SKENARIO 4
2020
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadukako
LEARNING OBJECTIVE SKENARIO 4 : Gangguan Pada Masa Persalinan Dan Nifas
Jawab:
Fisiologi Persalinan :
Perlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita terdapat dua hormon yang
dominan
a) Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin : prostaglandin dan
mekanis
b) Progesterone
berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim : menghambat rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis, serta
menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Estrogen dan progesteron harus
dalam komposisi keseimbangan, sehingga kehamilan dapat dipertahankan.
Perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron memicu oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis posterior, hal tersebut menyebabkan kontraksi yang
disebut dengan Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi kekuatan
dominan saat mulainya proses persalinan sesungguhnya, oleh karena itu makin
matang usia kehamilan maka frekuensi ini akan semakin sering. Oksitosin diduga
bekerjasama dengan prostaglandin, yang kadarnya makin meningkat mulai dari
usia kehamilan minggu ke 15. Di samping itu, faktor status gizi wanita hamil dan
keregangan otot Rahim juga secara penting mempengaruhi dimulainya kontraksi
otot rahim.
I. Teori penurunan hormone
saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos
rahim, jika kadar progesterone turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh
darah dan menimbulkan his
II. Teori plasenta menjadi tua
seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta mengalami
beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan
menimbulkan kontraksi uterus.
III. Teori distensi Rahim
otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu setelah
melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai
IV. Teori iritasi mekanis dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin),
maka akan timbul kontraksi uterus
V. Teori oksitosin
oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior, perubahan keseimbangan
estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering
terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron karena
matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya
dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan akhirnya persalinan
dimulai.
VI. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan teori ini
menunjukan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering terjadi kelambatan
persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.
VII. Teori prostaglandin prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukan bahwa
prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intravena menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap usia kehamilan. ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu
hamil sebelum melahirkan atau selama proses persalinan.
(Diana,2019)
Tahapan persalinan :
KALA I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan
terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
a. Fase laten persalinan
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servix secara bertahap
Pembukaan servix kurang dari 4 cm
Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
b. Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10
menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm)
Terjadi penurunan bagian terendah janin
KALA II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
KALA III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.
Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk
kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
i. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
ii. Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah
terlepas dari Segmen Bawah Rahim
iii. Tali pusat memanjang
iv. Semburan darah tiba tiba
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
Masa 1 jam setelah plasenta lahir
Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada
jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih
sering
Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
Observasi yang dilakukan :
i. Tingkat kesadaran penderita.
ii. Pemeriksaan tanda vital.
iii. Kontraksi uterus.
iv. Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400500cc.
Sumber:
Diana, S., Mail, E., Rufaida, Z. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Persalinan, Dan
Bayi Baru Lahir. Surakarta : CV Oase Group
Kurniarum, A. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
KEMENKES RI
Legawati. 2018. Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Malang : Wineka Media
2. Klasifikasi pendarahan post partum, tanda dan gejala, pemfis, pemeriksaan
penunjang, tatalaksana, dan komplikasi dari KPD?
Jawab:
Faktor resiko untuk terjadinya pendarahan post-partum umumnya karena atonia uteri,
plasentasi yang abnormal, trauma maupun koagulopati. Keadaan tersebut biasa disebut
dengan “Four Ts” (Tabel 1). Faktor resiko lainnya berupa kala 3 yang memanjang, multi-
gravida, episiotomy, makrosomia fetus dan riwayat pendarahan post-partum. Melahirkan
bayi kembar dengan persalinan normal juga merupakan faktor resiko.
Atonia uteri didefinisikan sebagai berkurang/tidak adanya kontraksi uterus yang
efisiensetelah lepasnya plasenta, merupakan penyebab umum pendarahan post-partum
dan komplikasi pada setiap 20 proses melahirkan. Atonia uteri bisa disebabkan karena
uterus yang over-distensi (polihydramnions, bayi kembar, makrosomia), kelelahan
(proses melahirkan yang lama), atau tidak bisa kontraksi karena tokolitik atau anastesia
general.
Pada tahun 2011, WHO mengeluarkan “Priority Medicines for Maternal and Child
Health” yang termasuk didalamnya obat uterotonik untuk penanganan pendarahan post-
partum karena atonia uteri .Jumlah akan keberadaan oxytocin disarankan lebih banyak
dari misoprostol.
