Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA & FARMAKOKINETIK

“ KECEPATAN DISOLUSI INSTRINSIK”

Dosen Pengampu :
Apt. Jena Hayu Widyasti S.farm

KELOMPOK : 3
Disuse oleh :
1. Margaretta Putri Pusfita (27216651A)
2. Retni Novilasani (27216653A)
3. Clarita Feridiana Grace Sada (27216655A)
4. Elok Rihadatul Mastuti (27216657A)
5. Priscilla Kanzha Renanditia Putri (27216660A)
6. Awanda Rusmin Erdila Rahma (27216663A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2022/2023
I. Judul
Kecepatan Disolusi Instrinsik

I. Tujuan
Mengetahui perbandingan % disolusi tablet asetosal dengan pelarut etanol dan
kloroform.

II. Landasan Teori


Disolusi merupakan suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat
ke dalam larutan suatu media (cairan tubuh), pada saat obat melarut partikel-partikel
padat memisah dari molekul demi molekul yang akan bercampur dengan cairan dan
tampak menjadi bagian dari cairan tersebut.
Proses disolusi terjadi ketika molekul obat dibebaskan dari fase padat (bentuk
sediaan) dan akan masuk ke dalam fase larutan (cairan tubuh), secara fisikokimia
disolusi merupakan proses zat padat memasuki fasa pelarut melewati proses multi
langkah yang melibatkan berbagai reaksi heterogen antara fasa solut-solut (zat terlarut-
zat terlarut) dan fasa pelarut pada antarmuka solut dan pelarut.
Sebelum obat dikonsunsumsi oleh manusia dan tiba pada tujuanya dalam tubuh,
yaitu tempat kerjanya, obat harus mengalami banya proses. Dalam garis besar proses
proses ini dapat dibagi dalam tiga tngkat yaitu fase biofarmasetik, fase farmakokinetik
dan fase farmakodinamik.
Fase biofarmasetik adalah Fase yang meliputi waktu mulai penggunaan obat
melalui mulut sampai pelepasan zat aktifnya kedalam cairan tubuh. Fase biofarmasetik
dapat diuraikan dalam tiga tahap yaitu LDA yang berarti pelepasan (Liberasi), pelarutan
(Dissolusi) dan Absorbsi (penyerapan).
Studi kecepatan disolusi intrinsic ini sudah diawali sejak tahun 1897 oleh Noyes
dan Whitney dengan menggunakan bahan asam benzoate dan timbal klorida, yang
kemuian diperoleh persamaan Noyes-Whitney sebagai berikut:

dC/dt = K.S.(Cs-C)
Dengan
dC/dt = kecepatan disolusi bahan obat

K = Tetapan kecepatan disolusi


S = Luas permukaan bahan obet yang terdisolusi
Cs = Kelarutan bahan obat (jenuh)

C = kadar bahan obat yang terlarut dalam cairan medium


Dari persamaan tersebut terlihat bahwa kecepatan disolusi berbanding lurus dengan
luas permukaan bahan obat dan kelarutanya.
Parameter yang berpengaruh pada kecepatan disolusi antara lain:
1. Polimorfisme
Polomorfisme merupakan sifat dimana suatu zat kimia tunggal bisa berada dalam
lebih dari satu bentuk Kristal.
 Bentuk Kristal yang berbeda akan memiliki kestabilan yang berbeda serta tiik
lebur dan kelarutan yang juga berbeda sehngga kecepatan disolusinyapun
berbeda.
 Bentuk amorf umumnya memiliki kelarutan yang lebih baik dari pada bentuk
kristalnya, sedangkan bentuk Kristal cenderung lebih stabil dari pada bentuk
amorfnya. Karena diperlukan banyak energy untuk menyusun molekul dalam
susunan Kristal dibandingkan untuk menyusun molekul dalam kedaan amorf
yang tidak teratur.
2. Keadaaan hidrasi
Kbentuk molekul hidrat / anhidrat juga mempengaruhi sifat kelarutan obat, dimana
bentuk hidrat memiliki bentuk kelarutan yang lebih kecil disbanding dengan
bentuk anhidratnya.

