Anda di halaman 1dari 15

Makalah Keadilan Sosial

MAKALAH
KEADILAN SOSIAL
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga kami bisa menyusun
makalah ini dengan judul “Keadilan Sosial”.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan sumbangan pengetahuan
bagi semua pihak yang ingin mempelajari tentang Keadilan Sosial. Makalah ini juga
diharapkan bisa menjadi penambah literatur (daftar bacaan) khususnya bagi
mahasiswa STISIP Widyapuri Mandiri Sukabumi.
Namun demikian, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
                                                                                                           
Sukabumi, 7 April 2016                     Penyusun,                              

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
1.2      Rumusan Masalah
1.3      Tujuan Penulisan
1.4      Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1      Konsep Keadilan Sosial
2.2      Implementasi Sila Kelima Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat di
Indonesia
2.3      Implementasi Sila Kelima Pancasila dalam Pelayanan Publik di Indonesia
2.3.1   Pengertian Birokrasi
2.3.2   Karakteristik dan Fungsi Birokasi
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
  1.1          Latar Belakang

Tolak ukur keberhasilan pranata publik yang harus diperhatikan setelah


bangsa kita mengalami peningkatan kemakmuran ekonomis yang cukup besar ialah
terwujudnya keadilan sosial. Keadilan sosial merujuk pada masyarakat (society) atau
negara yang dapat berfungsi sebagai subjek maupun objek. Sebagai demikian,
konsepsi keadilan sosial di satu pihak mewajibkan negara untuk mewujudkan
kesejahteraan umum serta membagi beban dan manfaatnya kepada warga negara
secara proporsional seraya membantu anggota-anggota yang lemah, dan di lain pihak
mewajibkan para warga untuk membantu masyarakat atau negara guna mencapai
tujuannya.
Pembukaan UUD 1945 menyebutkan bahwa pemerintah ditugaskan untuk
“memajukan kesejahteraan umum” serta “mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”. Selanjutnya butir-butir tentang kesejahteraan rakyat juga dapat
dijumpai Pancasila 45 butir pengamalan Pancasila seperti yang tertuang dalam P4
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR  No.
II/MPR/1978. Jelaslah bahwa penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang
menuju cita-cita kesejahteraan atau keadilan sosial merupakan kewajiban bagi
seluruh aparat negara di setiap jenjang.