Komplikasi ketuban pecah dini yang paling sering terjadi pada ibu bersalin yaitu
infeksi dalam persalinan, infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum,
meningkatkan kasus bedah caesar, dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.
Sedangkan komplikasi yang paling sering terjadi pada janin yaitu prematuritas,
penurunan tali pusat, hipoksia dan asfi ksia, sindrom deformitas janin, dan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal (Rahayu,2017).
Sumber:
Rahayu, B., Sari, A.N. 2017. Studi Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban Pecah Dini
(KPD) pada Ibu Bersalin. JNKI, Vol. 5, No. 2. Viewed on 29 october 2020. Viewed
from http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI
Jawab:
4. Pemeriksaan Leopold?
Jawab:
(1) Leopold I, bertujuan untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian yang
terletak di fundus uteri
Cara Pemeriksaan Leopold I:
(a) Kedua telapak tangan pemeriksa diletakan pada puncak fundus uteri.
(b) Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
(c) Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala
atau kosong).
(2) Leopold II, menentukan letak punggung janin
Cara Pemeriksaan Leopold II:
(a) Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah sampai di samping
kiri dan kanan umbilikus.
(b) Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut
jantung janin nantinya.
(c) Tentukan bagian-bagian kecil janin.
(3) Leopold III, menentukan bagian yang terletak di bagian bawah uterus
Cara Pemeriksaan Leopold III:
(a) Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
(b) Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan tentukan apakah sudah
mengalami enggagement atau belum.
(4) Leopold IV, menentukan apakah janin sudah masuk PAP atau berapa jauh
masuknya bagian terbawah dalam PAP
Cara Pemeriksaan Leopold IV:
(a) Pemeriksa mengubah posisinya sehingga menghadap ke arah kiri pasien.
(b) Kedua telapak tangan ditempatkan di sisi kiri dan kanan bagian terendah
janin.
Sumber:
Diana, S., Mail, E., Rufaida, Z. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Persalinan, Dan
Bayi Baru Lahir. Surakarta : CV Oase Group
Kurniarum, A. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
KEMENKES RI
Jawab:
Nilai Apgar digunakan secara rutin sebagai perangkat penentu kondisi bayi ketika lahir.
Pada perangkat ini menilai warna, upaya nafas, dan frekuensi denyut jantung, serta
aktivitas tonus dan refleks iritabilitas.Penilaian abgar pada umumnya dilakukan pada bayi
baru lahir pada satu menit dan lima menit pertama saat bayi dilahirkan, penilaian apgar
ini harus segera dilakukan setelah bayi lahir. Dengan hasil penilaian yang diperoleh
maka petugas kesehatan dapat dengan segera melakukan intervensi jika bayi mengalami
kelainan atau masalah sepertipada sistem pernafasannya. Apabila didapatkan nilai apgar
kurang dari 7 maka penilaian tambahan masih dapat dilakukan pada lima menit sampai
duapuluh menit setelah bayi dilahirkan sampai penilaian menunjukan nilai 8 tau lebih.
Bayi dengan nilai apgar 0-3 penangannya adalah menempatkan ditempat yang hangat
dengan lampu sebagai sumber penghangat, lakukan pemberian oksigen, resusitasi,
kemudian yang terpenting adalah stimulasi rujuk jika tidak mampu menanganinya tau
tidak tersedia alat-alat yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup bayi tersebut.
Untuk bayi dengan nilai apgar 4-6 penanganan yang perlu diberikan adalah menempatkan
bayi di tempat yang hangat, pemberian oksigen, stimulasi taktil. Dilakukan
penatalaksanaan sesuai dengan bayi normal lainnya untuk nilai apgar 7-10. Apabila nilai
APGAR kurang dari 7 maka penilaian tambahan masih diperlukan yaitu 5 menit sampai
20 menit atau sampai dua kali penilaian menunjukan nilai 8 atau lebih. Penilaian untuk
melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting yaitu pernafasan,
denyut jantung, dan warna. Resusitasi yang efektif bertujuan memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen, dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen
ke otak, jantung dan alat vital lainnya.
Langkah awal
2. Posisikan bayi terlentang, kepala posisi tengadah jangan melakukan ekstensi yang
berlebihan
3. Berikan ganjal punggung dengan kain setebal 2.5 cm bila kepala bayi besar atau
occiputnya menonjol.
4. Jika pernapasan dangkal atau tersengal-sengal segera hisap lendir mulai dari mulut
kemudian hidung. Pengisapan jangan terlalu lama (6 detik).
6. Jika ketuban keruh atau bercampur meconium kental bila bayi menunjukkan usaha
napas yang baik, tonus otot yang baik, dan frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit,
anda cukup membersihkan sekret dan mekonium dari mulut dan hidung dengan
menggunakan balon penghisap yang biasa digunakan atau kateter penghisap berukuran
12F atau 14F. Rangsangan taktil Cara rangsang taktil yang aman :
2. Menggosok punggung/perut/dada/ekstremitas
1. Nilai pernapasan bayi dengan melihat pengembangan dada dan warna kulit. Dengaran
suara napas di seluruh lapangan paru dengan stetoskop.
2. Nilai denyut jantung dengan mendengar irama jantung dengan stetoskop. Hitung
frekwensi denyut jantung
3. Nilai warna kulit apakah kemerahan/sianosis perifer atau sianosis sentral. Pemberian
napas bantu
1. Jika pernapasan tetap tersengal atau apnu setelah rangsangan singkat, segera berikan
pernapasan buatan atau ventilasi tekanan positif dengan oksigen 100 %.
2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi atau ganjal bahu
5. Letakkan sungkup di wajah bayi dengan rapat agar tidak bocor melalui sisi sungkup
8. Bila ventilasi tekanan positip tidak efektif dapat dilakukan intubasi endotrakeal. Pijat
Jantung (penekanan dada)
1. Indikasi pijat jantung bila setelah 30 detik dilakukan VTP dengan 100% O2 , FJ
tetap < 60 kali / menit
2. Diperlukan 2 orang : 1 orang yang melakukan pijat jantung dan 1 orang yang
terus melanjutkan ventilasi. Pelaksana kompresi : menilai dada & menempatkan
posisi tangan dengan benar Pelaksana ventilasi : menempatkan sungkup wajah
secara efektif & memantau gerakan dada.
2.Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan menopang bagian belakang
bayi
1.Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu tangan digunakan untuk
menekan tulang dada
• Letakkan ibu jari atau jari-jari lain pada tulang dada, tepat diatas sifoid dan pada garis
yang menghubungkan kedua puting susu.
Tekanan saat kompresi dada :
• Jangan mengangkat ibu jari atau jari-jari tangan dari dada di antara penekanan.
a. Lebih dari 60 kali/menit, hentikan kompresi dan lanjutkan ventilasi dengan kecepatan
40-60 kali pompa/menit.
b. lebih dari 100 kali/menit, hentikan kompresi dada dan hentikan ventilasi secara
bertahap jika bayi bernapas spontan.
c. kurang dari 60 kali/menit, lakukan intubasi pada bayi jika belum dilakukan, dan
berikan epinefrin, lebih disukai dengan cara intravena. Intubasi menyediakan cara yang
lebih terpercaya untuk melanjutkan ventilasi.
Sumber:
Jawab:
Pada umumnya emboli air ketuban terjadi secara mendadak dan diagnosa
emboli air ketuban harus pertama kali dipikirkan pada pasien hamil yang
tiba tiba mengalami kolaps.
b. Distosia bahu : Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Spong dkk (1995) menggunakan
sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia bahu yaitu interval
waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu
antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik, pada
distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila
interval waktu tersebut lebih dari 60 detik. American College of Obstetrician and
Gynecologist (2002): angka kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 – 1.4%.
Distosia bahu adalah kondisi darurat oleh karena bila tidak segera ditangani akan
menyebabkan kematian janin dan terdapat ancaman terjadinya cedera syaraf
daerah leher akibat regangan berlebihan/terjadinya robekan.
Tanda dan gejala :
-Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau dicegah -Adanya
kehamilan yang melebihi 5000 gram atau dugaan berat badan janin yang dikandung oleh
penderita diabetes lebih dari 4500 gram
Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu,
sedangkan pesalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi
akan lahir terakhir. Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme
“Maulage” karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya
mempunyai waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan
kepala dan tidak mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi
yang besar.
d. Partus lama : Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis
waspada persalinan aktif. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih
dari 24jam pada primigradiva, dan lebih dari 18 jam pada multigradiva.
Sumber :
Jawab:
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh karena itu
perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan.Proses kehamilan yang
direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik
dan psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik.Hal-hal yang perlu dipersiapkan
pada kehamilan misalnya pengaturan nutrisi ibu hamil. Nutrisi yang baik juga berperan
dalam proses pembentukan sperma dan sel telur yang sehat. Nutrisi yg baik berperan
dalam mencegah anemia saat kehamilan,perdarahan, pencegahan infeksi, dan pencegahan
komplikasi kehamilan seperti kelainan bawaan dan lain-lain.Dalam persiapan kehamilan
juga sebaiknya dilakukan skrining penyakit penyakit seperti penyakit infeksi yang
berisiko menular pada janinnya misalnya Hepatitis, HIV,Toxoplasma dan Rubella),
penyakit yang dapat diperberat dengan kondisi kehamilan misalnya diabetes Mellitus,
epilepsi,penyakit jantung, penyakit paru,hipertensi kronis.
Program yang dikembangkan pemerintah saat ini sebagian besar dimulai setelah
pasangan tersebut menjalani kehamilan misalnya program nutrisi seribu hari pertama
kehidupan,program P4K (perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi) maupun
program keluarga berencana yang seluruhnya subjek sasarannya pada ibu yang telah
menjalani kehamilan dan program kesehatan ibu anak lainnya.
Sumber :
Jawaban:
Sumber:
Jawaban:
Lokia
Lokia adalah cairan yang berasal dari cavum uteri dan vaginam selama masa nifas.
Pengeluaran lokia dapat di bagi menjadi lokia rubra, sanguinnolenta, serosa, dan alba.
Perbedaan masing – masing lokia dapat di lihat sebagi berikut:
a) Lokia rubra/ kruenta (Merah) Cairan bercampur darah dan sisa- sisa penebalan dinding
rahim (desi- dua) dan sisa- sisa penanaman plasenta (selaput ketuban), berbau amis.
Lokia rubra berwarna kemerahan - merahan dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4.
b) Lokia serosa Lokia ini mengandung cairan darah dengan jumlah darah yang lebih
sedikit dan lebih banyak mengandung serum dan lekosit. Serta robekan / laserasi
plasenta. Lokia serosa berwarna kecoklatan atau kekuningan- kuningan dan keluar dari
hari ke-5 sampai ke -9.
c) Lokia sanguinolenta Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Pengeluaran cairan ini berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
d) Lokia alba (Putih) Lokia alba terdiri dari lekosit, lendir leher rahim (serviks), dan
jaringanjaringan mati yang lepas dalam proses penyembuhan. Lokia alba berwarna lebih
pucat, putih kekuning-kuningan dan keluar selama 2-3 minggu.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi, harus diberikan
oleh petugas/penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh
tubuh, mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru membersihkan daerah
sekitar anus. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi sarankan ibu untuk menghindari/menyentuh daerah luka.
b) pendarahan vagina yang luar biasa atau tiba- tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa atau mengganti pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai
gumpalan darah dan bau yang tidak sedap.
c) nyeri perut hebat / rasa sakit bi bagian bawah abdomen atau punggung, serta nyeri
ulu hati.
d) sakit kepala parah / terus menerus dan padangan nanar / masalah penglihatan.
e) bengkak pada wajah, jari- jari atau tangan, rasa sakit, merah, atau bengkak
dibagian betis atau kaki.
h) tubuh lemas dan terasa seperti ingin pingsan, merasa sangat letih atau nafas
terengah- engah.
j) tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang air kecil.
k) merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri sendiri. g.
Kebutuhan dasar ibu masa nifas
1) Gizi Nutrisi dan cairan, pada seorang Ibu menyusui. Mengkonsumsi tambahan 500
kalori tiap hari.
a) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup.
b) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
c) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin.
Standar pelayanan pada ibu nifas Kementerian Kesehatan. R.I (2010) menyebutkan
pelayanan nifas yang diberikan sebanyak tiga kali yaitu :
1) Kunjungan nifas pertama (KF I) Diberikan pada enam jam sampai tiga hari setelah
persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan tanda- tanda vital,
pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina,
pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam bulan, pemberian kapsul
vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, minum tablet tambah darah setiap hari, dan
pelayanan KB pasca persalinan
2) Kunjungan nifas kedua (KF 2) Diberikan pada hari ke-4 sampai hari ke-28 setelah
persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina,
pemeriksaan payudara dan anjurkan ASI ekslusif enam bulan, minum tablet tambah
darah setiap hari, dan pelayanan KB pasca persalinan.
3) Kunjungan nifas lengkap (KF 3) Pelayanan yang dilakukan hari ke-29 sampai hari
ke 42 setelah persalinan. Asuhan yang diberikan sama dengan asuhan pada KF.
Sumber: