V. Data Percobaan
Berikut ini data awal yang diperoleh dari percobaan.
Tabel V.1 Data Awal Percobaan
Temperatur air 20℃
Dosis Volume
Kekeruhan (NTU) Efisiensi
Koagulan Sampel
(%)
(mg/L) (mL) I II III Rata-Rata
20 5,3 6,3 4,3 5,3000 95,2252
30 1,9 3,9 3 2,9333 97,3574
40 4,6 3,1 4,1 3,9333 96,4565
500
50 3,6 3,1 3,1 3,2667 97,0571
60 1,9 1 0,5 1,1333 98,9790
70 4,5 4,2 4,1 4,2667 96,1562
0 999,9
5 1000
10 999,7
15 999,1
20 998,2
30 995,7
40 992,2
50 988,1
60 983,2
70 977,8
80 971,8
90 965,3
100 958,4
Temperatur Viskositas
(℃) Dinamis (Ns/m2)
0,01 0,0017914
10 0,0013060
20 0,0010016
25 0,0008900
Temperatur Viskositas
(℃) Dinamis (Ns/m2)
30 0,0007972
40 0,0006527
50 0,0005465
60 0,0004660
70 0,0004035
80 0,0003540
90 0,0003142
100 0,0002816
110 0,0002546
120 0,0002320
Sumber: Engineering Toolbox, 2004
0,0016000
0,0014000
0,0012000
y = 1E-07x2 - 3E-05x + 0,0016
0,0010000
R² = 0,9666
0,0008000
0,0006000
0,0004000
0,0002000
0,0000000
0 20 40 60 80 100 120 140
Temperatur (℃)
Pada praktikum ini dilakukan dua jenis pengadukan, yaitu rapid mixing
sebesar 100 rpm selama 1 menit dan dilanjutkan dengan slow mixing
sebesar 60 rpm selama 10 menit. Apabila jumlah putaran tersebut diubah
ke satuan rps, maka didapatkan rapid mixing sebesar 1,67 rps dan slow
mixing sebesar 1 rps. Dengan mengubah satuan tersebut, nilai Bilangan
Reynold dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut.
𝐷2 𝑛𝜌
𝑁𝑅𝐸 =
𝜇
Keterangan:
NRE = Bilangan Reynold
D = Diameter impeller (m)
n = Jumlah putaran pengaduk (rps)
ρ = Densitas air (kg/m3)
µ = Viskositas dinamis (Ns/m2)
Berdasarkan persamaan tersebut, nilai Bilangan Reynold untuk rapid
mixing n=1,67 rps adalah sebagai berikut.
(0,075)2 (1,67)(998,178)
𝑁𝑅𝐸 =
(0,00461)
𝑁𝑅𝐸 = 2033,97713
Selanjutnya, untuk nilai Bilangan Reynold slow mixing n=1 rps adalah
sebagai berikut.
(0,075)2 (1)(998,178)
𝑁𝑅𝐸 =
(0,00461)
𝑁𝑅𝐸 = 1217,95038
Aliran turbulen terjadi pada rapid mixing, sedangkan aliran laminer
terjadi pada slow mixing.
𝑃
𝐺=√
𝜇×𝑉
Keterangan:
P = power input ft.lb/s
µ = Viskositas dinamis (Ns/m2)
V = Volume air yang diaduk (m3)
0,00253033
𝐺=√
0,00461 × 0,0005
𝐺 = 33,13242
Selanjutnya, untuk nilai gradien kecepatan untuk slow mixing n=1 rps
adalah sebagai berikut.
1,84583
𝐺=√
0,00461 × 0,0005
𝐺 = 894,8709
VII. Analisis
VII.1 Analisis Cara Kerja
Pada praktikum ini langkah yang dilakukan pertama kali adalah
temperatur sampel air diukur, pengukuran temperatur ini bertujuan
untuk menentukan densitas air dan viskositas dinamis. Setelah itu,
kekeruhan awal sampel air sebelum mengalami proses pengadukan
dihitung menggunakan alat turbidimeter untuk nantinya dirata-ratakan
dengan kekeruhan setelah melewati proses pengadukan (mixing). Selain
itu, diameter flat paddles 2 blades (single paddle) diukur juga untuk
menentukan nilai Bilangan Reynold dan daya. Setelah dilakukan kedua
perhitungan tersebut, sampel air sebanyak 500 mL dimasukkan ke
dalam 5 gelas kimia masing-masing. Setelah itu, dimasukkan koagulan
Alumunium Sulfat atau PAC ke dalam sampel air sesuai dengan dosis
yang telah ditentukan sebelumnya. Gelas ukur yang telah berisi sampel
air dan koagulan selanjutnya dimasukkan ke dalam alat jar test untuk
dilakukan proses pengadukan (mixing) dan koagulasi-flokulasi. Letak
gelas ukur perlu diperhatikan agar tidak terkena paddle yang ada pada
alat jar test sehingga proses pengadukan dapat berjalan dengan optimal.
Pada proses pengadukan oleh alat jar test akan dilakukan pengadukan
dengan kecepatan putaran 100 rpm selama 1 menit kemudian kecepatan
putaran dilanjutkan dengan 60 rpm selama 15 menit. Hal ini dilakukan
agar terbentuk aliran turbulen sehingga akan terjadi tumbukan antar
partikel sedimen dan terbentuk flok, proses pengadukan dibuat lambat
agar flok-flok yang sudah terbentuk tidak lagi larut bersama air. Setelah
proses pengadukan dan koagulasi-flokulasi selesai dilakukan, langkah
selanjutnya adalah dilakukan filtrasi pada sampel air tersebut
menggunakan kertas saring. Hal ini bertujuan agar flok yang terbentuk
dapat tersaring dan sampel air lebih jernih. Langkah terakhir adalah
kekeruhan sampel air akhir dihitung menggunakan turbidimeter dengan
dilakukan secara triplo agar hasil yang didapat lebih representatif dan
akurat.
VII.2 Analisis Hasil
Berdasarkan pengolahan data pada bagian sebelumnya, didapatkan nilai
kekeruhan rata-rata. Data tersebut dapat dihubungkan dengan jenis dan
dosis koagulan yang digunakan pada praktikum ini dalam bentuk grafik
seperti di bawah ini.
6,0000
Kekeruhan Rata-Rata (NTU)
5,0000
4,0000
3,0000
2,0000
1,0000
0,0000
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Dosis Koagulan (mg/L)
Alum
Pada grafik di atas, dapat diketahui nilai kekeruhan berada di titik paling
rendah saat dosis koagulan Alumunium Sulfat yang digunakan sebanyak
60 mg/L dan nilai kekeruhan paling tinggi berada pada dosis koagulan
sebanyak 20 mg/L. Grafik ini tidak menunjukkan hubungan semakin
banyak koagulan, maka akan semakin rendah nilai kekeruhannya.
Sehingga dosis koagulan Alumunium Sulfat optimum berada pada
angka 60 mg/L. Nilai dosis optimum pun dapat dilihat berdasarkan
efisiensinya. Efisiensi terbesar ada pada dosis 60 mg/L yaitu sebesar
98,979% yang digambarkan pada grafik di bawah ini.
99,5000
99,0000
98,5000
98,0000
Efisiensi (%)
97,5000
97,0000
96,5000
96,0000
95,5000
95,0000
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Dosis Koagulan (mg/L)
Alum
1,0000
Kekeruhan Rata-Rata (NTU)
0,9000
0,8000
0,7000
0,6000
0,5000
0,4000
0,3000
0,2000
0,1000
0,0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Dosis Koagulan (mg/L)
PAC
120,0000
100,0000
80,0000
Efisiensi(%)
60,0000
40,0000
20,0000
0,0000
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Dosis Koagulan (mg/L)
PAC