Anda di halaman 1dari 16

KRIPTORKIDISME

A. Definisi Kriptorkidisme
Kriptorkidisme/Kriptorkismus/Undescended testis adalah kegagalan satu atau
kedua testis untuk turun ke dalam skrotum. Kriptorkidisme terdapat sejak lahir dan sering
terjadi pada bayi yang lahir premature. Bagi sebagian besar bayi yang lahir dengan
keadaan ini, testis akan turun sendiri dalam tahun pertama setelah lahir. Apabila tidak
terjadi penurunan, maka testis akan tetap berada dalam lingkungan dengan suhu yang lebih
tinggi daripada suhu optimum untuk spermatogenesis. Kuantitas dan kualitas sperma dapat
terganggu sehingga terjadi infertilitas. Kriptorkidisme berkaitan dengan peningkatan resiko
gangguan reproduksi congenital lain yang mungkin secara terpisah mempengaruhi
kesuburan. Fungsi seks pria dan karakteristik seks sekunder normal. Penyebab
kriptorkidisme belum diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan keterlambatan
perkembangan atau halangan mekanis bagi penurunan testis ( Elisabeth J. Corwin, 2009).
Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi
danorchis yang dalam bahasa latin disebut testis. Nama lain dari kriptorkismus
adalahundescended testis(UDT), testis ektopik ataupun pseudo kriptorkismus. Testis yang
berlokasi di luar jalur desensus yang normal disebut sebagai testis ektopik, sedangkan
testis yang terletak tidak di dalam skrotum tetapi dapat didorong masuk ke dalam skrotum
dan menaik lagi bila dilepaskan dinamakan pseudokriptorkismus atau testis retraktil.

B. Fisiologi Testis
Menjelang akhir bulan kedua testis dan mesonefros dilekatkan pada dinding
belakang perut melalui mesenterium urogenital. Dengan terjadinya degenerasi mesonefros
pita pelekat tersebut terutama berperan sebagai mesenterium testis.ke arah kaudal
mesenterium ini menjadi ligamentum dan di kenal sebagai ligamentum genitale caudale.
Di dalam daerah inguinal, ligamentum genitale caudale bersambungan dengan sebuah pita
mesenkim, yang selanjutnya bersambungan kedalam suatu pemadatan mesenkim di dalam
tonjolan kelamin(scrotum). Bersama sama ketiga unsur tadi di sebut gibernaculum testis.
Sebagai akibat pertumbuhan tubuh yang cepat dan kegagalan gibernaculum testis untuk
memanjang sesuai pertumbuhan tubuh ini, testis turun di bawah tingkat asalnya.Menjelang
bulan ketiga,testis terletak dekat daerah inguinal.
Oleh karena itu gerak turun testis bukan merupakan suatu migrasi aktif, tetapi suatu
pergeseran letak relatif terhadap dinding tubuh. Hantaran darah dari aorta tetap di
pertahankan dan pembuluh pembuluh testikularis berjalan turun dari tingkat lumbal
asalnya ke daerah inguinal. Terlepas dari gerak turun testis, peritonium rongga selom
membentuk suatu penonjolan di sisi kiri dan kanan garis tengah ke dalam dinding ventral
perut. Penonjolan ini mengikuti perjalanan gubernakulum testis ke dalam tonjolan dinding
scrotum dan di kenal sebagai processus vaginalis. Oleh karena itu prosessus vaginalis
disertai lapisan otot dan jaringan ikat dinding perut menonjol ke dalam tonjolan
skrotum, sehingga membentuk kanalis inguinalis. Gubernakulum testis tetap di ventral dan
di luar processus vaginalis untuk selamanya. Testis bergerak turun melalui anulus
inguinalis dan melintasi tepi atas tulang kemaluan ke dalam tonjolan scrotum waktu lahir.
Testis kemudian di lapisi oleh selapis lipatan processus vaginalis. Lapisan peritonium yang
meliputi testis di kenal sebagai tunica vaginalis testis lamina visceralis, bagian kantong
peritonium membentuk lamina parietalis. Saluran sempit yang menghubungkan rongga
processus dengan rongga peritonium, menutup pada saat lahir atau segera sesudah lahir.
Gerak turun terakhir testis di sertai dengan suatu perpendekan suatu gubernaculum dan
dipengaruhi juga oleh hormon seperti gondotropin dan androgen. Kegagalan dari semua
proses di atas dapat menyebabkan suatu keadaan yang di kenal sebagai kriptorkismus.
Testis merupakan bagian alat genital pria yang di dalamnya terdapat beberapa
struktur vital yang berperan dalam proses spermatogenesis selama kehidupan seksual aktif,
sebagai akibat dari rangsangan oleh gonadotropin hipofisis anterior, yang dimulai rata-rata
pada usia 13 tahun dan berlanjut sepanjang hidup.
Beberapa organ itu di antaranya terdapat tubulus seminiferus yang terdiri atas
sejumlah besar sel epitel germinal yang disebut spermatogonia, terletak, terletak dalam dua
sampai tiga lapisan sepanjang batas luar epitel tubulus. Spermatogonia terus menerus
berproliferasi untuk memperbanyak diri, dan sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi
melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
Spermatogenesis terjadi didalam testis melalui beberapa tahapan. Pada tahap
pertama dari spermatogenesis, spermatogonia primitive berkumpul tepat di tepi membrane
basal dari epitel germinativum,disebut spermatogonia tipe A, membelah empat kali untuk
membentuk 16 sel yang sedikit lebih berdiferensiasi, yaitu spermatogonia tipe B.
Pada tahap ini, spermatogonia bermigrasi kearah sentral di antarai sel-sel sertoli.
Sel-sel sertoli ini sangat besar, dengan pembungkus sitoplasma yang berlebihan yang
meluas dari lapisan sel spermatogonia sampai ke bagian tengah lumen dari lumen tubulus.
Membrane sel-sel sertoli sangat kuat berlekatan satu sama lain pada bagian dasar dan
bagian sisi, membentuk suatu lapisan pertahanan yang mencegah penetrasi dari kapiler-
kapiler yang mengelilingi tubulus dari molekul-molekul protein yang besar seperti
immunoglobulin yang mungkin mengganggu perkembangan lanjut dari spermatoginia
menjadi spermatozoa. Namun spermatogonia yang sudah di persiapkan untuk menjadi
spermatozoa menembus lapisan pertahanan ini dan menjadi terbungkus di dalam prosesus-
prosesus sitoplasma dari sel-sel sertoli yang berlipat ke dalam. Hubungan yang erat dengan
sel sertoli ini terus berlanjut di seluruh sisa perkembangan spermatozoa.

C. Epidemologi Kriptorkismus
Besar insidensi undesensus testikulorum berbeda pada tiap-tiap umur. Bayi baru
lahir (3 6%), satu bulan (1,8%), 3 bulan (1,5%), Satu tahun (0,5 0,8%). Bayi lahir
cukup bulan 3% diantaranya kriptorkismus, sedangkan yang lahir kurang bulan sekitar
33% . Pada berat badan bayi lahir (BBL) dibawah 2000 gram insidensi UDT 7,7% BBL
2000-2500 (2,5%), dan BBL diatas 2500 (1,41%) Insidensi kriptorkismus unilateral lebih
tinggi dibanding kriptorkismus bilateral. Sedang insidensi sisi kiri lebih besar (kiri 52,1%
vs kanan 47,9%). Dari suatu penelitian didapatkan prevalensi di dunia dari 4,3% - 4,9%
pada saat lahir, 1% - 1,5% pada umur 3 bulan, dan 0,8% - 2,5% pada umur 9
bulan. Sedangkan diAS, prevalensi kriptorkismus sekitar 3,7% saat lahir dan 1,1% dari
umur 1 tahun sampai dewasa,

di Inggris insidensinya meningkat lebih dari 50% pada
kurun waktu 1965 1985. di FKUI RSUPCM kurun waktu 1987 1993 terdapat 82 anak
kriptorkismus, sedang di FKUSU RSUP. Adam Malik Medan kurun waktu 1994 1999
terdapat 15 kasus.

D. Etiologi Kriptorkismus
Penyebab pasti kriptorkismus belum jelas. Dari hasil penelitian para ahli,
menyatakan bahwa ada beberapa penyebab dari kriptorkismus di antarnya:

1. Abnormalitas gubernakulum testis
Penurunan testis dipandu oleh gubernakulum. Massa gubernakulum yang besar
akan mendilatasi jalan testis, kontraksi, involusi, dan traksi serta fiksasi pada skrotum akan
menempatkan testis dalam kantong skrotum. Ketika tesis telah berada di kantong skrotum
gubernakulum akan diresorbsi (Backhouse, 1966) Bila struktur ini tidak terbentuk atau
terbentuk abnormal akan menyebabkan maldesensus testis.

2. Defek intrinsik testis
Maldesensus dapat disebabkan disgenesis gonadal dimana kelainan ini membuat
testis tidak sensitif terhadap hormon gonadotropin. Teori ini merupakan penjelasan terbaik
pada kasus kriptorkismus unilateral. Juga untuk menerangkan mengapa pada pasien
dengan kriptorkismus bilateral menjadi steril ketika diberikan terapi definitif pada umur
yang optimum. Banyak kasus kriptorkismus yang secara histologis normal saat lahir, tetapi
testisnya menjadi atrofi / disgenesis pada akhir usia 1 tahun dan jumlah sel germinalnya
sangat berkurang pada akhir usia 2 tahun.

3. Defisiensi stimulasi hormonal / endokrin
Hormon gonadotropin maternal yang inadequat menyebabkan desensus inkomplet.
Hal ini memperjelas kasus kriptorkismus bilateral pada bayi prematur ketika
perkembangan gonadotropin maternal tetap dalam kadar rendah sampai 2 minggu terakhir
kehamilan. Tetapi teori ini sulit diterapkan pada kriptorkismus unilateral. Tingginya
kriptorkismus pada prematur diduga terjadi karena tidak adequatnya HCG menstimulasi
pelepasan testosteron masa fetus akibat dari imaturnya sel Leydig dan imaturnya aksis
hipothalamus-hipofisis-testis. Dilaporkan suatu percobaan menunjukkan desensus testis
tidak terjadi pada mamalia yang hipofisenya telah diangkat .
Rasfer et al (1986) memperlihatkan penurunan testis dimediasi oleh androgen yang
diatur lebih tinggi oleh gonadotropin pituitary. Proses ini memicu kadar dihidrotestotsteron
yang cukup tinggi, dengan hasil testis mempunyai akses yang bebas ke skrotum. Toppari &
Kaleva menyebut defek dari aksis hipotalamus-pituitary-gonadal akan mempengaruhi
turunnya testis. Hormon utama yang mengatur testis adalah LH dan FSH yang doproduksi
oleh sel basofilik di pituitary anterior yang diatur oleh LHRH. FSH akan mempengaruhi
mempengaruhi sel sertoli, epitel tubulus seminiferus. Kadar FSH naik pada kelainan testis
Kriptorkismus yang disertai defisiensi gonadotropin dan adrenal hipoplasia
kongenital mungkin berhubungan dengan sifat herediter. Corbus dan OConnor, Perreh dan
ORourke melaporkan beberapa generasi kriptorkismus dalam satu keluarga. Juga ada
penelitian yang menunjukkan tidak aktifnya hormon Insulin Like Factor 3 ( Insl3) sangat
mempengaruhi desensus testis . Insl3 diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi
gubernakulum. Faktor lain yang diduga berperan ialah berkurangnya stimulating
substances yang diproduksi oleh nervus genitofemoralis
E. Patogenitas Kriptorkismus
a. Embriologi
Pada minggu ke-6 umur kehamilan primordial germ cells mengalami migrasi dari
yolk sac ke-genital ridge. Dengan adanya gen SRY (sex determining region Y), maka akan
berkembang menjadi testis pada minggu ke-7. Testis yg berisi prekursor sel-
selSertoli besar (yang kelak menjadi tubulus seminiferous dan sel-sel Leydig kecil) dengan
stimulasi FSH yang dihasilkan pituitary mulai aktif berfungsi sejak minggu ke-8
kehamilan dengan mengeluarkan MIF (Mllerian Inhibiting Factor), yang menyebabkan
involusi ipsilateral dari duktus mullerian. MIF juga meningkatkan reseptor androgen pada
membran sel Leydig. Sel- Pada minggu ke-10-11 kehamilan, akibat stimulasi chorionic
gonadotropin yang dihasilkan plasenta dan LH dari pituitary sel-sel Leydig akan
mensekresi testosteron yang sangat esensial bagi diferensiasi duktus Wolfian menjadi
epididimys, vas deferens, dan vesika seminalis.
Ketika mesonepros mengalami degenerasi, suatu ligamen yang disebut gubernakulum akan
turun pada masing-masing sisi abdomen dari pole bawah gonal melintas oblik pada dinding
abdomen (yang kelak menjadi kanalis inguinalis) dan melekat pada labioscrotal swelling (
yang kelak menjadi skrotum atau labia majora). Kemudian kantong peritoneum yang
disebut processus vaginalis berkembang pada masing-masing sisi ventral gubernakulum