III. Alat dan Bahan


Alat :
1. Timbangan analitik
2. Alat gelas yang lazim

3. Dissolution tester
4. Stopwach
5. Spektrofotometer
6. Jangka sorong
7. Mesin pencentak tablet

Bahan :
1. Pelarut (Etanol 95%, cloroform )
2. Bahan obat : Acetosal

3. Medium Disolusi ( dapar acetat Ph 4,5)


4. Vaselin
IV. Cara Kerja
1. Uji Disolusi

Melakukan rekristalisasi asetosal dengan pelarut etanol 95% dan cholorom

Mencetak hasil rekristalisasi menjadi tablet A dan tablet B

Mengukur diameter tablet dan menimbang bobot tablet yang diperoleh

Mengolesi tablet dengan vaselin pada seluruh permukaan kecuali


satu bagian permukaan tablet

Memasukkan tablet hasil rekristalisasi kedalam dissolution taster dengan


medium disolusi dapar asetat pH 4,5 sebanyak 500 ml

Melakukan sampling tiap 15 menit sebanyak 10 ml, dan setiap sampling larutan
dapar diganti dengan volume yang sama agar medium disolusi tetap 500 ml

Sampel ditentukan kadarnya dengan λ = 265 nm dengan blanko dapar asetat

2. Pembuatan kurva baku

Menimbang dengan saksama 140 mg asetosal

melarutkan asetosal dengan alcohol 95% beberapa tetes dalam labu takar 50 ml,
menambkan dapar acetat ad tanda batas

Dengan pipet volume mengambil 1 ml, 1,5 ml, 2 ml, 2,5 ml, 3 ml, 3,5 ml
larutan stok tersebut. Masing masing dimasukkan kedalam dalam labu takar 50
ml dan tambahkan larutan dapar ad tanda batas

Membaca absorbansi masing masing larutan pada λ = 265 nm dengan blanko


dapar asetat

Membuat persamaan kurva baku acetosal antara konsentrasi ( x ) dan absorbansi


( y)
V. Analisis data & Hasil

1. Data dan perhitungan kurva baku

 % mg / 100 ml
140 𝑚𝑔 280 𝑚𝑔
 = 100 𝑚𝑙
50 𝑚𝑙

a. 1 ml
V1.C1 = V2.C2
1 × 280 = 50. C2
280
= 5,6
50

b. 1,5 ml
V1.C1 = V2.C2
1,5 .280 = 50. C2
420
= 8,4
50

c. 2 ml
V1.C1 = V2.C2
2 × 280 = 50. C2
560
= 11,2
50

d. 2.5 ml
V1.C1 = V2.C2
2.5 × 280 = 50. C2
700
= 14
50

e. 3 ml
V1.C1 = V2.C2
3 × 280 = 50. C2
850
= 16,8
50

f. 3,5 ml
V1.C1 = V2.C2
3,5 × 280 = 50. C2
980
= 19,6
50
Data Kurva Baku

ml Konsentrasi Absorbansi

1 5,6 0.295
1,5 8,4 0.389
2 11,2 0.483
2,5 14 0.569
3 16,8 0.656
3,5 19,6 0.761

a = 0,1119
b = 0,0328
r = 0,999

Persamaan Regresi Linear


y = a + bx
= 0,1119 + 0,0328x

2. Data sampel tablet A dan Tablet B


a. Data penimbangan sampel tablet A
Kertas Timbang kosong = 0,3066 g
Kertas timbang + sampel = 2,8071 g
= 3,1137 g
Kertas timbang + sisa = 0,306 g
= 3,1137 g – 0,306 g
Berat sampel = 2.8077g

b. Data penimbangan sampel tablet B


Kertas Timbang kosong = 0,3021 g
Kertas timbang + sampel = 2,8035 g
= 3,1056 g
Kertas timbang + sisa = 0,3027 g
= 3,1056 g – 0,3027 g
Berat sampel = 2.8029g
c. Identitas Tablet A
 Nama bahan obat = Asetosal
 Pelarut = Etanol 95%
 Diameter tablet = 3,6
 Bobot tablet = 0,5611g -- 566,1 mg
d. Identitas Tablet B
 Nama bahan obat = Asetosal
 Pelarut = kloroform
 Diameter tablet = 3,50
 Bobot tablet = 0,8742g -- 874,2 mg

e. Kondisi Uji Disolusi


 Medium Disolusi = dapar Asetat Ph 4,5
 Kecepatan putar = 050 rpm
 Waktu mulai analisa = 15 menit
 Panjang gelombang = 265 nm

f. Data sampling

No Waktu Absorbansi
( menit )
Tablet A Tablet B

1 15 0.133 0.135
2 30 0.259 0.257
3 45 0.385 0.345
4 50 0.539 0.417

3. Perhitungan sampel tablet A

a. Konsentrasi mg %
1. y = a + bx
0,133 = 0.1119 + 0,0328x
0,133−0,1119
x =
0.0328

= 0,6432 mg%
2. y = a + bx
0,259 = 0.1119 + 0,0328x
0,259−0.1119
x =
0.0328

= 4,4847 mg%
3. y = a + bx
0,385 = 0.1119 + 0,0328x
0,385−0.1119
x =
0.0328

= 8,3262 mg%
4. y = a + bx
0,539 = 0.1119 + 0,0328x
0,1119−0,539
x =
0.0328

= 13,0213 mg%

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑔
b. K = × Volume disolusi
100 𝑚𝑙

0,6432 𝑚𝑔
1. K 15 menit = × 500 ml = 3,216 mg
100 𝑚𝑙

4,4847 𝑚𝑔
2. K 30 menit = × 500 ml = 22,4235 mg
100 𝑚𝑙

8,3262 𝑚𝑔
3. K 45 menit = × 500 ml = 41,631 mg
100 𝑚𝑙

13,0213 𝑚𝑔
4. K 60 menit = × 500 ml = 65,1065 mg
100 𝑚𝑙

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔
fk = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 × Kt sebelumnya

10 𝑚𝑙
1. fk = 500 𝑚𝑙 × 0 = 0
10 𝑚𝑙
2. fk = 500 𝑚𝑙 × 3,216 mg = 0,0643 mg
10 𝑚𝑙
3. fk = 500 𝑚𝑙 × 22,4235 mg = 0,4487 mg
10 𝑚𝑙
4. fk = 500 𝑚𝑙 × 41,631 mg = 0,8326 mg
10 𝑚𝑙
5. fk = 500 𝑚𝑙 × 65,1065 mg = 1,3021 mg
K terkoreksi = K + fk

1. K terkoreksi 15 menit = 3,216 mg + 0 = 3,216 mg

2. K terkoreksi 30 menit = 22,4235 mg + 0,0643 mg = 22,4878 mg

3. K terkoreksi 45 menit = 41,631 mg + 0,4487 mg = 42,0797 mg

4. K terkoreksi 60 menit = 65,1065 mg + 0,8326 mg = 65,9391 mg

𝐾 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
c. % disolusi = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 × 100%

3,216 𝑚𝑔
1. % disolusi 15 menit = × 100% = 0,56 %
566,1 𝑚𝑔

22,4878𝑚𝑔
2. % disolusi 30 menit = × 100% = 3,97 %
566,1 𝑚𝑔

42,0797𝑚𝑔
3. % disolusi 45 menit = × 100% = 7,43 %
566,1 𝑚𝑔

65,9391 𝑚𝑔
4. % disolusi 60 menit = × 100% = 11,64 %
566,1 𝑚𝑔

𝑑𝐶 𝐾 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
d. Kec disolusi = = 𝑡.𝑠 ( 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 )
𝑑𝑡

𝑑𝐶 3,216
1. 15 menit = 15 ( 3,14 . = 0,0210
𝑑𝑡 1,82 )

𝑑𝐶 22,4878
2. 30 menit = = 0,0736
𝑑𝑡 30 ( 3,14 . 1,82 )

𝑑𝐶 42,0797
3. 45 menit = = 0,0919
𝑑𝑡 45 ( 3,14 . 1,82 )

𝑑𝐶 65,9391
4. 60 menit = 60 ( 3,14 . = 0, 1080
𝑑𝑡 1,82 )
e. AUC Total
Data Sampel Tablet A ( Etanol 95% )

No Waktu Absorbansi Konsentrasi K ( mg ) Faktor K %

( menit ) mg% koreksi terkoreksi disolusi

1 15 0.133 0,6432 3,216 0 3,216 0,36 %

2 30 0,259 4,4847 22,4235 0,0643 22,4878 3,97 %

3 45 0,385 8,3262 41,631 0,4487 42,0797 7,43 %

4 60 0,539 13,0213 65,1065 0,8326 65,9391 11,64 %

4. Perhitungan sampel tablet B

a. Konsentrasi mg %
1. y = a + bx
0,135 = 0.1119 + 0,0328x
0,135−0.1119
x =
0.0328

= 0,7042
2. y = a + bx
0,257 = 0.1119 + 0,0328x
0,257−0,1119
x =
0.0328

= 4,4237
3. y = a + bx
0,345 = 0.1119 + 0,0328x
0,345−0.1119
x =
0.0328

= 7,1067
4. y = a + bx
0,417 = 0.1119 + 0,0328x
0,417−0.1119
x =
0.0328

= 9,3018
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑔
b. K = × Volume disolusi
100 𝑚𝑙

0,7042 𝑚𝑔
1. K 15 menit = × 500 ml = 3,521 mg
100 𝑚𝑙

4,4237 𝑚𝑔
2. K 30 menit = × 500 ml = 22,1185 mg
100 𝑚𝑙

7,1067 𝑚𝑔
3. K 45 menit = × 500 ml = 35,5335mg
100 𝑚𝑙

9,3018𝑚𝑔
4. K 60 menit = × 500 ml = 46,509 mg
100 𝑚𝑙

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔
fk = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 × Kt sebelumnya

10 𝑚𝑙
1. fk 0 menit = ×0=0
500 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙
2. fk 15 menit = × 3,521 mg = 0,0704mg
500 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙
3. fk 30 menit = × 22,1185 mg = 0,4423 mg
500 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙
4. fk 45 menit = × 35,5335 mg = 0,7106 mg
500 𝑚𝑙
10 𝑚𝑙
5. fk 60 menit = × 46,509 mg = 0,9308 mg
500 𝑚𝑙

K terkoreksi = K + fk

1. K terkoreksi 15 menit = 3,521 mg + 0 = 3,521 mg

2. K terkoreksi 30 menit = 22,1185 mg + 0,0704 mg = 22,1889 mg

3. K terkoreksi 45 menit = 35,5335 mg + 0,4423 mg = 35,9758 mg

4. K terkoreksi 60 menit = 46,506 mg + 0,9308 mg = 47,4368 mg


𝐾 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
c. % disolusi = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 × 100%

3,521𝑚𝑔
1. % disolusi 15 menit = × 100% = 0,40 %
874,2 𝑚𝑔

22,1889 𝑚𝑔
2. % disolusi 30 menit = × 100% = 2,53 %
874,2 𝑚𝑔

35,9758 𝑚𝑔
3. % disolusi 45 menit = × 100% = 4,11 %
874,2 𝑚𝑔

47,4368𝑚𝑔
4. % disolusi 60 menit = × 100% = 5,42 %
874,2 𝑚𝑔

𝑑𝐶 𝐾 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
d. Kecepatan disolusi = =
𝑑𝑡 𝑡.𝑠 ( 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡 )

𝑑𝐶 3,521
1. 15 menit = = 0,0244
𝑑𝑡 15 ( 3,14 . 1,752 )

𝑑𝐶 22,1887
2. 30 menit = = 0,1150
𝑑𝑡 30 ( 3,14 . 1,752 )

𝑑𝐶 35,9758
3. 45 menit = = 0,0831
𝑑𝑡 45 ( 3,14 . 1,752 )

𝑑𝐶 47,4368
4. 60 menit = = 0,0822
𝑑𝑡 60 ( 3,14 . 1,752 )

e. AUC Total
Data sampel tablet B ( Kloroform )

