Anda di halaman 1dari 13

I. TINJAUAN UMUM SENYAWA AKTIF (FI IV, 1995.

hal 246)
Struktur molekul dari klotrimazol

CL

C22H17ClN2 344,8
1-[(2-Chlorophenyl)(diphenyl)methyl]-1H-imidazole
[23593-75-1]

Rumus molekul dari klotrimazol adalah C12H17ClN2 dengan nama kimia 1-(o-Kloro-
α-α-difenilbenzil)imidazol [23593-75-1].
Klotrimazol praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam methanol, dalam aseton,
dalam kloroform dan dalam etanol.
Klotrimazol merupakan serbuk hablur, putih sampai kuning pucat. Melebur pada suhu
lebih kurang 142º, disertai peruraian.

II. PENGAWASAN DALAM PROSES


a. IPC selama proses percatakan ovula terdiri dari keseragaman bobot/volme
b. IPC setelah percetakan :
1. Keseragama bobot/volume
Masing-masing suppositoria ditimbang sebanyak 20 kali, diambil secara acak.
Bobot rata-rata ditentukan, tidak boleh lebih dari 2 suppositoria yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata ±5% simpangan baku. (BP 2001, A 250)

1
2. Uji Waktu Hancur
Sampel uji : 3 buah, untuk semua suppo kecuali suppo yang ditujukan untuk
pelepasan termodifikasi atau kerja diperlama.
Alat : Uji waktu hancur untuk suppo.
Suppositoria dinyatakan hancur sempurna, bila :
- Larut sempurna
- Terdispersi menjadi komponen, bagian lemak cair berkumpul pada
permukaan, bagian serbuk yang tidak larut berada di dasar atau terlarut.
- Menjadi lunak mengalami perubahan dalam bentuknya tanpa terpisah menjadi
komponennya dan massa tidak mempunyai inti padat yang memberikan
rintangan bila diaduk dengan pengaduk kaca.
Syarat waktu hancur :
Basis larut lemak = tidak lebih dari 30 menit
Basis larut air = tidak lebih dari 60 menit
(BP 2001, A 235)
3. Uji titik leleh
Sampel : 1 suppositoria
Alat : Uji titik leleh suppo

III. EVALUASI SEDIAAN SUPPO


1. Evaluasi fisik
a. Uji penampilan Apperance
Prinsip : Mengetahui distribusi zat berkhasiat di dalam basis
suppositoria
Penafsiran hasil : Bagian internal dan bagian eksternal suppositoria
menunjukkan penampakan yang seragam.
Prosedur : Diamati secara visual
(Pharmaceutical Dossage Form, Disperse System, hal 552)

2
b. Keragaman Bobot
Prinsip : Penentuan bobot rata-rata suppositoria
Penafsiran hasil : Tidak boleh lebih dari 2 suppositoria yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata ± 5%.
(BP 2001, A 250)
c. Waktu Hancur
Mengacu pada bagian pengawasan dalam proses (IPC) pada bagian uji waktu
hancur.
d. Uji Ketegaran
Tujuan : Untuk menentukan ketegaran suppositoria melalui jumlah
beban yang diperlukan untuk menghancurkan suppositoria.
e. Keragaman Kandungan
Tujuan : Menentukan kadar zat aktif dalam masing-masing
suppositoria
Penafsiran hasil : Kadar zat aktif dalam suppositoria tidak boleh di luar syarat
yang ditetapkan dalam monografi sediaan dan varian tidak
besar (RSD < 6%)
f. Uji penetrasi
Prinsip : Penentuan bobot rata-rata suppositoria
Penafsiran hasil : Tidak boleh lebih dari 2 suppositoria yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-rata ± 5%
2. Evaluasi Kimia
a. Identifikasi
Metode utama : Spektrofotometri IR
Prinsip : Apabila radiasi inframerah tengah mengenai molekul
organik, frekuensi tertentu yang energinya sesuai dengan
frekuensi energi vibrasi dan rotasi atom atau gugus atom
dalam molekul, akan diabsorpsi dan digunakna untuk eksitasi

3
pada tingkat energi vibrasi dan rotasi khas dari molekul.
(USP 24, Hal 1115)

b. Penetapan Kadar
Metode utama : KCKT
Prinsip : Kromatografi cair kinerja tinggi memisahkan komponen
campuran senyawa kimia terlarut dengan sistem adsorpsi
pada fase diam padat atau sistem partisi diantara fase diam
cair yang terikat padapenyangga padat dan fase gerak cair.

IV. ANALISIS MASALAH DAN PENYELESAIANNYA YANG BERKAITAN


DENGAN PENGUJIAN MUTU

IV.1 Pendahuluan
Klotrimazole merupakan suatu senyawa turunan imidazol.
Struktur molekul

CL

N
Cincin imidazol
N

Senyawa klotrimazole juga memiliki jenis ikatan rangkap terkonjugasi


pada gugus benzennya. Adanya gugus imidazol dan ikatan rangkap terkonjugasi
pada senyawa klotrimazole dapat menjadi dasar analisis dari senyawa tersebut.

4
IV.2 Data-Data Analisis
a. Data Spektrofotometri (UV/IR)
Senyawa klotrimazole dapat dideteksi dengan spektrofotometri UV karena
adanya ikatan rangkap terkonjugasi pada senyawa tersebut. Selain itu, senyawa
klotrimazole juga dapat dideteksi dengan spektrofotometri IR, karena ada ikatan-
ikatan pada rangka molekul klotrimazole yang terbaca dengan spektrofotometri
IR. Dalam hal identifikasi, hasil analisa dengan spektrofotometri UV dan IR
dibandingkan dengan data spektrum dari buku-buku referensi.
 Spektrofotometri UV.
Prinsip :
Radiasi UV dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul
yang mengandung elekron-n terkonjugasi dan/atau atom yang mengandung
elektron-n, menyebakan transisi elektron di orbit terluarnya dari tingkat energi
elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya
absorban radiasi tersebut sebanding dengan banyakanya molekul analit yang
mengabsorpsi dan dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Satya darma,
kosasih, hal 87).
Pada spektrofotometri UV, larutan klotrimazole dalam metanol akan memberikan
puncak pada panjang gelombang 254 nm dan 260 nm (Clarke’s, hal 487).

5
 Spektrofotometri IR
Prinsip :
Apabila radiasi inframerah tengah mengenai molekul organik, frekuensi tertentu
yang energinya sesuai dengan frekuensi energi vibrasi dan rotasi atom gugus atom
molekul akan diabsorpsi dan digunakan untuk eksitasi pada tingkat energi vibrasi
dan rotasi khas dari molekul.
Pada spektrofotometri IR senyawa klotrimazole akan memberikan serapan pada
panjang gelombang atau bilangan gelombang 765, 752, 708, 1075, 741, 1205
(Clarke’s, hal 487).

Bilangan Gelombang (cm-1) Struktur/gugus


1600 Aromatik
1050 – 1260 Eter R-O-R
300 – 1430 Haloalkana C-C
3000 – 3700 NCH3

(Dibbein, Hal 948)

(Clarke’s, hal 488)

6
b.Data kromatografi
- KLT
Prinsip :
Identifikasi berdasarkan pada perbedaan laju migrasi masing-masing molekul
senyawa diantara fase diam dan fase gerak yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti adsorpsi atau partisi pada fase diam, kelarutan dalam cairan partisi dan
pelarut pembilas, serta polaritas dari cairan partisi dan pelarut.
Untuk senyawa klotrimazole, metode KLT yang digunakan menggunakan fase diam
silika gel P 0,25 mm, fase gerak campuran metanol P-kloroform P (3 : 2).
Penampak bercak yang digunakan adalah iodium P 100 g (FI IV 1995, hal 246).
- KCKT
Untuk senyawa klotrimazol metode KCKT yang digunakan menggunakan fase
diam kolom stainless steel (panjang 4,6 mm X 25 cm) berisi bahan pengisi L1
dengan ukuran partikel 10 µm. Fase gerak dari metode KCKT adalah campuran
metanol P-larutan kalium fosfat dibasa 3:1, dengan laju aliran lebih kurang 1,5 mL
per menit dengan detektor spektrofotometer 254 nm (FI IV, hal 247).

IV.3 Stabilitas dan Kemurnian


 Senya klotrimazole melebur pada suhu ± 142o, disertai penguraian
(FI IV 1995, Hal 246)
 Uji kemurnian dari senyawa klotrimazole
a.Uji batas klorida
Prinsip : Ion Cl - dari zat uji akan bereaksi dengan Ag + dari pereaksi AgNo3
dalam suasana asam membentuk AgCl. Kekeruhan yang
terbentuk dibandingkan dengan larutan pembanding yang
mengandung sejumlah volume asam klorida 0,02 N yang tertera
pada monografi (FI IV, Hal 931).

7
Cara kerja : Larutkan 1,0 g klotrimazole dalam 40 mL N,N-dimetilpormamid
tambahkan 6 mL larutan asam nitrat (asam nitrat dalam air 50
mL). Lakukan pengujian dengan menggunakan larutan tersebut
(larutan uji). Siapkan larutan kontrol 0,60 mL dari 0,01 mol/L
asam hidroklorat, 40 mL dari N,N-dimetilpormamid, 6 ml dari
larutan asan nitrat 50 mL (tidak lebih dari 0,021%). (JP 15, hal
532).
b. Uji batas logam berat
Cara kerja : Sama seperti pada pengujian klorida, tetapi klotrimazol yang
ditimbang 2,0 mg. Lakukan pengujian. Siapkan larutan kontrol
dari 2 ml larutan standar (tidak lebih dari 10 bpj)
(JP 15, hal 532)
c. Kejernihan dan warna larutan
Cara kerja : Larutkan 0,5 g klotrimazole dalam 10 Ml diklormetan :
larutannya jernih dan tidak berwarna (JP 15, hal 532).
d. Uji batas sulfat.
Cara kerja : Larutkan 0,5 gr klotrimazol dalam 10 mL etanol, tambahkan 1 mL
asan hidroklorat 50 mL. Lakukan pengujian dengan
menggunakan larutan tersebut sebagai larutan uji, Siapkan
larutan kontrol 0,05 mL dari 0,005 mol/L asam sulfat, 10
mLetanol, 1 mL larutan asam hidroklrid (tidak lebih dari
0,048%) (JP 15, hal 532).
e. Uji batas arsen
Prinsip : Senyawa arsen dalam zat uji diubah menjadi arsin, kemudian
dilewatkan melalui larutan perak dietilditiokarbamat membentuk
kompleks warna merah. Warna merah yang diperoleh
dibandingkan baik secara visual atau spektrofotometri dengan
warna larutan baku yang tertera dalam masing-masing monografi
(FI IV, Hal 926).

8
Cara kerja :Untuk menyiapkan larutan uji timbang 1 gr Klotrimazol dan
lakukan analisis seperti pada pengujian sulfat. Lakukan
pengujian (kadar tidak lebih dari 2 ppm) (JP 15, hal 532).
f. Penetapan susut pengeringan
Prinsip : Kehlangan bobot disebabkan oleh adanya sisa bahan yang mudah
menguap termasuk pelarut organik dan air (FI IV, Hal 1043)
Tujuan : Penetapan semua jenis bahan yang mudah menguap dan hilang pada
kondisi tetentu (FI IV, Hal 1043).
Syarat : Tidak lebih dari 0,5%, Pengeringan pada suhu 105oC selam 2 jam.
g. Penetapan sisa pemijaran
Prinsip : Komponen yang tidak menguap pada pemijaran dengan asam
sulfat dan tetap tinggal setelah dengan adanya asam sulfat akan
terbentuk garam sulfat yang sesuai, yang akan tetap bertahan
pada suhu tinggi.
Tujuan : Pemeriksaan kemurnian senyawa organik terhadap pencemar
organik (kation dan silikat) terutama pada saat pembuatan.
Syarat : Tidak lebih dari 0,1%.
Pengujian : Timbang klotrimazol 0,5 gr dalam keadaan kering, tambahkan
asam asetat sampai 80 mL (100) dan titrasi dengan 0,1 mol/L
asam perklorat dengan metode titrasi potensiometri. Lakukan
koreksi jika perlu.
Setiap mL dari 0,1 mol/L asam perklorat = 34,48 mg dari C22H17ClN2
(JP 15, hal 532)

9
IV.4. Identifikasi Zat Aktif dalam Sediaan
a. Zat Aktif
Mengacu pada bab IV.2 tentang data-data analisis. Metode-metode analisis
yang dapat digunakan untuk identifikasi zat aktif meliputi spektrofotometri
UV,Spektrofotometri IR, KLT dan KCKT.
Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum
ultraviolet dan cahaya tampak terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm hingga 800 nm.
Karena panjang gelombang klotrimazole berada pada panjang gelombang 254
sampai 260 maka analisis zat aktif dapat dilakukan dengan metode
spektrofotometer UV.
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis. Penetapan kadar dilakukan
dengan menggunakan larutan mengandung lebih kurang 20 mg per mL kloroform P
sebagai larutan uji. Dan menggunakan fase gerak campuran xilena P-n-propanol P-
amonium hidroksida P (180 : 20 :1). Keuntungan utama kromatografi lapis tipis
pengembangan sinambung adalah seletivitas pelarut yang daya melarutkannya
rendah. Kekeatan pelarut berkaitan dengan sifat fasa gerak yang menyebabkan zat
terlarut bermigrasi dan, dan sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut.
Kekuatan pelarut dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan pelarut yang lebih
polar, hal ini menyebabkan harga Rf menjadi bertambah.

b. Sediaan
Identifikasi sediaan dapat dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri IR dan KCKT (USP 25, hal 519).
Identifikasi zat klotrimazol dapat dilakukan dengan metode reaksi warna yaitu :
- 0,1 g klotrimazole ditambahkan asam hidroklorit TS dari 5 mol/mL, larutkan
dengan pemanasan dan dinginkan. Pada larutan tersebut tambahkan 3 tetes garam
reinecke TS : terbenuk endapan merah terang (JP 15, hal 532).

10
- Dengan menggunakan reaksi nyala, klotrimazol dipanaskan dibawah api secara
langsung akan terlihat warna hijau (JP 15, hal 532).
Pemilihan metode :
Metode utama untuk identifikasi zat aktif dan sediaan adalah dengan menggunakan
spektrofotometer IR, karena penyiapannya lebih mudah.
Untuk metode alternatif pada identifikasi zat aktif digunakan spektrofotometri UV
dan metode alternatif identifikasi sediaan digunakan KCKT.

IV.5 Penatapan Kadar Zat Aktif dan Sediaan


a. Zat Aktif
Penetapan kadar zat aktif dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja
tinggi. Metode ini merupakan satu-satunya metode yang digunakan dalam penetapan
kadar zat aktif dan akan menjadi metode utama.
Fasa gerak campuran metanol P – larutan kalium fosfat dibasa (3:1), saring
melalui penyaring membran dengan porositas 0,2 µm atau lebih halus. Perbandingan
volume dapat disesuaikan untuk memperoleh resolusi yang dikehendaki.
Larutan baku internal timbang lebih kurang 33 mg testosteron profionat,
masukkan ke dalam labu ukur 200 mL, larutkan dalam 125 mL metanol P, tambahkan
50 mL larutan kalium fosfat dibasa, dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Larutan baku timbang seksama lebih kurang 50 mg klotrimazol BPFI,
masukan ke dalam labu ukur 50 mL, larutkan dalam 25 mL etanol P, tambahkan 12,5
mL larutan kalium fosfat dibasa, dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Enceran larutan baku Masukkan 10,0 mL larutan baku ke dalam labu ukur
100 mL, tambahkan 4,0 mL larutan baku internal, encerkan dengan fase gerak sampai
tanda.
Larutan uji Timbang seksama lebih kurang 100 mg, masukkan ke dalam labu
ukur 10 mL, larutkan dalam 5 metanol P, tambahkan 2,5 mL larutan kalium fosfat
dibasa, encerkan dengan metanol P sampai tanda.

11
Enceran larutan uji. Masukan 1 mL larutan uji ke dalam labu ukur 100 mL,
tambahkan 4,0 mL larutan baku internal, encerkan dengan fase gerak sampai tanda.
Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan dtektor 254 nm dan kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 µm. Laju aliran
lebih kurang 1,5 mL per menit.
Prosedur : Resolusi, R, antara puncak klotrimazol dan (o-klorofenil) difenil metanol
tidak kurang dari 1,9 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang enceran
larutan baku tidak lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif (o-klorofenil) klotrimazol
adalah lebih kurang 1,0.

b.Sediaan
Sediaan ovula klotrimazol ditetapkan kadarnya dengan metode kromatografi
cair kinerja tingi seperti sediaan krim klorimazole. Oleh karena itu, metode ini akan
dijadikan metode utama dalam penetapan kadar sediaan.
Fasa gerak campuran metanol P – larutan kalium fosfat dibasa (3:1) , saring
melalui penyaring membran dengan porositas 0,2 µm atau lebih halus. Perbandingan
volume dapat disesuaikan untuk memperoleh resolusi yang dikehendaki.
Larutan baku internal timbang sejumlah testosteron propionat, larutkan dalam
etanol mutlak P hingga kadar lebih kurang 0,07 mg per menit.
Larutan baku timbang seksama lebih kurang 50 mg klotrimazol BPFI,
masukan ke dalam labu ukur 50 mL, larutkan dalam 25 mL etanol P, tambahkan 12,5
mL larutan kalium fosfat dibasa, dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Enceran larutan baku Pipet 10,0 mL larutan baku dan 10,0 mL larutan baku
internal, campur.
Larutan resolusi Timbang sejumlah (o-klorofenil)-difenilmetanol BPFI,
larutkan dalam etanol mutlak P hingga kadar lebih kurang 0,12 mg per mL. Campur 7
mL larutan ini dengan 1 mL larutan baku.
Larutan uji. Timbang sejumlah ovula setara dengan lebih kurang 100 mg
klotrimazol masukkan kedalam corong pisah 500 mL, tambahkan 100 mL n-heksan P,

12
kocok hingga ovula larut tambahkan 50 mL asetonitril P kocok selama 1 menit dan
biarka memisah. Alirkan lapisan bagian bawah kedalam labu ukur 200 mL, ekstraksi
lapisan n-heksan yang tersisa dalam corong pisah 2 kali, tiap kali dengan 50 mL
asetonitril P, kumpulkan lapisan bawah kedalam labu ukur diatas encerkan kumpulan
ekstrak dalam labu ukur dengan asetonitril P sampai tanda, kocok dan saring.
Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan
kolom pelindung 2,1 mm x 6 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 10
µm dan kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10
µm. Laju aliran lebih kurang 1,0 mL per menit. (FI IV 1995, hal 247)
Prosedur : resolusi, R, antara puncak (o-klorofenil) difenilmetanol klotrimazol
tidak kurang dari 1,2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang enceran
larutan baku tidak lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif (o-klorofenil) klotrimazol
adalah lebih kurang 1,0.

13

Anda mungkin juga menyukai