PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kriptorkismus merupakan kelainan bawaan genitalia yang paling sering
ditemukan pada anak laki-laki (Kolon, 2004). Sepertiga kasus anak-anak
dengan kriptorkismus adalah bilateral sedangkan dua-pertiganya adalah
unilateral. Insiden kriptorkismus terkait erat dengan umur kehamilan, dan
maturasi bayi. Insiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan menurun
pada bayi-bayi yang dilahirkan cukup bulan. Peningkatan umur bayi akan
diikuti dengan penurunan insiden kriptorkismus. Prevalensinya menjadi
sekitar 0,8% pada umur 1 tahun dan bertahan pada kisaran angka tersebut
pada usia dewasa (Docimo, 2003).
Insiden keganasan testis sebesar 1-6 pada setiap 500 laki-laki kriptorkismus
di Amerika. Risiko terjadinya keganasan testis yang tidak turun pada anak
dengan kriptorkismus dilaporkan berkisar 10-20 kali dibandingkan pada anak
dengan testis normal (Kolon, 2004). Walaupun pembedahan kriptokismus
pada usia muda mengurangi insiden tumor testis sedikit, risiko terjadinya
tumor tetap tinggi. Rupanya kriptokismus merupakan suatu ekspresi
disgenesia gonad yang berhubungan dengan transformasi ganas (Dogra,
2003). Gambaran khas seminoma sama seperti tumor testis lainnya yaitu
adanya benjolan dalam skrotum yang tidak nyeri. Gejala lain seperti nyeri
pinggang, perut kembung, dispnea atau batuk dan ginekomastia, gejala-gejala
ini menunjukkan metastase yang luas. Diagnosis dini diperlukan pada kasuskasus UDT mengingat terjadinya peningkatan risiko keganasan dan infertilitas
(Price, 2009).
2. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian
Kriptorkismus adalah suatu keadaan di mana setelah usia satu tahun1,2
satu atau kedua testis tidak berada di dalam kantong skrotum1-6, tetapi berada di
salah satu tempat sepanjang jalur desensus yang normal7-10. Kriptorkismus
berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis (latin)
yang berarti testis. Nama lain dari kriptorkismus adalah undescended testis, tetapi
harus dijelaskan lanjut apakah yang di maksud kriptorkismus murni, testis
ektopik, atau pseudokriptorkismus.
testis;
sampai
di
kanalis
inguinalis,
tetapi
kemudian
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada kriptorkismus bilateral yang impalpable50, diperiksa kadar
testosteron pada usia 4 bulan, karena bila lebih dari 4 bulan diperlukan uji
stimulasi HCG untuk melihat ada tidaknya testis. Pada uji HCG, penderita
diberikan suntikan 1500 IU HCG intramuskular setiap hari selama 3 hari
berturut-turut. Sebelum dan 24 jam setelah penyuntikan HCG, diperiksa
kadar testosteron plasma. Bila didapatkan peningkatan kadar testosteron
yang bermakna, berarti terdapat testis pada penderita8,23,37. Bila tidak
ada respons serta kadar FSH dan LH meningkat, dicurigai adanya anorchia
kongenital2,22,50.
2. Pemeriksaan Radiologis
a. Ultrasonografi
Sudah digunakan untuk mendeteksi kasus Kriptorkismus oleh ahli
radiologi dan klinisi sejak 1970. Keuntungannya adalah fasilitas
pemeriksaan USG mudah didapat, bebas radioaktif, non-invasif,
praktis, dan relatif murah51. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk testis
yang berlokasi di kanalis inguinalis8 dan terhadap testis yang besar
yang terletak di Juxta vesikal30. Firman K51 meneliti dengan
memakai USG di subbagian pencitraan I. Kes. Anak FKUIRSUPNCM selama 6 bulan (Januari 1994 sampai Juni 1994) terhadap
21 pasien. Ternyata, hanya 2 (9,5%) yang berhasil ditemukan lokasi
testisnya, yaitu di daerah inguinal sedangkan pemeriksaan CT
Scanning tidak dilakukan. Angka keberhasilan ini masih jauh berbeda
dengan penelitian di luar negeri, yang antara lain dilakukan oleh
Madrazo B.L. dan Klugo R.C. (60%),52 serta Michael K., Erik H. dan
Elisabeth H. (65%)53.
b. CT scanning
Pemeriksaan ini mempunyai akurasi yang lebih tinggi terhadap testis
yang lokasinya di intra abdominal dan sudah dibuktikan pada saat
operasi53.
