Anda di halaman 1dari 12

Tugas Tutorial Palu, 8 Oktober 2020

BLOK 8

LEARNING OBJECTIVE SKENARIO 1


SEXOLOGI MANUSIA DAN INFERTILITAS
“10 Tahun Penantian”

NAMA : Novita Wiratasia Parimpun


NIM : N10118114
KELOMPOK :4

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
1. Terapi nutrisi yang diberikan kepada pasien untuk mencegah
infertilitas.

Jawab:

a. Suplementasi Vitamin
1. Konsumsi vitamin A berlebihan pada laki-laki dapat menyebabkan
kelainan kongenital termasuk kraniofasial, jantung, timus, dan susunan
saraf pusat.
2. Asam lemak seperti EPA dan DHA (minyak ikan) dianjurkan pada
pasien infertilitas karena akan menekan aktifasi nuclear faktor kappa B
3. Beberapa antioksidan yang diketahui dapat meningkatkan kualitas
dari sperma, diantaranya:
 Vit.C dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas semen
 Ubiquinone Q10 dapat meningkatkan kualitas spermao Selenium
dan glutation dapat meningkatkan motilitas sperma
4. Asam folat, zink, dan vitamin B12
 Kombinasi asam folat dan zink dapat meningkatkan konsentrasi
dan morfologi sperma
 Kobalamin (Vit B12) penting dalam spermatogenesis

Sumber :
Kemal, A., Afdal, Polim, A., et all. 2013. Konsensus Penanganan Infertilitas.
Jakarta ; HIFERI

2. Diagnosa kerja pada kasus

Jawab:

Anamnesis
Pada awal pertemuan, penting sekali untuk memperoleh data apakah
pasangan suami istri atau salah satunya memiliki kebiasaan merokok atau
minum, minuman beralkohol. Perlu juga diketahui apakah pasutri atau
salah satunya menjalani terapi khusus seperti antihipertensi, kartikosteroid,
dan sitostatika. Siklus haid merupakan variabel yang sangat penting. Dapat
dikatakan siklus haid normal jika berada dalam kisaran antara 21 - 35 hari.
Sebagian besar perempuan dengan siklus haid yang normal akan
menunjukkan siklus haid yang beror,ulasi. Untuk mendapatkan rerata
siklus haid perlu diperoleh informasi haid dalam kurun 3 - 4 bulan
terakhir. Perlu juga diperoleh informasi apakah terdapat keluhan nyeri haid
setiap bulannya dan perlu dikaitkan dengan adanya penurunan aktivitas
fisik saat haid akibat nyeri atau terdapat penggunaan obat penghilang nyeri
saat haid terjadi. Perlu dilakukan anamnesis terkait dengan frekuensi
sanggama yang dilakukan selama ini. Akibat sulitnya menentukan saat
or,,ulasi secara tepat, maka dianjurkan bagi pasutri untuk melakukan
sanggama secara teratur dengan frekuensi 2 - 3 kali per minggu. Upaya
untuk mendeteksi adanya olulasi seperti pengukuran suhu basal badan dan
penilaian kadar luteinizing bormone (LH) di dalam urin seringkali sulit
untuk dilakukan dan sulit untuk diyakini ketepatannya, sehingga hal ini
sebaiknya dihindari saja.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasutri dengan masalah
infertilitas adalah pengukuran tinggi badan, penilaian berat badan, dan
pengukuran lingkar pinggang. Penentuan indeks massa tubuh perlu
dilakukan dengan menggunakan formula berat badan (kg) dibagi dengan
tinggi badan (m2). Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih
dari 25kg/m2 termasuk ke dalam kelompok kriteria berat badan lebih. Hal
ini memiliki kaitan erat dengan sindrom metabolik. IMT yang kurang dari
19kglm2 seringkali dikaitkan dengan penampilan pasien yang terlalu kurus
dan perlu dipikirkan adanya penyakit kronis seperti infeksi tuberkulosis
(TBC), kanker, atau masalah kesehatan jiwa seperti anoreksia nervosa atau
bulimia nervosa. Adanya pertumbuhan rambut abnormal seperti kumis,
jenggot, jambang, bulu dada yang lebat, bulu kaki yang lebat dan
sebagainya (hirsutisme) atau pertumbuhan jerawat yang banyak dan tidak
normal pada perempuan, seringkali terkait dengan kondisi
hiperandrogenisme, baik klinis maupun biokimiawi.

Sindrom Polikistik Ovarium

Sindrom polikistik ovarium (SOPK atauPolycistic Ovary Syndrome)


dikenal juga dengan Stein-Leventhal Syndrom merupakan suatu kondisi
klinis metabolik yang Sering terjadi pada perempuan usia reproduktif
dalam jangka pendek yang akan menyebabkan disfungsi reproduksi.
Namun,jika terjadi dalam jangka panjang juga akan menyebabkan
gangguan metabolik. Salah satu kriteria diagnosis untuk sindrom polikistik
ovarium ini adalah didapatkan 2 atau lebih kriteria berikut yaitu haid yang
tidak teratur , anovulasi kronik , didapatkan bukti dalam pemeriksaan
biokimia adanya hiperandrogenisme dan bukti adanya gambaran polikistik
ovarium dalam pemeriksaan sonografi.
Polikistik ovarium merupakan kumpulan dari tanda dan gejala yang
heterogen sehingga dapat menyababkan penurunan tingkat kesuburan.
Diagnosisnya dapat ditegakkan dengan menemukan gejala klinis. Gejala
yang akan timbul tergantung dari derajat abnormalitas sistem metabolisme
dan onadotropin yang dihubungkan dengan interaksi antara genetik dan
lingkungan. Sindroma polikistik ovarium adalah suatu penyakit hormonal
yang biasa dikaitkan dengan gangguan menstruasi , hirsutisme , jerawat di
wajah, obesitas , infertilitas dan aborsi yang dalam beberapa kasusakan
mempengaruhi kualitas hidup. Penamaan penyakit ini didapatkan karena
adanya lesi di ovarium yang membesar dan didalamnya diisi dengan kista
yang multiple. Penyebab sindrom polikistik ovarium ini belum diketahui,
namun diduga terdapat keterkaitan dengan proses pengaturan ovulasi dan
ketidakmampuan enzim yang berperan dalam sintesis estrogen di ovarium.

Mengendalikan siklus haid dapat dilakukan dengan pemberian kontrasepsi


oral yang selama beberapa dekade dianggap paling manjur dan paling
aman. Kontrasepsi oral tidak boleh diberikan pada wanita dengan
trombosis vena atau wanita perokok berusia lebih dari 35 tahun.
Kontrasepsi oral yang dapat menjadi pilihan adalah
medroxyprogesteroneyang diminum 7-10hari setiap 3 bulan sekali. Dalam
1 kali fase minum obat dapat mengahasilkan 4 siklus haid normal, dan
haid akan dimulai dari seminggu setelah dimulainya terapi.Terapi lini
pertama untuk induksi ovulasi pada PCOS adalah menggunakan CC. Jika
pengobatan dengan CC tidak berhasil, dianjurkan menggunakan preparat
gonadotropin atau LOS. Pemilihan terapi bergantung dari keadaan
individu masing – masing. Terapi terakhir menggunakan IVF.Data
mengenai transfer embrio dalam kehamilan tunggal mempunyai hasil yang
baik. Meningkatkan sex hormone binding globulin (SHBG) dan
menurunkan kadar insulin contohnya metformin sebanyak 500 mg yang
dikonsumsi 2 kali dalam sehari dan dinaikkan dosisnya menjadi 3
kalisehari apabila tidak terjadi ovulasi dalam 6 minggu. Selain itu, dapat
juga dengan memblokade kerja dari hormone testosterone menggunakan
sprinolactoneyang dapat dikombinasikan jugadengan kontrasepsi oral
dapat meningkatkan respon sebesar 75%.

Sumber :
Anwar, M., Baziad, A., Prabowo, P. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga.
Jakarta; Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saftarina, F., Putri, I. N.W. 2016. Pengaruh Sindrom Polikistik Ovarium
terhadap Peningkatan Faktor Risiko Infertilitas. Majority. Vol. 5(2).
Viewed on 7 Oktober 2020. From http://juke.kedokteran.unila.ac.id

3. Prognosis Pada infertilitas

Jawab:

. Prognosis dari infertilitas ini sendiri bergantung pada waktu serta era,
apabila lama infertil ≥ 3 tahun maka prognosis nya pun akan semakin
memburuk. Hal ini dikarenakan meningkatnya skor infertilitas dan angka
kehamilan yang semakin rendah.

