BLOK 8
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
1. Bagaimana mendeteksi kegawatdaruratan dan gangguan pada kehamilan serta
penanganannya.
Jawab :
Kehamilan yang beresiko tinggi seperti umur ibu 34 tahun, jarak kelahiran kurang
dari 2 tahun, dan jumlah anak yang terlalu banyak >3 (BKKBN, 2017). Penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya pada bulan Maret-Juni 2015 di Kabupaten
Mojokerto menyatakan bahwa 75% responden berusia 20-35 tahun, 35 tahun sebesar
25%. Kejadian komplikasi kehamilan pada ibu dengan usia beresiko mempunyai
proporsi yang sama yaitu 20% dan 31,4%. Usia ibu yang tidak beresiko mengalami
komplikasi kehamilan sebesar 80% dan 68,6%. Ibu 4 dengan kehamilan < 20 dan >
35 tahun beresiko tinggi akan mengalami komplikasi kehamilan. Hal ini dikarenakan
kehamilan diusia < 20 tahun kondisi ibu fisik ibu yang belum siap dalam menghadapi
kehamilan. Namun kehamilan ini lebih aman ketika ibu berusia diatas 20-35 tahun,
resiko akan mengalami peningkatan kembali saat usia ibu lebih dari 35 tahun .
(Menurut Data Program Kasga Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 menjelaskan
bahwa, AKI menggambarkan resiko yang dialami ibu dari kehamilan sampai pasca
bersalin yang telah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, status gizi ibu saat
kehamilan, kondisi sosial ekonomi juga dapat menunjang tidaknya kesehatan ibu
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, keadaan kesehatan, adanya komplikasi
selama kehamilan dan persalinan (perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi,
gangguan sistem peredaran darah, gangguan metabolisme, dan lainnya) serta
ketersediaan fasilitas kesehatan. Biasanya angka kematian ibu yang tinggi
dikarenakan kurangnya fasilitas pelayanan yang memadai termasuk pelayanan
prenatal dan postnatal serta keadaan sosial ekonomi ibu yang rendah.
Faktor – faktor risiko ada yang berhubungan dengan kehamilan saat ini dan juga
faktor diluar kehamilan. Faktor – faktor yang harus diwaspadai dan berhubungan
dengan kehamilan saat ini diantaranya :
Perdarahan pervaginam
Kehamilan ganda
Primigravida dengan kepala belum turun / masuk pintu atas panggul pada akhir
kehamilan
Muntah berlebihan
Riwayat kehamilan
Tinggi badan ibu < 145 cm d. Sosial ekonomi keluarga rendah e. Paritas > 5
Persalinan preterm
Deteksi dini tersebut dapat dilakukan dengan melakukan skrining dengan melakukan
antenatal care ( ANC ) secara teratur ke tempat yang memiliki kemampuan dan secara
aspek legal boleh melakukan praktek antara lain : dokter ahli kandungan, bidan desa,
bidan praktik swasta, puskesmas, dan rumah sakit.
Membantu untuk membangun komunikasi dan rasa percaya terhadap pelayanan yang
dilakukan di awal kunjungan
Sumber :
Jawab:
Patofisiologi kejang eklamptik belum diketahui secara pasti. Kejang eklamptik dapat
disebabkan oleh hipoksia karena vasokonstriksi lokal otak, dan fokus perdarahan di
korteks otak. Kejang juga sebagai manifestasi tekanan pada pusat motorik di daerah
lobus frontalis. Beberapa mekanisme yang diduga sebagai etiologi kejang adalah
sebagai berikut :
a) Edema serebral
b) Perdarahan serebral
c) Infark serebral
d) Vasospasme serebral
g) Ensefalopati hipertensi
Patofisiologi Koma Koma yang dijumpai pada kasus eklampsia dapat disebabkan
oleh kerusakan dua organ vital :
Sumber:
Jawab:
a)Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mm
Hgpada dua keadaan dengan jangka waktu paling sedikit 6 jam dengan patian dalam
posisi bedrest
b) Proteinuria lebih dari 5 gr/dl pada sampel urin tampung 24 jam atau ≥ 3+ dengan
carik celup pada dua sampel urin acak yang diambil dengan jarak waktu 4 jam atau
lebih
d) Gangguan visus dan serebral berupa penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma,
pandangan kabur
e) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen akibat regangan
pada kapsula Glisson
Sumber:
Andalas,M.,RamadanaA,K.,Rudiyanto.2017.Eklampsisa Postpartum:Sebuah
Tinjauan kasus.Jurnak Kedokteran Syiah Kuala.Volume 17(1).Diakses pada 15
Oktober 2020.Diakses dari
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/8605/6940
Jawab:
Fungsi Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)sebagai alat skrining antenatal/deteksi dini
factor resiko pada ibu hamil resiko tinggi, sebagai alat pemantauan dan pengendalian
ibu hamil selama kehamilan, sebagai media pencatatan kondisi ibu selama kehamilan,
persalinan, nifas dan kondisi bayi/anak, sebagai pedoman untuk memberikan
penyuluhan dan sebagai alat untuk validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan
perencanaan KB.
Pelaksana skreening Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan maupun non kesehatan seperti Tim Penggerak PKK, termasuk ibu
hamil, suami, dan keluarganya yang telah mendapat pelatihan cara penggunaan dan
pengisiannya. Adapaun cara pemberian skor adalah sebagai berikut skor 2 yaitu
Kehamilan Risiko Rendah (KRR) diberikan sebagai skor awal, untuk umur dan
paritas pada semua ibu hamil. Kehamilan resiko rendah adalah kehamilan tanpa
masalah/factor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan
normal dengan ibu dan bayi hidup sehat. Tempat persalinan dapat dilakukan di rumah
maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun membantu
perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.
Skor 4 Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) diberikan untuk setiap factor risiko pada
klasifikasi KRT. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dengan satu atau lebih
factor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi
tidak darurat. Ibu TP PKK/kader memberi penyuluhan agar pertolongan persalinan
oleh bidan atau dokter di Puskesmas, di Polindes atau di Puskesmas, atau langsung
dirujuk ke Rumah Sakit, misalnya pada letak lintang dan ibu hamil pertama (primi)
dengan tinggi badan rendah.
Skor 8 Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) diberikan pada ibu hamil dengan
bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan
preeklamsia berat/eklamsia. Kehamilan resiko sangat tinggi adalah kehamilan dengan
factor risiko :
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan
atau bayinya, membutuhkan rujukan tepat waktu dan tindakan segera untuk
penanganan adequate dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. Ibu
dengan factor risiko dua atau lebih, tingkat resiko kegawatannya meningkat, yang
membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. Ibu diberi
penyuluhan untuk kemudian dirujuk guna melahirkan di Rumah Sakit dengan alat
lengkap dan dibawah pengawasan dokter spesialis.
Perencanaan persalinan pada ibu hamil dengan skor 6 atau lebih : dianjurkan
bersalin dengan tenaga kesehatan. Ibu hamil dengan skor 12 atau lebih : dianjurkan
bersalin di rumah sakit atau dengan spesialis kandungan (Sp.OG)
Sumber:
Jawab:
LANGKAH-LANGKAH RUJUKAN
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
• Pada tingkat kader/dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
• Pada tingkat bidan desa/puskesmas pembantu/puskesmas, tenaga kesehatan harus
dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang
boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
• Fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat
• Tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi pada pasien & keluarga
4. • Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan
dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian
(termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
• Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya.
• Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.
5. Mengirimkan informasi ke tempat rujukan
• Akan ada penderita yang dirujuk.
• Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam perjalanan ke tempat rujukan.
• Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita tidak
mungkin dikirim.
6. Persiapan pesien
7. Pengiriman Pasien
8. . Tindak lanjut pesien
• Rawat jalan pasca penanganan
• Kunjungan rumah bila diperlukan
Sumber :
BPJS. 2014. Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. Jakarta ; BPJS