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 10
c. MRI
Dilakukan bila hasil pemeriksaan USG meragukan51. Angiografi
dilakukan terhadap kasus yang telah dilakukan eksplorasi inguinal,
tetapi tidak dijumpai testis12. Intravena urografi dikerjakan secara
selektif pada kasus yang dicurigai adanya kelainan saluran kemih
bagian atas, karena 10% kasus didapati horse shoe kidney, renal
hipoplasia, ureteral duplikasi, hidro ureter, dan hidronefrosis7.
Venografi gonadal selektif dilakukan pada testis impalpable dimana
telah dilakukan eksplorasi lokal di inguinal, retro peritoneal, dan intra
abdominal, tetapi tidak ditemukan testis atau spermatic vessel-nya
buntu serta pada kasus yang reoperasi30.
d. Laparoskopi
Dilakukan pada usia 1 tahun2 sebagai diagnostik yang paling akurat28
untuk mengetahui lokasi testis sebagai petunjuk untuk melakukan
insisi pembedahan, untuk melihat apakah testisnya normal54, apakah
vas spermatika buntu, atau adanya vassa di dalam abdomen30. Sebagai
terapeutik untuk mereposisi testis yang abnormal54. Sebagian besar
testis impalpable ditemukan pada operasi, paling tidak di anulus
inguinalis interna30.
1) Buccal smear atau analisa kromosom. Dilakukan selektif
terhadap
bayi
dengan
undescended
bilateral
yang
impalpable21,28.
2) Biopsi. Dilakukan saat pembedahan terhadap testis yang
berlokasi di intra abdominal, yang disertai dengan kelainan
genitalia eksterna atau kelainan kariotip55.
1.7 Diagnosis Banding
Seringkali dijumpai testis yang biasanya berada di kantung skrotum tiba-tiba
berada di daerah inguinal dan pada keadaan lain kembali ke tempat semula.
Keadaan ini terjadi karena reflek otot kremaster yang terlalu kuat akibat cuaca
dingin, atau setelah melakukan aktifitas fisik. Hal ini disebut sebagai testis
retraktil atau kriptorkismus fisiologis dan kelainan ini tidak perlu diobati. Selain
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 11
itu maldesensus testis perlu dibedakan dengan anorkismus yaitu testis memang
tidak ada. Hal ini bisa terjadi secara kongenital memang tidak terbentuk testis atau
testis yang mengalami atrofi akibat torsio in utero atau torsio pada saat neonatus.
1.8 Komplikasi
1) Hernia. Sekitar 90% penderita kriptorkismus menderita hernia inguinalis
ipsilateral yang disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
2) Torsi. Terjadi karena abnormalnya jaringan yang menjangga testis yang
kriptorkismus dan tingginya mobilitas testis serta sering terjadi setelah
pubertas.
3) Trauma. Testis yang terletak di atas pubic tubercle mudah terjadi injuri
oleh trauma.
4) Neoplasma. Testis yang mengalami kriptorkismus pada dekade ke-3 atau
ke-42, mempunyai kemungkinan keganasan 2030 kali lebih besar
daripada testis yang normal. Kejadian neoplasma lebih besar terhadap
testis intra abdominal yang tidak diterapi, atau yang dikoreksi secara
bedah saat/setelah pubertas, bila dibandingkan dengan yang intra
kanalikular. Neoplasma umumnya jenis seminoma. Namun, ada laporan
bahwa biopsi testis saat orchiopexy akan meningkatkan risiko keganasan.
5) Infertilitas. Kriptorkismus bilateral yang tidak diterapi akan mengalami
infertilitas lebih dari 90% kasus, sedangkan yang unilateral 50% kasus.
Testis yang berlokasi di intra abdominal dan di dalam kanalis inguinalis,
akan mengurangi spermatogenik, merusak epitel germinal.
6) Psikologis. Perasaan rendah diri terhadap fisik atau seksual, akibat tidak
adanya testis di skrotum.
1.9 Terapi
1. Terapi non Bedah
Berupa terapi hormonal. Terapi ini dipilih untuk UDT bilateral palpabel
inguinal. Tidak diberikan pada UDT unilateral letak tinggi atau intraabdomen.
Efek terapi berupa peningkatan rugositas skrotum, ukuran testis, vas deferens,
memperbaiki suplay darah, dan diduga meningkatkan ukuran dan panjang
vasa funikulus spermatikus, serta menimbulkan efek kontraksi otot polos
gubernakulum untuk membantu turunnya testis. Dianjurkan sebelum anak
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 12
usia 2 tahun , sebaiknya bulan 10 24. Di FKUI terapi setelah usia 9 bulan
karena hampir tidak dapat lagi terjadi penurunan spontan.
2. Terapi Bedah
Tujuan pembedahan adalah memobilisasi testis, adequatnya suplay vasa
spermatika , fiksasi testis yang adequat ke skrotum, dan operasi kelainan
yang menyertainya seperti hernia.
Indikasi pembedahan
a. Terapi hormonal gagal,
b. Terjadi hernia yang potensial menimbulkan komplikasi,
c. Dicurigai torsio testis,
d. Lokasi intra abdominal atau di atas kanalis inguinalis,
e. Testis ektopik
Tahapan :satu tahap atau 2 tahap tergantung vasa spermatika apakah panjang
atau pendek.
Teknik operasi pada UDT :
1. Orchydopexy Standar.
Prinsip dari orchidopexy meliputi 3 tahap:
1. Funikulolisis
Adalah pelepasan funikulus spermatikus dari musculus kremester
dan memungkinkan dapat memperpanjang ukurannya. Vasa
testicularis di bebaskan sejauh mungkin ke retroperitoneal dan
dimobilisasi lebih ke medial yang akan meluruskan dan
memperpanjang vasa. Terdapat kesulitan ketika memobilisasi vasa
diatas vasa iliaca komunis.
Beberapa metode yang digunakan untuk menurunkan testis ke
skrotum antara lain Ombredonne, Bevas, Torek, Cobot Nesbit,
Longord, Gersung, Denis Browne. George Major menolak metode
Mauclain (menurunkan testis ke kontralateral), juga tidak setuju
UDT bilateral dikerjakan sekaligus dalam satu tahap oleh karena
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 13
tinggi
yang
memungkinkan
mobilisasi
vaskuler
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 14
hal
ini
belum
dapat
panjang
berarti
funikulus
testis
mobilisasi lanjut ke arah retroperitoneal dilakukan dengan
memotong m. obliqus abdominis internus dan m. transversus
abdominis ke arah kranio lateral atau melepaskan ligamentum
inguinalis
kemudian vasa spermatika interna dapat dibebaskan secara
dalam membebaskannya
2. Pemindahan testis ke dalam skrotum (transposisi)
Bagian skrotum yang akan ditempati testis telah kosong dan
menjadi lebih kecil dibanding ukuran normal. Regangkan dinding
skrotum dengan diseksi jari-jari sehingga menciptakan suatu
ruangan. Traksi ditempatkan pada gubernakulum Testis yang telah
bebas dan funikulus spermatikusnya cukup panjang, ditempatkan
pada skrotum, bukan ditarik ke skrotum.
3. fiksasi testis dalam skrotum
Adalah hal prinsip bahwa testis berada di skrotum bukan karena
tarikan dan testis tetap berada di habitat barunya, sehingga menjadi
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 15
pada
stumb
dengan laparoskopi
dikerjakan pada tahap I intuk UDT tipe abdomen. Setelah 6-8 bulan
dikerjakan Stephen Flower Orchydopexy.
4. Autotransplantasi
Pembuluh darah testis dilakukan anastomosis pada vasa epigastrika
inferior dengan teknik mikrovaskuler.
5. Protesis Testis
Pemasangan implant testis silastik untuk kenyamanan, kosmetik,
dan
1.10
psikis.
Pengobatan
Pada prinsipnya testis yang tidak berada di skrotum harus diturunkan ke
asumsi bahwa jika dibiarkan, testis tidak dapat turun sendiri setelah usia 1 tahun
sedangkan setelah usia 2 tahun terjadi kerusakan testis yang cukup bermakna,
maka saat yang tepat untuk melakukan terapi adalah pada usia 1 tahun. Cara
penanganan Maldesensus Testis:
1. Medikamentosa
a. Pemberian hormonal pada kriptorkismus banyak memberikan hasil
terutama pada kelainan bilateral, sedangkan pada kelainan unilateral
hasilnya masih belum memuaskan. Obat yang sering dipergunakan
adalah hormon hCG yang disemprotkan intranasal. Hormon yang
diberikan :
1) HCG
Hormon ini akan merangsang sel Leydig menproduksi
testosteron. Dosis : Menurut Mosier (1984) : 1000 4000 IU, 3
kali seminggu selama 3 minggu. Garagorri (1982) : 500 -1500
IU, intramuskuler, 9 kali selang sehari. Ahli lain memberikan
3300 IU, 3 kali selang sehari untuk UDT unilateral dan 500 IU
20 kali dengan 3 kali seminggu. Injeksi HCH tidak boleh
diberikan tiap hari untuk mencegah desensitisasi sel Leydig
terhadap
HCG
yang
akan
menyebabkan
steroidogenic
refractoriness.
Hindari dosis tinggi karena menyebabkan efek refrakter testis
terhadap HCG, udem interstisial testis, gangguan tubulus dan
efek toksis testis. Kadar testosteron diperiksa pre dan post
unjeksi, bila belum ada respon dapat diulang 6 bulan
berikutnya. Kontraindikasi HCG ialah UDT dengan hernia,
pasca operasi hernia, orchydopexy, dan testis ektopik. Miller
(16)
memberikan
HCG
pada
pasien
sekaligus
untuk
Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit testis dengan beberapa perubahan gaya hidup
yang sederhana.dapat secara drastis mengurangi risiko berbagai jenis penyakit
testis dan penyakit kanker lainnya. Banyak faktor yang berperan dalam
perkembangan penyakit tersebut.
a. Menghindari seks bebas
Faktor utama penyebab dari penyakit testis adalah karena seseorang
malakukan seks bebas diluar jangkauan, banyak orang tidak memakai
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 18
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 19
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kriptorkismus adalah suatu keadaan di mana setelah usia satu tahun1,2 satu
atau kedua testis tidak berada di dalam kantong skrotum1-6, tetapi berada di salah
satu tempat sepanjang jalur desensus yang normal7-10. Testis maldesensus dapat
terjadi karena adanya kelainan pada gubernakulum testis, kelainan intrinsik testis,
atau defisiensi hormon gonadotropin yang memacu proses desensus testis. Pada
prinsipnya testis yang tidak berada di skrotum harus diturunkan ke tempatnya, baik
dengan cara medikamentosa maupun pembedahan. Dengan asumsi bahwa jika
dibiarkan, testis tidak dapat turun sendiri setelah usia 1 tahun sedangkan setelah usia
2 tahun terjadi kerusakan testis yang cukup bermakna, maka saat yang tepat untuk
melakukan terapi adalah pada usia 1 tahun.
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 22
Saran
Kami sebagai penulis mohon saran dan kritikannya guna untuk menyempunakan
tugas makalah tentang testis maldesensus atau kriptorkismus, karena kami menyadari
bahwa tugas kami kurang dari kesempuranaan.
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 23
DAFTAR PUSTAKA
http://niethapoenya-nita.blogspot.co.id/2011/11/makalah-anatomi-maldesensustestis.html
https://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/26/testis-maldesensus/
https://dokmud.wordpress.com/2010/10/21/kriptorkismus-dan-penatalaksanaannya/
https://kadaverboy.wordpress.com/2010/05/16/kriptorkismus-danpenatalaksanaannya/
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8A&ved=0CFQQFjAJ
ahUKEwjvxdquu6DIAhWNCY4KHW4fAvk&url=http%3A%2F
%2Fdownload.portalgaruda.org%2Farticle.php%3Farticle%3D122507%26val
%3D5502&usg=AFQjCNHdFUkDrZncW1jVTxNNJ5MaIHVKg&bvm=bv.104226188,d.c2E
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCEQFjABah
UKEwiq2PP51KDIAhVUB44KHZsoAWA&url=http%3A%2F
%2Fsaripediatri.idai.or.id%2Fpdfile%2F5-34.pdf&usg=AFQjCNEeI9eehzG5xa8oW2Hu4qaG3rBT_A
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 24
T e s t i s M a l d e s e n s u s ( K r i p t o r k i s m u s ) | 25