  1.2          Rumusan Masalah
1.     Bagaimana konsep keadilan sosial?
2.     Bagaimana implementasi sila kelima Pancasila dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia?
3.     Bagaimana implementasi sila kelima Pancasila dalam pelayanan publik di Indonesia?
  1.3          Tujuan Penulisan
1.     Memberikan penjelasan tentang konsepsi keadilan sosial.
2.     Memberikan gambaran tentang implementasi sila kelima Pancasila dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia.
3.     Memberikan gambaran tentang implementasi sila kelima Pancasila dalam pelayanan
public di Indonesia.
  1.4          Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, kami menggunakan
literatur dari studi kepustakaan dan sumber yang berjangkauan luas yaitu internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1            Konsep Keadilan Sosial
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda ataupun orang. Menurut sebagian besar teori keadilan
memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang
dianggap salah satu filsuf  politik terkemuka abad-20, menyatakan bahwa “keadilan
adalah kelebihan pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada
sistem pemikiran”.
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan baik materil maupun spiritual, hal ini berarti keadilan itu tidak
hanya berlaku bagi orang yang kaya saja, tetapi berlaku pula bagi orang miskin,
bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakyat biasa. Seluruh Rakyat Indonesia
adalah setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia baik yang berdiam di wilayah
kekuasaan Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di
Negara lain.
Keadilan sosial adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum-
kagum sejak Plato membantah filsuf muda, Thrasy machus karena ia menyatakan
bahwa keadilan adalah apa pun yang ditentukan oleh si terkuat. Dalam Republik,
Plato meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan bersandar pada empat sifat
baik: kebijakan,  keberanian, pantangan (atau keprihatinan), dan keadilan.
Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, kesamaan kedudukan
terhadap hukum dan HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan
sikap yang tercermin dari pengamalan nilai Pancasila yakni sila kelima yang
berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Sila-sila dalam Pancasila tidaklah dibuat oleh beberapa golongan dan
ditemukan dalam waktu yang singkat. Lahirnya Pancasila pertama kali disampaikan
dalam pidato Bung Karno pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI. Meski demikian,
bukan berarti Pancasila dibuat oleh Bung Karno, melainkan beliau telah mengangkat
sari dari nilai-nilai yang hidup dalam bangsa Indonesia. Sebagai implementasi dari
nilai-nilai Pancasila, dibentuklah UUD 1945 dan disahkan pada 18 Agustus 1945.
UUD 1945 diakui sebagai konstitusi tertulis negara Indonesia. Fungsi dari nilai yang
terkandung dalam Pancasila sila kelima ini berfungsi sebagai tujuan negara.
Adapun lambang dari sila kelima adalah padi dan kapas yang digunakan
karena merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yakni pangan dan sandang
sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang merupakan tujuan utama
bagi sila kelima ini.
Dalam sila kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap
masyarakat Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan
keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan
perbuatannya luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong
royong. Untuk itu diperlukan sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan
antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, serta
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan atau Perwakilan. Dalam sila kelima tersebut terkandung
nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam hidup
bersama. Maka dalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang
harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan
tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan manusia yaitu keadilan
dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia
lain , manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan
manusia dengan Tuhannya.
Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam
kehidupan bersama meliputi:
1.     Keadilan distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bila hal-hal
yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan
tidak sama ( just ice is done when equelz are treated equally ). Keadilan
distributif sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap
warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam
bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi
serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak dan
kewajiban.
2.       Keadilan Legal ( Keadilan Bertaat )
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap negara
dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam
bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
Negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan subtansi
rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya.
Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut
sifat dasarnya paling cocok baginya ( the man behind the gun ). Pendapat
Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan untuk yang lainnya disebut
keadilan legal.
3.   Keadilan Komulatif
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya
secara timbal balik.Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban
masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini
merupakan ases pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua
tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan
merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
2.2            Implementasi Sila Kelima Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat di Indonesia
Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai
keadilan sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara lain:

a.      Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi
dan sosial budaya;

b.     Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;

c.      Keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak milik orang lain.

Dalam kehidupan sehari- hari, pengamalan sila kelima Pancasila terkadang


tidak sesuai dengan makna yang terkandung dalam sila tersebut. Hal ini akan
berakibat pada berubahnya sikap masyarakat Indonesia. Jika masyarakat Indonesia
bersikap tidak sesuai nilai dan norma Pancasila, maka bisa dikatakan bangsa tersebut
kehilangan jati diri bangsa. Jika suatu bangsa kehilangan jati diri bangsa, mudah
bangsa lain untuk menjajah bangsa Indonesia.

Dalam implementasi nilai-nilai Pancasila tidak selalu berjalan mulus. Banyak


sekali hambatan-hambatan yang terjadi. Disebutkan bahwa hambatan itu terjadi
karena proses globalisasi yang begitu cepat setelah Perang Dunia II, membawa
masyarakat Indonesia cenderung berorientasi pada nilai yang datang dari luar. Nilai
individual, materialistis, pragmatis semakin kuat, lebih-lebih dengan perkembangan
pariwisata yang pesat dan gelombang hegemoni pasar bebas. 

Buruknya sistem demokrasi di Indonesia tidak terlepas dari kurangnya


implementasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu
kurangnya penghayatan Pancasila di masyarakat. Pancasila dianggap sebagai simbol
bukan sebagai pedoman. Sebenarnya Pancasila tersebut merupakan sebuah dasar
negara sekaligus sebagai ideologi negara. Pancasila juga berfungsi sebagai pedoman
hidup. Karena Pancasila diambil dari akar-akar budaya bangsa Indonesia tentulah
sangatcocok dengan iklim kehidupan bangsa kita sendiri.