dan mengalami herniasi melalui dinding abdomen bawah sepanjang jalur yang dibentuk
oleh gubernakulum. Masing-masing processua vaginalis membawa perluasan dari lapisan
pembentuk dinding abdomen, bersama-sama membentuk funikulus spermatikus. Lubang
yang ditembus oleh processus vaginalis pada fascia transversalis menjadi anulus inguinalis
internus, sedang lubang pada aponeurosis m. obliquus abdominis externus membentuk
anulus inguinalis eksternus.
Sekitar minggu ke-28 intrauterine, testis turun dari dinding posterior abdomen
menuju anulus inguinalis internus. Perubahan ini terjadi akibat pembesaran ukuran pelvis
dan pemanjangan ukuran tubuh, karena gubernakulum tumbuh tidak sesuai proporsinya,
mengakibatkan testis berubah posisi, jadi penurunannya adalah proporsi relatif terhadap
pertumbuhan dinding abdomen. Peranan gubernakulum pada awalnya adalah membentuk
jalan untuk processus vaginalis selama pembentukan kanalis inguinalis, kemudian
gubernakulum juga sebagai jangkar/ pengikat testis ke skrotum
.
Massa gubernakulum yang
besar akan mendilatasi jalan testis, kontraksi, involusi, dan traksi serta fiksasi pada
skrotum akan menempatkan testis dalam kantong skrotum. Ketika tesis telah berada di
kantong skrotum gubernakulum akan diresorbbsi (Backhouse, 1966) Umumnya dipercaya
bahwa gubenakulum tidak menarik testis ke skrotum. Perjalanan testis melalui kanalis
inguinalis dibantu oleh peningkatan tekanan intra abdomen akibat dari pertumbuhan
viscera abdomen.
Mekanisme yang berperan dalam proses turunnya testis belum sepenuhnya
dimengerti, dibuktikan untuk turunnya testis ke skrotum memerlukan aksi androgen yang
memerlukan aksis hipotolamus-hipofise-testis yang normal. Mekanisme aksi androgen
untuk merangsang turunnya testis tidak diketahui, tetapi diduga organ sasaran androgen
kemungkinan gubernakulum, suatu pita fibromuskuler yang membentang dari pole bawah
testis ke bagian bawah dinding skrotum yang pada minggu-minggu terakhir intrauterin
akan berkontraksi dan menarik testis ke skrotum. Posisi testis saat turun berada di posterior
processus vaginalis (retroperitoneal) sekitar 4 minggu kemudian (umur 32 minggu) testis
masuk skrotum. Ketika turun, testis membawa serta duktus deferens dan vasanya sehingga
ketika testis turun, mereka terbungkus oleh perluasan dinding abdomen. Perluasan fascia
transversalis membentuk fascia spermatica interna, m. obliqus abdominal membentuk
fascia kremaster dan musculus kremaster dan apponeurosis m. obliqus abdomenus
eksternal membentuk fascia spermatica externus di dalam skrotum. Masuknya testis di
skrotum di ikuti dengan kontraksi kanalis inguinalis yang menyelubungi funikulus
spermatikus. Selama periode perinatal processus vaginalis mengalami obliterasi,
mengisolasi suatu tunica vaginalis yang membentuk suatu kantong yang menutupi testis.
Pada umumnya testis turun pada skrotum secara sempurna pada akhir tahun pertama.
Kegagalan testis turun tetapi masih pada jalur normalnya disebut UDT(undescensus
testiculorum). Testis dapat berada sepanjang jalur penurunan, kadang setelah melewati
kanalis inguinalis testis menyimpang dari jalur yang seharusnya, dan menempati lokasi
abnormal. Hal ini disebut testis ektopik. Testis bisa terletak di interstitial (superfisial dari
m. obliquus abdominis externus) di paha sisi medial, dorsal penis atau kontralateralnya.
Diduga disebabkan oleh bagian gubernakulum yang melewati lokasi abnormal, dan testis
kemudian mengikutinya.
Pendapat lain menyatakan bahwa penurunan testis dimulai pada sekitar minggu ke-
10. Walaupun mekanismenya belum diketahui secara pasti, namun para ahli sepakat bahwa
terdapat beberapa faktor yang berperan penting, yakni: faktor endokrin, mekanik
(anatomik), dan neural.

