas harga dasar (basic price).
Ada dua jenis output, yaitu:
i. Output utama
ii. Output sekunder
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 17
Konsumsi antara adalah nilai barang dan jasa yang dikonsumsi sebagai
input dalam proses produksi atau nilai barang dan jasa tidak tahan lama
(waktu pemakaian kurang dari setahun) yang digunakan/habis dalam
proses produksi. Konsumsi antara ini dinilai atas dasar harga pembeli.
Nilai Tambah Bruto adalah selisih antara output dan konsumsi antara
(BPS, 2013).
2. Pendekatan Pendapatan
Keterangan:
𝑊
= Kompensasi tenaga kerja tahun ke-t
𝑡
𝑁𝑂𝑆𝑡
𝑂𝑆
𝑡 = Surplus usaha tahun ke-t yang terdiri dari sewa
𝑊
𝐶𝐹𝐶
𝑡 𝑡 aset non-produced, bunga yang diperoleh dari aset
𝑁𝑂𝑆𝑡 𝑇𝑂𝑃𝑡 finansial, serta profit/keuntungan dari kewiraswastaan
𝐶𝐹𝐶𝑡 = Konsumsi barang modal tetap tahun ke-t
𝑇𝑂𝑃=𝑡 Pajak lainnya atas produksi dan impor tahun ke-t
𝑇𝑂𝑃𝐼𝑡
3. Pendekatan Pengeluaran
= Konsumsi
𝑃𝐹𝐶𝐸𝑡 𝐺𝐹𝐶𝐸𝑡 𝐺𝐷𝐶𝐹𝑡tangga 𝑋dan
rumah 𝑡 𝑀lembaga
𝑡 nonprofit
tahun ke-t
Penghitungan PDB atas dasar harga konstan dapat didekati melalui tiga
pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Revaluasi
Keterangan:
Hargao = Harga produksi tahun dasar
2. Pendekatan Ekstrapolasi
Keterangan:
IP𝑡 = Indeks produksi tahun ke-t
3. Pendekatan Deflasi
Keterangan:
Revisi PDB Ekonomi Kreatif tahun 2014-2015 baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan dilakukan berdasarkan
perubahan/revisi data sekunder maupun ketersediaan data baru yang
pada tahun 2016 lalu belum tersedia. Perubahan PDB Ekonomi Kreatif
atas dasar harga berlaku tahun 2014-2015 disebabkan oleh updating
data nilai tambah di lima subsektor Ekonomi Kreatif yaitu subsektor
fotografi; aplikasi dan game developer; penerbitan; televisi dan radio; dan
seni rupa. Sedangkan subsektor yang hanya merevisi tahun 2015 adalah
kriya; kuliner; musik; dan fesyen.
Pada PDB Ekonomi Kreatif atas dasar harga konstan, terdapat enam
subsektor yang merevisi nilai tambahnya yaitu subsektor fotografi; kriya;
aplikasi dan game developer; penerbitan; televisi dan radio; dan seni rupa
untuk tahun 2014 dan 2015. Empat subsektor lainnya, yaitu film, animasi,
dan video; kuliner; musik; dan fesyen mengalami revisi di tahun 2015.
Metodologi penyusunan PDB Ekonomi Kreatif tahun 2014-2015 revisi
atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan menurut subsektor
Ekonomi Kreatif akan dijelaskan secara lebih rinci, sebagai berikut:
2. Subsektor Fotografi
3. Subsektor Kriya
4. Subsektor Kuliner
5. Subsektor Musik
6. Subsektor Fesyen
8. Subsektor Penerbitan
9. Subsektor Periklanan
1. Subsektor Arsitektur
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor arsitektur tahun 2016 diestimasi
menggunakan indikator dari industri konstruksi.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor arsitektur tahun 2016 diestimasi
menggunakan indikator dari industri konstruksi
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. PDB Indonesia, BPS
2. Subsektor Desain Interior
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor desain interior pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator
industri real estat.
24 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor desain interior pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator
industri real estat.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. PDB Indonesia, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor desain interior pada lapangan usaha
jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan
pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator
produksi berupa jumlah siswa dan indikator harga berupa output
per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan
output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor desain interior pada lapangan usaha
jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode
deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor desain
interior pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) kursus.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud)
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor desain komunikasi visual pada lapangan
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 25
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor desain komunikasi visual pada lapangan
usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan
pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor
desain komunikasi visual pada lapangan usaha jasa perusahaan
tahun 2016 dengan IHK umum.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor desain komunikasi visual pada lapangan
usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi menggunakan
pendekatan produksi yaitu dengan mengalikan indikator
produksi berupa jumlah siswa dan indikator harga berupa output
per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan mengalikan
output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor desain komunikasi visual pada lapangan
usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi menggunakan
pendekatan deflasi, yaitu dengan dengan membagi NTB ADHB
subsektor desain komunikasi visual pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor desain produk pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator
industri kemasan.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor desain produk pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator
industri kemasan.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
3. Statistik Industri Mikro dan Kecil, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor desain produk pada lapangan usaha
jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan
pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator
produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa
output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan
mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor desain produk pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan metode deflasi,
yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor desain produk
pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK
kursus.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
PDB ADHB subsektor film, animasi, dan video pada lapangan
usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan
pendekatan produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan
output ADHB dengan rasio NTB tahun berjalan.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor film, animasi, dan video pada lapangan
usaha industri pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan
pendekatan ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung
dengan menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu
indikator produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP-
EK 2017 serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya
seperti ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK
diperoleh dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB
tahun dasar.
c. Sumber Data
1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
2. Statistik Industri Mikro dan Kecil, BPS
3. SKNP-EK 2017, BPS – Bekraf
4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor film, animasi, dan video pada lapangan
usaha informasi dan komunikasi tahun 2016 diestimasi
menggunakan pendekatan produksi. Output ADHB diperoleh
dengan menggerakan NTB ADHB subsektor film, animasi, dan
video pada lapangan usaha informasi dan komunikasi tahun
2015 dengan pertumbuhan jumlah penonton lima belas film
Indonesia peringkat teratas. NTB ADHB diperoleh dengan
mengalikan output ADHB dengan rasio NTB.
b. NTB ADHK
Output ADHK subsektor film, animasi, dan video pada lapangan
28 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Harga Konsumen, BPS
3. Film Indonesia (filmindonesia.or.id)
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor film, animasi, dan video pada
lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan
menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan
indikator produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga
berupa output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan
mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor film, animasi, dan video pada lapangan
usaha jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan
metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor
film, animasi, dan video pada lapangan usaha jasa pendidikan
tahun 2016 dengan IHK kursus.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
6. Subsektor Fotografi
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan hasil SKNP-EK
2017.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode
deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor fotografi
pada lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 dengan IHK
umum.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan
pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator
produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa
output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan
mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan metode deflasi,
yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor fotografi pada
lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Harga Konsumen, BPS
3. Statistik Pendidikan, Kemendikbud
30 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa
lainnya tahun 2016 diestimasi dengan indikator yang berasal
dari SKNP-EK 2017. Nilai tambah bruto ADHB diperoleh dengan
mengalikan output dengan rasio NTB.
b. NTB ADHK
Output ADHK subsektor fotografi pada lapangan usaha jasa
lainnya tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
deflasi, yaitu dengan membagi output ADHB subsektor fotografi
pada lapangan usaha jasa lainnya tahun 2016 dengan IHK yang
bersesuaian. NTB ADHK subsektor fotografi pada lapangan
usaha jasa lainnya tahun 2016 diperoleh dengan mengalikan
output ADHK dengan rasio NTB.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud
3. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
4. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya
(pemerintah) tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator
jasa lainnya pemerintah berupa realisasi APBN.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya
(pemerintah) tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator
jasa lainnya pemerintah berupa realisasi APBN.
c. Sumber Data
1. Realisasi belanja pegawai dan estimasi konsumsi modal
tetap APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD)
7. Subsektor Kriya
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor kriya pada lapangan usaha industri
pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB
dengan rasio NTB tahun berjalan.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor kriya pada lapangan usaha industri
pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung dengan
menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu indikator
produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP-EK 2017
serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya seperti
ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh
dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar.
c. Sumber Data
1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
2. Statistik Mikro dan Kecil, BPS
3. Statistik Harga Produsen, BPS
4. SKNP-EK 2017, BPS – Bekraf
5. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
b. Sumber Data
1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang
BPS
2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
3. Survei Khusus Sektor Jasa (SKSJ), BPS
4. Survei Penyediaan dan Penggunaan Jasa (SPPJ), BPS
8. Subsektor Kuliner
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor kuliner pada lapangan usaha industri
pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB
dengan rasio NTB tahun berjalan.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor kuliner pada lapangan usaha industri
pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung dengan
menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu indikator
produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP-EK 2017
serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya seperti
ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh
dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar.
c. Sumber Data
1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
2. Statistik Mikro dan Kecil, BPS
3. SKNP-EK 2017, BPS – Bekraf
4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 33
b. Sumber Data
1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang
BPS
2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
3. SKSJ, BPS
4. SPPJ, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor kuliner pada lapangan usaha penyediaan
akomodasi dan makan minum tahun 2016 diestimasi
menggunakan pendekatan permintaan. Output utama ADHB
diperoleh dengan menjumlahkan pengeluaran penduduk
terhadap produk penyediaan makan minum ditambah dengan
konsumsi wisatawan mancanegara dikurangi pengeluaran
wisatawan nasional atau impor restoran). Output sekunder
dihitung dengan menggunakan rasio dari SUT Ekonomi Kreatif
2010. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB
dengan rasio NTB tahun berjalan.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor kuliner pada lapangan usaha penyediaan
akomodasi dan makan minum tahun 2016 diestimasi
menggunakan pendekatan deflasi. Output ADHB tahun 2016
dibagi dengan IHP penyediaan makan minum. NTB ADHK
dihitung dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB.
34 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
c. Sumber Data
1. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas), BPS
2. Publikasi Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, BPS
3. Passanger Exit Survey (Publikasi Statistik Kunjungan
Wisatawan Mancanegara), BPS
4. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
9. Subsektor Musik
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor musik pada lapangan usaha industri
pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB
dengan rasio NTB tahun berjalan.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor musik pada lapangan usaha industri
pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung dengan
menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu indikator
produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP-EK 2017
serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya seperti
ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh
dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar.
c. Sumber Data
1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
2. Statistik Mikro dan Kecil, BPS
3. Statistik Harga Produsen, BPS
4. SKNP-EK 2017, BPS – Bekraf
5. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 35
b. Sumber Data
1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang
BPS
2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
3. SKSJ, BPS
4. SPPJ, BPS
a. NTB ADHB
Nilai output ADHB subsektor musik pada lapangan usaha
informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi
menggunakan pendekatan produksi, yaitu dengan
menyesuaikan pertumbuhan subsektor musik dengan subsektor
film, animasi, dan video. Hal ini dikarenakan subsektor musik
merupakan bagian kecil dari industri Produksi Gambar Bergerak,
Video, dan Program Televisi, Perekaman Suara dan Penerbitan
(yang merupakan industri SUT dari subsektor film, animasi, dan
video). NTB ADHB diperoleh dengan mengalikan output ADHB
dengan rasio NTB.
b. NTB ADHK
Output ADHK subsektor musik pada lapangan usaha informasi
dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan
pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi Output ADHB
subsektor musik pada lapangan usaha informasi dan komunikasi
tahun 2016 dengan IHK umum. NTB ADHK diperoleh dengan
36 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor musik pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan hasil SKNP-EK
2017.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor musik pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode
deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor musik pada
lapangan usaha jasa perusahaan tahun 2016 dengan IHK umum.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor musik pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan
pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator
produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa
output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan
mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor musik pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan pendekatan
deflasi, yaitu dengan membagi PDB ADHB subsektor musik pada
lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK kursus.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 37
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor musik pada lapangan usaha jasa lainnya
(swasta) tahun 2016 diperoleh dengan melakukan ekstrapolasi
output ADHB tahun 2015 menggunakan pertumbuhan hasil
pengolahan SKNP-EK 2017. NTB diperoleh dengan mengalikan
ouput dengan rasio NTB.
b. NTB ADHK
Output ADHK subsektor musik pada lapangan usaha jasa lainnya
(swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
deflasi, yaitu dengan membagi output ADHB subsektor musik
pada lapangan usaha jasa lainnya tahun 2016 dengan IHK yang
bersesuaian. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan output
ADHK dengan rasio NTB.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS
3. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor fesyen pada lapangan usaha industri
pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB
dengan rasio NTB tahun berjalan.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor fesyen pada lapangan usaha industri
pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
38 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
c. Sumber Data
1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
2. Statistik Mikro dan Kecil, BPS
3. Statistik Harga Produsen, BPS
4. SKNP-EK 2017, BPS – Bekraf
5. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
b. Sumber Data
1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang
BPS
2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
3. SKSJ, BPS
4. SPPJ, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor fesyen pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan
pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 39
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor fesyen pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan pendekatan
deflasi, yaitu dengan membagi PDB ADHB subsektor fesyen
pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK
kursus.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor aplikasi dan game developer pada
lapangan usaha informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016
diperoleh menggunakan pertumbuhan pendapatan dalam
laporan keuangan perusahaan go public. Kemudian nilai NTB
berlaku diperoleh dari perkalian antara output ADHB dan rasio
NTB.
b. NTB ADHK
Output ADHK subsektor aplikasi dan game developer pada
lapangan usaha informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016
diestimasi menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan
membagi output ADHB subsektor aplikasi dan game developer
pada lapangan usaha informasi dan komunikasi tahun 2016
dengan IHK umum. NTB ADHK diperoleh dengan mengalikan
output ADHK dengan rasio NTB tahun 2010.
40 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
c. Sumber Data
1. Laporan keuangan perusahaan go public, BEI
2. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan
usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan
hasil SKNP-EK 2017.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan
usaha jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan
metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan IHK
umum.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan
usaha jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan
hasil SKNP-EK 2017.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor aplikasi dan game developer pada lapangan
usaha jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan
metode deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan IHK
umum.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor penerbitan pada lapangan usaha industri
pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
produksi. NTB ADHB dihitung dengan mengalikan output ADHB
dengan rasio NTB tahun berjalan.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor penerbitan pada lapangan usaha industri
pengolahan tahun 2016 diestimasi menggunakan pendekatan
ekstrapolasi. Output ADHK tahun 2016 dihitung dengan
menggerakkan output ADHK 2015 dengan suatu indikator
produksi yang dihasilkan dari hasil pengolahan SKNP-EK 2017
serta dengan memperhatikan data pendukung lainnya seperti
ekspor, tenaga kerja, dan data kualitatif. NTB ADHK diperoleh
dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun dasar.
c. Sumber Data
1. Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
2. Statistik Mikro dan Kecil, BPS
3. Statistik Harga Produsen, BPS
4. SKNP-EK 2017, BPS – Bekraf
5. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
b. Sumber Data
1. Data output sektor barang, Subdirektorat Neraca Barang
BPS
2. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
3. SKSJ, BPS
4. SPPJ, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB penerbitan pada lapangan usaha informasi dan
komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan
indikator pertumbuhan industri percetakan (industri pencetakan
dan reproduksi media rekaman dan industri keras dan barang
dari kertas). Untuk nilai NTB ADHB diperoleh antara perkalian
output ADHB dengan rasio NTB.
b. NTB ADHK
Output ADHK subsektor penerbitan pada lapangan usaha
informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi
menggunakan metode deflasi. Output ADHK diperoleh dengan
membagi output ADHBnya dengan IHP industri barang cetakan
dan barang-barang dari kertas. NTB ADHK diperoleh dengan
mengalikan output ADHK dengan rasio NTB tahun 2010.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Harga Produsen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor penerbitan pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator hasil
SKNP-EK 2017.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor penerbitan pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 43
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor periklanan pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator
pajak reklame.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor periklanan pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode
deflasi, yaitu dengan membagi PDB ADHB dengan IHK umum.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Keuangan dan Pemerintahan, BPS
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB televisi dan radio pada lapangan usaha informasi
(swasta) diestimasi menggunakan laporan perusahaan televisi
dan radio yang go public. Untuk nilai NTB ADHB diperoleh antara
perkalian output ADHB dengan rasio NTB.
44 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
b. NTB ADHK
Output ADHK subsektor televisi dan radio pada lapangan usaha
informasi dan komunikasi (swasta) tahun 2016 diestimasi
menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi
output ADHB dengan IHK yang bersesuaian. NTB ADHK diperoleh
dengan mengalikan output ADHK dengan rasio NTB.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB televisi dan radio pada lapangan usaha informasi
(pemerintah) diestimasi menggunakan data realisasi belanja
pegawai dan konsumsi barang modal tetap.
b. NTB ADHK
NTB ADHB subsektor televisi dan radio pada lapangan usaha
informasi dan komunikasi (pemerintah) tahun 2016 diestimasi
menggunakan pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi NTB
ADHB dengan indeks upah dan implisit PMTB.
c. Sumber Data
1. Realisasi belanja pegawai dan estimasi konsumsi modal
tetap APBN dan APBD
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha
jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator
laporan keuangan perusahaan go public di bidang seni
pertunjukkan.
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 45
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha
jasa perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode
deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan IHK umum.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Bursa Efek Indonesia (BEI)
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha
jasa pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan
pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator
produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa
output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan
mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan pendekatan
deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor seni
pertunjukan pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016
dengan IHK kursus.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor seni pertunjukan pada lapangan
usaha jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diperoleh dengan
melakukan ekstrapolasi output ADHB tahun 2015 menggunakan
pertumbuhan dari data hasil SKNP-EK yang telah diolah. NTB
ADHB diperoleh dengan mengalikan output dengan rasio NTB
yang bersesuaian.
46 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
b. NTB ADHK
Output ADHK subsektor seni pertunjukan pada lapangan usaha
jasa lainnya (swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan
pendekatan deflasi, yaitu dengan membagi output ADHB
dengan IHK yang bersesuaian. NTB ADHK diperoleh dengan
mengalikan output ADHK dengan rasio NTB.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Harga Konsumen (IHK), BPS
3. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil
dan sepeda motor tahun 2016 diestimasi menggunakan
pendekatan permintaan. Output merupakan penjumlahan dari
pengeluaran penduduk untuk barang-barang pajangan. NTB
ADHB diperoleh dengan mengalikan output dengan rasio NTB-
nya.
b. NTB ADHK
Output ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil
dan sepeda motor tahun 2016 diestimasi menggunakan
pendekatan deflasi. Output ADHK diperoleh dengan membagi
output ADHB dengan IHK umum.
c. Sumber Data
1. Susenas, BPS
2. Publikasi Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, BPS
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 47
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator hasil
SKNP-EK 2017.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa
perusahaan tahun 2016 diestimasi menggunakan metode
deflasi yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan IHK umum.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
Output ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 diestimasi dengan menggunakan
pendekatan produksi, yaitu dengan mengalikan indikator
produksi berupa jumlah siswa dengan indikator harga berupa
output per siswa. Selanjutnya NTB ADHB dihitung dengan
mengalikan output ADHB dengan rasio NTB yang bersesuaian.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa
pendidikan tahun 2016 diestimasi mengunakan pendekatan
deflasi, yaitu dengan membagi NTB ADHB subsektor seni rupa
pada lapangan usaha jasa pendidikan tahun 2016 dengan IHK
kursus.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. Statistik Pendidikan Non-Formal, Kemendikbud
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya
48 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya
(swasta) tahun 2016 diestimasi menggunakan metode deflasi
yaitu dengan membagi NTB ADHB dengan IHK umum.
c. Sumber Data
1. SUT Indonesia tahun 2010, BPS
2. SKNP-EK 2017, BPS-Bekraf
3. Statistik Harga Konsumen, BPS
a. NTB ADHB
NTB ADHB subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya
(pemerintah) tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator
jasa lainnya pemerintah berupa realisasi APBN.
b. NTB ADHK
NTB ADHK subsektor seni rupa pada lapangan usaha jasa lainnya
(pemerintah) tahun 2016 diestimasi menggunakan indikator
jasa lainnya pemerintah berupa realisasi APBN.
c. Sumber Data
1. Realisasi belanja pegawai dan estimasi konsumsi modal
tetap APBN dan APBD
BUKU 2
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18 BUKU 2
BUKU 2
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18 BUKU 2
HASIL
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110
info@bekraf.go.id www.bekraf.go.id
LAPORAN PENYUSUNAN
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110
info@bekraf.go.id www.bekraf.go.id
Bab 4
Hasil
Pada tahun 2014, PDB Indonesia atas dasar harga berlaku mencapai
10.569,71 triliun rupiah dan meningkat sebesar 17,38 persen menjadi
12.406,81 triliun rupiah pada tahun 2016. Rata-rata pertumbuhan
besaran PDB Indonesia atas dasar harga berlaku setiap tahun selama
kurun waktu tersebut mencapai 9,14 persen. Nilai PDB Indonesia atas
dasar harga konstan meningkat sebesar 10,14 persen dari 8.564,87 triliun
rupiah tahun 2014 menjadi 9.433,03 triliun rupiah pada tahun 2016.
Rata-rata pertumbuhan besaran PDB Indonesia atas dasar harga konstan
setiap tahun selama kurun waktu tersebut mencapai 4,97 persen.
14.000.000 5,20
5,02
12.000.000 5,01
5,00
4,88
10.000.000
4,80
8.000.000
Miliar Rp
persen
6.000.000 4,60
4.000.000
4,40
2.000.000
0 4,20
2014 2015 2016
Tahun
PDB ADHB PDB ADHK Laju Pertumbuhan
sebesar 17,38 persen menjadi 12.406,81 triliun rupiah konstan, dan laju
pertumbuhan PDB
pada tahun 2016. Rata-rata pertumbuhan besaran PDB Indonesia tahun 2014-
Sesuai dengan aturan revisi PDB, pada Februari 2017 BPS merevisi nilai
Indonesia atas dasar harga berlaku setiap tahun selama 2016
PDB Indonesia untuk tahun 2014 dan 2015. PDB tahun 2014 berubah dari
angka sementara menjadi angka tetap, sedangkan besaran PDB tahun
2015 berubah dari angka sangat sementara menjadi angka sementara.
Tidak semua nilai PDB menurut lapangan usaha mengalami revisi. Pada
umumnya, revisi dilakukan pada lapangan usaha yang mengalami
updating data yang sebelumnya belum tersedia atau belum lengkap.
Nilai PDB Indonesia pada tahun 2014 yang semula bernilai 10.565,82
triliun rupiah direvisi menjadi 10.569,71 triliun rupiah (ADHB), dan dari
8.566,27 triliun rupiah menjadi 8.564,87 triliun rupiah (ADHK). Sedangkan
PDB Indonesia tahun 2015 mengalami revisi dari 11.540,79 triliun rupiah
menjadi 11.531,72 triliun rupiah (ADHB) dan dari 8.976,93 triliun rupiah
menjadi 8.982,51 triliun rupiah (ADHK).
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 53
Gambar
56 | Laporan 4.Ekonomi
PDB Nilai PDB Nasional
Kreatif dan Ekonomi Kreatif tahun 2014 dan
Tahun 2014-2016
2015 sebelum dan sesudah revisi
Tahun 2014
Tahun 2015
rupiah, nilai ini meningkat 17,55 persen pada tahun 2016 menjadi 922,59
PDB Ekonomi Kreatif
triliun rupiah. Rata-rata pertumbuhan Indonesia
besaran PDB sejak tahunKreatif
Ekonomi 2014 hingga
atas
tahun 2016, terus meningkat. Meskipun demikian,
pertumbuhan sektor Ekonomi Kreatif tidak secepat
pertumbuhan yang dialami oleh sektor non Ekonomi Kreatif.
54 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
11.484,22
2016
922,59
10.679,16
2015
Tahun
852,56
9.784,84
2014
784,87
8.712,40
2016
720,63
8.295,85
Tahun
2015
686,66
7.907,19
2014
657,67
Miliar Rp
Sumber: Badan Pusat Statistik
PDB Non-Ekonomi Kreatif PDB Ekonomi Kreatif
Pada periode yangs sama, subsektor desain komunikasi visual memiliki
pertumbuhan NTB atas dasar harga konstan tertinggi dari tahun 2014 ke
2016 yaitu sebesar 20,18 persen, disusul kemudian oleh subsektor televisi
dan radio dengan tingkat pertumbuhan sebesar 19,59 persen. Sementara
itu, subsektor kriya tumbuh paling lambat, yaitu sebesar 6,92 persen
dari tahun 2014 hingga tahun 2016. Pada periode waktu 2014-2016,
Gambar 4.4
subsektor kriya, fesyen, penerbitan, dan kuliner tumbuh lebih lambat Ekonomi Kre
dibanding pertumbuhan sektor Ekonomi Kreatif secara keseluruhan.
Struktur Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016 dan non-Eko
Kreatif dasar
konstan tahu
2014-2016
4.3. Struktur Ekonomi Kreatif Tahun 2014-2016
Kuliner
Fesyen
Kriya
Televisi dan Radio
Penerbitan
Arsitektur
Aplikasi dan Game Developer
Subsektor
Periklanan
Musik
Fotografi
Seni Pertunjukan
Desain Produk
Seni Rupa
Film, Animasi dan Video
Desain Interior
Desain Komunikasi Visual
harga konstan
subsektor terkecil adalah
desain komunikasi subsektor
visual dengan desain
nilai PDB atas komunikasi visual
tahun 2016
dengan
dasar harganilai PDB
konstan atas2016
tahun dasar harga
sebesar 437,1konstan tahun 2016 sebesar
miliar rupiah.
437,1 miliar rupiah.
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 57
Kuliner
Fesyen
Kriya
Televisi dan Radio
Penerbitan
Arsitektur
Aplikasi dan Game Developer
Subsektor
Periklanan
Fotografi
Musik
Seni Pertunjukan
Desain Produk
Seni Rupa
Desain Interior
Film, Animasi dan Video
Desain Komunikasi Visual
Miliar Rp
2016 7,39% subsektor kuliner; fesyen; dan kriya. Pada tahun 2014, ketiga
92,57% subsektor ini menyumbang 76,06 persen
92,61% 92,56% dari total PDB
92,61%
PDB Ekonomi Kreatif PDB Non-Ekonomi Kreatif Ekonomi Kreatif.
PDB Ekonomi Kreatif PadaKreatif
PDB Non-Ekonomi tahun 2015PDBkontribusi
Ekonomi Kreatif ketiga
PDB Non-Ekonomi Kreatif
menyumbang 76,06 persen dari total PDB Ekonomi Kreatif. Pada tahun
2015 kontribusi ketiga subsektor turun menjadi 75,54 persen dan pada
tahun 2016 kontribusi ketiganya terhadap pembentukan PDB Ekonomi
Kreatif ini kembali turun menjadi 74,81 persen.
15,40%
Kriya
Kuliner
Fesyen
41,40%
18,01%
Sumber: Badan Pusat Statistik
5,40
5,19
5,20
5,01 4,99 5,02 5,02
5,00 4,92 4,95
4,88
Persen
4,80
4,60
4,41
4,40
4,20
4,00
2014 2015 2016
Tahun
PDB Nasional PDB Ekonomi Kreatif PDB Non-Ekonomi Kreatif
Pada tahun 2016 pertumbuhan subsektor televisi dan radio paling tinggi
di antara subsektor yang lain yaitu 10,33 persen. Tingginya pertumbuhan
belanja iklan dan televisi, yang merupakan pendapatan utama televisi
dan radio turut mendorong pertumbuhan subsektor tersebut. Subsektor
desain produk mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan
dibandingkan tahun 2015, yaitu sebesar 7,67 persen. Subsektor film,
animasi, dan video dan juga mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan, pertumbuhannya mencapai 10,09 persen. Pertumbuhan
subsektor film, animasi, dan video didukung oleh banyaknya film-film
lokal yang sukses di pasaran selama tahun 2016. Sementara itu subsektor
arsitektur; desain interior; kriya; penerbitan; dan seni rupa mengalami
perlambatan pertumbuhan pada tahun 2016.
LAPORAN PDB EKONOMI KREATIF TAHUN TAHUN 2014-2016 61
12
9,44 10,10
10
8 7,44 7,70
7,35 7,64
6,53
5,67 5,92 6,37
6
4,70
4,18 3,49
3,63 4,24
4,18
4
0
Arsitektur Desain Interior Desain Desain Produk Film, Animasi Fotografi Kriya Kuliner Musik Fesyen Aplikasi dan Penerbitan Periklanan Televisi dan Seni Seni Rupa
Komunikasi dan Video Game Radio Pertunjukan
Visual Developer
televisi dan
radio
penerbitan
Persen
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik [BPS]. (2013). Sistem Neraca Nasional 2008. Jakarta:
BPS
BUKU 2
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18 BUKU 2
LAMPIRAN
BADAN EKONOMI KREATIF
Gedung Kementerian BUMN Lt. 15.17.18
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110
info@bekraf.go.id www.bekraf.go.id
LAPORAN PENYUSUNAN
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta 10110
info@bekraf.go.id www.bekraf.go.id
08 KULINER
10710 Industri Produk Roti dan Kue
56301 Bar
1. Arsitektur
Arsitektur adalah wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni
secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari
kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan
lingkungan ruang.
2. Desain Interior
Desain interior adalah kegiatan yang memecahkan masalah fungsi dan kualitas interior;
menyediakan layanan terkait ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan
memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik.
4. Desain Produk
Desain produk merupakan salah satu unsur memajukan industri agar hasil industri
produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan
mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan
jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA) mendefinisikan
desain produk sebagai layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan
konsep dan spesifikasi yang mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu
produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik.
Animasi
“Tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang
berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa.”
78 LAPORAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2014-2016
Video
“Sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture)
atau membuat gambar bergerak, yang ditampilkan melalui media presentasi, yang
mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing, dan
memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi.”
6. Fotografi
Fotografi merupakan sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas
individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan
perangkat fotografi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan
berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan
dan juga kesempatan kerja.
7. Kriya
Kriya merupakan bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni
dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya
dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat
dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan,
dan juga tematik produknya.
8. Kuliner
Kuliner adalah kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan
minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan
lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk
tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen.
9. Musik
Musik adalah segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan
pertunjukan karya seni musik.
10. Fesyen
Fesyen adalah suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas
diri atau kelompok.
12. Penerbitan
Penerbitan adalah suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi
untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam
bentuk tulisan, gambar, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk
dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring
untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih
tinggi.
13. Periklanan
Periklanan adalah bentuk komunikasi melalui media tentang produk dan/atau merek
kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa.
Radio
Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam
bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang
disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.
Lampiran 5. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga berlaku tahun
2014-2016 menurut subsektor (miliar rupiah)
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 27.638,8 29.985,0 32.407,3
Lampiran 6. PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga konstan tahun
2014-2016 menurut subsektor (miliar rupiah)
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 23.159,7 24.150,3 25.313,3
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 3,52 3,52 3,51
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 0,26 0,26 0,26
Lampiran 9. Laju Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga
berlaku tahun 2014-2016 menurut subsektor (%)
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 10,63 8,49 8,08
Lampiran 10. Laju Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif Indonesia atas dasar harga
konstan tahun 2014-2016 menurut subsektor (%)
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 5,01 4,28 4,82
Lampiran 11. Laju pertumbuhan Implisit PDB Ekonomi Kreatif Indonesia tahun
2014-2016 (%)
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 5,35 4,04 3,11
Lampiran 12. Sumber pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif tahun 2014-2016 menurut
subsektor (%)
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk Ekonomi Kreatif 0,18 0,15 0,17