Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus-kasus paru di Indonesia umumnya berkisar antara TB, asma,


kanker paru, dan pneumonia. Empat penyakit ini sangat lazim ditemui di rumah-
rumah sakit di Indonesia, masyarakat awam pun relatif familiar dengan penyakit
di atas. Namun sebenarnya ada salah satu penyakit paru yang kejadiannya tidak
terlalu sering namun kerap terjadi karena terdapat penyakit paru lain yang
mendasarinya. Dialah spektrum penyakit infeksi paru akibat infeksi jamur,
yakni aspergillosis. (Anonim, 2007).
Aspergillosis merupakan infeksi yang disebabkan moulds sphrophyte dari
genus aspergillus, dapat ditemukan di tanah, air, dan tumbuhan yang mengalami
pembusukan dan spesies Aspergillus yang sering menyebabkan infeksi pada
manusia yaitu Aspergillus fumigatus.
Umumnya Aspergillus akan menginfeksi paru-paru, yang menyebabkan
empat sindrom penyakit, yakni Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis
(ABPA), Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA), Aspergiloma,
dan Aspergilosis invasif. Pada pasien yang imunokompromais aspergilosis juga
dapat menyebar ke berbagai organ menyebabkan endoftalmitis, endokarditis,
dan abses miokardium, ginjal, hepar, limpa, jaringan lunak, hingga tulang.
Aspergilloma merupakan fungus ball (misetoma) yang terjadi karena
terdapat kavitas di parenkim akibat penyakit paru sebelumnya. Penyakit yang
mendasarinya bisa berupa TB (paling sering) atau proses infeksi dengan
nekrosis, sarkoidosis, fibrosis kistik, dan bula emfisema. Fungus ball ini dapat
bergerak di dalam kavitas tersebut namun tidak menginvasi dinding kavitas.
Adanya fungus ball menyebabkan terjadinya hemoptisis yang berulang.
(Harman, 2008).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Organ Respirasi

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung alveoli. Gelembung-gelembung alveoli ini terdiri dari
sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih
kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam
darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700 juta buah (paru-paru kiri dan kanan).

Gambar 2.1. Anatomi Paru


Sumber : http://www.umm.edu/imagepages/1103.htm

Paru-paru sendiri dibagi mejadi dua, yakni :


1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus :
a. Lobus pulmo dekstra superior,
b. Lobus medial
c. Lobus inferior
2. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinister lobus superior dan lobus inferior.

2
Tiap-tiap lobus terdiri atas bagian-bagian yang lebih kecil yang disebut
segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu :
- 5 buah segment pada lobus superior, dan
- 5 buah segment pada inferior
Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yakni :
- 5 buah segmen pada lobus inferior
- 2 buah segmen pada lobus medialis
- 3 buah segmen pada lobus inferior

Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang


disebut lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi
oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah geteh bening dan
saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam
lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini
disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus
yang diameternya antara 0,2-0,3mm.
Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah
rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk
paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru
dibungkus oeh selaput selaput yang disebut pleura. Pleura dibagi menjadi
dua :
a. Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru.
b.Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding
dada.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum
pleura. Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan
(eksudat) yang berguna unuk meminyaki permukaannya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu
bernapas.

3
2.2 Definisi

Aspergilloma, juga dikenal sebagai mycetoma atau bola jamur (fungus


ball), adalah koloni jamur yang terdapat dalam kavitas tubuh seperti paru-paru.
Mycetoma biasanya terdiri dari Aspergillus fumigatus (spesies aspergillus yang
paling sering ditemukan), dan merupakan bentuk non-invasif aspergillosis paru
(Gaillard F, Weerakkody Y, 2012).

Aspergilloma paru dapat berkembang pada individu yang sebelumnya


telah memiliki penyakit paru dengan kavitas pada parenkim parunya yang
disebabkan berbagai kondisi seperti tuberkulosis, sarkoidosis, silikosis, atau
bronkiektasis (R.Wilson et al., 2016).