Terjadi dalam 2 fase yang dimulai sekitar minggu ke-10 kehamilan
segera setelah terjadi diferensiasi seksual. Fase transabdominal dan fase inguinoscrotal.
Keduanya terjadi dibawah kontrol hormonal yang berbeda..
Dengan perkembangan yang cepat dari regio abdominopelvic maka testis akan
terbawa turun ke daerah inguinal anterior. Pada bulan ke-3 kehamilan terbentuk processus
vaginalis yang secara bertahap berkembang ke-arah skrotum. Selanjutnya fase ini akan
menjadi tidak aktif sampai bulan ke-7 kehamilan.
Fase inguinoscrotal terjadi mulai bulan ke-7 atau minggu ke-28 sampai dengan
minggu ke-35 kehamilan. Testis mengalami penurunan dari regio inguinal ke-dalam
skrotum dibawah pengaruh hormon androgen. Mekanismenya belum diketahui secara
pasti, namun diduga melalui mediasi pengeluaran calcitonin gene-related peptide(CGRP).
Androgen akan merangsang nervus genitofemoral untuk mengeluarkan CGRP yang
menyebabkan kontraksi ritmis dari gubernaculum.

Faktor mekanik yang turut berperan
pada fase ini adalah tekanan abdominal yang meningkat yang menyebabkan keluarnya
testis dari cavum abdomen, di samping itu tekanan abdomen akan menyebabkan
terbentuknya ujung dari processus vaginalis melalui canalis inguinalismenuju
skrotum.

Proses penurunan testis ini masih bisa berlangsung sampai bayi usia 9-12 bulan.
Penelitian biopsi testis kriptorkismus menunjukkan bukti yang mengagetkan dimana epitel
germinativum dalam testis tetap dalam ukuran normal untuk dua tahun pertama kehidupan.
Sementara umur empat tahun terdapat penurunan spermatogonia sekitar 75 % sehingga
menjadi subfertil / infertile.
Setelah umur enam tahun tampak perubahan nyata. Diameter tubulus seminiferus
mengecil, jumlah spermatogonia menurun, dan tampak nyata fibrosis di antara tubulus
testis. Pada kriptorkismus pascapubertas mungkin testis berukuran normal, tetapi ada
defisiensi yang nyata pada komponen spermatogenik sehingga pasien menjadi infertil .
Untungnya sel leydig tidak dipengaruhi oleh suhu tubuh dan biasanya ditemukan dalam
jumlah normal pada kriptorkismus. Sehingga impotensi karena faktor endokrin jarang
terjadi pada kriptorkismus Penelitian dengan biopsi jaringan testis yang mengalami
kriptorkismus menunjukkan tidak terjadi abnormalitas kromosom. Maldescensus dan
degenerasi maligna tidak dapat disebabkan karena defek genetik pada testis yang
mengalami undescensus testis.

F. Klasifikasi Kriptorkismus
Kriptorkismus dapat diklasifikasi berdasarkan etiopatogenesis dan lokasi.
Klasifikasi berdasarkan etiopatogenesis:
1. Mekanik/anatomik (perlekatan-perlekatan, kelainan kanalis inguinalis, dan lain-lain)
2. Endokrin/hormonal (kelainan aksis hipotalamus-hipofise-testis)
3. Disgenetik (kelainan interseks multiple)
4. Herediter/genetik
Klasifikasi berdasarkan lokasi:
1. Skrotal tinggi (supra skrotal) : 40%
2. Intra kanalikular (inguinal) : 20%
3. Intra abdominal (abdominal) : 10%
4. Terobstruksi : 30%

Major, 1974 membagi kriptorkismus (dalam pengertian umum) membagi menjadi:
1. Retensio Testis (dystopy of testicle). Diklasifikasikan sesuai tempatnya
a. Abdominal testicle (retensi abdominal)
Canalicular testicle ( retensio canalicularis superior et inferior ): testis benar-benar tak
teraba
b. Inguinal testicle ( retensio inguinalis) : testis teraba di depan anulus inguinalis
eksternus
c. Testis reflexus (superfisial inguinal ectopy): bentuk paling umum. Testis sebenarnya
tidak melenceng dari alur normal. Gubernakulum memandu testis menuju bagian bawah
skrotum. Testis hanya bertempat di anterior aponeurosis muskulus obliquus abdominis
eksternus dan sesungguhnya ini bukan suatu testis ektopik

2. The True Ectopic Testis
Di sini testis melewati canalis inguinalis tetapi kemudian menempati daerah
perineum, suprapubic dorsal pangkal penis, bawah kulit pangkal femur sisi medial.

3. The Floating Testicle
Pada anak-anak kontraksi muskulus kremaster dapat mengangkat testis dari posisis
normal menuju kanalis inguinalis. Refleks ini dipicu oleh rangsang dingin atau sentuhan.
Jangan keliru menganggap posisi ini dengan retensi testis. Tipe ini dibagi menjadi :
a. The Slidding Testicle ( Uper retractile type)
Testis dapat teraba dengan baik dari mid skrotum ke atas sampai di depan aponeurosis
muskulus obliquus abdominis eksternus di atas anulus inguinalis eksternus.
b. The Pendulant testicle (Lower Retractile Type)
Testis bergerak bolak-balik antar bagian terbawah skrotum dan anulus inguinalis eksternus.




G. Diagnosis
a. Anamnesis
Diagnosis UDT dapat dibuat oleh orangtua anak atau dokter pemeriksa pertama.
Umumnya diawali orangtua membawa anak ke dokter dengan keluhan skrotum anaknya
kecil. Dan bila disertai dengan hernia inguinalis akan dijumpai pembengkakan atau nyeri
berulang pada skrotum.
Anamnesis ditanyakan :
a) Pernahkah testis diperiksa, diraba sebelumnya di skrotum.
b) Ada tidaknya kelainan kongenital yang lain, seperti hipospadia, interseks, prunne
belly syndroma, dan kelainan endokrin lain
c) Ada tidaknya riwayat UDT dalam keluarga
Tanda kardinal UDT ialah tidak adanya satu atau dua testis dalam skrotum. Pasien dapat
mengeluh nyeri testis karena trauma, misal testis terletak di atas simpisis ossis pubis. Pada
dewasa keluhan UDT sering dihubungkan dengan infertilitas.
b. Gejala Klinis
Pasien biasanya dibawa berobat ke dokter karena orang tuanya tidak menjumpai
testis di kantong skrotum, sedangkan pasien dewasa mengeluh karena infertilitas yaitu
belum mempunyai anak setelah menikah beberapa tahun. Kadang-kadang merasa ada
benjolan di perut bagian bawah yang disebabkan testis maldesensus mengalami trauma,
mengalami torsio, atau berubah menjadi tumor testis.
c. Pemeriksaan Fisik
i. Penentuan Lokasi Testis
Beberapa posisi anak saat diperiksa : supine, squatting, sitting . Pemeriksaan testis
harus dilakukan dengan tangan hangat. Pada posisi duduk dengan tungkai dilipat atau
keadaan relaks pada posisi tidur. Kemudian testis diraba dari inguinal ke arah skrotum
dengan cara milking. Bisa juga dengan satu tangan di skrotum sedangkan tangan yang lain
memeriksa mulai dari daerah spina iliaka anterior superior menyusuri inguinal sampai
kantong skrotum. Hal ini mencegah testis retraksi karena pada anak refleks muskulus
kremaster cukup aktif yang menyebabkan testis bergerak ke atas / retraktil sehingga
menyulitkan penilaian.
Penentuan posisi anatomis testis sangat penting sebelum terapi karena berhubungan
dengan keberhasilan terapi. Testis retraksi tidak perlu terapi. Testis yang retraktil sudah
turun saat lahir, tetapi pada pemeriksaan tidak ditemukan di dalam skrotum kecuali anak
relaks.

ii. Penentuan Apakah Testis Palpable

1. Testis teraba
Bila testis palpable beberapa kemungkinan antara lain :
(1) testis retraktil
(2) UDT
(3) Testis ektopik
(4). Ascending Testis Syndroma .
Ascending Testis Syndroma ialah testis dalam skrotum /retraktil, tetapi menjadi
lebih tinggi karena pendeknya funikulus spermatikus. Biasanya baru diketahui pada usia 8
-10 tahun. Bila testis teraba maka tentukan posisi, ukuran, dan konsistensi. Bandingkan
dengan testis kontralateralnya.

2. Bila impalpable testis
Kemungkinannya ialah :
(1) intrakanalikuler
(2) intraabdominal,
(3) Atrofi testis
(4) Agenesis.

Kadang di dalam skrotum terasa massa seperti testis atrofi. Jaringan ini biasanya
gubernakulum atau epididimis dan vas deferens yang bisa bersamaan dengan testis
intraabdominal. Impalpable testis biasanya disertai hernia inguinal. Pada bilateral
impalpable testis sering berkaitan dengan anomali lain seperti interseksual, prone belly
syndrome.
d. Pemeriksaan Penunjang
i. USG
Dilakukan bila testis impalpable dan merupakan modalitas pertama dalam
menegakkan diagnosis dari kriptorkismus.
Beberapa alasan digunakan USG sebagai alat diagnose tambahan ialah:
a) Sekitar 72% kriptorkismus terletak intrakanalikuler sehingga aksesibilitas USG cukup
baik
b) Non invasive
c) Mudah didapat
d) Praktis/mudah dijadwalkan
e) Murah
Pada USG testis prepubertas mempunyai gambaran ekhogenitas derajat ringan
sampai sedang, dan testis dewasa ekhogenitas derajat sedang.
USG hanya efektif untuk mendeteksi testis di kanalis inguinalis ke superfisial, dan tidak
dapat mendeteksi testis di intraabdominal. Di luar negeri keberhasilannya cukup tinggi (60-
65%), sementara FKUI hanya 5,9%. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman operator.

ii. CT-Scan
Merupakan modalitas kedua setelah USG. CT Scan dapat mendeteksi testis
intraabdominal. Akurasi CT Scan sama baiknya dengan USG pada testis letak inguinal,
sedangkan testis letak intraabdominal CT Scan lebih unggul ( CT Scan 96% vs USG 91%).
False positif / negatif biasanya akibat pembesaran limfonodi, dapat dibedakan dengan testis
karena adanya lemak di sekeliling limfonodi.
iii. MRI
Dapat mendeteksi degenerasi maligna pada kriptorkismus. Kelemahannya loop
usus dan limfonodi dapat menyerupai kriptorkismus.
iv. Angiografi
Akurat tetapi invasif sehingga tidak disukai. Venografi Gadolium dengan MRI
lebih akurat dibanding MRI tunggal.
e. Penatalaksanaan
Sebagian besar kasus kriptorkidisme akan pulih ke normal secara spontan dalam 1
tahun. Apabila tidak terjadi penurunan spontan, maka dapat diberi terapi HCG yang dapat
merangsang penurunan testis.
Apabila terapi hormone tidak efektif, diperlukan tindakan bedah untuk menentukan
lokasi dan menurunkan testis kedalam skrotum. Tindakan bedah harus dilakukan pada usia
sekitar 2 tahun.
Pemeriksaan testis oleh individu yang bersangkutan dan pemeriksaan regular oleh
tenaga kesehatan perlu dilakukan untuk mendeteksi kanker testis secara dini.
Tindakan bedah dengan invasivitas minimal berupa insisi transuretra prostat
(transurethral incision of the prostate, TUIP). Pada prosedur ini, kelenjar dibelah menjadi
dua melalui tindakan bedah dengan mengurangi tekanan pada uretra. Laser digunakan
untuk memisahkan prostat.
Prosedur dengan invasitas minimal lain untuk mengurangi ukuran prostat mencakup
ablasi jarum transuretra, vaporisasi transuretra, dan terapi gelombang mikro transuretra.
Apabila sumbatan aliran urine parah, dapat dilakukan prostratektomi transuretra
(transurethral prostatectomy, TURP) untuk mengangkat prostat yang membesar.
Komplikasi yang terjadi dapat berupa disfungsi ereksi dan inkontinensia.
Mungkin perlu dipasang kateter permanen pada orang yang tidak ingin atau tidak
dapat dioperasi.
Dianjurkan pemeriksaan rectum dengan jari setiap tahun dan pemeriksaan antigen
spesifik prostat (prostate specific antigen, PSA) untuk mengidentifikasi keganasan yang
dapat muncul dari sel-sel hiperplastik.




H. Pengaruh Kriptorkismus Terhadap Fertilitas
Testis adalah kelenjar reproduksi esensial laki-laki untuk fertilitas dan untuk
memproduksi sperma serta hormon testoteron dari saat pubertas sampai dewasa. Dalam
perkembangan normal janin laki-laki, testis turun dari rongga abdomen ke lokasinya
di skrotum.
Testis juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin, mengundang banyak masalah
terutama mengenai infertilitas pada pria, yaitu kaitannya dengan reproduksi spermatozoa
atau fungsi kelenjar asesoris yang merupakan elemen dari sistem reproduksi pria. Seperti
diketahui, kelangsungan spermatogenesis maupun fungsi organ reproduksi lainnya,
dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh hormon gonadotropin maupun hormon yang
diproduksi oleh testis itu sendiri.
Suatu keadaan dimana terjadi kegagalan penurunan dari testis dari rongga abdomen
ke dalam skrotum yang disebut dengan kriptorkismus. Kadang-kadang, penurunan ini tidak
terjadi atau terjadi tidak sempurna, sehingga salah satu atau kedua testis tetap berada dalam
abdomen, dalam kanalis inguinalis atau di tempat lain sepanjang jalur penurunannya.
Kriptorkismus disebabkan oleh diferensiasi yang tidak sempurna saat masa gestasi serta
kelainan pada poros hipotalamus - hipofisis anterior -gonad yang dapat berpengaruh pada
perkembangan testis serta berdampak pada pertumbuhan organ sekunder pria yang
terhambat.
Kriptorkismus merupakan suatu keadaan dimana testis tidak turun ke dalam
skrotum baik salah satu atau keduanya. Testis yang tidak turun ke skrotum di akibatkan
oleh hambatan sekresi testosterone pada testis janin sehingga akan menyebabkan
degenerasi epitel tubulus testis dan hanya meninggalkan struktur interstisial testis. Hal ini
terjadi karena suhu testis sama dengan suhu tubuh.
Testis yang tetap dalam rongga abdomen sepanjang hidup tidak mempunyai
kemampuan untuk membentuk sperma karena epitel tubulus merupakan penghasil sperma.


BAB II
KESIMPULAN

Kriptorkismus merupakan suatu keadaan dimana organ testis tidak dapat turun ke
dalam skrotum saat lahir sampai satu atau tahun, setelah lahir baik satu atau kedua testis
yang tidak turun.
Kriptorismus merupakan suatu kelainan yang terjadi pada gestasi dan penyebab
pasti dari kelainan ini belum diketaui, tetapi diduga bahwa kelainan yang terjadi pada
poros hipotalamus-hipofisis-gonad sehingga hormone testosterone yang berperan sebagai
stimulus terhadap penurunan testis tidak terbentuk. Akibatnya pada saat pubertas terjadi
kegagalan pertumbuhan organ seks sekunder pria karena kita ketahui testis berperan
sebagai organ penghasil hormone testosterone. Dan testis juga merupakan organ
pembentuk sperma melalui proses spermatogenesis.
Kriptorkismus dapat diketahui dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta beberapa
pemeriksaan penunjang untuk diagnose pasti.
Penanganan Kriptorkismus dapat di lakukan dengan terapi bedah ataupun non
bedah dengan pemberian hormonal.
Tujuan dari penatalaksanaan kriptorkismus adalah meningkatkan fertilitas,
mencegah torsio testis, mencegah/deteksi awal dari keganasan testis, mengoreksi kelainan
lain yang menyertai, seperti hernia dan mengurangi resiko cedera khususnya bila testis
terletak di tuberkulum pubikum.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin J Elisabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteraan
Anonym : Testicular torsion Health Article, available
inhttp://www.healthline.com/adamcontent/ testicular_torsion, 28 Desember 2012
Minevich.E : Testicular Torsion, Department of Surgery, Division of Pediatric
urology, available in http://www.emedicine.com/ med/topic2780htm, 28 Desember 2012
Agus (2011). Kriptorkismus. http://aguszn.blogspot.com/2011/09/kriptorkismus.html.
Diakses pada 28 Desember 2012 pukul 19.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai