Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KRIPTORKISMUS

Kriptorkismus

Nama : Nur Balqis


NIM 210610080

Kelas :B

Kelompok : 7 (Tujuh)

PROGRAM PENDIDIKAN
DOKTER FAKULTAS
KEDOKTERAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kriptorkismus merupakan kelainan kongenital satu atau kedua testis tidak berada
pada posisi yang seharusnya di skrotum pada saat lahir dan tidak dapat dipindahkan secara
manual ke posisi seharusnya. Pada anak lelaki baru lahir merupakan salah satu gangguan
kelenjar endokrin dan gangguan genital yang sering ditemukan. Bayi prematur insiden
kriptorkismus ditemukan 30%, insiden ini menurun menjadi 3-5% pada bayi yang lahir
cukup bulan, kemudian pada usia 3 bulan insidennya menjadi 1-3%, dan pada usia 1 tahun
insiden tinggal 0,8%. Setelah usia 3 bulan insiden kriptorkismus dapat meningkat lagi
karena adanya ascending testis yang jumlahnya hampir seimbang dengan jumlah
kriptorkismus testis kongenital.

Bayi dengan riwayat kecil masa kehamilan yang disertai kriptorkimus, penurunan
spontan testis setelah lahir rendah dibandingkan dengan bayi berat lahir normal dengan
kriptorkismus. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 900 gram angka kejadian
kriptorkimus adalah 100%, angka kejadian ini menurun sesuai kenaikan berat badan
lahirnya, pada bayi dengan berat badan lahir 2700-3600 gram angka kejadiannya 3%.

Kriptorkismus disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan terhambatnya


proses desensus testis ke dalam skrotum. Proses desensus testis selain dipengaruhi oleh
faktor mekanis juga dipengaruhi oleh beberapa hormon meliputi Anti mullerian hormone
(AMH), androgen, INSL-3 (Insulin Like 3), estradiol, LGR8 (Leucine-rich repeat-
containing G protein- coupled receptor 8), genitofemoral nerve (GFN), dan calcitonin gene
related peptide (CGRP). Penyebab utama kriptorkismus adalah adanya defek sekresi
androgen pada fase prenatal baik sekunder yang disebabkan oleh stimulasi gonadotropin
hipofisis maupun karena rendahnya produksi gonadotropin plasenta. Pada kebanyakan kasus
kriptorkismus disebabkan oleh hipogonad baik hipogonadisme primer maupun
hipogonadisme sekunder, pada kasus tersebut terjadi penurunan produksi testosteron dan
sekresi hormon INSL-3 yang abnormal.

Tujuh puluh persen kriptorkismus adalah teraba, sedangkan pada kriptorkimus


yang tidak teraba, 30% ditemukan di daerah inguinal-krotal, 55% ditemukan di intra-
abdominal, 15% tidak ditemukan atau menghilang. Diperkirakan 20-30% anak dengan
kriptorkimus adalah bilateral. Tujuh puluh persen kriptorkimus dapat teraba dengan
pemeriksaan fisik dan tidak memerlukan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi
selain kurang akurat, mahal, masalah ketersediaan alatnya, dan juga dapat memberikan
hasil positif palsu. Eksplorasi bedah seperti laparaskopi atau eksplorasi secara terbuka harus
dilakukan pada semua kriptorkismus yang tidak teraba baik unilateral atau bilateral.
Laparaskopi diagnostik merupakan baku emas dengan sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi.Testis akan turun secara spontan pada usia 6 bulan kehidupan. Jika testis tetap tidak
turun dalam 6 bulan (sesuai koreksi usia kehamilan) maka testis tidak akan turun secara
spontan. Saat untuk koreksi orkhidopeksi adalah usia 6 bulan (sesuai koreksi usia
kehamilan), selain karena setelah usia 6 bulan kemungkinan testis tidak akan turun spontan
juga kemungkinan testis akan rusak jika berada diluar skrotum.
Alasan utama terapi kriptorkismus adalah karena meningkatnya risiko gangguan
potensi fertilitas, keganasan pada testis, torsi dan /atau berhubungan dengan hernia inguinal.
Dengan kemajuan teknik dan keahlian dokter bedah yang telah berkembang, tata laksana
orkhidopeksi lebih menjadi pilihan dibandingkan dengan terapi hormonal. Beberapa
penelitian memperlihatkan keberhasilan terapi hormonal hanya berkisar antara 6-21%.
Standar terapi kriptorkismus di Amerika Serikat adalah orkhidopeksi atau bedah reposisi
testis kedalam skrotum yang menunjukkan angka keberhasilan yang tinggi dibandingkan
terapi hormonal. Penelitian menunjukan pertumbuhan testis lebih baik jika operasi
dilakukan pada usia 9 bulan dibandingkan pada usia 3 tahun. Keberhasilan relokasi testis ke
dalam skrotum dapat menurunkan tetapi tidak mencegah sekuele jangka panjang infertilitas
dan kanker.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