2.3 Epidemiologi

Aspergilloma terjadi pada pasien dengan imunitas normal, tetapi secara


struktural paru-paru tidak normal, dengan rongga atau kavitas yang sudah ada
sebelumnya. Oleh karena itu secara demografi akan sesuai dengan kondisi
yang mendasari, seperti : (Gaillard F, Weerakkody Y, 2012).

a. Tuberkulosis paru: paling sering, tercatat 25-80% kasus bergantung pada


prevalensi TB dalam populasi
b. Sarkoidosis pulmonal
c. Bronkiektasis karena berbagai sebab
d. Kavitas pulmonal lainnya : Kista bronkogenik, skustrasi pulmonal,
pneumatokel PCP.
Kebanyakan pasien tidak perlu untuk dioperasi dan hanya dilakukan terapi
konservatif. Namun, angka kematian pada pasien ini bisa mencapai 50-55%,
dibandingkan dengan tingkat kematian setelah terapi pembedahan, yaitu 1-23%
(Emedicine, 2008).

2.4 Etiologi
Spesies Aspergillus merupakan moulds saphrophyte yang banyak
dijumpai di tanah, air, dan tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Lebih dari 200

4
spesies Aspergillus telah diidentifikasi, dan Aspergillus fumigatus merupakan
penyebab infeksi yang terbanyak pada manusia dimana >90% menyebabkan
aspergillosis invasif dan non-invasif. Aspergillus flavus menyebabkan
aspergillosis invasif sebanyak 10%, sedangkan Aspergillus niger dan
Aspergillus terreus sebanyak 2%.
Aspergilloma terjadi pada pasien dengan imunitas normal, namun secara
struktural paru-paru tidak normal, dengan rongga atau kavitas yang sudah ada
sebelumnya. Jamur akan berdiam dikavitas dan mampu tumbuh bebas dari
gangguan karena sistem imun tidak dapat menembus kedalam rongga. Ketika
jamur bermultiplikasi, mereka membentuk sebuah bola yang terdiri dari
jaringan yang mati dari paru-paru disekitarnya, mukus, dan debris lainnya.
Masuknya spora jamur Aspergillus pada manusia umumnya melalui
inhalasi dengan masa inkubasi yang tidak diketahui. Aspergillus dapat
menyerang semua ras dan jenis kelamin dengan perbandingan yang sama, dan
dapat mengenai semua usia. (Anonim, 2007).

2.5 Patofisiologi

Empat macam klasifikasi klinis aspergilosis memiliki patofisiologi yang


berbeda sesuai jenisnya. Sistem imun alamiah akan berusaha menyingkirkan
spora mulai dari lapisan mukosa dan gerakan silia pada saluran pernapasan.
Selanjutnya, jika spora sudah terlanjur masuk, akan ada perlawanan dari
makrofag dan netrofil melalui fagositosis. Beberapa spesies Aspergillus
memproduksi metabolit toksin yang menghambat proses fagositosis.
Kortikosteroid (terutama pada penderita asma) juga akan melemahkan proses
fagositosis ini.

Keadaan imunosupresi lainnya seperti: penderita Human Immuno-


deficiency Virus (HIV) positif atau Aquired Immuno-deficiency Syndrome
(AIDS), penyakit granulomatosa kronik, maupun imunosupresi farmakologis
juga menyebabkan disfungsi atau menurunkan jumlah neutrofil. Pada pasien
yang mengalami imunosupresi, invasi vaskular lebih sering terjadi dan
menyebabkan infark, perdarahan, serta nekrosis jaringan paru.

5
Penyebab paling umum dari struktur penyakit paru pada pasien dengan
aspergiloma adalah kavitas karena tuberkulosis sebelumnya dan sarkoidosis.
Penyakit yang sudah ada sebelumnya di paru-paru mungkin mengganggu
pembersihan normal dari organisme, memungkinkan terjadinya infeksi
berikutnya. Secara karakteristik, jamur biasanya tidak menghasilkan invasi
jaringan.
Jamur akan menetap di dalam kavitas dan dapat berkembang di
dalamnya karena sistem imun tubuh akan menghambat penetrasi jamur ke
dinding kavitas. Jamur dapat tumbuh membentuk fungus ball yang terdiri dari
jaringan nekrotik, mukus dan debris-debris. (Gotway, 2012).

Secara histologis, aspergiloma merupakan gambaran dari adanya fungus


ball (misetoma), yakni sebuah konglomerasi seperti massa dari hifa yang
tumpang tindih dengan fibrin, debris selular, mukus, dan produk darah lainnya.
Misetoma ini dapat mengalami kalsifikasi menjadi gambaran amorf atau seperti
cincin dari foto toraks. Lebih dari setengan pasien aspergiloma akan mengalami
peningkatan presipitin serum. (Gotway, 2012).

Gambar 2.2 Aspergilloma


Sumber : http://www.umm.edu/image/17263.html

6
2.6 Diagnosis
a.Manifestasi Klinis

Aspergilloma bisa tidak menimbulkan gejala klinis tertentu selain


penyakit utama yang mendasarinya, yakni tuberkulosis, sarkoidosis, atau proses
nekrosis lain di paru. Pada pasien HIV aspergiloma dapat terjadi pada area yang
berkista akibat infeksi pneumonia Pneumocystis carinii. Dari semua pasien
aspergiloma, 40-60%-nya akan mengalami batuk darah yang massif.
Kadang-kadang aspergiloma juga dapat menyebabkan batuk-batuk
(tanpa batuk darah) dan demam yang berkepanjangan. Namun gejala klinis
aspergiloma tidak ada yang khas, penderita aspergiloma akan mengalami gejala
sesuai penyakit yang mendasarinya. Pada umumnya gejala klinis dan hasil
laboratorium penderita aspergiloma akan sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya. (Harman, 2008; McAdam AJ, Sharpe AH. 2015; Sugar and
Kauffman,2013)

b. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologi
a. Foto Polos Thoraks
Aspergilloma biasanya muncul sebagai massa tipis jaringan lunak
bulat atau bulat lonjong yang terletak di dalam sekitar kavitas dan digariskan
oleh suatu crecent of air. Dengan mengubah posisi pasien biasanya
menunjukkan bahwa massa tersebut dapat bergerak, sehingga dapat
mengkonfirmasikan diagnosis.
Foto toraks sangat bermanfaat untuk menunjukkan adanya massa
pada kavitas yang telah ada sebelumnya. Gambaran aspergilloma terlihat
berupa massa intra-kavitas yang dikelilingi udara yang membentuk
gambaran sabit (crescent air), mobile dan paling sering terlihat di lobus atas
paru. Perubahan posisi fungus ball setelah perubahan posisi pasien dari
supine menjadi prone merupakan tanda lain dari aspergilloma CT-scan dada
dapat dilakukan untuk memvisualisasikan aspergilloma yang tidak terlihat
dengan foto thorax. Gambaran radiologi ini juga bisa ditemukan pada kasus
neoplasma, abses, kista hidatid, dan granulomatosis dengan poliangitis. Pada
kasus ini, pada gambaran foto terlihat gambaran berupa massa intra-kavitas

7
yang dikelilingi udara yang membentuk gambaran sabit (crescent air) di
lapangan atas paru kiri. (McAdam AJ, Sharpe AH, 2015).

Gambar 2.3. TB dengan kavitas terkait dengan aspergilloma.


Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/353200-media

Kesan : Menunjukkan rongga di lobus atas kiri (panah hitam) dengan area
jaringan lunak opaque tergantung (panah putih solid). Hiperlusen pada area
bulan sabit (panah terbuka) merupakan sisa udara dalam rongga dan disebut
sebagai the air crescent sign (tanda bulan sabit udara).

Gambar 2.4 Gambaran foto toraks dada penderita aspergiloma.

8
Kesan : Tampak fungus ball ditandai dengan masa solid (radio opaque) pada
lapangan atas paru kanan (tanda panah).

(a) (b)
Gambar 2.5 Foto toraks posteroanterior
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/353200-media

Kesan (a) :Menunjukkan aspergilloma multiple pada pasien dengan


tuberkulosis. Perhatikan adanya beberapa crescent air.
Kesan (b) : Rontgen toraks posteroanterior diperoleh pada wanita 36 tahun
yang sebelumnya diobati untuk TB paru. Pasien memiliki
misetoma pada lobus kiri atas dan muncul dengan haemoptisis
berulang yang mengancam nyawa. Penyakit ini tidak respon
dengan terapi antifungi local dan sistemik.

b. CT scan
Gambarannya pada CT scan berupa kavitas yang terbentuk dengan baik
dengan massa jaringan lunak bulat tipis ditengahnya dikelilingi oleh air crescent
sign. Massa ini biasanya berbentuk bola atau bulat telur. Pada posisi pasien yang
berbeda, massa dapat ditunjukkan dapat bergerak. Massa tersebut dapat
sepenuhnya mengisi kavitas sehingga mengambil bentuk bentuk kavitas tersebut,
menghilangkan gambaran crecent of air di sekitarnya dan tidak dapat bergerak
lagi.

9
Kalsifikasi tidak jarang terjadi, yang bisa berkisar dari tidak ada hingga
keadaan yang berat. Karena peradangan dan pembentukan jaringan granulasi
vaskular, arteri bronkial yang mensuplai dinding kadang-kadang dapat dilihat
sebagai pembesaran yang nyata. Pleura yang berdekatan mungkin akan menebal.
(Gotway, 2012).

Gambar 2.6 Aspergilloma di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya.


Sumber : http://radiopaedia.org/images/296

Kesan : Udara yang berbentuk bulan sabit yang mengelilingi aspergilloma


dikenal sebagai cresent air sign.

Gambar 2.7 CT Thoraks


Sumber : http://radiopaedia.org/images/19475

10
Kesan : Kavitas bilateral dengan fungus ball yang bergantung pada posisi

Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan makroskopis dapat menjumpai adanya massa solid (fungus


ball) dengan diameter 3-5 cm dengan di dalam suatu cavitas. Terjadi penebalan
dinding kavitas dengan pembentukan jaringan ikat fibrous hingga mengenai
parenkim paru bahkan dapat meluas sampai ke pleura.

Gambar 2.8 Fungus ball


yang ditemukan pada
penderita aspergilosis

Pemeriksaan histopatologi merupakan salah satu pemeriksaan yang


penting dalam mendiagnosis aspergiloma. Dengan pewarnaan hematoxylin-
eosin (HE) dapat tampak mycelium dengan septa hifa dengan percabangan
membentuk sudut 45° dengan susunan yang acak dan fruit bodies
(conidiosphore) walaupun jarang. Beberapa hifa dapat menghasilkan pigmen
berwarna coklat kehitaman. Sama halnya dengan sediaan sitologi, dapat pula
terlihat adanya kristal kalsium oksalat dengan pemeriksaan cahaya
terpolarisasi. (Melamed MR 2016; Rosai J, 2014)

Gambar 2.9 Gambaran


histopatologi aspergiloma.
Tampak hifa dengan
susunan acak.

11
2.7 Diagnosis Banding
2.7.1 Abses Paru
Abses paru adalah infeksi dekstruktif berupa lesi nekrotik pada
jaringan paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang
berisi nanah (pus) dalam parenkim paru padasatu lobus atau lebih.
Kavitas ini berisi material purulen sel radang akibat proses nekrotik parenkim
paru oleh proses terinfeksi. Bila diameter kavitas <2cm dan jumlahnya
banyak (multiple small abscesses) dinamakan necrotizing pneumonia.
a. Foto thoraks
Foto thoraks anterior dan lateral sangat membantu untuk melihat
lokasi lesi dan bentuk abses paru. Pada hari-hari pertama penyakit foto
thoraks hanya menggambarkan gambaran opak dari satu ataupun lebih
segmen paru atau hanya berupa gambaran densitas homogen yang berbentuk
bulat. Kemudian akan ditemukan gambaran radiolusen dalam bayangan
infiltrat yang padat. Selanjutnya bila abses tersebut mengalami
ruptur sehingga terjadi d r a i n a s e a b s e s y a n g t i d a k s e m p u r n a
k e d a l a m b r o n k u s m a k a a k a n t a m p a k k a v i t a s irregular dengan
batas cairan dan permukaan udara (air fluid level) di dalamnya. Gambaran
spesifik ini tampak dengan mudah bila kita melakukan foto
thoraks dengan posisi berdiri. Khas pada paru anaerobik
kavitasnya single (soliter) yang biasanya ditemukan pada infeksi paru
primer sedangkan abses paru sekunder (aerobik nosokomial atau
hematogen) lesinya bisa multipel.

Gambar 2.10 Foto Thoraks pada Posisi PA

12
Kesan : Terdapat area berbatas tegas transparan di lobus kiri atas (panah putih),
kavitas diisi oleh cairan dan udara (air-fluid level) (panah hitam).

Gambar 2.11 Foto Thoraks pada Posisi Lateral


Kesan : Kavitas terlihat di lobus kiri atas dengan udara dan cairan didalamnya
(panah putih).

b. CT Scan
CT-Scan dapat menunjukkan lesi yang tidak terlihat pada
pemeriksaan foto polos dan d a p a t m e m b a n t u m e n e n t u k a n
l o k a s i d i n d i n g d a l a m d a n l u a r k a v i t a s a b s e s . Pada g a m b a r a n
CT-Scan tampak kavitas terlihat bulat dengan dinding
t e b a l t i d a k t e r a t u r d e n g a n a ir fluid level dan terletak di daerah
jaringan paru yang rusak. Abses paru juga dapat membentuk sudut
lannip dengan dinding dada.

Gambar 2.12 CT-Scan contras enhanced axial

13
Kesan : Lesi kavitas yang besar di lobus bawah kiri dengan dinding yang
relative tebal. Kavitas memiliki batas dalam yang halus dan air-fluid level.
Terdapat reaksi inflamasi pada sekitar paru-paru.

2.7.2 Kanker Paru


Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari saluran pernapasan
(bronkus, bronkiolus, alveolus) dan parenkim paru.
a. Foto Thoraks
Dalam menilai lesi melalui foto polos ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Pertama, perhatikan gambaran dengan proyeksi PA dan lateral
untuk memastikan letak lesi dari kedua posisi tersebut. Jika terdapat
keraguan maka dapat dilakukan foto oblik.
Gambaran foto polos memiliki kecenderungan keganasan jika berupa
massa yang berukuran lebih dari 3 cm (massa). Terutama jika berukuran
seperti bola golf sangat mungkin merupakan keganasan. Massa pada kanker
paru biasanya berupa masa soliter perifer sedangkan 40% massa letaknya
sentral. Massa memiliki batas yang tidak beraturan serta dapat berkavitas.
Nodul satelit juga dapat menjadi gambaran massa.

(a) (b)

Gambar 2.13 (a) Foto polos thoraks PA dengan fibroma pada lingual, (b)
hematoma dengan kalsifikasi popcorn

14
b. CT scan

CT scan adalah modalitas pencitraan yang paling penting untuk


staging kanker paru. Pemeriksaan CT scan biasanya disertai kontras
intravena agar tumor, adenopati, dan pembuluh darah paru apa terlihat jelas.
Analisis CT scan harus mecakup lokasi dan ukuran tumor paru, keterlibatan
dinding dada dan pleura, serta ada/tidaknya limfadenopati hilus atau
mediastinum. Akurasi CT scan dalam menentukan keterlibatan dinding dada
hanya sekitar 50%, namun invasi tersebut ditandai dengan penebalan pleura,
sudut tumpul antara tumor dan pleura, atau peningkatan densitas lemak
ekstrapleura
Peran dari staging kanker paru adalah untuk menentukan apakah
tumor dapat direseksi atau tidak dan apakah reseksinya berupa lobektomi
atau penumonektomi. Lobektomi tidak dapat dilakukan jika terdapat
pertumbuhan transfisura, invasi pembuluh darah paru, invasi bronkus utama,
dan adanya keterlibatan bronkus lobus atas dan bawah.

Gambar 2.15 Kiri: potongan aksial tumor yang dekat dengan fisura.
Kanan: potongan koronal menunjukkan tidak adanya pertumbuhan
transfisura

2.8 Pengobatan
Prinsip pengobatan aspergilosis ialah menghilangkan jamur dan
sporanya dari tubuh penderita. Terapi yang tepat untuk aspergiloma ialah
simptomatik, yakni mengurangi hemoptisis. Namun terapi kausal yang tepat
untuk aspergiloma ialah dengan pembedahan. (Anonim, 2012; Harman, 2008)

15
Dengan lobektomi, kavitas yang berisi aspergiloma dapat dihilangkan
dengan mudah. Namun toleransi pembedahan toraks sangat ketat sehingga
sering ditunda karena fungsi paru penderita sudah jauh berkurang.
Untuk aspergiloma dapat digunakan anti fungi seperti Itraconazole oral
dengan angka kesembuhan hingga 60%. Tindakan lain yang dapat dilakukan
ialah embolisasi arteri bronkial untuk mencegah hemoptisis yang terlalu masif,
namun memerlukan keahlian yang sangat tinggi dari ahli radiologi dengan
panduan CT-scan karena arteri bronkial bercabang menjadi arteri spinalis,
sehingga dikhawatirkan terjadi komplikasi neurologis. (Anonim, 2012; Harman,
2008).

2.9 Prognosis
Prognosis aspergiloma pada sebagian penderita cukup baik, walupun
amat tergantung dari keparahan penyakit dan faktor-faktor lainnya. Pada
beberapa penderita, pembedahan dapat sangat efektif dalam penanganan
aspergiloma, tetapi pembedahan mempunyai resiko yang tinggi dan dapat
menimbulkan komplikasi yang serius. (Anonim, 2012).

16
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Tuan S
Umur : 51 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Lingkungan I Suka Damai Kelurahan Pangkalan Batu,


Kecamatan Brandan Barat Kab. Langkat
Tanggal Masuk MRS : 16 Juli 2012, pukul 02.30 WIB

3.2 Anamnesis Pasien

Keluhan Utama :
Batuk berdarah dan nyeri dada
Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan batuk darah dialami sejak 7 hari yang lalu memberat
dalam 2 hari ini, warna merah terang, volume ±50cc/kali batuk, frekuensi 4-5
kali/hari. Riwayat batuk darah dijumpai sejak Januari s/d Juni 2012, batuk darah
berupa bercak darah bercampur dahak dan hilang timbul. Pasien juga mengaku
selain batuk berdarah, pasien mengalami batuk namun tidak berdarah yang dialami
sejak 3 bulan lalu, batuk berdahak warna putih, volume 1/4 sdt/kali batuk, bau
tidak dijumpai. Nyeri dada juga dirasakan pasien sejak 6 bulan lalu bersamaan
dengan batuk berdarah, pada dada kiri, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri menjalar
ke punggung, nyeri bertambah bila pasien batuk darah. Keluhan tambahan seperti
sesak napas dialami pasien sejak 6 bulan yang lalu, sesak timbul bila pasien
beraktivitas berat, sesak tidak berhubungan dengan cuaca. Suara napas tambahan
juga tidak dijumpai.
Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien pernah mengalami TB paru sebelumnya, penyakit vaskular seperti


hipertensi (+), penyakit mestabolik seperti diabetes melitus (-) dan riwayat adanya

17
tumor (-). Sebelumnya pasien dirawat di RS.Tanjung pura selama 3 hari karena
batuk darahnya, kemudian dirujuk ke RS HAM untuk penanganan selanjutnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mempunyai riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi dan riwayat
penyakit diabetes mellitus, asma, dan tumor disangkal pasien.
Riwayat penyakit sosial :
Riwayat merokok pada pasien dijumpai selama 5 tahun, 5-10 batang/ hari. hisapan
dangkal, pasien berhenti merokok sejak mengalami keluhan. Riwayat pekerjaan
nelayan ±30 tahun

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
- Keadaan umum : Tampak sakit berat
- Kesadaran : Compos Mentis
- Tanda vital : Tekanan darah = 170/100 mmHg
Nadi = 104x/ menit
RR = 20x/ menit
Suhu = 36,7oC

TB = 165 cm
BB = 60 kg
BMI = 22,04 kg/m2,
- Kepala : Deformitas (-), Normochepali
- Mata : Konjungtiva anemia -/-, sklera ikterik -/-,
Reflek Pupil +/+ 3mm, Isokor
- THT : Dalam Batas Normal
- Leher : Nyeri tekan (-), Pembesaran KGB (-)
- Thoraks :

Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis (-)
 Palpasi : Iktus kordis teraba pada 1 cm medial ICS V
linea midclavikula sinistra
 Perkusi : batas jantung atas : ICS III Sinistra
batas jantung kanan : linea parasternal dekat ICS IV

18
batas jantung kiri : 1 cm medial L. midclavikula sinistra
ICR V
 Auskultasi: suara jantung 1 dan 2 tunggal, murmur (-) , ekstra
sistolik (-), gallop (-)

Thoraks Anterior
-Inspeksi : Simetris
-Palpasi : Fremitus ki<ka, kesan melemah di lapangan atas paru kiri
-Perkusi : Sonor memendek pada lapangan atas paru kiri
-Auskultasi : Suara pernapasan: vesikular melemah pada lapangan
atas paru kiri
Suara tambahan : wheezing (-)
Ronki kering (+) kedua paru
Thoraks Posterior
-Inspeksi : Simetris
-Palpasi : Fremitus ki<ka, kesan melemah di lapangan atas paru kiri
-Perkusi : Sonor memendek pada lapangan atas paru kiri
-Auskultasi : Suara pernapasan: vesikular melemah pada lapangan
atas paru kiri
Suara tambahan : wheezing (-)
ronki kering (+) pada kedua paru

- Abdomen : Bentuk flat, tidak ada pembesaran organ.


- Ekstremitas :
- Superior : akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-), clubbing
finger (+/+)
- Inferior : akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-), clubbing
finger (+/+)

3.4 Pemeriksaan Laboratorium


(16-07-2012) di RS HAM:
 WBC : 12,76x 103/mm³
 RBC : 4,62x 106/mm³

19
 HGB : 13,30 g%
 PLT : 392 x 10³/mm³
 Neutrofil : 81,80 %
 Limfosit : 11,80 %
 Monosit : 4,70 %
 Eosinofil : 1,60%
 Basofil : 0,100%
 Analisa Gas Darah: (tanpa oksigen)
- pH : 7,43
- pCO2 : 33,5 mmHg
- pO2 : 60,3 mmHg
- HCO3 : 21,9 mmol/L
- Tot CO2 : 22,9 mmol/L
- BE : -1,7 mmol/L
- Sat O2 : 90,4 %
Faal Hati
-SGOT : 13 U/L
-SGPT : 8 U/L
Faal Ginjal
-Ureum : 32,00 mg/dL
-Creatinin : 0,64 mg/dL
Metabolisme karbohidrat
-KGD sewaktu: 113,00 mg/dl
Elektrolit
-Natrium (Na) : 126 mEq/L
-Kalium (K) : 4,5 mEq/L
-Klorida (Cl) : 107 mEq/L

3.5 Pemeriksaan Penunjang


Foto Thoraks PA, (Tanggal. 16 Juli 2012 di RS HAM

20
Gambar 2.14 Foto Thoraks PA

Kesan
a) Skapula sedikit superposisi
b) Klavikula simetris
c) Trakea medial
d) Kosta intak
e) Konsolidasi homogen di lapangan atas paru kiri, batas tidak tegas
f) ‘Crescent sign’ pada lapangan atas paru kiri
g) CTR 56%

3.6 Resume
Pasien laki-laki, 51 tahun datang ke RS HAM dengan keluhan batuk
darah dialami pasien sejak 7 hari yang lalu memberat dalam 2 hari ini, warna
merah terang, volume ±50cc/kali batuk, frekuensi 4-5 kali/hari. Batuk berupa
bercak darah bercampur dahak dan hilang timbul. Batuk dialami pasien sejak 6
bulan lalu. Nyeri dada dirasakan pasien juga sejak 6 bulan lalu bersamaan
dengan batuk berdarah, nyeri dada dirasakan pada dada kiri, nyeri seperti
tertusuk-tusuk, nyeri menjalar ke punggung, nyeri bertambah bila pasien batuk
darah. Sesak napas dialami pasien sejak 6 bulan yang lalu, sesak timbul bila
pasien beraktivitas berat. Mual dijumpai. Riwayat minum OAT diakui pasien
dari dokter RS Tanjung Pura berdasarkan klinis dan radiologis, tetapi pasien
hanya minum OAT 1 bulan, diberhentikan karena pasien merasa sudah sembuh.
21
Januari 2016 s/d sekarang pasien minum OAT dari dokter RS Tanjung Pura
berdasarkan klinis dan radiologis. Riwayat merokok dijumpai selama 5 tahun, 5-
10 batang/ hari. Riwayat pekerjaan nelayan ±30 tahun. Riwayat keluarga
menderita hipertensi(+). Sebelumnya os dirawat di RS. Tanjung pura karena
batuk darahnya, kemudian dirujuk ke RS HAM untuk penanganan selanjutnya.
RPT: TB paru. RPO: OAT (FDC).

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aspergilloma, juga dikenal sebagai mycetoma atau bola jamur (fungus


ball), adalah koloni jamur yang terdapat dalam kavitas tubuh seperti paru-paru.
Aspergilloma paru dapat berkembang pada individu yang sebelumnya telah
memiliki penyakit paru dengan kavitas pada parenkim parunya yang disebabkan
berbagai kondisi seperti tuberkulosis, sarkoidosis, silikosis, atau bronkiektasis.

Prinsip pengobatan aspergilosis ialah menghilangkan jamur dan sporanya


dari tubuh penderita. Terapi yang tepat untuk aspergiloma ialah simptomatik,
yakni mengurangi hemoptisis. Namun terapi kausal yang tepat untuk
aspergiloma ialah dengan pembedahan.

Prognosis aspergiloma pada sebagian penderita cukup baik, walupun


amat tergantung dari keparahan penyakit dan faktor-faktor lainnya. Pada
beberapa penderita, pembedahan dapat sangat efektif dalam penanganan
aspergiloma, tetapi pembedahan mempunyai resiko yang tinggi dan dapat
menimbulkan komplikasi yang serius.

4.2 Saran

Penulis mengaku di dalam referat ini masih banyak kekurangan, karena itu
penulis mengharap saran yang membangun dari dosen pembimbing dan rekan-
rekan guna perbaikan referat ini dan selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2012. Aspergilloma. http://www.histopathology-india.com


2. Anonim. 2012. Pulmonary aspergilloma (mycetoma).
http://www.midlineplus.gov/
3. Alsagaff, dkk. 2016. Abses paru dalam Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya; Airlangga University. Halaman 1-13.
4. Chen JC, Chang YL, Luh SP et-al. 1997. Surgical treatment for pulmonary
aspergilloma. Edisi 28.
5. Gaillard F, Weerakkody Y. 2012. Aspergilloma. http://radiopaedia. org/articles/
aspergilloma.
6. Gotway, Michael B. 2012. The Radiologic Spectrum of Pulmonary Aspergillus
Infection. Philadelphia; Journal of Computer Assisted Tomography.
7. Harman EM. 2008. Aspergillosis. http://emedicine.mediscape.com/
8. McAdam AJ, Sharpe AH. 2015. Infectious Diseases. In: Kumar V, Abbas AK,
Fausto N. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Elsevier Saunders.
Philadelphia. Edisi 399-400
9. R. Wilson, Walter., Maerle A. Sande. 2016. Current Diagnosis and Treament in
Infectious Diseases. United States; The McGraw-Hill Companies, Inc. Edition
755-756.
10. Sugar AM, Kauffman CA, Thorner AR. 2013. Aspergilloma.
11. Sytemic Mycoses. In: Midgley-Clayton-Hay. 1997. Diagnosis in Color Medical
Mycology. Halaman 134-400.

24

Anda mungkin juga menyukai