Ringkasan Artikel
“Calcium plus vitamin D supplementation and lung cancer incidence among
postmenopausal women in the Women’s Health Initiative”
Dosen Pengampu:
Deny Yudi Fitranti, S.Gz., M.Si.
Ayu Rahadiyanti S.Gz., MPH
Dr. Etika Ratna Noer, S.Gz., M.Si.
dr. Etisa Adi Murbawani, M.Si., Sp.GK
Disusun oleh:
Judul : Calcium plus vitamin D supplementation and lung cancer incidence among
postmenopausal women in the Women’s Health Initiative
Tahun : 2017
Penulis: Meng-Hua Tao, Qi Dai, Shande Chen, Jo L. Freudenheim, Thomas Rohan, Heather
Wakelee, Mridul Datta, Jean Wactawski-Wende
Kanker paru – paru sendiri merupakan salah satu kanker yang paling banyak terjadi
dan menjadi penyebab utama kematian oleh kanker pada populasi wanita di Amerika Serikat.
Dalam perkembangannya, penting untuk mengidentifikasi faktor yang dapat dikendalikan
untuk mengembangkan strategi preventif baru untuk kanker paru – paru.
Telah dilakukan beberapa studi observasional pada hubungan konsumsi kalsium dan
resiko kanker paru – paru, tetapi hasil yang didapatkan berbeda – beda dan belum konsisten,
yakni ada hasil yang menyatakan resiko menurun, ada hasil yang menyatakan resiko
meningkat, dan ada yang menyatakan tidak adanya hubungan antara kalsium dengan resiko
kanker paru – paru. Salah satu penjelasan yang mungkin untuk ketidakkonsistenan ini adalah
karena status magnesium dan interaksinya pada kalsium tidak dipertimbangkan.
Pada tahun 1994, Women’s Health Initiative (WHI) telah melakukan uji coba
suplementasi kalsium dan vitamin D terkontrol secara acak (CaD) untuk menilai apakah 1000
mg kalsium karbonat ditambah 400 IU vitamin D3 setiap hari dapat mengurangi risiko patah
tulang pinggul dan kanker kolorektal di antara 36.282 wanita sehat pascamenopause.
Pendaftaran uji coba CaD ini dimulai pada 1994 dan periode intervensinya diakhiri pada
2005. Hasilnya, tidak ada perbedaan yang signifikan yang ditemukan antara kelompok
suplementasi dan kelompok plasebo terhadap sejumlah hasil, seperti kejadian kanker
payudara, kanker kolorektal, atau kanker paru – paru. Meskipun begitu, tidak ada
pengamatan lebih lanjut terkait interaksi potensial antara status kalsium dan magnesium
dalam uji coba ini. Karena itu, dilakukanlah pengamatan lanjutan untuk menguji apakah rasio
asupan kalsium dan magnesium (Ca:Mg) dapat mempengaruhi efek dari suplementasi
kalsium dan vitamin D terhadap karsinogenesis paru – paru. Pengamatan lanjutan dilakukan
selama 4, 9 tahun, menghasilkan total pengamatan 11, 1 tahun.
Partisipan yang tergabung dalam studi lanjutan ini wanita pascamenopause berusia 50-
79 pada awal pendaftaran dengan harapan kelangsungan hidup minimal 3 tahun, tidak ada
riwayat kanker payudara, dan tidak ada kanker lain dalam 10 tahun terakhir. Untuk uji coba
CaD, digunakan suplemen kalsium (hingga 1000 mg/hari) dan vitamin D (hingga 600 – 1000
IU/hari). Partisipan yang tidak dimasukkan dalam penelitian adalah yang memiliki asupan
makan < 600 atau > 5000 kcal/hari, memiliki diagnosis kanker paru atau kanker lain kurang
dari 1 tahun setelah pendaftaran uji awal CaD WHI. Hasilnya, didapatkan 34,770 partisipan
uji CaD WHI yang masuk dalam analisis lanjutan ini.
Penilaian asupan makan dilakukan pada awal dengan FFQ. Penilaian asupan gizi
dihitung berdasarkan hasil FFQ dengan Nutrition Data Systems for Research dari database
Pusat Koordinasi Gizi Universitas Minnesota. Asupan kalsium dan magnesium harian
dihitung dari total asupan makan dan suplementasi. Diberikan juga kuisioner terkait faktor
demografis, riwayat merokok, riwayat kesehatan, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik.
Terdapat 3 status merokok. Partisipan yang merokok kurang dari 100 batang seumur hidup
didefinisikan sebagai non-perokok, yang pernah merokok lebih dari 100 batang tapi sedang
tidak merokok didefinisikan sebagai mantan perokok, dan yang pernah merokok lebih dari
100 batang dan sedang merokok didefinisikan sebagai perokok aktif.
Setelah 7 tahun intervensi dan total 11,1 tahun follow-up, pada kelompok suplementasi
terdapat 207 kanker paru (0,11% per tahun) dibandingkan dengan pada kelompok plasebo
yakni 241 kasus (0,12%). Distribusi sel kanker paru pada kedua kelompok mirip. Secara
keseluruhan, kejadian kanker paru pada kedua kelompok tidak berbeda berdasarkan status
merokok partisipan dan tidak ada efek signifikan dari suplementasi CaD pada kanker paru
berdasarkan rasio Ca:Mg yang dikonsumsi. Tidak diketahui apakah penggantian suplementasi
selama fase post-intervensi menyebabkan lemahnya asosiasi antara suplementasi CaD dengan
kejadian kanker paru.
Pengamatan lebih lanjut kemudian dilakukan terkait adanya perbedaan pada kasus
kanker paru berdasarkan rasio Ca:Mg pada status merokok partisipan. Berdasarkan hasil
analisa pada seluruh periode, hasil pada kanker paru menunjukkan interaksi yang signifikan
antara rasio asupan Ca:Mg di awal periode dan suplementasi CaD pada perokok aktif.
Interaksi ini menunjukkan potensi pengaruh rasio asupan Ca:Mg pada hubungan antara
suplementasi CaD dengan kejadian kanker paru. Diperkirakan bahwa rasio Ca:Mg dalam
paru – paru perokok aktif berbeda dengan mantan perokok dan non-perokok melalui regulasi
homoestasisnya.
Kesimpulannya, setelah rata – rata 11 tahun pengamatan, tidak ada perbedaan efek dari
intervensi kalsium karbonat dan vitamin D3 terhadap resiko kanker paru berdasarkan status
merokok atau rasio asupan Ca:Mg. Analisis menemukan indikasi bahwa rasio asupan Ca:Mg
di awal dapat mempengaruhi efek dari suplementasi CaD terhadap kejadian kanker paru pada
perokok aktif.