Anda di halaman 1dari 8

NAFLD DAN NASH PADA WANITA PASCAMENOPAUSE:

IMPLIKASI UNTUK DIAGNOSIS DAN PENGOBATAN

Tugas Terstruktur

dr. Lintang Widya Sishartami, M.Biomed.

Kelompok 7

Fidya Wardah Assifa ( 231011611332 )

PRODI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Efek dari berbagai obat-obatan dan hormon terhadap obesitas, penyakit hati
berlemak non-alkoholik, dan parameter metabolik lainnya pada tikus dan manusia. Topik-
topik tersebut meliputi hepatokin growth differentiation factor 15, tamoxifen, estrogen,
testosteron, konsumsi fruktosa, asupan kolin, dan ekspresi gen dalam disfungsi hati.

Artikel ini membahas peningkatan prevalensi penyakit hati berlemak non-alkoholik


(NAFLD) pada wanita pasca-menopause dibandingkan dengan wanita pra-menopause
dan pria. Hal ini mengeksplorasi faktor risiko, termasuk perubahan hormonal selama
menopause, dan implikasinya terhadap diagnosis dan pengobatan NAFLD pada populasi
ini. Studi menunjukkan bahwa wanita pasca-menopause memiliki risiko yang lebih tinggi
terhadap fibrosis terkait NAFLD dan kematian dibandingkan dengan pria. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme yang mendasari perbedaan ini dan untuk
mengembangkan intervensi yang ditargetkan untuk wanita pasca-menopause dengan
NAFLD.

Kadar estradiol yang lebih rendah saja tidak cukup untuk menyebabkan NAFLD
pada wanita pasca-menopause, tetapi faktor-faktor lain seperti predisposisi genetik, faktor
risiko metabolik, atau komposisi diet mungkin memainkan peran. Terapi penggantian
hormon (HRT) telah terbukti memberikan perlindungan parsial terhadap NAFLD pada
wanita pasca-menopause. Tamoxifen, pengobatan kanker payudara, dapat
menyebabkan steatohepatitis dalam beberapa kasus. Hiperandrogenisme pada wanita
juga terkait dengan steatosis hati. Interaksi antara faktor-faktor diet dan estrogen mungkin
memainkan peran dalam perkembangan NAFLD. Kekurangan kolin juga dapat
berkontribusi terhadap NAFLD pada wanita pasca-menopause.
B. Rumusan dan Urgensi Pembahasan
Rumusan Masalah:
1. Apakah prevalensi penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) meningkat pada
wanita pasca-menopause?

2. Apakah terdapat hubungan antara durasi defisiensi estrogen dan tingkat keparahan
fibrosis pada wanita pasca-menopause?

3. Apakah terapi estrogen dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung dan
meningkatkan resistensi insulin pada wanita pasca-menopause?

Urgensi Pembahasan:
1. Revalensi penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) :

Pada wanita pasca-menopause adalah karena adanya peningkatan beban penyakit


yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

2. Hubungan antara durasi defisiensi estrogen dan tingkat keparahan fibrosis:

Pada wanita pasca-menopause adalah untuk memahami faktor risiko yang mungkin
mempengaruhi perkembangan penyakit hati berlemak non-alkoholik pada populasi ini.

3. Terapi estrogen sebagai perlindungan terhadap suhu hati dan peningkatan resistensi
insulin:

Pada wanita pasca-menopause adalah untuk menyebarkan potensi terapi ini


dalam pengelolaan NAFLD pada populasi wanita pasca-menopause dan membantu
dalam pengembangan strategi pengobatan yang lebih efekti
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Umum
Jurnal ini membahas tentang hubungan antara estrogen, menopause, dan
penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) pada wanita, khususnya pada wanita
pasca-menopause. Beberapa artikel penelitian yang disajikan dalam jurnal ini
mengungkapkan bahwa prevalensi NAFLD meningkat pada wanita pasca-
menopause dibandingkan dengan wanita premenopause dan pria. Hal ini
menunjukkan adanya risiko yang lebih tinggi terkait NAFLD pada wanita pasca-
menopause, yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.

Faktor risiko yang dibahas dalam jurnal ini meliputi perubahan hormonal
selama menopause, defisiensi estrogen, dan pengaruh obat-obatan seperti
tamoxifen terhadap perkembangan NAFLD. Defisiensi estrogen dan menopause
dikaitkan dengan peningkatan risiko steatosis dan fibrosis hati, sementara terapi
estrogen dapat memberikan perlindungan terhadap hati berlemak dan meningkatkan
resistensi insulin pada wanita pasca-menopause.

Selain itu, jurnal ini juga membahas implikasi diagnosis dan pengobatan
NAFLD pada populasi wanita pasca-menopause. Wanita pasca-menopause memiliki
risiko fibrosis dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Oleh karena
itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme yang mendasari
perbedaan ini dan mengembangkan intervensi yang tepat untuk wanita pasca-
menopause dengan NAFLD.

Pentingnya strategi pengobatan yang spesifik berdasarkan jenis kelamin juga


ditekankan dalam jurnal ini untuk mencegah, mendiagnosis, dan mengobati NAFLD
pada wanita pasca-menopause guna meningkatkan hasil klinis pada populasi ini.
Upaya promosi pola makan sehat dan aktivitas fisik teratur juga disarankan sebagai
langkah preventif untuk mencegah NAFLD pada wanita usia pertengahan.
B. Peningkatan Prevalensi NAFLD pada Wanita Pasca-Menopause
Prevalensi penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) meningkat pada
wanita pasca-menopause. Pada umumnya, prevalensi NAFLD lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita usia reproduksi; namun, setelah menopause, perbedaan jenis
kelamin ini berkurang atau bahkan hilang. Wanita pasca-menopause memiliki tingkat
risiko NAFLD yang lebih tinggi dan tingkat fibrosis hati yang lebih parah dibandingkan
dengan wanita pra-menopause. Studi menunjukkan bahwa wanita pasca-
menopause memiliki risiko NAFLD yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria, dan
wanita yang lebih tua dengan NAFLD mengalami tingkat kematian yang lebih tinggi
daripada pria. Selain itu, wanita pasca-menopause rentan terhadap perkembangan
NAFLD dan fibrosis NASH yang lebih parah dibandingkan dengan wanita pra-
menopause.

Faktor hormonal dan pola makan yang berkontribusi pada perkembangan


NAFLD pada wanita pasca-menopause masih belum sepenuhnya dipahami. Oleh
karena itu, pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara status menopause,
komorbiditas metabolik, dan hormon seks dalam patogenesis NAFLD diperlukan
untuk diagnosis dan pengobatan yang lebih baik pada wanita pasca-menopause.

C. Korelasi Antara Durasi Defisiensi Estrogen dan Tingkat Keparahan Fibrosis


pada Wanita Pasca-Menopause

Terdapat hubungan antara durasi defisiensi estrogen dan tingkat keparahan


fibrosis pada wanita pasca-menopause. Penelitian menunjukkan bahwa semakin
lama wanita mengalami defisiensi estrogen setelah menopause, semakin tinggi risiko
fibrosis yang lebih parah. Durasi defisiensi estrogen dapat memperburuk risiko
fibrosis pasca-menopause. Estrogen memiliki peran penting dalam metabolisme
lemak hati, dan defisiensi estrogen dapat memicu akumulasi lemak hati dan
kerusakan sel hati. Wanita pasca-menopause dengan defisiensi estrogen memiliki
risiko lebih tinggi mengalami fibrosis hati yang lebih parah. Mengetahui hubungan ini
penting untuk memahami perkembangan penyakit hati berlemak non-alkoholik pada
wanita pasca-menopause dan merancang strategi pencegahan dan pengobatan
yang sesuai.
D. Potensi Terapi Estrogen dalam Perlindungan Jantung dan Peningkatan
Resistensi Insulin pada Wanita Pasca-Menopause
Terapi estrogen pada wanita pasca-menopause memiliki potensi dalam
melindungi jantung dan meningkatkan resistensi insulin. Estrogen dapat memberikan
efek antiinflamasi yang melindungi terhadap kerusakan hati dan pembuluh darah.
Selain itu, estrogen juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi
resistensi insulin pada wanita pasca-menopause. Pemberian hormon estrogen
dalam terapi penggantian hormon dapat membantu mengurangi risiko penyakit hati
berlemak non-alkoholik dan meningkatkan kesehatan jantung pada wanita pasca-
menopause.
Estrogen juga dapat mengurangi kerusakan hati yang disebabkan oleh diet
tinggi lemak jenuh pada tikus betina yang telah di-ovariectomi. Selain itu, estrogen
juga dapat melindungi hati dari cedera dengan meningkatkan ekspresi protein
penanda penuaan hati. Hal ini menunjukkan bahwa terapi estrogen dapat memiliki
efek protektif terhadap hati pada wanita pasca-menopause.
Selain itu, terapi estrogen juga dapat membantu meningkatkan profil lipid dan
mengurangi risiko aterosklerosis pada wanita pasca-menopause. Estrogen dapat
mempengaruhi metabolisme lemak dan kolesterol, sehingga dapat membantu
menjaga kesehatan jantung pada wanita pasca-menopause.
Dengan demikian, terapi estrogen memiliki potensi dalam melindungi jantung
dan meningkatkan resistensi insulin pada wanita pasca-menopause melalui efek
antiinflamasi, perlindungan hati, peningkatan sensitivitas insulin, dan perbaikan profil
lipid. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih dalam mekanisme dan
manfaat terapi estrogen pada wanita pasca-menopause.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dikutip, terdapat hubungan yang kuat antara
defisiensi estrogen, menopause, dan risiko penyakit hati berlemak non-alkoholik
(NAFLD) pada wanita. Secara khusus, defisiensi estrogen dan menopause dikaitkan
dengan peningkatan risiko terjadinya steatosis hati dan fibrosis, yang merupakan tahap
lanjutan dari NAFLD. Selain itu, terapi estrogen telah terbukti memiliki potensi
melindungi hati dari penumpukan lemak dan meningkatkan resistensi insulin pada
wanita pasca-menopause.

Wanita pasca-menopause juga terbukti memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap
fibrosis dan mortalitas terkait NAFLD dibandingkan dengan pria. Defisiensi estrogen
pada wanita pasca-menopause juga diyakini memperburuk perkembangan NAFLD dan
NASH, dengan peningkatan risiko fibrosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
premenopause. Faktor lain seperti predisposisi genetik, faktor risiko metabolik, atau
komposisi diet juga memainkan peran penting dalam risiko terjadinya NAFLD pada
wanita pasca-menopause.

Meskipun kadar estradiol yang rendah tidak cukup untuk menyebabkan NAFLD
pada wanita pasca-menopause, terapi penggantian hormon (HRT) telah diidentifikasi
sebagai salah satu pendekatan yang mungkin memberikan perlindungan sebagian
terhadap penyakit ini. Namun, terdapat juga faktor-faktor lain seperti penggunaan
tamoxifen dan hiperandrogenisme yang juga dapat berkontribusi pada perkembangan
NAFLD.

Dengan demikian, perlindungan dari estrogen, adopsi pola makan sehat, serta
penelitian lebih lanjut mengenai terapi hormonal dan strategi pengobatan yang spesifik
untuk wanita pasca-menopause sangatlah penting untuk meningkatkan hasil
pengobatan dan pencegahan NAFLD pada populasi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Distefano, JK (2020). NAFLD dan NASH pada wanita pascamenopause: implikasi untuk
diagnosis dan pengobatan. Endokrinologi , 161 (10), bqaa134.

Anda mungkin juga menyukai