DEFINISI

Kriptorkidisme atau kriptorkismus ( Undescended testis) adalah kegagalan


satu atau kedua testis untuk turun kedalam skrotum. Kriptorkidisme terdapat sejak
lahir dam serimg terjadi pada bayi yang terlahir prematur. Sebagian besar bayi
yang lahir dengan keadaan ini, testis akan turun sendiri dalam tahun pertama
setelah lahir. Apabila tidak terjadi penuruan, maka testis akan tetap berada dalam
lingkungan dengan suhu yang lebih tinggi daripada suhu optimum untuk
spermatogenesis. Kuantitas dan kualitas sperma dapat terganggu sehingga terjadi
infertilitas.
Kriptorkidisme berkaitan dengan peningkata resiko gangguan reproduksi
kongenital lain yang mungkin secara terpisah mempengaruhi kesuburan.
Fugsi seks pria dan karakteristik seks sekunder normal. (Elisabeth J. Corwin,
2009)

ETIOLOGI

Penyebab pasti kriptorkismus belum jelas. Beberapa hal yang berhubungan


adalah :
1. Abnormalitas gubernaculum testis
Penurunan testis dipandu olen gubernakulum. Massa gubernakulum yang
besar akan mendilatasi jalan testis, kontraksi, involusi, dan traksi serta fiksasi
pada skrotum akan menempatkan testis dalam kantong skrotum. Ketika testis
telah berada di kantong skrotum gubernaculum akan diresorbsi. Bila struktur
ini tidak terbentuk atau terbentuk apnormal akan menyebabkan maldesensus
testis. (Backhause, 1996).
2. Defek intrinsic testis
Maldesensus dapat disebabkan disgenesis gonadal dimana kelainan ini
membuat testis tidak sensitif terhadap hormon gonadotropin. Teori ini
merupakan penjelasan terbaik pada kasus kriptorkismus unilateral. Juga untuk
menerangkan mengapa pada pasien dengan kriptorkismus bilateral menjadi
steril ketika diberikan terapi definitif pada umur yang optimum.
3. Defisiensi Stimulasi Hormonal/Endokrin
Hormon gonadotropin materal yang inadequate menyebabkan desensus
inkomplet. Hal ini memperjelas kasus kriptorkismus bilateral pada bayi
premature ketika perkembangan gonadotropin maternal tetap dalam kadar
rendah sampai 2 minggu terakhir kehamilan.
Rasfer et al (1986) memperlihatkan penurunan testis dimediasi
oleh androgen yang diatur lebih tinggi oleh gonadotropin pituitary. Proses ini
memicu kadar hidrotestotsteron yang cukup tinggi, dengan hasil testis
mempunyai akses yang bebas ke skrotum.

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Menjelang akhir bulan ke dua testis dan mesonefros dilekatkan pada
dinding belakang perut melalui mesenterium urogenital. Dengan terjadinya
degenerasi mesonefros pita pelekat tersebut terutama berperan sebagai
mesenterium testis kearah kaudal mesenterium ini menjadi legamentum dan
dikenal sebagai ligametum genitale caudale.
Didalam daerah ingunal, ligamentum genital genital caudale bersambungan
dengan sebuah pita mesemkim, yang selanjutnya bersambungan kedalam
suatu pemadatan mesemkim di dalam tonjolan kelamin (skrotum).
Oleh karena itu gerak turun testis bukan merupakan suatu migrasi aktif,
tetapi suatu pergeseran leak relative terhadap dinding tubuh. Hantaran darah
dari aorta tetap di pertahankan dan pembuluh-pembuluh testis kularis berjalan
turun dari tingkat lumbal asalnya ke daerah inguinal. Terlepas dari gerak
gerak turun testis, peritoneum rongga selom membentuk suatu penonjolan di
sisi kiri dan kanan garis tengah kedalam dinding ventral perut.
Testis merupakan bagian alat genital pria yang didalamnya terdapat
beberapa struktur vital yang berperan dalam proses spermatogenesis selama
kehidupan seksual aktif, sebagai akibat dari rangsangan oleh gonadotropin
hipofisis anterior, yang dimulai rata-rata usia 13 tahun dan berlanjut
sepanjang hidup. Beberapa organ itu diantaranya terdapat tubulus
seminiferous yang terdiri atas sejumlah besar sel epitel germinal disebut
spermatogonia, terletak dalam dua sampai tiga lapisan sepanjang batas luar
epitel tubulus.
Spermatogonia terus menerus berproliferasi untuk memperbanyak diri, dan
sebagian dari spermatogonia berdi ferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Spermatogenesis terjadi didalam testis melalui bebrapa tahapan. Pada tahap
pertama dari spermatogenesis, spermatogenia berkumpul tepat ditepi
membran basal dari epitel germinativum, disebut spermatogonia tipe A,
membelah empat kali untuk membentuk 16 sel yang sedikit lebih
berdiferensiasi, yaitu spermatogenia tipe B.

Pada tahap ini, sparmatogenia bermigrasi kearah sentral diantara sel-sel


sertoli. Sel-sel sertoli ini sangat besar, dengan pembukus sitoplasma yang
berlebihan yang meluas dari lapisan sel spermatogenia sampai kebagian
tengah lumen dari lumen tubulus.
PATOFISIOLOGI

Skrotum adalah regulator suhu yang efektif untuk testis, dimana suhu
dipertahankan sekitar 1°C (1,8°F) lebih dingin disbanding core body
temperature. Sel spermatogenesis sangat sensitif terhadap temperature
badan. Ultrastruktur kriptorkismus dan mendapatkan perubahan pada kurun
satu tahun kehidupan. Pada umur 4 tahun didapatkan deposit kolagen masif.
Kesimpulan mereka adalah testis harus di skrotum pada umur 1 tahun.
Penelitian biopsy testis kriptorkismus menunjukkan bukti yang mengagetkan
dimana epitel germinativum dalam testis tetap dalam ukuran normal untuk 2
tahun pertama kehidupan. Sementara umur 4 tahun terdapat penurunan
spermatogonia sekitar 75% sehingga menjadi subfertil/infertile. (Mininberg,
Rodger dan Bedford; 1982)

MANIFESTASI KLINIS

1. Pada saat lahir, satu atau kedua testis tidak teraba didalam
skrotum. (Elizabeth Corwin, 2009)
2. Pada pasien dewasa mengeluh karna infertilitas yaitu belum
mempunyai anak setelah menikah beberapa tahun.
3. Kadang-kadang merasa ada benjolan di perut bagian bawah
yang disebabkan testis maldesensus mengalami trauma.
4. Mengalami torsio.
5. Berubah menjadi tumor testis.

PENATALAKSANAAN

1. Sebagian besar Kasus Kriptorkidisme akan pulih ke normal secara spontan


dalam 1 tahun. Apabila tidak terjadi penurunan spontan, maka dapat diberi
terapi HCG yang dapat merangsang penurunan testis
2. Apabila terapi hormon tidak efektif, diperlukan tindakan bedah untuk
menentukan lokasi dan penurunkan testis kedalam skrotum. Tindakan bedah
harus dilakukan pada usia sekitar 2 tahun.
3. Pemeriksan testis oleh induvidu yang bersangkutan dan pemeriksaan
regular oleh tenaga keschatan perlu dilakukan untuk mendeteksi kanker testis
secara dini.
4. Tindakan bedah dengan infasivitas minimal berupa insisi transuretra
prostat (Transurethral Incision Of the Prostate, TUIP).
5. Prosedur dengan invasitas minimal lain untuk mengurabgi ukuran
prostat mencakup ablasi jarum transuretra, vaporisasi transuretra, dan terapi
gelombang transuretra.
6. Apabila sumbatan urin parah, dapat dilakukan prostratektomi transuretra
(Transurethral Prostatechtomy, TURP) untuk mengangkat prostat yang
membesar.
7. Mungkin perlu dipasang kateter permanen pada orang yang tidak ingin atau
tidak dapat dioperasi.
8. Dianjurkan pemeriksaan rectum dengan jari setiap tahun dan
pemeriksaan antigen spesifik prostat (Prostate Specipic Antigen, PSA)
untuk mengidentifikasi keganasan yang dapat muncul dari sel-sel
hiperplastik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG
Dilakukan bila testis inpalpapbledan merupakan modalitas pertama dalam
menegakkan diagnosis dari kriptorkidisme. Beberapa alasan digunakan
USG sebagai alat diagnosis tambahan ialah :
Sekitar 72% kriptorkidisme terletak intrakanalikuler sehingga aksesbilitas
USG cukup baik
b. Non Invasive
c. Mudah didapat
d. Praktis/mudah dijadwalkan
e. Murah
2. CT-Scan
CT-Scan dapat mendetksi testis intraabdominal. Akurasi CT-Scan sama
baiknya dengan USG pada testis letak inguinal, sedangkan testis letak
intraabdominal CT-Scan lebih unggul (CT-Scan 96% vs USG 91%). False
positif / negative biasanya akibat pembesaran limfonodi, dapat dibedakan
dengan testis karna adanya lemak disekeliling limfonodi.
3. MRI
Dapat mendeteksi degenerasi maligna pada kriptorkidisme. Kelemahan nya
loop usus dan limfonodi dapat menyerupai kriptorkidisme.
4. Angiografi
Akurat tetapi invasive sehingga tidak disukai. Vemografi Ganolium dengan
MRIlebih akurat dibanding MRI.

Anda mungkin juga menyukai