Dosen Pengampu :
KELOMPOK
ANGGOTA KELOMPOK :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
A. Tujuan
B. Dasar Teori
Pelepasan bahan aktif dari sediaan obat berupa tablet diawali dengan Liberasi yang
memunculkan dispersi padatan zat aktif. Tahap selanjutnya adalah pelarutan (disolusi) zat aktif,
tahap ini merupakan suatu keharusan agar dapat terjadi tahap absorbsi. Dan tahap absorbsi
merupakan bagian dari fase biofarmasetika dan awal dari fase farmakokinetika. Jadi tahap ini
benar-benar merupakan masuknya zat aktif dalam tubuh yang biasa disebut dengan ketersediaan
hayati (bioavailabilitas) (Shargel, 1998). Terdapat hubungan yang bermakna antara kecepatan
disolusi berbagai bahan obat dari sediaannya dan absorbsinya.
Partikel halus akan terdisolusi (melarut) dan memungkinkan terjadinya transport bahan
aktif terlarut melalui proses difusi. Tahapan semacam ini bervariasi tergantung dari metode atau
teknologi pembuatan obat.Disolusi adalah suatu jenis khusus dari suatu reaksi heterogen
yangmenghasilkan transfer massa karena adanya pelepasan dan pemindahanmenyeluruh ke
pelarut dari permukaan padat. Teori disolusi yang umumadalah :1. Teori film (model difusi
lapisan) 2. Teori pembaharuan-permukaan dari Danckwerts (teori penetrasi)3. Teori Solvasi
terbatas/Inerfisial (Amir, 2007).Laju disolusi intrinsik merupakan laju di mana suatu padatan
melarutdi dalam suatu pelarut dalam batasan kuantitatif. Bila suatu tablet sediaanobat lainnya
dimasukkan ke dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masukke dalam larutan dari bentuk
padatnya. Jika obat tersebut dilapisi polimer,matriks padatan juga mengalami disintegrasi
menjadi granul-granul dangranul yang lain akan mengalami pemecahan partikel-partikel yang
halus.
C. Alat dan Bahan
Alat :
1. Timbangan analitik
2. Spektrofotometer UV Vis
3. Alat gelas yang lazim
4. Jangka sorong
5. Dissolution tester
6. Mesin pencetak tablet
7. Stopwatch
Bahan :
1. Pelarut Etanol 96%, metanol dan aseton
2. Parasetamol
3. Medium Disolusi dapar fosfat pH 5,8
4. Vaselin
D. Prosedur Percobaan
1. Uji Disolusi
Melakukan rekristalisasi parasetamol dengan pelarut etanol 96% dan aseton baik metode
dingin maupun penguapan
Melarutkan parasetamol dengan alkohol 96% beberapa tetes dalam labu takar 100
ml, menambahkan dapar fosfat sampai tanda batas (larutan stock).
Membuat persamaan kurva baku parasetamol antara konsetrasi (x) Vs absorbansi (y).
Pembacaan absorbansi larutan seri konsentrasi 2,4,6,8 dan 10 ppm dengan panjang
gelombang 247 nm persamaan kurva baku
Perhitungan persamaan kurva baku dari data absorbansi larutan seri konsentrasi 2,4,6,8 dan 12
ppm
Y = a + bx Y = 0,107 + 0,056x
a = 0,107
b = 0,056
R = 0,99
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji disolusi setiap sediaan , dimana disolusi
merupakan pelepasan zat aktif dari sediaan dan melarut (doabsorpsi) ke seluruh sistemik . Dalam
penentuan kecepatan disolusi dari bentuk sediaan padat terlihat berbagai macam proses disolusi
yang melibatkan zat murni supaya partikel padat terdisolusi . Molekul solut pertama - tama harus
memisahkan diri dari permukaan padatan, kemudian bergerak menjauhi permukaan memasuki
pelarut , tergantung pada kedua proses ini dan cara bagaimana transport berlangsung . Perilaku
disolusi dapat digambarkan secara fisika. Ada 3 dasar model fisika yang dapat menggambarkan
mekanisme kecepatan disolusi yang terlibat dalam zat murni , yakni model lapisan difusi
(diffusion layer model) , model halangan antar muka ( interfacial barier model) , dan model
dankwert model).
Pelarut intrinsik merupakan pelarutan dari suatu serbuk yang mempertahankan luas
permukaan yang tetap , yang biasanya dinyatakan dalam mg/cm2 menit . Obat- obat tersebut
umumnya meliputi obat - obat yang kecepatan disolusinya sangat lambat yang disebabkan oleh
kelarutannya yang sangat kecil.
Disolusi dari granul mukoadhesif dengan menggunakan medium dapar fosfat pH 5,8.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum paracetamol dalam medum dapar fosfat pH
5,8 dilakukan dengan membuat larutan induk sebesar 0,05µg/mL. Dari pengamatan panjang
gelombang serapan maksimum yang didapat adalah 247 nm terdapat pada konsentrasi 12 µg//mL
, hasil yang didapat sama dengan panjang gelombang serapan maksimum yang tercantum
didalam literatur yaitu 247 nm . kurva kalibrasi diperoleh dengan cara membuat larutan
paracetamol dengan konsentrasi 2,4,6,8,10,12 µg/mL dan diukur serapan pada panjang
gelombang maximum akan mudah larut. Pada paracetamol serbuk persen terdisolusi. Penetapan
model kinetika pelepasan parasetamol ini bertujuan untuk menentukan persamaan linier.
G. Kesimpulan
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa obat terhadap kecepatan disolusi intrinsiknya
sebagai preformulasi untuk sediaan parasetamol di absorbansinya bagus.
H. Daftar Pustaka
Ansel, 1985. Pharmaceuticals Dosage Form and Drug. Philadelphia : Lippicontt William and
Wilkins
Martin. 1993. Praktikum Biofarmasi : Jakarta UI