No Waktu Absorbansi Konsentrasi K ( mg ) Faktor K %

( menit ) mg% koreksi terkoreksi disolusi

1 15 0.135 0,7042 3,521 0 3,521 0,40 %

2 30 0,257 4,4237 22,1185 0,0704 22,1889 2,53 %

3 45 0,345 7,1067 35,5335 0,4423 35,975 4,11 %

4 60 0,417 9,3018 46,509 0,7106 47,4368 5,42 %


VI. Pembahasan
Sebelum melakukan uji kecepatan disolusi instrinsik, terlebih dahulu dilakukan
pembuatan kurva kalibrasi kadar asetosal dalam dapar asetat. Digunakan larutan stok
asetosal dengan konsentrasi 310 mg%. Dari larutan stok dibuat 6 seri pengenceran yang
dibaca absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometri. Dengan adanya seri
pengenceran ini digunakan untuk mendapatkan suatu persamaan regresi linier secara
matematika yang akan digunakan untuk menentukan kadar suatu sampel dengan
memasukan nilai absorbansi kedalam persamaan kurva baku y=a+bx.

Sampel yang digunakan pada praktikum ini yaitu asetosal, dengan medium
disolusi 500ml dan volume sampel yang digunakan 10 ml. Pemipetan dilakukan pada
waktu-waktu yang berbeda yaitu pada 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui pada menit ke berapa asetosal tersebut dapat terdisolusi
dengan baik pada medium pelarutnya. Pengolesan vaselin pada seluruh permukaan
kecuali satu bagian yaitu permukaan tablet bertujuan untuk menghambat atau
mengontrol lepasnya zat aktif pada satu sisi
Dari hasil pratikum yang dilakukan menunjukan bahwa %disolusi etanol pada
menit ke 15, 30, 45 dan 60 lebih besar dibandingkan dengan % disolusi chloroform.
Hal ini dikarenakan chloroform dan etanol 96% berbeda kepolaran. etanol 95% bersifat
polar dan chloroform bersifat nonpolar. Hal ini dapat dijelaskan oleh polaritas masing-
masing senyawa dan interaksi yang terjadi antara senyawa-senyawa tersebut.
Etanol memiliki gugus hidroksil (-OH) yang polar, sehingga membuat etanol
memiliki momen dipol yang cukup besar. Sedangkan acetosal juga memiliki gugus
hidroksil yang polar dan gugus karboksilat (-COOH) yang lebih polar lagi. Karena
polaritas acetosal lebih besar daripada kloroform, maka etanol dapat lebih mudah
melarutkan acetosal daripada kloroform.
Sementara itu, kloroform merupakan senyawa nonpolar yang tidak memiliki
momen dipol yang besar. Karena itu, interaksi antara kloroform dan senyawa polar
seperti acetosal cenderung lemah, sehingga kloroform tidak dapat melarutkan acetosal
dengan baik.
Secara umum, senyawa polar cenderung larut dalam pelarut polar, sementara
senyawa nonpolar cenderung larut dalam pelarut nonpolar. Oleh karena itu, etanol
sebagai pelarut polar lebih cocok untuk melarutkan senyawa polar seperti acetosal,
sedangkan kloroform sebagai pelarut nonpolar lebih cocok untuk melarutkan senyawa
nonpolar.
VII. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa % disolusi etanol
lebih besar dibandingkan dengan % disolusi chloroform, hal ini dikarenakan
chloroform dan etanol 96% bersifat polar dan chloroform bersifat nonpolar. Etanol
sebagai pelarut polar lebih cocok untuk melarutkan senyawa polar seperti acetocal
sedangkan untuk chloroform sebagai pelarut nonpolar lebih cocok untuk melarutkan
senyawa nonpolar.

VIII. Daftar Pustaka

Amir, Syarif.dr, dkk.2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Gaya Baru:Jakarta

Ansel, C Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Edisikeempat.Penerjemah


Farida Ibrahim. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Shargel, Leon, dan Andrew B.C.Y.U. 1988. Biofarmasi dan Farmakokinetika

Tim Dosen Biofarmakologi Dan Toksikologi, 2023. Panduan Praktikum


Bofarmakolgi Dan Farmakokinetika, Universitas Setia Budi. Surakarta
IX. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai