Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOFARMASI

Oleh:
Delfritama Ibadillah
11181153
3FA4

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHKATI KENCANA BANDUNG
2021
I. Prinsip
Berdasarkan konsentrasi zat yang terlarut persatuan waktu dapat menjadi indikator kualitas sediaan

II. Dasar Teori


Uji disolusi sediaan farmasi padat merupakan salah satu uji yang penting dalam
pengembangan, produksi, dan penilaian kualitas obat. Hal ini menjadi penting sebab kemampuan obat
dipengaruhi oleh kemampuan disolusinya. Disolusi adalah proses dimana senyawa padat terlarut pada
pelarut dan membentuk larutan.

Terdapat beberapa yang mempengaruhi kemampuan disolusi yaitu, faktor sifat fisikokimia
obat, faktor berkaitan dengan formulasi, faktor yang berkaitan dengan proses pembuatan, dan faktor
yang berkaitan dengan kondisi uji.

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuian dengan persyaratan disolusi yang tertera
dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket tablet harus
dikunyah. Sersyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam
masing-masing monografi.

III. Tugas Pendahuluan


Cara pembuatan dapar fosfat pH 5.8
Dibuat dengan mencampur 50,0 ml kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 3,6 ml natrium hidroksida
0,2 N dan diencerkan dengan air bebas karbondioksida P secukupnya hingga 200,0 ml (Farmakope
Indonesia edisi III).

Volume dapar yang dibutuhkan:


6 chamber x 900ml = 5400 ml ≈ 6000ml
KH2PO4 = 6000 x 50/200
= 1500ml
NaOH = 6000 x 3.6/200
= 108 ml

Jumlah bahan yang perlu ditimbang


KH2PO4 = x/136.09 x 1000/1500
X = 40.620 g
NaOH = x/40 x 1000/108
X = 0.86 g
= 86 mg

IV. Alat dan Bahan


Alat:
Dissolution tester, labu ukur, pipet volume, spektrofotometer UV-Vis, filter holder, beaker glass

Bahan:
Tablet parasetamol, dapar posfat (KH2PO4, NaOH), aquades, kertas lensa, kertas Whatman

V. Prosedur
a. Pembuatan larutan dapar fosfat pH 5.8
• Larutkan KH2PO4 dan NaOH dalam gelas kimia yang terpisah
• Kedalam campuran tsb, tambahkan aquadest sekitar 1000 mL sebelum tanda batas
• Ukur pH campuran menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi
• pH larutan dapar harus menunjukan 5,8 ± 0,05
• Tambahkan aquadest sampai tanda batas

b. Pembuatan kurva kalibrasi paracetamol dalam dapar posfat 5.8


• Buat larutan induk paracetamol 1000 bpj sebanyak 50,00 mL dala dapar posfat pH 5.8
• Buat 6 larutan dengan seri konsentrasi yaitu 2, 4, 6, 8, 10, 12 bpj sebanyak 10 mL yang
di encerkan dari larutan induk
• Ukur absorbansinya masing 6 larutan tsb pada panjang gelombang 243 nm dengan
menggunakan blanko larutan dapar posfat pH 5.8
• Tentukan persamaan kurva kalibrasi yang didapat

c. Uji disolusi tablet paracetamol


• masukan masing-masing dapar posfat ke dalam enam chamber disolusi dan turunkan
pengaduk alat tipe 2 (dayung) sampai jarak antara dasar chamber dengan batas
bawah dayung 25 mm ± 2 mm
• biarkan sampai suhu medium disolusi mencapai 37° ± 0,5°C
• masukan satu tablet ke dalam masing-masing chamber, dan hilangkan gelembung
udara dari permukaan sediaan jika ada, kemudian nyalakan rotor pengaduk dengan
kecepatan 50 putaran permenit (toleransi 4%)
• matikan alat setelah setelah 30 menit, kemudia ambil sampel menggunakan filter
holder yang telah dipasang kertas saring whatman, pada posisi tengah-tengah antara
batas atas medium dengan batas atas dayung dan 1 cm dari dinding chamber.
• Ambil 1,00 mL sampel menggunakan pipet volum kemudian masukan ke dalam labu
ukur 100 mL tambahkan larutan dapar posfat sampai tanda batas.

