Anda di halaman 1dari 6

1.

Hormone yang mempengaruhi kelainan kriptokidismus


Gubernakulum memiliki peran dalam fase turunnya testis dari
intraabdominal ke dasar skrotum. Pada fase pertama akan terjadi
pertumbuahan gubernakulum sampai di dasar skrotum hal ini akan
menyebabkan turunnya testis dari intraabdominal dan masuk cincin
inguinalis interna (penurunan testis transabdominal). Hormon yang
mempengaruhi pertumbuhan gubernakulum adalah hormon INSL3. Apabila
terjadi gangguan dalam produksi atau sifat dari hormon INSL3 atau
resistensi akibat gangguan reseptor hormon INSL3 di gubernakulum, maka
akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gubernakulum atau
gubernakulum tidak tumbuh (testis tetap di intraabdominal) atau
gubernakulum masih tumbuh namun tidak optimal sampai di dasar
skrotum dan menyebabkan testis tidak dapat turun secara optimal hingga
di dasar skrotum.

Rendahnya kadar hormon INSL3 dipengaruhi oleh faktor genetik berupa


adanya polimorfisme pada exon 1 dan exon 2 gen INSL3 yang ditemukan
pada anak kriptorkismus dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa
tingginya kadar hormon estradiol yang menekan produksi hormon INSL3
dan produksi hormon testosteron. Tingginya hormon estradiol sebagai
salah satu faktor lingkungan dapat menekan produksi hormon INSL3. Jadi
adanya polimorfisme T60T yang merupakan marker baru kriptorkismus
dikombinasikan dengan kadar hormon estradiol plasma yang tinggi akan
menyebabkan produksi hormon INSL3 berkurang dan kadar hormon INSL3
plasma menjadi rendah. Kadar hormon INSL3 yang rendah mempengaruhi
pertumbuhan gubernakulum dan pertumbuhan gubernakulum tidak
optimal sehingga testis tidak turun atau turun tidak optimal.

(I’tishom, Reny, and MPB Dyah Pramesti. Biologi Reproduksi Pria. Airlangga
University Press, 2020)
2. Factor resiko kelainan kriptokidismus

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian bayi laki-laki


mengidap kriptorkismus, meliputi:

 Lahir prematur, yaitu bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu


 Berat badan bayi lahir rendah, yaitu kurang dari 2500 gram
 Riwayat keluarga mengidap kriptorkismus atau gangguan perkembangan
genital lainnya
 Kondisi kongenital lain yang dapat membatasi perkembangan janin,
seperti sindrom Down atau cacat dinding perut
 Konsumsi alkohol selama kehamilan
 Merokok atau terpapar asap rokok selama kehamilan
 Adanya paparan pestisida saat ibu hamil

(https://www.academia.edu/27970903/
KRIPTORKISMUS_UNDESCENDED_TESTIS)

3. Patofisiologi kriptokidismus
Kriptorkismus disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan
terhambatnya proses desensus testis ke dalam skrotum. Proses desensus
testis selain dipengaruhi oleh faktor mekanis juga dipengaruhi oleh
beberapa hormon meliputi Anti mullerian hormone (AMH), androgen, INSL-
3 (Insulin Like 3), estradiol, LGR8 (Leucine-rich repeat-containing G protein-
coupled receptor 8), genitofemoral nerve (GFN), dan calcitonin gene
related peptide (CGRP). Penyebab utama kriptorkismus adalah adanya
defek sekresi androgen pada fase prenatal baik sekunder yang disebabkan
oleh stimulasi gonadotropin hipofisis maupun karena rendahnya produksi
gonadotropin plasenta. Pada kebanyakan kasus kriptorkismus disebabkan
oleh hipogonad baik hipogonadisme primer maupun hipogonadisme
sekunder, pada kasus tersebut terjadi penurunan produksi testosteron dan
sekresi hormon INSL-3 yang abnormal. Tujuh puluh persen kriptorkismus
adalah teraba, sedangkan pada kriptorkimus yang tidak teraba, 30%
ditemukan di daerah inguinal-krotal, 55% ditemukan di intra-abdominal,
15% tidak ditemukan atau menghilang. Diperkirakan 20-30% anak dengan
kriptorkimus adalah bilateral. Tujuh puluh persen kriptorkimus dapat
teraba dengan pemeriksaan fisik dan tidak memerlukan pemeriksaan
radiologi. Pemeriksaan radiologi selain kurang akurat, mahal, masalah
ketersediaan alatnya, dan juga dapat memberikan hasil positif palsu.
Eksplorasi bedah seperti laparaskopi atau eksplorasi secara terbuka harus
dilakukan pada semua kriptorkismus yang tidak teraba baik unilateral atau
bilateral. Laparaskopi diagnostik merupakan baku emas dengan sensitivitas
dan spesifisitas yang tinggi. Testis akan turun secara spontan pada usia 6
bulan kehidupan. Jika testis tetap tidak turun dalam 6 bulan (sesuai koreksi
usia kehamilan) maka testis tidak akan turun secara spontan. Saat untuk
koreksi orkhidopeksi adalah usia 6 bulan (sesuai koreksi usia kehamilan),
selain karena setelah usia 6 bulan kemungkinan testis tidak akan turun
spontan juga kemungkinan testis akan rusak jika berada diluar skrotum.
Alasan utama terapi kriptorkismus adalah karena meningkatnya risiko
gangguan potensi fertilitas, keganasan pada testis, torsi dan /atau
berhubungan dengan hernia inguinal. Dengan kemajuan teknik dan
keahlian dokter bedah yang telah berkembang, tata laksana orkhidopeksi
lebih menjadi pilihan dibandingkan dengan terapi hormonal. Beberapa
penelitian memperlihatkan keberhasilan terapi hormonal hanya berkisar
antara 6-21%. Standar terapi kriptorkismus di Amerika Serikat adalah
orkhidopeksi atau bedah reposisi testis kedalam skrotum yang
menunjukkan angka keberhasilan yang tinggi dibandingkan terapi
hormonal. Penelitian menunjukan pertumbuhan testis lebih baik jika
operasi dilakukan pada usia 9 bulan dibandingkan pada usia 3 tahun.
Keberhasilan relokasi testis ke dalam skrotum dapat menurunkan tetapi
tidak mencegah sekuele jangka panjang infertilitas dan kanker.

4. Diagnose kriptokidismus

• Diagnosis kriptorkismus ditegakkan apabila testis tidak ditemukan di


dalam kantong skrotum.
• Cara pemeriksaan: Tangan pemeriksa dalam kondisi hangat, anak dalam
kondisi relaks dan dalam posisi duduk atau tidur terlentang serta tungkai
dilipat, kemudian testis diraba mulai dari daerah Spina Iliaca Anterior
Superior (SIAS) menyusuri inguinal ke arah kantong skrotum dengan cara
milking.
• Diagonis berdasarkan letak testis: -Kriptorkismus Intraabdominal-
Kriptorkismus Inguinal-Kriptorkismus Preskrotal

5. Hubungan kanker testis dengan penderita kriptokidismus

Kanker testis adalah kanker yang jarang terjadi dan cenderung


mempengaruhi pria berusia 20-40 tahun. Belum jelas apa yang
menyebabkan kanker testis. Pada dasarnya, kanker terjadi karena adanya
mutasi gen yang meneyebabkan pertumbuhan sel abnormal dan tidak
terkendali, namun penyebab mutase gen tersebut belum diketahui.
Hubungan kanker testis dengan penderita kriptorkidismus adalah sebagai
faktor resiko dari kejadian kanker terutama di usia dewasa, sebab testis
tertinggal dibagian inguinal abdomen yang mana seharusnya turun dan
berada didalam kantong skrotum paling lambat 6 bulan setelah kelahiran,
sehingga testis berada ditempat yang bukan seharusnya.

6. Penatalaksanaan bedan dan non bedah kriptokidismus


 Non bedah
Terapi Hormonal
Terapi hormonal primer lebih banyak digunakan di Eropa. Hormon
yang diberikan adalah hCG, gonadotropinreleasing hormone (GnRH)
atau LH-releasing hormone (LHRH). Terapi hormonal meningkatkan
produksi testosteron dengan menstimulasi berbagai tingkat jalur
hipotalamus-pituitary-gonadal.
Terapi ini berdasarkan observasi bahwa proses turunnya testis
berhubungan dengan androgen. Tingkat testosteron lebih tinggi bila
diberikan hCG dibandingkan GnRH. Semakin rendah letak testis,
semakin besar kemungkinan keberhasilan terapi hormonal.
International Health Foundation menyarankan dosis hCG sebanyak
250 IU/ kali pada bayi, 500 IU pada anak sampai usia 6 tahun dan
1000 IU pada anak lebih dari 6 tahun. Terapi diberikan 2 kali
seminggu selama 5 minggu. Angka keberhasilannya – 55%.
Secara keseluruhan, terapi hormon efektif pada beberapa kelompok
kasus, yaitu testis yang terletak di leher skrotum atau UDT bilateral.
Efek samping adalah peningkatan rugae skrotum, pigmentasi, rambut
pubis dan pertumbuhan penis. Pemberian dosis lebih dari 15000 IU
dapat menginduksi fusi epiphyseal plate dan mengurangi
pertumbuhan somatik.

(DiagnosisdanPenatalaksanaanUndescendedTestis.pdf/Departemen Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusomo, Jakarta)

 Bedah
Prinsip dasar orchiopexy adalah:
1. Mobilisasi yang cukup dari testis dan pembuluh darah
2. Ligasi kantong hernia
3. Fiksasi yang kuat testis pada skrotum Testis sebaiknya direlokasi
pada subkutan atau subdartos pouch skrotum.
Tindakan operasi sebaiknya dilakukan sebelum pasien usia 2 tahun,
bahkan beberapa penelitian menyarankan pada usia 6 – 12 bulan.
Penelitian melaporkan spermatogonia akan menurun setelah usia 2
tahun.

Indikasi absolut dilakukan operasi pembedahan primer adalah


1. kegagalan terapi hormonal
2. testis ektopik
3. terdapat kelainan lain seperti hernia dengan atau tanpa prosesus
vaginalis yang terbuka

Jenis Tindakan Pembedahan pada Kelaianan UDT dan Tingkat


Keberhasilannya
Orchiopexy abdominal standard (extended inguinal dan insisi
abdomen) 82%
Orchiopexy 2 tahap 73%
Fowler – Stephens : 1 tahap 67%
Fowler – Stephens : 2 tahap 77%
Orchiopexy per laparoskopi 100%
Mikrovaskular orchiopexy 84%
(DiagnosisdanPenatalaksanaanUndescendedTestis.pdf/Departemen
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusomo, Jakarta)

Anda mungkin juga menyukai