Sumber:

Prakasa, N. P. 2018. Evaluasi Hasil Histerosalpingografi Pasien Infertil


Dengan Nyeri Dan Laparoskopi Di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Vol
16 no 2.Viewed On 25 September 2019. From<http://journal-
medical.hangtuah.ac.id>

4. Kelainan Seksual

Jawab:

Pada Pria

Azoospermia obstruktif

Azoospermia obstruktif (obstructive azoospermia = OA) adalah kondisi


dimana tidak ditemukannya baik spermatozoa dan sel spermatogenesis
pada semen dan urin pasca ejakulasi akibat obstruksi bilateral duktus
seminalis. Pria dengan OA ditemukan dengan ukuran testis dan FSH yang
normal. Pada pemeriksaan, pembesaran epididimis dapat ditemukan.
Kadang-kadang, vas deferens tidak ditemukan akibat faktor kongenital
atau riwayat operasi inguinal dan skrotum sebelumnya.

Hipogonadism

Hipogonadism ditandai dengan gangguan fungsi testis yang dapat


mempengaruhi spermatogenesis dan/atau sintesis testosteron. Gejala
hipogonadism tergantung dari tingkat defisiensi androgen dan apakah
gonadism berkembang sebelum atau sesudah pubertas dari karakteristik
seks sekunder.

Anejakulasi

Anejakulasi merupakan ketiadaan total dari ejakulasi antegrade ataupun


retrograde, dan disebabkan oleh kegagalan emisi semen dari vesikula
seminalis, prostat dan saluran ejakulat ke dalam uretra. Anejakulasi sejati
biasanya dikaitkan dengan sensasi orgasme normal dan berhubungan
dengan gangguan sistem saraf pusat, perifer atau obat-obatan.

Kriptorkismus

Kriptorkismus adalah kelainan kongenital paling sering pada laki-laki dan


ditemukan pada sekitar 2% bayi laki-laki baru lahir. Pada 3 bulan pertama,
penurunan testis spontan terjadi pada 35-43%, namun 22% mengalami
rekuren. Etiologi kriptorkismus adalah multifaktorial; baik gangguan
regulasi endokrin, kelainan genetik, dan pengaruh lingkungan diduga
terlibat pada prosesnya. Pada proses penurunan testis yang normal
dibutuhkan aksis hipotalamus-hipofisis-gonad yang normal, namun pada
kebanyakan bayi laki-laki dengan gangguan proses penurunan testis tidak
menunjukkan gangguan endokrin setelah lahir. Berhubungan dengan hal
tersebut diperkirakan bahwa kriptorkismus adalah bagian dari testicular
dysgenesis syndrome (TDS). TDS meliputi antara lain, kriptorkismus,
hipospadia, penurunan fertilitas, peningkatan risiko keganasan, dan
disfungsi sel Leydig.

Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidak mampuan organ reproduksi pria


untuk melakukan hubungan seksual akibat tidak terjadinya ereksi penis.
Beberapa faktoryang dapat menyebabkan disfungsi ereksidapat
dikelompokkan menjadi gangguan anatomik,gangguan jantung, dan sistem
pernafasan, gangguan ginjal,gangguan hormon, gangguan saraf, gangguan
pembuluh darah, dan gangguan darah. Beberapa contoh gangguan
ataupenyakit yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi ialahpenyakit
kencing manis (diabetesmellitus), kolesteroltinggi, gangguan pembuluh
darah misalnya karena merokok,dan menurunnya kadar hormon androgen.
Di samping ituterdapat beberapa macam obat dan operasi yang dapat juga
menyebabkan disfungsi ereksi, misalnya alkohol yangberlebihan, beberapa
obat tekanan darah tinggi, hormonesterogen, beberapa obat penenang,
operasi prostat dan penis.

Pada Wanita

Sindrom Polikistik Ovarium

Sindrom polikistik ovarium (SOPK atauPolycistic Ovary Syndrome)


dikenal juga dengan Stein-Leventhal Syndrom merupakan suatu kondisi
klinis metabolik yang Sering terjadi pada perempuan usia reproduktif
dalam jangka pendek yang akan menyebabkan disfungsi reproduksi.
Namun,jika terjadi dalam jangka panjang juga akan menyebabkan
gangguan metabolik. Salah satu kriteria diagnosis untuk sindrom polikistik
ovarium ini adalah didapatkan 2 atau lebih kriteria berikut yaitu haid yang
tidak teratur , anovulasi kronik , didapatkan bukti dalam pemeriksaan
biokimia adanya hiperandrogenisme dan bukti adanya gambaran polikistik
ovarium dalam pemeriksaan sonografi.

Polikistik ovarium merupakan kumpulan dari tanda dan gejala yang


heterogen sehingga dapat menyababkan penurunan tingkat kesuburan.
Diagnosisnya dapat ditegakkan dengan menemukan gejala klinis. Gejala
yang akan timbul tergantung dari derajat abnormalitas sistem metabolisme
dan onadotropin yang dihubungkan dengan interaksi antara genetik dan
lingkungan. Sindroma polikistik ovarium adalah suatu penyakit hormonal
yang biasa dikaitkan dengan gangguan menstruasi , hirsutisme , jerawat di
wajah, obesitas , infertilitas dan aborsi yang dalam beberapa kasusakan
mempengaruhi kualitas hidup. Penamaan penyakit ini didapatkan karena
adanya lesi di ovarium yang membesar dan didalamnya diisi dengan kista
yang multiple.

Endometriosis

Endometriosis adalah penyakit inflamasiberupa tumbuhnya jaringan


abnormal menyerupai endometrium dan memicu reaksi peradangan.
Endometriosis diketahui dapat ditemukan pada 6 –10% perempuan usia
reproduktif. Nyeri dan/atau infertilitas merupakan gejala tersering yang
dikeluhkan pasien, namun tidak jarang pula endometriosis muncul tanpa
adanya gejala apapun. Nyeri haid (dismenorea) merupakan nyeri yang
paling sering dikeluhkan. Adapun nyeri haidterkait endometriosis sering
dimulai sebelum menstruasi muncul, dan terus bertahan selama menstruasi
berlangsung atau bahkan lebih lama

Sumber :

Duarha,G. W. K., Soebadi, D. M., Taher, A., et all. 2015. Panduan


Penanganan Infertilitas Pria. Jakarta ; Ikatan Ahli Urologi Indonesia

Saftarina, F., Putri, I. N.W. 2016. Pengaruh Sindrom Polikistik Ovarium


terhadap Peningkatan Faktor Risiko Infertilitas. Majority. Vol. 5(2).
Viewed on 7 Oktober 2020. From http://juke.kedokteran.unila.ac.id

Sumampow, A. M., Wantouw, L. T. B. 2015.Penanganan Disfungsi


Ereksi Secara Dini. Jurnal Kedokteran Komunitas Dan Tropik.Vol. 3(3).
Viewed on 7 Oktober 2020. From http://ejournal.unsrat.ac.id

5. Anamnesis,Pemfis dan PP pada kasus Infertilitas

Jawab:

Pada awal pertemuan, penting sekali untuk memperoleh data apakah


pasangan suami istri atau salah satunya memiliki kebiasaan merokok atau
minum, minuman beralkohol. Perlu juga diketahui apakah pasutri atau
salah satunya menjalani terapi khusus seperti antihipertensi, kartikosteroid,
dan sitostatika. Siklus haid merupakan variabel yang sangat penting. Dapat
dikatakan siklus haid normal jika berada dalam kisaran antara 21 - 35 hari.
Sebagian besar perempuan dengan siklus haid yang normal akan
menunjukkan siklus haid yang beror,ulasi. Untuk mendapatkan rerata
siklus haid perlu diperoleh informasi haid dalam kurun 3 - 4 bulan
terakhir. Perlu juga diperoleh informasi apakah terdapat keluhan nyeri haid
setiap bulannya dan perlu dikaitkan dengan adanya penurunan aktivitas
fisik saat haid akibat nyeri atau terdapat penggunaan obat penghilang nyeri
saat haid terjadi. Perlu dilakukan anamnesis terkait dengan frekuensi
sanggama yang dilakukan selama ini. Akibat sulitnya menentukan saat
or,,ulasi secara tepat, maka dianjurkan bagi pasutri untuk melakukan
sanggama secara teratur dengan frekuensi 2 - 3 kali per minggu. Upaya
untuk mendeteksi adanya olulasi seperti pengukuran suhu basal badan dan
penilaian kadar luteinizing bormone (LH) di dalam urin seringkali sulit
untuk dilakukan dan sulit untuk diyakini ketepatannya, sehingga hal ini
sebaiknya dihindari saja.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada pasutri dengan masalah
infertilitas adalah pengukuran tinggi badan, penilaian berat badan, dan
pengukuran lingkar pinggang. Penentuan indeks massa tubuh perlu
dilakukan dengan menggunakan formula berat badan (kg) dibagi dengan
tinggi badan (m2). Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih
dari 25kg/m2 termasuk ke dalam kelompok kriteria berat badan lebih. Hal
ini memiliki kaitan erat dengan sindrom metabolik. IMT yang kurang dari
19kglm2 seringkali dikaitkan dengan penampilan pasien yang terlalu kurus
dan perlu dipikirkan adanya penyakit kronis seperti infeksi tuberkulosis
(TBC), kanker, atau masalah kesehatan jiwa seperti anoreksia nervosa atau
bulimia nervosa. Adanya pertumbuhan rambut abnormal seperti kumis,
jenggot, jambang, bulu dada yang lebat, bulu kaki yang lebat dan
sebagainya (hirsutisme) atau pertumbuhan jerawat yang banyak dan tidak
normal pada perempuan, seringkali terkait dengan kondisi
hiperandrogenisme, baik klinis maupun biokimiawi.

Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan pada wanita
5. Pemeriksaan Ovulasi
Untuk pemeriksaan cadangan ovarium, parameter yang dapat digunakan
adalah AMH dan folikel antral basal (FAB). Berikut nilai AMH dan
FAB yang dapat digunakan:
1.Hiper-responder (FAB > 20 folikel / AMH > 4.6 ng/ml
2.Normo-responder (FAB > 6-8 folikel / AMH 1.2 -4.6 ng/ml)
3.Poor-responder (FAB < 6-8 folikel / AMH < 1.2 ng/ml)
6. Pemeriksaan Chlamydia trachomatis
Sebelum dilakukan pemeriksaan uterus, pemeriksaan untuk Chlamydia
trachomatis sebaiknya dilakukan dengan teknik yang sensitive. Jika tes
Chlamydia trachomatis positif, perempuan dan pasangan seksualnya
sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan pengobatan
7. Penilaian Kelainan Uterus
Metode yang dapat digunakan dalam penilaian uterus

8. Penilaian Lendir Serviks Pasca Senggama


Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan infertilitas dibawah
3 tahun. Penilaian lendir serviks pasca senggama untuk menyelidiki
masalah fertilitas tidak dianjurkan karena tidak dapat meramalkan
terjadinya kehamilan
9. Penilaian Kelainan Tuba
Perempuan yang tidak memiliki riwayat penyakit radang panggul (PID),
kehamilan ektopik atau endometriosis, disarankan untuk melakukan
histerosalpingografi (HSG) untuk melihat adanya oklusi tuba. Tindakan
laparoskopi kromotubasi untuk menilai patensi tuba, dianjurkan untuk
dilakukan pada perempuan yang diketahui memiliki riwayat penyakit
radang panggul,
 Pemeriksaan pada pria
1. Analisis Sperma

2. Analisis Semen

Jika hasil analisis semen menunjukkan kelainan pada sekurang-


kurangnya 2 kali pemeriksaan, diperlukan pemeriksaan andrologi
lanjutan. Sampel semen yang diperiksadiambil setelah abstinen selama
2 -7 hari dengan jarak antar pemeriksaan minimal 7 hari.
3. Pemeriksaan Computer-Aided Sperm Analysis(CASA)
4. Pemeriksaan fungsi endokrinologi.
Dilakukan pada pasien dengan konsentrasi sperma < 10 juta/mloBila
secara klinik ditemukan bahwa pasien menderita kelainan
endokrinologi. Pada kelainan ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan
hormon testosteron dan FSH serum
Sumber :
Anwar, M., Baziad, A., Prabowo, P. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga.
Jakarta; Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Duarha,G. W. K., Soebadi, D. M., Taher, A., et all. 2015. Panduan
Penanganan Infertilitas Pria. Jakarta ; Ikatan Ahli Urologi Indonesia
Kemal, A., Afdal, Polim, A., et all. 2013. Konsensus Penanganan Infertilitas.
Jakarta ; HIFERI

Anda mungkin juga menyukai