VI. Data pengamantan


a. Nama sediaan : Tablet Paracetamol 500 mg
b. Media disolusi : 900 mL larutan dapar fosfat pH 5.8
c. Tipe alat :2
d. Waktu : 30 menit
e. Kecepatan rotasi : 50 RPM
f. Panjang gelombang : 243 nm
g. Faktor pengenceran : 100x
h. Nilai Q parasetamol : 80%
i. Data persamaan kurva kalibrasi parasetamol dalam dapar phosfat pH 5,8

Tabel 1 absorbansi larutan baku parasetamol

Kadar (PPM) Absorbansi


2 0.250
4 0.422
6 0.533
8 0.734
10 0.895
12 1.063
• Nilai A: 0.081
• Nilai B: 0.0812
• Persamaan regresi linear: y = 0.0812x + 0.081
• R: 0.9982

Kurva Kalibrasi Parasetamol


1.2
y = 0.0812x + 0.081
1 R² = 0.9965
0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 2 4 6 8 10 12 14

j. Hasi uji disolusi tablet parasetamol


Tabel 2 Absorbansi tablet parasetamol

Tablet Absorbansi
1 0.5131
2 0.5150
3 0.5156
4 0.5289
5 0.5295
6 0.5293

Tabel 3 Perhitungan nilai Q

Tablet Absorbansi Kadar Faktor Kadar PCT Jumlah pct Q (%)


(Y) (μg/ml) pengenceran sebenarnya dalam 900ml (D/500) x100
(Fp) (μg/ml) (mg)
𝑦−𝑎
C’= C= C’ x Fp D= C x 0.9
𝑏
1 0.5131 5.321 100x 532.1 478.89 95.77
2 0.5150 5.344 100x 534.4 480.96 96.19
3 0.5156 5.3522 100x 535.22 481.698 95.3396
4 0.5289 5.516 100x 551.6 496.44 99.288
5 0.5295 5.523 100x 552.3 497.07 99.414
6 0.5293 5.520 100x 552 496.8 99.36

VII. Pembahasan
Uji disolusi dilakukan pada tablet parasetamol dengan jenis alat 2 (dayung). Jenis alat
2 biasanya digunakan untuk sediaan tablet dan kapsul (Shobit et al., 2013). Jenis alat ini
memiliki kelebihan yaitu ringkas dan sudah terstandarisasi dengan baik (Siew, 2016).
Kecepatan rotor pengaduk tipe 2 juga berpengaruh terhadap hasil uji. Kecepatan
pengadukan harus tepat selama pengujian karena pengaduk tipe 2 dapat meningkatkan
energi yang menyebabkan sediaan uji terlalu cepat larut. Namun bila kecepatan pengadukan
terlalu lambat dapat membentuk ‘coning’ yang akan mengarah pada tingkat kelarutan yang
rendah. Umumnya kecepatan rotor untuk alat tipe 2 ini berkisar antara 50-75 rpm pada suhu
37 ± 0.5◦C (Shah et al., 1997).

Tablet parasetamol yang telah larut dimasing-masing ruang diukur serapannya


dengan spektrofotometer UV-Vis untuk mengidentifikasi kadar dan menentukan nilai Q-nya.
Nilai Q adalah kadar senyawa aktif yang terlarut yang ditentukan dalam monografi masing-
masing senyawa yang dinyatakan sebagai persentase. Nilai Q dari masing-masing tablet yang
diujikan dapat dilihat di tabel 3. Nilai Q masing-masing sampel tablet pada tabel 3
menyimpulkan bahwa sampel tablet parasetamol dapat diterima karena memenuhi syarat
minimal yaitu tiap unit tablet parasetamol tidak kurang Q+5% parasetamol, sebesar 85%.

VIII. Kesimpulan
Pengujian dilakukan pada tablet parasetamol dengan alat disolusi tipe 2. Hasil uji
disolusi diperoleh persentase kadar zat aktif yang terlepas adalah 95.778%, 96.192%,
96.3396%, 99.288%, 99.414%, 99.36%. Tablet paracetamol yg diuji memehuni persyaratan
disolusi karena nilai Q melebihi nilai Q parasetamol + 5% (85%)

IX. Daftar Pustaka


Shah, V. P., Lesko, L. J., Fan, J., Fleischer, N., Handerson, J., Malinowski, H., Makary, M., Ouderkirk, L.,
Bay, S., Sathe, P., Singh, G. J. P., Iillman, L., Tsong, Y., & Williams, R. I. (1997). FDA guidance for
industry 1 dissolution testing of immediate release solid oral dosage forms. Dissolution
Technologies, 4(4), 15–22. https://doi.org/10.14227/DT040497P15
Shobit, S., Sharma, S., Khinchi, M. P., Agrawal, D., Sharma, N., & Gupta, M. K. (2013). a Review on
Dissolution Apparatus. Asian Journal of Pharmaceutical Research and Development Asian
Journal of Pharmaceutical Research and Development Asian Journal of Pharmaceutical
Research and Development (An International Peer-Reviewed Journal of Pharmaceutical
Research and Development, 11(33), 34–40.
Siew, A. (2016). Dissolution testing. Pharmaceutical Technology, 40(11), 56–64.
https://doi.org/10.1007/978-0-387-72379-2_3
Ditjen POM RI (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai