Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Pancasila sila ke-5

Disusun Oleh :

MUHAMAD ASRUL SABIHI

BUDIYANTO ALULU

RANI MOKODOMPIT

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN PETERNAKAN
Daftar Isi

Daftar Isi.....................................................................................................................................i

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

LANDASAN TEORI.................................................................................................................5

BAB III.....................................................................................................................................11

PEMBAHASAN......................................................................................................................11

3.1 SIKAP YANG HARUS DIKEMBANGKAN PADA SILA KELIMA UNTUK


DITERAPKAN DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI............................................................11

3.2 PELANGGARAN SILA KELIMA DIBERBAGAI BIDANG....................................12

3.2.1 Analisis Pelanggaran................................................................................................12

3.2.2 Upaya Pemecahan....................................................................................................15

3.3 NILAI-NILAI LUHUR BANGSA YANG MASIH DIHAYATI/DIHIDUPI OLEH


MASYARAKAT INDONESIA KHUSUSNYA GENERASI MUDA...............................15

BAB IV....................................................................................................................................17

PENUTUP................................................................................................................................17

4.1 KESIMPULAN..............................................................................................................17

4.2 SARAN...........................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila dirumuskan dari kehidupan bangsa Indonesia yang digunakan untuk
pedoman bangsa Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila
memiliki fungsi sebagai dasar filsafah negara dijabarkan juga sebagai jiwa bangsa,
sebagai kepribadian bangsa, sebagai pandangan hidup bangsa, yang kemudian dijadikan
sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Jika kita mengamati kejadian di lingkungan masyarakat sekitar kita, kita dapat
mengetahui berapa jauh perubahan norma manusia yang melenceng dari kaidah dan nilai
Pancasila. Maka, agar Pancasila itu benar- benar terasa dalam kehidupan sehari-hari dan
sekaligus melestarikan Pancasila, maka rakyat Indonesia harus berusaha melaksanakan
pedoman pengamalan Pancasila, dengan mendarah dagingkan nilai – nilai yang luhur
yang terkandung dalam Pancasila.

Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, kesamaan kedudukan terhadap


hukum dan HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan sikap yang
tercermin dari pengamalan nilai Pancasila yakni sila ke -5 yang berbunyi Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Fungsi dari nilai yang terkandung dalam Pancasila
sila ke-5 ini berfungsi sebagai tujuan negara. Namun, apakah nilai –nilai yang
terkandung dalam sila ke lima Pancasila itu sudah terlaksana seutuhnya di lingkungan
kita? Kita dapat menilai dengan mengamati kejadian di sekitar kita. Masih banyak
masyarakat Indonesia yang bersikap tidak sesuai dengan nilai moral Pancasila. Mereka
cenderung bersikap individualis, menghalalkan segala cara walaupun dengan kerja keras,
melemahkan kekuatan hukum, menggunakan sumberdaya dan sumber kekayaan
Indonesia dengan berlebihan, menyelewengkan kekuasaan, dsb. Sungguh ironis memang,
Pancasila yang disepakati bersama sebagai kepribadian bangsa saat ini kenyataan di
lingkungan masyarakat Indonesia bertentangan dengan ajaran Pancasila.
Masih banyak masyarakat yang belum memahami betul makna yang terkandung dari
Sila pertama sampai ke lima. Banyak masyarakat hanya memahami bacaan dari sila-sila
Pancasila namun belum memahami butir-butirnya sehingga banyak penyelewengan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan yang masih banyak penyelewengan
adalah timpang tindihnya keadilan di bangsaini, antara Pemerintah dengan rakyatnya.
Dan kehidupan bangsa ini yang kaya akan semakin berkuasa dan yang miskin akan
semakin sengsara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sikap apa yang seharusnya dikembangkan agar nilai-nilai Sila 5 dapat
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari?
2. Apa contoh-contoh pelanggaran sila 5 dalam berbagai aspek ?
3. Apakah nilai-nilai luhur bangsa (Butir Sila 5) masih dihayati/dihidupi oleh
masyarakat Indonesia khususnya generasi muda saat ini?
BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam konsepsi Bung karno sila ini diformulasikan dengan rumusan ‘ Kesejahteraan
Sosial’. Sila kelima dari falsafah pancasila ini dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan
sebagai sila yang berkedudukan sebagai tujuan. ‘…sila kelima ini bukanlah dasar negra,
tetapi adalah tujuan paling utama, tujuan pokoknya, yaitu mewujudkan suatu keadilan soaial
bagi seluruh rakyat Indonesia (Hazairin). Dengan menunjuk sila kelima sebagai sila yang
berkedudukan sebagai tujuan berarti telah sempurnalah unsur-unsur yang diperlukan untuk
membentuk satu kesatuan pandangan hidup (way of life atau weltanschuung). Apabila
silapertama, kedua dan ketiga merupakan sila-sila yang menggambarkan pandangan hidup
yang diyakini bangsa Indonesia, sila keempat menggambarkan cara-cara yang harus
dilakukan sesuai dengan tujuan hidup yang dicita-citakan, maka sila kelima menggambarkan
tujuan hidup berbangsa dan bernegara yang dicita-citakan bangsa Indonesia.

Sila kelima intinya terletak pada rumusan “ Keadilan Sosial” (social Justice). Plato
dalam bukunya ‘Republic’ ‘The four cardival virtues’. Empat kebajikan tersebut adalah
pengendalian diri (discipline), keberanian(courage),kearifan (wisdom), dan keadilan (justice).
Sedan Liang Gie berpendapat bahwa kebajikan adalah yang mencakup seluruhnya di atas
( all-embracing virtue).

Istilah keadilan berasal dari bahsa arab :al-ada:lah, yang padanan bahasa I adalah :
justice. Namun sesungguhnya justice sendiri semula berasal dari bahasa latin: justitia (dari
akar kata: jus).Al-‘adlu yang kemudian berubah kata menjadi al-ada:lah diartikan sebagai
menempatkan atau lmeletakan sesuatu pada tempat yang semestinya (proposional). Sedang
istilah justice mempunyai arti ganda. Ia dapat berarti hukum, bisa berarti sikap tidak
memihak (impartiality), dan dapat bearti persamaan dalam perlakuan (equality of treatment).
Dalam khasanah kefilsafatan akan ditemukan beberapa difinisi atau batasan mngenai keadilan
antara lain sbb:

Aristoteles mendifinisikan keadilan sebagai kelayakan dalam tindakan manusia


(fairness in human action).adapun yang dimaksud dengan kelayakan adalah sebagai titik
tengah di atara kedua ujung yang ekstrim, atau lebih terkenal dengan teori “ The Golden
Means”.

Thomas Aquino merumuskan makna keadilan sebagai suatu ‘kemauan untuk


memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya’

Samuel pufendorf mendefinisikan keadilan sebagai ‘kecenderungan yang bersifat


tetap dan tak kunjung hilang untuk memberikan kepada setiap orang akan haknya’

Isaiah Berlin, mendefinisikan keadilan dengan kalimat’keadilan terlaksanan bilamana


hal-hal yang sama diperlakukan secara sama, & hal-hal yang tak sama secara tidak sama

Notonagoro membatasi pengertian keadilan sabagai’ dipenuhinya segala sesuatu yang


merupakan sesuatu hak di dalam hubungan hidup kemanusiaan sebagai sesuatu wajib

Sayid Qutub membatasi pengertian keadilan sebagai ‘satu sikap yang mutlak, yang
tidak memunjukkan kecenderungan cinta atau marah, tidak merubah ketentuan-ketentuan
karena kasih sayang atau benci.

Dari beberapa batasan seperti di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
‘KEADILAN’ adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban,
atau sikap yang mutlak untuk meletakkan hak dan kewajiban secara prorposional, dan tidak
merubah ketentuan-2 karena kasih saying atau benci.

Keadilan Sosial (Social justice)

Ernest barker seorang tokoh pengarang merumuskan makna keadilan sosial sebagai
suatu pengaturan yang tepat dari suatu masyarakat nasioanl, yang bertujuan memupuk dan
medorong perkembangan seganap kapasitas yang setinggi mungkin dari kepribadian seluruh
anggota masyarakat. Umar kayam mendefiniskan keadilan social sebagai suatu kondisi
dimana setiap warga Negara memperoleh kepuasan dalam menggunakan kesempatan yang
diberikan oleh system soaial, dan sistem-sistem yang lain.

Aristoteles membedakan keadilan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Keadilan Distributif (Distributive Justice), yang terwujud bilamana hal-hal yang


sama diperlakukan secara sama, dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan secara
tidak sama. Keadilan disrtibutif ini dalam bentuk konkritnya adalah sikap adilnya
Negara terhadap seluruh warga negara, atau Negara wajib memenuhi keadilan
terhadap warganegaranya.
2. Keadilan Legal (legal Justice), yang terwujud bilamana setiap anggota masyarakat
melaksanakan fungsinya dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Bentuk konkrtinya ialah sikap adilnya warga masyarakat terhdap Negara. Keadilan
ini disebut juga keadilan bertaat, yaitu warga Negara bersikap adil dalam wujud
mentaati segala peraturan perundang-undangan & peraturan lainya yg dikeluarkan
Negara.
3. Keadilan komunitatif (Communitative Justice), yaitu keadilan yang berlangsung
dalam bentuk timbal balik secara proposional dalam kehidupan bersama.

Di samping pembagian macam keadilan seperti di atas, ada pula yang membedakan
keadilan menjadi enam macam, yaitu:

1. Justitia Comunitative, memberikan kepada masing-masing haknya atas dasar


kesamaan, di mana prestasi seharga dengan kontra prestasi
2. Justitia Distributive, memberikan kepada masing-masing bagiannya atas dasar
perbedaan, dimana diperhitungkan perbedaan kualita antara satu dengan lainnya.
3. Justitia Vindicativa, memberikan kepada masing-masing bagiannya atas dasar
proporsi, dimana berat ringanya hukuman disesuaikan dengan berat ringanya
pelanggaran hokum.
4. Justitia creative; memberikan kepada masing-masing bagian kebebasannya untuk
menciptakan sesuai dengan daya kreatifnya dalam bidang kebudayaan .
5. Justitia Protectiva; keadilan yang berupa memberikan pengayoman hukum kepada
manusia.
6. Justitia Legalis; keadilan yang berupa kebajikan yang menyeluruh yang mencakup
semua kebajikan, kebajikan yang menyeluruh.

Setiap orang hendaknya memiliki hak yang sama terhadap sistem yang menyeluruh dan
yang terluas mengenai kebebasan-kebebasan dasar. Adapun yang dimaksud dengan
kebebasan dasar adalah meliputi:

1. freedom of speech &assembly (kebebasan berbicara & berkumpul)


2. liberty of conscience (kebebasan hati nurani)
3. freddom of thought (kebebasan berfikir)
4. freedom of the person (kebebasan Pribadi)
5. right to hold property (hak memiliki harta benda pribadi)
6. freedom from arbitrary arrest and seizure (kebebasan dari penahanan dan
penangkapan yang sewenag-wenang).

Dan yang terpenting untuk semua ini adalah adanya idealisme spiritual, suatu idealisme
yang akan mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia ketingkat yg lebih luhur
dan terpuji.

Sila Kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan perbuatannya luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu diperlukan
sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain.

Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia didasari
dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab ,
Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan atau Perwakilan. Dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai- nilai yang
merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka dalam sila ke – 5
tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama
( kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan manusia
yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia
lain , manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan
Tuhannya.

Konsekwensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama


meliputi:

1. Keadilan distributif Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana


hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan
tidak sama ( just ice is done when equelz are treated equally ). Keadilan distributive
sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap warganya, dalam arti
pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi,
dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama
yang didasarkan atas hak dan kewajiban.
2. Keadilan Legal ( Keadilan Bertaat ) Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga
Negara terhadap negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
Negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan subtansi rohani
umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat
yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok
baginya ( the man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral,
sedangkan untuk yang lainnya disebut keadilan legal.
3. Keadilan Komulatif Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang
lainnya secara timbal balik. Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban
masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini
merupakan ases pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang
bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan
menghancurakn pertalian dalam masyarakat.

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan
dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan Negara yaitu mewujudkan
kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan wilayahnya,
mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar
dalam pergaulan antara Negara sesama bangsa didunia dan prinsip ingin menciptakan
ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa didunia dengan berdasarkan
suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup
bersama (keadilan sosial).

Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu Negara
berkebangsaan, mengharuskan Negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-
undangan. Dalam pengertian inilah maka Negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus
merupakan suatu negara yang berdasarkan atas Hukum. Sehingga sebagai suatu negara
hukum haruslah terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu:

1. pengakuan dan perlindungan atas hak-hak asasi manusia


2. peradilan yang bebas
3. legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya
Konsekuensinya sebagai suatu Negara Hukum yang berkeadilan sosial maka Negara
Indonesia harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia yang tercantum dalam
undang-undang 1945 pasal;

1. Pasal 27
1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan perintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.

2. Pasal 28

“ Setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya. “
Pasal 28 A,B,C,D,E,F,G,H,I,J

3.  Pasal 29

(2) Negara  menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk


agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya
itu.

4.   Pasal 31

1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan.


2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 SIKAP YANG HARUS DIKEMBANGKAN PADA SILA KELIMA UNTUK


DITERAPKAN DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sila kelima pancasila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” memiliki makna
pokok dari keadilan yaitu hakikat kesesuaian dengan hakikat adil. Sila kelima pancasila
didasari dan dijiwai oleh keempat sila lainnya yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan
kerakyatan. Hal ini mengandung hakikat makna bahwa keadilan adalah sebagai akibat adanya
Negara kebangsaan dari manusia – manusia berketuhanan Yang Maha Esa. Sila keadilan
sosial adalah tujuan dari keempat sila lainnya.
Secara ontologis, hakikat keadilan sosial juga ditentukan oleh adanya hakikat keadilan
sebagaimana terkandung dalam sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab..
menurut Notonagoro. Hakikat keadilan yang terkandung dalam sila kedua yaitu keadilan
yang terkandung dalam hakikat manusia monopluralis yaitu manusia yang adil terhadap diri
sendiri, terhadap sesama dan terhadap Tuhan. Penjelmaan dari keadilan kemanusiaan
monopluralis menyangkut manusia sebgaai makhluk hidup dan makhluk sosial. Dengan
demikian keadilan sosial didasari oleh sila kedua.
Atas dasar uraian diatas, lalu bagaimanakah sikap yang harus dikembangkan? Sikap
yang harus dikembangkan pada diri kita harus mencakup 3 keadilan yang terwujud dalam
kehidupan bersama yaitu:
1. Keadilan Distributif
Suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap warga negaranya, dalam arti
pihak Negara yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam
bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama
didasarkan atas hak dan kewajiban.
2. Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)
Hubungan keadilan antar warga Negara tehadap Negara dan dalam hal ini
pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan
perundang – undangan yang berlaku dalam Negara.
3. Keadilan Komulatif
Keadilan antara warga satu dengan warga lainnya secara timbal balik.
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan
bersama.

3.2 PELANGGARAN SILA KELIMA DIBERBAGAI BIDANG

3.2.1 Analisis Pelanggaran


Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang merupakan sila ke lima
dari Pancasila ternyata dalam pelaksanaanya sudah tidak sesuai dengan kondisi dan
harapan rakyat Indonesia saat ini.
Cita-cita nasional bangsa Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakat
yang adil dan makmur. Walaupun cita-cita tersebut sudah dicanangkan sejak
Indonesia merdeka, namun pada kenyataanya pencapaiannya masih sangat jauh dari
yang diharapkan.
Perjuangan menuju keadilan dan kesejahteraan sosial ternyata memang masih
banyak kendala. Salah satu faktor yang menjadi penghambat terbentuknya masyarakat
yang adil dan makmur tersebut adalah kurang ditegakannya keadilan disemua lini
kehidupan masyarakat dalam bernegara. Karena jika keadilan ditegakkan dengan
baik, maka kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara akan tercipta.
Sila ke-5, yang seharusnya sudah terlaksanakan dengan baik dalam kehidupan,
justru pada prakteknya, pelaksanaan dari sila tersebut tidak sesuai dengan kondisi
rakyat Indonesia saat ini, dimana masih ada praktek diskriminasi dari para penguasa.
Menanggapai masalah tersebut dalam tulisan ini ada empat hal yang ingin saya
paparkan yaitu mengenai bukti penerapan keadilan dalam bidang hukum, kesehatan,
pendidikan dan ekonomi, yang dirasa mempunyai masalah kompleks terhadap
implementasi dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
1. Bidang Hukum
Hukum memang harus ditegakkan tetapi keadilan terhadap hukum tersebut
juga harus ditegakkan. Contoh kecil yang menggambarkan bukti ketidakadilan hukum
di Indonesia ini adalah banyaknya kasus korupsi yang menyeret pejabat publik seperti
kepala daerah, anggota legislatif, para anggota kabinet dan politisi partai politik yang
merugikan negara sampai milyaran rupiah, tetapi hukuman yang diberikan tidak
sebanding dengan apa yang telah diperbuat dan kadang walaupun sudah divonis
sebagai tersangka masih saja bisa pergi kemana-mana bahkan sampai keluar negeri.
Sedangkan jika kasusnya menimpa rakyat miskin seperti yang pernah
menimpa nenek Minah yang tersandung kasus pencurian 2 buah Kakao justru
hukuman yang diterima tidak sebanding dengan apa yang diperbuat. Dari sini
menggambarkan bahwa hukum yang ada itu hanya berlaku untuk orang-orang miskin
saja, sedangkan untuk orang kaya atau pejabat publik hukum itu tidak terlalu
ditegakkan dengan benar. Sehingga hukum itu dapat diibaratkan sebagai pisau, lancip
dibawah dan tumpul diatas.
Padahal dalam UUD 1945 Pasal 28D Ayat (1) Tentang Hak Asasi Manusia
hasil amandemen disebutkan bahwa “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan
hukum”. Tetapi pada kenyataanya jauh dari apa yang diharapkan, ini menjadi bukti
bahwa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia belum sepenuhnya bisa ditegakkan
dengan baik.
2. Bidang Kesehatan
Buruknya layanan kesehatan masih menjadi keluhan dikalangan masyarakat
yang kurang mampu di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek,
mulai dari antrean yang panjang, kerumitan dalam mengurus syarat-syarat
administrasi, bahkan tidak jarang yang mendapat penolakan dari berbagai rumah
sakit. Hingga pungutan liar untuk memperoleh pengobatan gratis juga masih terjadi.
Buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat miskin menjadi potret
bahwa keadilan belum bisa ditegakkan dengan baik. Tapi disisi lain, orang kaya atau
orang yang mempunyai jabatan/pangkat tinggi justru mendapatkan pelayanan yang
istimewa. Padahal dalam UUD 1945 pasal (28) H ayat (2) tentang Hak Asasi Manusia
menyebutkan bahwa “setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan”. Tetapi pada kenyataannya rakyat miskin masih banyak
mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pihak rumah sakit.
3. Bidang Pendidikan
Masalah lain yang memperlihatkan ketidakadilan dalam dunia pendidikan
yaitu ketidakmampuan warga miskin untuk memperoleh pendidikan yang layak,
sehingga banyak anak-anak Indonesia yang tidak mampu untuk sekolah karena biaya
sekolah yang dirasa memberatkan. Oleh sebab itu pemerintah seharusnya
memprioritaskan warga miskin Indonesia dengan memberikan pendidikan. Sehingga
anak-anak yang kurang mampu tersebut dapat mengenyam pendidikan yang layak
dibangku sekolah seperti anak-anak pada umumnya.
Selain masalah tersebut terdapat masalah-masalah yang lain yang harus
diperhatikan oleh pemerintah salah satunya adalah pendidikan untuk anak-anak di
daerah pedalaman atau di daerah perbatasan, pemerintah dinilai hanya
memprioritaskan pendidikan untuk daerah-daerah yang sudah maju saja, sementara
untuk pendidikan di daerah-daerah pedalaman cenderung diabaikan. Banyak anak-
anak di daerah pedalaman yang membutuhkan pendidikan formal, bahkan hanya
untuk sampai kesekolahan saja mereka sampai harus rela berjalan atau menyeberangi
sungai yang jaraknya sangat jauh dari tempat tinggalnya.
4. Bidang Ekonomi
Keadilan dalam bidang ekonomi di negara kita belum bisa terwujud
sebagaimana yang telah diharapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan
Pancasila. Justru masalah yang paling miris di bidang ekonomi yaitu masalah
kemiskinan. Kemiskinan ini menjadi bukti dari penegakkan keadilan yang tidak
sempurna padahal dalam konstisusi telah ditetapkan bahwa fakir miskin dan anak-
anak terlantar dipelihara oleh negara, tapi pada kenyataanya malah menyimpang dari
apa yang telah ditetapkan pada konstitusi, fakir miskin dan anak-anak terlantar
dibiarkan keliaran dijalan-jalan untuk mengemis, bahkan mereka tidur di bawah
kolong jembatan hanya dengan beralaskan kardus bekas.
Masalah lain yang mencerminkan tidak adanya keadilan dalam bidang
ekonomi adalah pengeksploitasian terhadap buruh-buruh pabrik untuk bekerja selama
berjam-jam tetapi dengan tingkat upah yang sangat rendah. Sehingga dari eksploitasi
tersebut perusahaan memperoleh keuntungan yang sangat besar, karena perusahaan
bisa mempekerjakan buruh yang murah dan yang mau bekerja keras untuk kemajuan
perusahaanya. Itulah sedikit potret mengenai bukti dari implementasi dari sila ke-5
yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.
5. Bidang Budaya
Kehidupan masyarakat papua dengan masyarakat jakarta tentulah sangat
berbeda, yang penduduknya juga merupakan penduduk Indonesia juga, tetapi
kehidupan mereka sangat jauh berbeda. Masih banyak masyarakat papua yang
memakai koteka, pembangunan di derah tersebut juga tidak merata. Kita bandingkan
saja dengan kehidupan masyarakat di Jakarta, banyak orang-orang  memakai pakaian
yang berganti-ganti model, banyak bangunan menjulang tinggi.
3.2.2 Upaya Pemecahan
Diperlukan upaya yang tidak mudah untuk menciptakan masyarakat yang adil
dan sejahtera, paling tidak untuk menciptakan hal tersebut perlu ada kesadaran dari
masing-masing individu untuk merubahnya, jika perubahan itu bisa terlaksana dengan
baik tentunya keadilan itu akan dapat dengan mudah tercipta, baik dalam bidang
hukum, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain-lainnya.
Untuk menciptakan keadilan yang merata seperti yang tercermin
dalamPancasila tepatnya sila ke-5, peran dari pemerintah untuk mengupayakan hal
tersebut sangat diperlukan. Agar implementasi dari sila tersebut dapat benar-benar
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan bukan malah merugikan masyarakat.
Sebagai contoh dalam bidang kesehatan, pemerintah membebaskan biaya
kesehatan dan mengutamakan pelayanan kesehatan terhadap warga yang kurang
mampu, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi warga yang kurang
mampu serta meningkatkan partisipasi dan konsultasi kesehatan terhadap warga yang
kurang mampu

3.3 NILAI-NILAI LUHUR BANGSA YANG MASIH DIHAYATI / DIHIDUPI OLEH


MASYARAKAT INDONESIA KHUSUSNYA GENERASI MUDA
Pancasila merupakan pencerminan jiwa kebangsaan Indonesia. Nilai – nilai
yang terkandung didalamnya sangatlah luhur. Pancasila dirancang sedemikian rupa
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Penerapan nilai luhur sila kelima ini erat
hubungannya dengan hak dan kewajiban kita sebagai makhluk sosial. Makna dalam
sila kelima ini adalah adanya kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dimana
seluruh kekayaan diperguanakan untuk kebahagiaan bersama dan melindungi yang
lemah.
Contoh realisasi penerapannya pada generasi muda yang paling sederhana
adalah bersikap adil terhadap teman, tidak membedakan status sosial diantara teman,
menghormati hak – hak orang lain, mengembangkan perbuatan luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan serta gotong royong (dalam hal ini
contohnya adalah mengikuti berbagai kegiatan organisasi di lingkungan kampus
sehingga menumbuhkan semangat kekeluargaan yang didalamnya setiap anggota
diberi tugas yang sesuai dengan kapasitas kemampuan masing – masing), suka
memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri, tidak menggunakan
hak milik orang lain untuk usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain
serta suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
Namun ternyata dalam kenyataannya sila kelima masih memiliki banyak
kekurangan. Perwujudan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia setelah
70 tahun merdeka masih belum maksimal sekaligus merupakan sila yang diabaikan
oleh penyelenggara Negara Kesatuan Republik Indonesia dari saat kemerdekaan 17
Agustus 1945 sampai dengan saat ini. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak
sekali pelanggaran yang dilakukan terhadap sila kelima pancasila ini.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang kami sepakati bersama adalah pada masa ini, nilai – nilai yang
terkandung dalam sila kelima pancasila sudah terlupakan dan terabaikan oleh seluruh elemen
baik itu masyarakat maupun pemerintah. Tidak hanya sila kelima pancasila tetapi
pelanggaran juga terjadi terhadap keempat sila lainnya. Sangat disayangkan nilai – nilai
pancasila yang diambil dari kepribadian bangsa yang seharusnya mudah diterapkan tetapi
pada kenyataannya hanya sebatas teori saja tanpa pangamalan.

4.2 SARAN
Dari penjelasan yang kami tuliskan diatas mengenai sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia kami telah menarik kesimpulan mengenai isi dari makalah ini. Isi dan
kesimpulan yang kami tulis bisa saja berubah apabila ditemukan data yang lebih akurat dan
valid dari yang telah ada dalam makalah kami ini. Karena itu janganlah terlalu berpegang
pada makalah ini yang tentunya memiliki banyak kekurangan, baik yang diketahui ataupun
tidak diketahui, maka bacalah juga makalah, buku, artikel ataupun bacaan lain yang
berhubungan dengan materi yang kami bahas ini yang tentunya akan menambah pengetahuan
kita bersama dalam pengamalan dan penerapan butir – butir pancasila.
Dafta Pustaka

http://www.pusakaindonesia.org/nilai-dasar-sila-kelima-dalam-pancasila/

https://hengkikomarudin.wordpress.com/2010/07/14/hakekat-sila-sila-dalam-pancasila/

http://implementasi-nilai-pancasila12345.blogspot.co.id/

https://politikbersihcerdassantun.wordpress.com/2013/04/07/keadilan-sosial-bagi-seluruh-
rakyat-indonesia

http://melatiputri.web.ugm.ac.id/2014/12/01/bukti-pelanggaran-terhadap-5-sila-pancasila-2

Anda mungkin juga menyukai