Anda di halaman 1dari 9

NILAI KEADILAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia tidak terlepas dari dasar
Negara yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan
dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Bangsa
Indonesia telah menemukan jati dirinya, yang didalamya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa
yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan
yang sederhana namun mendalam.

Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
nilai-nilai Pancasila. Atas dasar inilah maka sangat penting bagi para generasi penerus bangsa terutama
kalangan intelektual kampus untuk mengkaji, memahami, dan mengembangkan berdasarkan
pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang
kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri. Intelektual kampus yaitu mahasiswa yang selalu
berupaya untuk mendapat ilmu yang nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Tidak hanya mendapatkan ilmu, namun seorang mahasiswa juga harus berusaha untuk dapat
mengembangkan ilmu tersebut. Banyak sekali sudut pandang atau pedoman yang dapat digunakan
dalam mengembangkan ilmu, tetapi sebagai mahasiswa dan warga negara Republik Indonesia
diharapkan mampu mengembangkan ilmu serta memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten berdasarkan
nilai-nilai Pancasila sebagai dasarnya sehingga sesuai dengan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam sila kelima Pancasila sebagai dasar pengembangan
ilmu?

2. Bagaimana peranan sila keadilan Pancasila dalam konteks peningkatan standar keilmuan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima Pancasila sebagai tolak ukur
pengembangan imu

2. Menyadari peranan sila kelima Pancasila dalam artian Pancasila sebagai peningkat standar
keilmuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keadilan

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral, mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda
atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. Keadilan
adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem
pemikiran. Tapi, menurut kebanyakan teori, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang
adil". Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan
sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan
variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan
realita ketidakadilan. Di samping itu, pada penerapanya, keadilan sendiri harus sesuai proporsionalitas.
Sebagai contoh, akan tidak adil apabila tiga anak dengan tinggi yang berbeda diberikan satu kursi yang
sama. Dengan demikian, keadilan haruslah media yang meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil berarti tidak berat sebelah atau tidak memihak atau
sewenang-wenang.

Berikut ini beberapa pengertian keadilan menurut para filsof dan para ahli hukum :

1. Keadilan menurut Aristoteles (filsuf yang termasyur) dalam tulisannya Retorica membedakan
keadilan dalam dua macam :

a. Keadilan distributif atau justitia distributiva; Keadilan distributif adalah suatu keadilan yang
memberikan kepada setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya atau pembagian menurut haknya masing-
masing. Keadilan distributif berperan dalam hubungan antara masyarakat dengan perorangan.

b. Keadilan kumulatif atau justitia cummulativa; Keadilan kumulatif adalah suatu keadilan yang
diterima oleh masing-masing anggota tanpa mempedulikan jasa masing-masing. Keadilan ini didasarkan
pada transaksi (sunallagamata) baik yang sukarela atau tidak. Keadilan ini terjadi pada lapangan hukum
perdata, misalnya dalam perjanjian tukar-menukar.

2. Keadilan menurut Thomas Aquinas (filsuf hukum alam), membedakan keadilan dalam dua
kelompok :

a. Keadilan umum (justitia generalis); Keadilan umum adalah keadilan menururt kehendak undang-
undang, yang harus ditunaikan demi kepentingan umum.

b. Keadilan khusus; Keadilan khusus adalah keadilan atas dasar kesamaan atau proporsionalitas.
Keadilan ini debedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
Keadilan distributif (justitia distributiva) adalah keadilan yang secara proporsional yang diterapkan
dalam lapangan hukum publik secara umum.

Keadilan komutatif (justitia cummulativa) adalah keadilan dengan mempersamakan antara prestasi
dengan kontraprestasi.

Keadilan vindikativ (justitia vindicativa) adalah keadilan dalam hal menjatuhkan hukuman atau
ganti kerugian dalam tindak pidana. Seseorang dianggap adil apabila ia dipidana badan atau denda
sesuai dengan besarnya hukuman yang telah ditentukan atas tindak pidana yang dilakukannya.

3. Keadilan menurut Notohamidjojo (1973: 12), yaitu :

a. Keadilan keratif (iustitia creativa); Keadilan keratif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap
orang untuk bebas menciptakan sesuatu sesuai dengan daya kreativitasnya.

b. Keadilan protektif (iustitia protectiva); Keadilan protektif adalah keadilan yang memberikan
pengayoman kepada setiap orang, yaitu perlindungan yang diperlukan dalam masyarakat.

4. Keadilan menurut John Raws (Priyono, 1993: 35), adalah ukuran yang harus diberikan untuk
mencapai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Ada tiga prinsip keadilan
yaitu :

a. kebebasan yang sama yang sebesar-besarnya

b. perbedaan

c. persamaan yang adil atas kesempatan

Pada kenyataannya, ketiga prinsip itu tidak dapat diwujudkan secara bersama-sama karena dapat terjadi
prinsip yang satu berbenturan dengan prinsip yang lain. John Raws memprioritaskan bahwa prinsip
kebebasan yang sama yang sebesar-besarnya secara leksikal berlaku terlebih dahulu dari pada prinsip
kedua dan ketiga.

5. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas
dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5 , serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian dengan
memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak
proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa
Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia
keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi, EKPOLESOSBUDHANKAM. Untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

6. Keadilan menurut Ibnu Taymiyyah (661-728 H) adalah memberikan sesuatu kepada setiap anggota
masyarakat sesuai dengan haknya yang harus diperolehnya tanpa diminta; tidak berat sebelah atau tidak
memihak kepada salah satu pihak; mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana
yang salah, bertindak jujur dan tetap menurut peraturan yang telah ditetapkan. Keadilan merupakan
nilai-nilai kemanusiaan yang asasi dan menjadi pilar bagi berbagai aspek kehidupan, baik individual,
keluarga, dan masyarakat. Keadilan tidak hanya menjadi idaman setiap insan bahkan kitab suci umat
Islam menjadikan keadilan sebagai tujuan risalah samawi.

2.2 Nilai-Nilai Sila Kelima Pancasila dalam Konteks Pengembangan Ilmu

PANCASILA adalah Dasar Negara Kesatun Republik Indonesia. Proses lahirnya Pancasila menjadi sejarah
yang tidak akan pernah terlupakan oleh bangsa Indonesia dan tentu saja tidak terlepas dari peran para
tokoh perjuangan bangsa yang telah melahirkan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila merupakan
hasil kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian sering disebut sebagai sebuah
Perjanjian Luhur bangsa Indonesia.

Pancasila berarti Lima Prinsip atau Lima Asas atau Lima Dasar atau Lima Sila. Lima Sila tersebut adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Kata Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti lima dan Sila
berarti prinsip atau asas. Pancasila berarti Lima Prinsip atau Lima Asas atau Lima Dasar atau Lima Sila.
Lima Sila tersebut adalah: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Masing-masing sila mengandung nilai-nilai yang
menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Ada 36 butir pengamalan Pancasila seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila) pada TAP MPR No. II/MPR/1978.

Menurut TAP MPR No. II/MPR/1978, Pancasila disebut EKAPRASETIA PANCAKARSA. Ekaprasetia
Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya TEKAD TUNGGAL UNTUK MELAKSANAKAN
LIMA KEHENDAK. Sungguh indah bahasa tersebut. Namun kemudian Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa) dalam TAP MPR No. II/MPR/1978 dinyatakan tidak
berlaku lagi setelah dikeluarkannya TAP MPR No. XVIII/MPR/1998. Dalam TAP MPR No. XVIII/MPR/1998
ini terdapat 45 butir pengamalan Pancasila. Berikut ini Butir-Butir Pengamalan Pancasila yang patut
diamalkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat untuk Sila Kelima yakni Sila
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Sila Kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap manusia Indonesia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk
itu dikembangkan perbuatannya luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong
royong. Untuk itu diperlukan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan
kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

Nilai-nilai keadilan haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama
kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan, mencerdaskan, dan
melindungi seluruh warganya dan wilayahnya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar
dalam pergaulan antara negara sesama bangsa didunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup
bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa didunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan
bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).

Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu negara berkebangsaan,
mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian
inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan suatu negara yang berdasarkan
atas hukum. Konsekuensi sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial yakni negara Indonesia
harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia yang tercantum dalam tiga ayat Pasal 31 UUD
1945, yakni:

(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Nilai keadilan Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu haruslah diikuti:

a. Keseimbangan antarkepentingan individu dan masyarakat. Individualitas merupakan landasan


yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi

b. Pengembangan berorientasi Pancasila

c. Pancasila yang terbuka namun kritis


Landasan nilai keadilan untuk pengembangan ilmu antara lain:

a. Objektif yaitu memandang masalah apa adanya, terlepas dari perasaan, keinginan, emosi, sistem
keyakinan.

b. Rasional yaitu menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh orang lain.

c. Logis yaitu berfikir dengan menggunakan azas logika, konsisten, implikatif.

d. Metodologis yaitu cara khas berfikir dan bertindak (induktif, dekutif, sintesis, hermeneutik, intuitif).

e. Sistematis yaitu tahapan langkah prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain. Memiliki
target dan arah tujuan yang jelas.

2.3 Peranan Sila Kelima Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Tujuan diikutsertakannya nilai keadilan dalam sila kelima Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu
antara lain:

a. Mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabat manusia.

b. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun terikat nilai Pancasila.

Dalam implementasi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat harus menjaga
keseimbangan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri,
manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan
negara serta manusia dengan alam lingkungannya.

Pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus sejauh mungkin memenuhi
kriteria ketepatgunaan dari berbagai segi antara lain:

a. Segi teknis dapat dilaksanakan

b. Segi sosial acceptable

c. Segi ekonomi dapat dipertanggungjawabkan

d. Segi ekologi tidak menurunkan kualitas hidup

Untuk aspek aksiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai metode
berpikir, maka pemanfaatan dan efek pengembangan ilmu pengetahuan secara positif tidak
bertentangan dan bahkan mendukung dan memfasilitasi idealisme Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila menjadi sumber motivasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
nasional dalam mencerdaskan bangsa yang mempunyai nilai-nilai Pancasila tinggi serta menegakkan
kemerdekaan secara utuh, berdaulat dan bermartabat nasional dalam wujud negara Indonesia yang
merdeka.

Nilai-nilai Pancasila merupakan dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena nilai-nilai
ini mendorong dan mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik dan terarah.
Dengan nilai-nilai Pancasila tersebut, masyarakat perlu menyadari bahwa untuk meningkatakan IPTEK di
Indonesia, masyarakat hendaknya memiliki dan memegang prinsip dan tekad yang kukuh serta
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dimulai dari sejak dini.

2.4 Krisis Penerapan Pancasila

Dekonstruksi moral yang menjangkit para pelaku pendidikan adalah salah satu amsal yang menyebabkan
semrawutnya pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia. Minimnya kesadaran dan tanggung jawab
dalam penyelenggaraan pendidikan, pada akhirnya mengubah prioritas dan fungsi pendidikan sebagai
medium pencerdasan rakyat menjadi lahan pasar modal. Lambat laun, kualitas pendidikan Indonesia
semakin menurun. Dalam indeks pembangungan Pendidikan Untuk Semua atau Education For All (EFA),
tercatat bahwa Indonesia selalu mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada tahun 2011 Indonesia
berada di peringkat 69 dari 127 negara dan merosot 4 posisi bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang
berada pada posisi 65. Indeks yang dikeluarkan pada tahun 2011 oleh UNESCO ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan Brunei Darussalam (34), serta terpaut empat peringkat dari Malaysia (65).

Berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Mulai dari masalah kualitas guru yang masih rendah, kualitas
kurikulum yang belum standar, kualitas infrastruktur yang belum memadai hingga biaya pendidikan yang
mahal. Kemunculan hasil observasi tersebut sejak lama memang telah menjadi perbincangan publik.
Namun tidak juga menemukan solusi yang tepat. Dengan kata lain, kualitas fasilitas belajar masih
rendah. Sebaliknya, angka koruptor pendidikan kian meninggi. Indonesian Corruption Watch (ICW)
menyatakan sepanjang 2012, terjadi 40 kasus tindak korupsi, dengan perkiraan kerugian negara sebesar
Rp 138,97 miliar. Dari puluhan kasus itu, angka kasus korupsi terbesar terjadi di Dinas Pendidikan
sebanyak 20 kasus, dengan kerugian sebesar Rp 44,80 miliar. Kemudian di perguruan tinggi sembilan
kasus, sekolah delapan kasus, kanwil Kemenag dua kasus, dan DPRD sebanyak satu kasus. Adapun jenis
kasus korupsi yang terjadi didominasi oleh kasus penggelapan dana senilai Rp 44,30 miliar. Kasus lainnya
yaitu penyelewengan, pungli, pengadaan dana fiktif dan mark up anggaran.

Kasus-kasus serupa kian menggurita. Dana APBN yang seharusnya disalurkan untuk penyelenggaraan
pendidikan berubah menjadi ladang pemasukan sejumlah kalangan. Akhirnya, pendidikan yang
semestinya menjadi hak setiap warga negara beralih menjadi komoditi dagang. UUD 1945 khususnya
Pasal 28 C Ayat (1) yang menyatakan, Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia. Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 (pasca perubahan) juga merumuskan bahwa setiap warga Negara
wajib mengikuti pendidikan dasar, sedangkan pemerintah wajib membiayainya. Pasal 31 ayat (3) dan (4)
menegaskan bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk mengusahakan penyelenggaraan pengajaran
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memprioritaskan anggaran sekurang-
kurangnya 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Demikian pula ketentuan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia menegaskan jaminan hak atas pendidikan. Serta
pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terdapat penegasan
bahwa negara dalam hal ini pemerintah memiliki tanggung jawab memberikan biaya pendidikan
dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu, anak
terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil, tinggal wacana semata.

Pendidikan adalah barang mahal. Biaya keperluan pendidikan yang semakin hari semakin tinggi
mengakibatkan rakyat golongan menengah ke bawah tidak mampu menjangkaunya. Data pendidikan
tahun 2010 menyebutkan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun terancam putus sekolah. Bahkan, laporan
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan menunjukan bahwa setiap menit ada empat anak yang putus
sekolah.

Apabila bangsa Indonesia benar-benar mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila,
tentunya degradasi moral masyarakat dalam pelaksanaan peningkatan taraf pendidikan dapat
diminimalisir. Terlebih lagi, penjarahan kualitas pendidikan oleh para kapitalis global dapat diberantas
mungkin.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori tanpa aplikasi pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tidak patut dipelajari. Oleh sebab itu,
penerapan aplikatif Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah hal penting mengingat Pancasila
sebagai paradigma pembangunan ilmu itu sendiri. Keadilan Sosial merupakan suatu masyarakat atau
sifat suatu masyarakat yang adil dan makmur, berbahagia untuk semua orang, penempatan sesuai
dengan proporsionalitas, dan tidak ada pencederaan terhadap Pancasila. Nilai-nilai Keadilan Sosial
sebagaimana tiga pilar keilmuan, Butir-Butir Pancasila, dan Pasal-Pasal dalam UUD 1945 sepatutnya
menjadi pedoman penerapan nilai-nilai yang dimaksud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan diikut sertakannya nilai keadilan dalam sila kelima Pancasila, masyarakat diharapkan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan asas tidak bebas nilai, namun terikat pada
nilai Pancasila. Akan tetapi, pada praktiknya, masih banyak fenomena yang mencederai pelaksaan sila
Keadilan Sosial dalam konteks peningkatan kualitas ilmu bangsa ini.

3.2 Saran

Tidak ada gading yang tidak retak. Namun dari keretakan itulah nampak keasliannya. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah Pancasila ini, masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik sangat kami harapkan sebagai tolak ukur motivasi dalam pembuatan makalah yang lebih
baik lagi dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Jakarta45. 2012. Ideologi : 45 Butir Pengamalan Pancasila. Online:


http://jakarta45.wordpress.com/2012/07/24/ideologi-45-butir-pengamalan-pancasila/

https://www.scribd.com/doc/292313873/Nilai-Keadilan-Sebagai-Dasar-Pengembangan-Ilmu

Pustaka Indonesia. 2013. Nilai Dasar Sila Kelima dalam Pancasila. Online:
http://www.pusakaindonesia.org/nilai-dasar-sila-kelima-dalam-pancasila/

Wikipedia. 2014. Keadilan. Online: http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan

Anda mungkin juga menyukai