Tugas Terstruktur
Kelompok 7
PRODI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efek dari berbagai obat-obatan dan hormon terhadap obesitas, penyakit hati
berlemak non-alkoholik, dan parameter metabolik lainnya pada tikus dan manusia. Topik-
topik tersebut meliputi hepatokin growth differentiation factor 15, tamoxifen, estrogen,
testosteron, konsumsi fruktosa, asupan kolin, dan ekspresi gen dalam disfungsi hati.
Kadar estradiol yang lebih rendah saja tidak cukup untuk menyebabkan NAFLD
pada wanita pasca-menopause, tetapi faktor-faktor lain seperti predisposisi genetik, faktor
risiko metabolik, atau komposisi diet mungkin memainkan peran. Terapi penggantian
hormon (HRT) telah terbukti memberikan perlindungan parsial terhadap NAFLD pada
wanita pasca-menopause. Tamoxifen, pengobatan kanker payudara, dapat
menyebabkan steatohepatitis dalam beberapa kasus. Hiperandrogenisme pada wanita
juga terkait dengan steatosis hati. Interaksi antara faktor-faktor diet dan estrogen mungkin
memainkan peran dalam perkembangan NAFLD. Kekurangan kolin juga dapat
berkontribusi terhadap NAFLD pada wanita pasca-menopause.
B. Rumusan dan Urgensi Pembahasan
Rumusan Masalah:
1. Apakah prevalensi penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) meningkat pada
wanita pasca-menopause?
2. Apakah terdapat hubungan antara durasi defisiensi estrogen dan tingkat keparahan
fibrosis pada wanita pasca-menopause?
3. Apakah terapi estrogen dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung dan
meningkatkan resistensi insulin pada wanita pasca-menopause?
Urgensi Pembahasan:
1. Revalensi penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) :
Pada wanita pasca-menopause adalah untuk memahami faktor risiko yang mungkin
mempengaruhi perkembangan penyakit hati berlemak non-alkoholik pada populasi ini.
3. Terapi estrogen sebagai perlindungan terhadap suhu hati dan peningkatan resistensi
insulin:
A. Pembahasan Umum
Jurnal ini membahas tentang hubungan antara estrogen, menopause, dan
penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) pada wanita, khususnya pada wanita
pasca-menopause. Beberapa artikel penelitian yang disajikan dalam jurnal ini
mengungkapkan bahwa prevalensi NAFLD meningkat pada wanita pasca-
menopause dibandingkan dengan wanita premenopause dan pria. Hal ini
menunjukkan adanya risiko yang lebih tinggi terkait NAFLD pada wanita pasca-
menopause, yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
Faktor risiko yang dibahas dalam jurnal ini meliputi perubahan hormonal
selama menopause, defisiensi estrogen, dan pengaruh obat-obatan seperti
tamoxifen terhadap perkembangan NAFLD. Defisiensi estrogen dan menopause
dikaitkan dengan peningkatan risiko steatosis dan fibrosis hati, sementara terapi
estrogen dapat memberikan perlindungan terhadap hati berlemak dan meningkatkan
resistensi insulin pada wanita pasca-menopause.
Selain itu, jurnal ini juga membahas implikasi diagnosis dan pengobatan
NAFLD pada populasi wanita pasca-menopause. Wanita pasca-menopause memiliki
risiko fibrosis dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Oleh karena
itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme yang mendasari
perbedaan ini dan mengembangkan intervensi yang tepat untuk wanita pasca-
menopause dengan NAFLD.
Berdasarkan hasil penelitian yang dikutip, terdapat hubungan yang kuat antara
defisiensi estrogen, menopause, dan risiko penyakit hati berlemak non-alkoholik
(NAFLD) pada wanita. Secara khusus, defisiensi estrogen dan menopause dikaitkan
dengan peningkatan risiko terjadinya steatosis hati dan fibrosis, yang merupakan tahap
lanjutan dari NAFLD. Selain itu, terapi estrogen telah terbukti memiliki potensi
melindungi hati dari penumpukan lemak dan meningkatkan resistensi insulin pada
wanita pasca-menopause.
Wanita pasca-menopause juga terbukti memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap
fibrosis dan mortalitas terkait NAFLD dibandingkan dengan pria. Defisiensi estrogen
pada wanita pasca-menopause juga diyakini memperburuk perkembangan NAFLD dan
NASH, dengan peningkatan risiko fibrosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
premenopause. Faktor lain seperti predisposisi genetik, faktor risiko metabolik, atau
komposisi diet juga memainkan peran penting dalam risiko terjadinya NAFLD pada
wanita pasca-menopause.
Meskipun kadar estradiol yang rendah tidak cukup untuk menyebabkan NAFLD
pada wanita pasca-menopause, terapi penggantian hormon (HRT) telah diidentifikasi
sebagai salah satu pendekatan yang mungkin memberikan perlindungan sebagian
terhadap penyakit ini. Namun, terdapat juga faktor-faktor lain seperti penggunaan
tamoxifen dan hiperandrogenisme yang juga dapat berkontribusi pada perkembangan
NAFLD.
Dengan demikian, perlindungan dari estrogen, adopsi pola makan sehat, serta
penelitian lebih lanjut mengenai terapi hormonal dan strategi pengobatan yang spesifik
untuk wanita pasca-menopause sangatlah penting untuk meningkatkan hasil
pengobatan dan pencegahan NAFLD pada populasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Distefano, JK (2020). NAFLD dan NASH pada wanita pascamenopause: implikasi untuk
diagnosis dan pengobatan. Endokrinologi , 161 (10), bqaa134.