Kita dapat menilai dengan mengamati kejadian di sekitar kita. Masih banyak
masyarakat Indonesia yang bersikap tidak sesuai dengan nilai moral Pancasila.
Mereka cenderung bersikap individualis, menghalalkan segala cara walaupun dengan
kerja keras, melemahkan kekuatan hukum, menggunakan sumberdaya dan sumber
kekayaan Indonesia dengan berlebihan, menyelewengkan kekuasaan, dan
sebagainya. Sungguh ironis memang, Pancasila yang disepakati bersama sebagai
kepribadian bangsa saat ini kenyataan di lingkungan masyarakat Indonesia
bertentangan dengan ajaran Pancasila.

Dan berikut ini merupakan butir-butir pengamalan sila kelima Pancasila


seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)
pada Tap MPR No. II/MPR/1978:
1.       Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotong – royong
Sudah menjadi kodrat manusia sebagai mahluk sosial sebaiknya memiliki sikap
tolong menolong antar sesama, gotong- royong, tenggang rasa sesama manusia tanpa
membedakan ras, suku, jenis kelamin dan agama. Namun, dimasa sekarang nampaknya
sikap tersebut sudah meluntur. Banyak orang yang bekerja sehari suntuk hingga ia tidak
dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Hingga timbul sikap acuh tak acuh dan
individualis, sikap yang bertentangan dengan nilai Pancasila. Seharusnya kita sebagai
rakyat Indonesia yang memiliki pandangan hidup Pancasila lebih mementingkan
kepentingan sosial diatas kepentingan pribadi.
2.   Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
Penjabaran makna adil yang sesungguhnya terkadang memberikan pro dan kontra
antar manusia. Adil dalam hukum yakni semua rakyat Indonesia memiliki kedudukan yang
sama dimata hukum. Adil terhadap sesama yaitu, memperlakukan manusia sama dengan
yang lain tanpa membedakan suku, ras, agama,jenis kelamin.
3.     Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
Rakyat Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk membela
negaranya. Rakyat Indonesia juga memiliki jaminan Hak Asasi Manusia yang tertuang dalam
UUD 1945. Hak Asasi Manusia tersebut mencakup hak atas kedudukan yang sama dalam
hukum, hak atas penghidupan yang layak, hak atas kehidupan berserikat dan berkumpul,
hak atas kebebasan mengeluarkan pendapat, hak atas kemerdekaan memeluk agama, hak
untuk mendapatkan pengajaran, dan sebagainya. Dengan dirumuskannya hak asasi dalam
UUD 1945, mengandung pengertian bahwa UUD mewajibkan pemerintah dan lain – lain
penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur yang bersifat
universal serta memegang teguh cita- cita moral rakyat yang luhur.
4.     Menghormati hak orang lain
Setiap manusia memiliki hak. Hak yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir
yaitu hak asasi manusia. Hak asasi manusia berlaku sejak ia lahir dibumi tanpa perbedaan
atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin. Dengan HAM, manusia memperoleh kesempatan
untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.
5.     Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri
Untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, manusia harus bekerjasama dengan
manusia lain dalam masyarakat. Manusia mustahil dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain. Kenyataan ini menimbulkan kesadaran bahwa segala yang dicapai dan kebahagiaan
yang dirasakan oleh manusia pada dasarnya adalah berkat bantuan dan kerjasama orang
lain di masyarakat.
6.   Tidak menggunakan hak milik usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
Masih sering kita jumpai kasus- kasus suap, pungli, sogokan marak disegala bidang.
Bukan hanya badan usaha milik pererintah, badan usaha milik swasta juga dapat kita jumpai
pungli, suap, sogokan. Hal tersebut sangat merugikan masyarakat dan negara. Masyarakat
dirugikan karena melakukan pengorbanan yang lebih banyak dari pada peratuan yang telah
ditetapkan dan tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan
dikarenakan pungli, sogokan dan suap. Sedangkan negara menderita kerugian dikarenakan
sesuatu yang seharusnya benar kelak menjadi salah. Semisal penerimaan pegawai negri,
pemerintah dirugikan oleh karena calon yang diterima berdasar pada banyaknya suap bukan
karena standar penerimaan yang telah ditetapkan. Jika penyelewengan penggunaan hak
milik usaha untuk pemerasan ini tidak dibenahi, boleh jadi hukum kelak bisa di beli.
7.   Tidak menggunakan hak milik untuk hal – hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
Indonesia memiliki hasil bumi yang sangat melimpah. Dari sektor pertambangan,
perkebunan, pertanian, kelautan, dll. Semua hasil bumi tersebut menjadikan Indonesia kaya
akan hasil bumi.walaupun demikian banyak kekayaan Indonesia, kita sebagai rakyat
Indonesia tidak diperbolehkan menggunakan kekayaan negara tersebut dengan berlebihan
dan gaya hidup mewah. Karena diantara sumber daya alam tersebut ada sebagian yang
tidak dapat diperbaharui dan masih banyak saudara kita yang memiliki kehidupan yang tak
layak. Sedangkan Indonesia memiliki berjuta kekayaan yang seharusnya turut di nikmati
seluruh rakyat Indonesia.
8.       Tidak menggunakan hak – hak milik untuk hal – hal yang bertentangan dengan atau
kepentingan umum.
Sering kita mendengar kasus – kasus koruptor yang menjamur di Indonesia. Korupsi
dapat jadi karena koruptor melaksanakan hak – hak asasi manusia cenderung untuk
berlebih- lebihan, sehingga merugikan negara dan masyarakat. Seharusnya, manusia lebih
memprioritaskan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Dan kepentingan tersebut
hendaknya tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
9.        Suka bekerja keras
Kerja keras kita butuhkan untuk mengupayakan apa yang kita inginkan menjadi
terwujud. Perwujudan itu hendaknya di lakukan dengan langkah yang benar, sesuai dengan
hukum. Namun, banyak orang yang mengupayakan perwujudan keinginannya tersebut
dengan cara yang tidak sesuai dengan ajaran nilai Pancasila. Semisal menyuap. Hendaknya
kita sebagai bangsa Indonesia yang berpedoman Pancasila mengupayakan perwujuan
sesuatu yang ia inginkan dengan kerja keras. Bukan mencari jalan pintas guna keinginannya
terwujud.
10.    Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama
Banyak karya anak negeri Indonesia ini yang berprestasi dan berkarya. Hasil karya
anak Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Hendaknya kita hargai dan kita dukung hasil
karya mereka sebagai hasil karya anak bangsa Indonesia yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama serta memberikan motivasi kepada anak negri Indonesia
lainnya untuk tetap terus berkarya. 9
11.    Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan. Hal ini
perlu dikarenakan pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika
pertumbuhan peerekonomian Indonesia tidak merata, ini menyebabkan
ketertinggalan suatu daerah dengan daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi hal ini
menggalakan pemerataan penduduk, pemerataan perekonomian dengan program
pinjaman modal dan lain-lain.
2.3            Implementasi Sila Kelima Pancasila dalam Pelayanan Publik di Indonesia
Dalam suatu negara administratif, pemerintah dengan seluruh jajarannya
biasa dikenal sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Dalam bahasa sederhana
peranan tersebut diharapkan terwujud dalam pemberian berbagai jenis pelayanan
yang diperlukan oleh seluruh warga masyarakat. Pelayanan pemerintah pada
umumnya dicerminkan oleh kinerja birokrasi pemerintah. Birokrasi merupakan
sarana dan alat dalam menjalankan kegiatan pemerintahan di era masyarakat yang
semakin modern dan kompleks, namun masalah yang dihadapi oleh masyarakat
tersebut adalah bagaimana memperoleh dan melaksanakan pengawasan agar
birokrasi dapat bekerja demi kepentingan rakyat banyak.
2.3.1       Pengertian Birokrasi
Birokrasi dalam bahasa Inggris disebut bureaucracy yang berasal dari
kata bureau (meja) dan cratein (kekuasaan), yang berarti kekuasaan berada pada
orang-orang di belakang meja. Di Indonesia, birokrasi tidak berbanding lurus dengan
pernyataan Max Weber yang mengatakan bahwa birokrasi merupakan metode
organisasi terbaik dengan spesialisasi tugas yang berarti disiplin, terampil, taat pada
tugas, dan tidak membedakan orang. Berikut merupakan pengertian birokrasi
menurut para ahli:

1.     Max Weber
Birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang penerapannya berhubungan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu sistem
otorita yang ditetapkan secara rasional oleh berbagai macam peraturan. Birokrasi ini
dimaksudkan untuk mengorganisasi secara teratur suatu pekerjaan yang harus
dilakukan oleh orang banyak.

2.     Fritz Morstein Marx


Birokrasi adalah suatu tipe organisasi yang dipergunakan pemerintah modern
untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang bersifat spesialis, dilaksanakan dalam
sistem administrasi dan khususnya oleh aparatur pemerintah.
3.     Peter A. Blau dan Charles H. Page
Birokrasi adalah suatu tipe dari organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai
tugas-tugas administratif yang besar, yaitu dengan cara mengkoordinir secara
sistematik pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang.
Jadi, birokrasi merupakan suatu bentuk organisasi yang dipergunakan
pemerintah modern untuk melaksanakan tugas-tugasnya yang bersifat spesialis
dengan cara mengkoordinir secara sistematik pekerjaan yang dilakukan oleh banyak
orang.
2.3.2      Karakteristik dan Fungsi Birokasi
a.      Karakteristik Birokrasi
Karakteristik birokrasi yang umum adalah yang diajukan oleh Max Weber.
Menurutnya, paling tidak terdapat 8 karakteristik birokrasi, yaitu:
1.     Organisasi yang disusun secara hirarkis
2.     Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus.
3.     Pelayanan publik (civil sevants) terdiri atas orang-orang yang diangkat, bukan
dipilih, di mana pengangkatan tersebut didasarkan kepada kualifikasi kemampuan,
jenjang pendidikan, atau pengujian (examination).
4.     Seorang pelayan publik menerima gaji pokok berdasarkan posisi.
5.     Pekerjaan sekaligus merupakan jenjang karir.
6.     Para pejabat/pekerja tidak memiliki sendiri kantor mereka.
7.     Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin.
8.     Promosi yang ada didasarkan atas penilaiaj atasan (superior's judgments).
Ditinjau secara politik, karakteristik birokrasi menurut Weber hanya
menyebut hal-hal yang ideal. Artinya, terkadang pola pengangkatan pegawai di
dalam birokrasi yang seharusnya didasarkan atas jenjang pendidikan atau hasil ujian,
kerap tidak terlaksana. Ini diakibatkan masih berlangsungnya pola pengangkatan
pegawai berdasarkan kepentingan pemerintah.
b.     Fungsi Birokrasi dalam Pemerintahan Modern
Michael G. Roskin, menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 4 fungsi
birokrasi di dalam suatu pemerintahan modern. Fungsi-fungsi tersebut adalah :
1.     Administrasi
Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi, pelayanan,
pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi administrasi
dimaksudkan bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah mengimplementasikan Undang-
Undang yang telah disusun oleh legislatif serta penafsiran atas UU tersebut oleh
eksekutif. Dengan demikian, administrasi berarti pelaksanaan kebijaksanaan umum
suatu negara, di mana kebijakan umum itu sendiri telah dirancang sedemikian rupa
guna mencapai tujuan negara secara keseluruhan.
2.     Pelayanan
Birokrasi sesungguhnya diarahkan untuk melayani seluruh lapisan
masyarakat tanpa terkecuali.
3.       Pengaturan (regulation)
Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi
mengamankan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini, badan
birokrasi biasanya dihadapkan anatara dua pilihan: Kepentingan individu versus
kepentingan masyarakat banyak. Badan birokrasi negara biasanya diperhadapkan
pada dua pilihan ini.
4.       Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: apakah suatu
kebijaksanaan mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat kebijakan-
kebijakan baru yang akan disusun oleh pemerintah berdasarkan situasi faktual. Oleh
sebab itu, menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijaksanaan negara tentu
menyediakan data-data sehubungan dengan dua hal tersebut. Misalnya, pemungutan
uang yang tidak semestinya (pungli) ketika masyarakat membuat SIM atau STNK
tentunya mengalami pembengkakan. Pungli tersebut merupakan pelanggaran atas
idealisme administrasi negara. Dengan ditemukannya bukti pungli, pemerintah akan
membuat prosedur baru untuk pembuatan SIM dan STNK agar tidak memberi ruang
bagi kesempatan melakukan pungli.
Selain Roskin, Andrew Heywood juga mengutarakan sejumlah fungsi yang
melekat pada birokrasi. Bagi Heywood, fungsi dari birokrasi adalah:
1.     Pelaksanaan Administrasi.
Fungsi ini serupa dengan yang diutarakan Roskin bahwa fungsi utama
birokrasi adalah mengimplementasikan atau mengeksekusi Undang-Undang dan
kebijakan negara. Sehubungan dengan fungsi ini, Heywood membedakan 2 peran di
tubuh pemerintah. Pertama, peran pembuatan kebijakan dalam mana peran ini ada di
tangan politisi. Kedua, peran pelaksanaan kebijakan dalam mana peran ini ada di
tangan birokrat. Fungsi administrasi, oleh karena itu, merupakan fungsi sentral dari
birokrasi negara.

2.     Nasehat Kebijakan (Policy Advice)


Birokrasi menempati fungsi sentral dalam pemberian nasehat kebijakan
kepada pemerintah. Ini akibat birokrasi merupakan lini terdepan dalam implementasi
suatu kebijakan, mereka adalah pelaksananya. Sebab itu, masalah dalam suatu
kebijakan informasinya secara otomatis akan terkumpul di birokrasi-birokrasi.
Heywood membedakan 3 kategori birokrat yaitu (1) top level civil servants,
(2) middle-rangking civil servants, dan (3) junior-ranking civil servants. Top Level
Civil Servant  banyak melakukan kontak dengan politisi, sementara middle dan junior
civil servants lebih pada pekerjaan-pekerjaan rutin di “lapangan.” Top Level Civil
Servants dapat bertindak selaku penasehat kebijakan bagi para politisi, dalam mana
informasi pelaksanaan kebijakan mereka peroleh dari middle dan junior civil
servants.
3.     Artikulasi Kepentingan
Kendati bukan fungsi utamanya guna mengartikulasi kepentingan (ini fungsi
partai politik), tetapi birokrasi kerap mendukung upaya artikulasi dan agregasi
kepentingan. Dalam tindak keseharian mereka, birokrasi banyak melakukan kontak
dengan kelompok-kelompok kepentingan di suatu negara. Ini membangkitkan
kecenderungan “korporatis” dalam mana terjadi kekaburan antara kepentingan-
kepentingan yang terorganisir dengan kantor-kantor pemerintah (birokrasi).
Kelompok-kelompok kepentingan seperti perkumpulan dokter, guru, petani, dan
bisnis kemudian menjadi “kelompok klien” yang dilayani oleh birokrasi negara. Pada
satu ini “klientelisme” ini positif dalam arti birokrasi secara dekat mampu
mengartikulasikan kepentingan kelompok-kelompok tersebut yang notabene adalah
“rakyat” yang harus dilayani. Namun, pada sisi lain “klientelisme” ini berefek
negatif, utamanya ketika birokrasi berhadapan dengan kepentingan-kepentingan
bisnis besar.
4.     Stabilitas Politik
Birokrasi berperan sebagai stabilitator politik dalam arti fokus kerja mereka
adalah stabilitas dan kontinuitas sistem politik. Peran ini utamanya kentara di negara-
negara berkembang dalam mana pelembagaan politik demokrasi mereka masih
kurang handal.
Ada beberapa karakteristik dan perilaku birokrat yang akhir-akhir ini menjadi
patologis (penyakit) dalam pemerintahan di Indonesia, diagnosisnya sebagai berikut :

1.     Budaya feodalistik masih terasa

2.     Kebiasaan menunggu petunjuk pengarahan


3.     Loyalitas kepada individu bukan kepada tugas organisasi

4.     Belum berorientasi pada prestasi

5.     Keinginan untuk melayani masih rendah

6.     Belum ditopang teknologi secara menyeluruh

7.     Budaya ekonomi biaya tinggi

8.     Jumlah pegawai negeri relafit banyak tapi kurang bermutu dan asal jadi.

Misalnya, dalam seleksi kenaikan pangkat dan jabatan atau penerimaan


pegawai, yang berlaku adalah penerimaan dan pengangkatan pegawai sesuai selera
pimpinan. Dengan demikian, terjadi primordialisme yang nepotisme, bukan
berdasarkan prestasi kerja.

Begitu pula dalam pelayanan, mereka yang didahulukan dalam pelayanan


pembuatan SIM, KTP, IMB, dan lain-lain adalah mereka yang bersedia memberi
uang lebih dengan istilah “segalanya bisa diatur”. Sudah barang tentu mereka yang
tidak memiliki uang dan dana lebih, akan tersendat-sendat urusannya.

Tentu hal ini bertentangan dengan implementasi sila kelima Pancasila


“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Bahwa seharusnya setiap warga
negara Indonesia mendapatkan pelayanan dari pemerintah yang adil tanpa membeda-
bedakan status sosial ataupun latar belakangnya.

Ketika pelaksanaan birokrasi, hendaknya para pegawai yang bersangkutan


tetap melaksanakan etika profesinya yakni senantiasa melayani masyarakat, bukan
seperti yang terjadi sekarang yakni pegawai dan pejabat lebih mementingkan diri
sendiri dan golongan sehingga pelayanaan terhadap masyarakat pun terbengkalai dan
tidak maksimal.

Dalam kaitanya dengan sistem birokrasi. Pancasila yang mengandung sistem


nilai tentulah memberikan pedoman yang baik selain itu pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional. Oleh karena itu, pancasila seharusnya hadir di semua sendi-
sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sehingga dapat disumpulkan bahwa implementasi Pancasila juga sangat


berpengaruh kepada keberhasilan birokrasi. Dengan implementasi dan penghayatan
yang benar tentang Pancasila tersebut maka, terciptalah birokrasi yang baik, efektif,
efisien, dan melayani masyarakat.  
BAB III
PENUTUP

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala


bidang kehidupan baik materil maupun spiritual, hal ini berarti keadilan itu tidak
hanya berlaku bagi orang yang kaya saja, tetapi berlaku pula bagi orang miskin,
bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakyat biasa.
Dengan terdapatnya butir-butir sila kelima Pancasila yang berbunyi
“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, diharapkan masyarakat Indonesia
dapat mengamalkannya dalam sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Perwujudan dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat yang merupakan
pengamalannya, setiap warga harus mengembangkan sikap adil terhadap sesama,
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibanya serta menghormati hak-hak
orang lain.
Tidak hanya rakyat Indonesia yang dituntut untuk mengembangkan sikap adil
terhadap segala aspeknya, namun yang biasa dikenal sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat atau birokrat diharapkan bisa memberikan pelayanan yang adil baik dari
segi hak yang harus diberikan kepada masyarakat maupun kewajiban yang harus
dilakukan oleh masyarakat Indonesia.

Sehingga dapat disumpulkan bahwa implementasi Pancasila juga sangat


berpengaruh kepada keberhasilan birokrasi. Dengan implementasi dan penghayatan
yang benar tentang Pancasila tersebut maka, terciptalah birokrasi yang baik, efektif,
efisien, dan melayani masyarakat.  
DAFTAR PUSTAKA

Kumorotomo, Wahyudi. 2009. Etika Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers.


Syafiie, Inu Kencana. 2014. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
                (SANRI). Jakarta: PT Bumi Aksara.
https://www.unisavi.wordpress.com diunduh pada 7 April 2016
https://www.pusakaIndonesia.org diunduh pada 7 April 2016
https://www.imanrivai.blogspot.co.id diunduh pada 7 April 2016
https://www.pengertianpakar.com diunduh pada 7 April 2016
https://www.amikom.ac.id diunduh pada 9 April 2016
https://riztiayu.wordpress.com diunduh pada 9 April 2016
http://www.kompasiana.com diunduh pada 9 April 2016
https://vertydeffian.wordpress.com diunduh pada 9 April 2016

Anda mungkin juga menyukai