Anda di halaman 1dari 13

TINDAK PIDANA KORUPSI MENURUT SUDUT PANDANG

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas Pancasila

yang dibimbing oleh Bapak Dr. Drs. Mohamad Sinal, S.H., M.H., M.Pd.

Oleh :

Kelompok 5

Renda Era Khairunnisa 1631120134

Syavira Hanum Faradis 1631120109

Ventaria Juniawanti 1631120122

Zulfa Majida Harits 1631120103

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia telah


menjadikan sistem ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan kesatuan,
kemusywaratan, dan keadilan sosial yang berlaku di Indonesia selalu mengacu
dan berbasis kepada Pancasila dan didukung oleh UUD 1945. Pancasila pun
menjadi sebuah landasan dalam penentuan prinsip dan pandangan hidup. Namun
saat ini semakin banyak penyimpangan nilai – nilai Pancasila. Nilai tersebut
serasa hilang jika dibandingkan dengan kehidupan Bangsa pada zaman ini.
Penyimpangan korupsi pun sudah dianggap hal yang biasa dilakukan karena
sering terjadi dan terjadi diamana-mana, sehinga dianggap sebagai suatu
‘pelanggaran biasa’ karena seperti dilazimkan.

Pelanggaran yang dianggap biasa dan bagi sebagian warga negara


Indonesia sudah menjadi ‘image para pejabat negara’ adalah permasalahan
korupsi, masalah ini dimungkinkan timbul karena pelaksana kepentingan birokrasi
tidak mengetahui ilmu-ilmu atau bahkan telah sengaja menghilangkan dan
menyelewengkan makna dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Korupsi kini sudah semakin berkembang baik dilihat dari jenis, pelaku
maupun dari modus operansinya. Masalah korupsi bukan hanya menjadi masalah
nasional tetapi sudah menjadi internasional, korupsi dapat menjatuhkan sebuah
rezim, dan bahkan juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu Negara.
Di Indonesia Korupsi dikenal dengan istilah KKN singkatan dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme. Korupsi sudah menjadi wabah penyakit yang menular di setiap
aparat negara dari tingkat yang paling rendah hingga tingkatan yang paling tinggi.

2
1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah kami berikut beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas :

1. Apakah pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sesuai


dengan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia pada sila ke-5
dalam Pancasila ?
2. Bagaimana tindak pidana korupsi menurut sudut pandang sila ke-5
Pancasila ?
3. Bagaimana korelasi tindak pidana korupsi terhadap sila ke-5 Pancasila ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Di dalam penyusunan makalah ini ada beberapa tujuan yang ingin kami paparkan
antara lain sebagai berikut :

1. Memahami sejauh mana pemberantasan tindak pidana korupsi di


Indonesia sudah sesuai dengan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia pada sila ke-5 dalam Pancasila.
2. Mengetahui sudut pandang tindak pidana korupsi menurut sila ke-5
Pancasila.
3. Mengetahui korelasi tindak pidana korupsi terhadap sila ke-5 Pancasila
dan menjalankan implementasi dari makna yang terkandung dalam sila ke-
5 Pancasila.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemberantasan TIPIKOR menurut sila ke- 5 PANCASILA

Setiap sila dalam pancasila memiliki hubungan yang saling mengikat dan
menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
Melanggar satu sila dan mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah
tindakan sia-sia. Oleh karena itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu
kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha
memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari Pancasila akan
menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar negara. Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat, pada hakikatnya merupakan suatu nilai. Nilai
Pancasila bersumber dari penjabaran norma-norma dalam masyarakat. Segala
sesuatu prilaku masyarakat berakar pada Pancasila.(Ruhcitra : 2009)

Hukum dan Pancasila sebenarnya dapat melawan dan memerangi korupsi.


Tetapi hukum di Negara ini tidak tegas. Hukum bisa di atur, dengan uang hukum
pun bisa di beli. Itulah Indonesia, apapun dengan uang, semua bisa di beli.
Menurut Kirdi Dipoyudo (1979: 107) “… tetapi sejauh mungkin juga selaras
dengan Pancasila dan dijiwai olehnya … sedemikian rupa sehingga seluruh
hukum itu merupakan jaminan terhadap penjabaran, pelaksanaan, penerapan
Pancasila.”
Hukum di Indonesia bisa dikatakan sangat lemah. Oleh karena itu korupsi
di Indonesia sangat merajalela. Karena di Indonesia hukum itu tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Pancasila seharusnya sebagai dasar Negara Indonesia,
yang di pegang oleh setiap warga Negara Indonesia, seakan hanya menjadi simbol
di negeri ini. Pancasila yang memiliki lima sila itu tidak dapat dijalankan.
Pancasila di negeri ini hanya diabaikan oleh setiap masyarakat Indonesia. Hingga
akhirnya korupsi mempan dengan Pancasila.(Mohammad Ichlas El Qudsi : 2010)
Maka sudah seharusnya pemberantasan tindak pidana korupsi sejalan
dengan dibentuknya norma kehidupan yang berasaskan sila “Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia”. Korupsi harus diberantasi karena tidak memberikan

4
keadilan pada kehidupan suatu bangsa. Dimana hak perseorangan diambil secara
terselubung. Serta adanya pemanfaat uang untuk kepentingan penyelenggaraan
negara, menjadi untuk kepentingan pribadi. Selama ini pemberantasan korupsi di
Indonesia belum maksimal, meskipun seluruh nilai dari sila Pancasila telah
ditegakkan. Masih ada pihak-pihak yang tidak mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Karena itulah sejauh ini pemberantasan korupsi di Indonesia masih belum sesuai
dengan sila ke-5. Sehingga korupsi dapat ditanggulangi dengan mengamalkan
nilai sila ke-5 diantaranya adalah menicptakan transparansi birokrasi
pemerintahan dengan langkah nyata dan konkrit. Agar toksin-toksin yang
berbahaya bagi ketahanan negara itu bisa terpantau dan ditanggulangi dengan
langka-langka preventif. Dan hal ini bisa terwujud, manakalah karakter aparat
pemerintahan sudah terbebas dari mental suka menggaruk dan menilap yang
bukan haknya. Pada titik ini, tindakan penyadaran moral, adalah kata kunci yang
tepat untuk mengurangi aurah buruk wajah pemerintahan.

2.2 TIPIKOR menurut sudut pandang sila ke-5 PANCASILA

Nilai Yang Terkandung Pada Sila Ke Lima

Keadilan Sosial ialah sifat masyarakat adil dan makmur berbahagia untuk
semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penghisapan, bahagia material dan
bahagia spritual, lahir dan batin. “Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang
harus memberi kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu mana haknya
sendiri serta tahu apa kewajibannya kepada orang lain dan dirinya.” (Sunoto,
2001:154) Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja, tetapi
mengutamakan kepentingan umum, tidak individualistik dan egoistik, tetapi
berbuat untuk kepentingan bersama.

Maka di dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai Keadilan tersebut didasari
oleh hakekat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat,
bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Oleh karena itu
manusia dikatakan pula sebagai makhluk Monopruralisme.

5
Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan
bersama adalah meliputi:

1. Keadilan Distributif

Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana


hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama
diperlukan tidak sama. Keadilan distributif sendiri yaitu suatu hubungan
keadilan antara negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah
yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam
bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup
bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiban.

2. Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)

Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap


negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum
merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan
menjadi kesatuannya.

Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan


menurut sifat dasarnya paling cocok baginya. Pendapat Plato itu disebut
keadilan moral, sedangkan untuk yang lainnya disebut keadilan legal.

3. Keadilan Komulatif

Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang


lainnya secara timbal balik. Keadilan ini bertujuan untuk memelihara
ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles
pengertian keadilan ini merupakan asan pertalian dan ketertiban dalam
masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan
ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian
dalam masyarakat.

6
Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus
diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara
yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh
warganya dan wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula nilai-
nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara negara sesama
bangsa di dunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam
suatu pergaulan antar bangsa di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip
kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup
bersama (keadilan bersama). Maka dari itu, korupsi menurut sila ke lima,
merupakan permasalahan yang tidak dapat ditolerir, mengingat bahwa korupsi
merugikan warga dan negara.(Yugi Al : 2017)

2.3 Korelasi TIPIKOR terhadap sila ke-5 PANCASILA

2.3.1 Hubungan Antara Korupsi dan Nilai-Nilai Pancasila

Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada
niat dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum adalah
menjadikan nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama. Serta peraturan
perundang-undangan sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Suatu pemerintah dengan pelayanan publik yang baik merupakan pemerintahan
yang bersih (termasuk dari korupsi) dan berwibawa. Korupsi adalah perbuatan
pelanggaran hukum, sebuah tindak pidana. Hubungannya dengan Pancasila adalah
melanggar sila ke lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena
korupsi itu menggerogoti kekayaan Negara yang ujung-ujungnya adalah
memiskinkan Negara dan juga rakyat.

2.3.2 Pengaruh Pancasila terhadap penanggulangan korupsi

Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan


modern. “Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya
didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu
masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang
sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau
golongannya.”( Rahman & Baso, 2010 : 20 )

7
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat
kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara
terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Secara historis, negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara Kesatuan


dengan bentuk Republik Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-
hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, kelompok belajar, masyarakat,
pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal,
dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-
prinsip demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara,
penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian
lingkungan hidup, 44 tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan
membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Korupsi adalah persoalan klasik yang telah lama ada.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dan Saran dari pembahasan dari rumusan masalah yang sudah
ada maka dari uraian di atas dapat kita simpulkan sebagai berikut :

Upaya peberantasan korupsi tetap harus menjadi nomor wajib sebab korupsi
merupakan akar dari segala masalah yang menyebabkan nama baik negeri ini
terus terpuruk di dunia Internasional.

Pancasila sesungguhnya merupakan sumber nilai anti korupsi. Persoalannya


arah ideologi kita sekarang seperti di persimpangan jalan. Nilai-nilai lain yang
kita anut menjadikan tindak korupsi merebak kemana-mana. Korupsi itu terjadi
ketika ada pertemuan saat dan kesempatan. Akan tetapi, karena nilai-nilai kearifan
local semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitalis, sehingga terdoronglah
seseorang untuk bertindak korupsi. Saatnya pancasila kembali direvitalisasi
sebagai dasar filsafat Negara dan menjadi “Prinsip prima” bersama-sama norma
agama. Sebagai prinsip prima, maka nilai-nilai pancasila dan norma-norma agama
merupakan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia berbuat baik. Nilai nilai
keadilan atau nilai yang tertuang dalam sila ke-5 mempunyai Konsekuensi nilai-
nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama antara lain keadilan
distributif, keadilan legal, keadilan komulatif. Selain itu pancasila mempunyai
beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan kelebihan tersebut terletak pada
tujuan utama sila ke-5, sedangkan kelemahannya terletak pada pelaksanaan yang
belum maksimal.

A. Strategi Pemberantasan Korupsi

1. Strategi Preventif

“Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada


hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang
terindikasi harus dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan
penyebab korupsi. Disamping itu perlu dibuat upaya yang dapat

9
meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan upaya ini
melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan
mampu mencegah adanya korupsi.” (Muzadi, 2004 : 135)
2. Strategi Deduktif
“Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan
diarahkan agar apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka
perbuatan tersebut akan dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga dapat ditindak lanjuti dengan
tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang harus dibenahi,
sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang
cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi.
Hal ini sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu
hukum,ekonomi maupun ilmu politik dan social.” (Muzadi, 2004 : 135)
3. Strategi Represif
“Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan
diarahkan untuk memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan
tepat kepada pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar
pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari tahap penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan perlu dikaji untuk
dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses penanganan
tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun implementasinya
harus dilakukan secara terintregasi.” (Muzadi, 2004 : 135)
B. Upaya pemberantasan korupsi

1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan


pengabdian pada bangsa dan negara melalui kendali formal, informal dan
agama.

2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.

3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki
tang-gung jawab yang tinggi.

4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada


jaminan masa tua.

10
5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi.

6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab
etis tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.

7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.

8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi


pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan
di bawahnya.

C. Undang-undang yang mengatur korupsi di Indonesia

Menegakkan undang-undang yang mengatur korupsi di Indonesia, antara


lain:

1 UU No. 3/1971 tentang Pemberantasan Korupsi


2 UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari KKN
3 UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
4 PP No.71/2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat
dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
5 UU No. 15/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
6 UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
7 UU No. 7/2006 tentang United Nation Convention Againest Corruption
8 Instruksi Presiden RI No.5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi

11
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Dipoyudo, Kirdi. 1984. Pancasila, Arti dan Pelaksanaannya. Jakarta: CSIS.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. 2011. Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kemendikbud.
Sunoto. 2001. Mengenal Filsafat Pancasila. Jakarta: Hanindita Graha Widya.
Mochlisin. 2007. Kewarganegaraan. Jakarta: Interplus
Muzadi, H. 2004. Menuju Indonesia Baru, Strategi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Malang: Bayumedia Publishing.
Rahman, Abd. dan Baso Madiong. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Artikel :
Al, Yugi. 2017. Penjelasan Lengkap 5 Teori Keadilan Menurut Aristoteles.
https://www.eduspensa.id/teori-keadilan-menurut-aristoteles/. Yang di
akses pada hari Minggu 31 Desember 2017 pukul 19.14 WIB
Andrazain. 2013. Manusia dan Keadilan. (Online). Tersedia:
https://andrazain.wordpress.com/2013/05/31/manusia-dan-keadilan/.
Yang di akses pada hari Minggu 31 Desember 2017 pukul 19.04 WIB
Dwi, Mifta. 2013. Sila ke 5 (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia).
https://miftadwi53.blogspot.co.id/2013/10/sila-ke-lima-keadilan-sosial-
bagi.html. Yang di akses pada hari Sabtu tanggal 9 Desember 2017 pukul
19.05
El Qudsi, Mohammad Ichlas. 2010. Fenomena Korupsi Di Indonesia dan
Pemberantasannya. http://politik.kompasiana.com. Yang di akses pada
hari Selasa tanggal 5 Desember 2017 pukul 13.38
Hayati, Anggun. 2011. Strategi Pemberantasan Korupsi Di Indonesia.
https://www.academia.edu/3097181/STRATEGI_PEMBERANTASAN_
KORUPSI_DI_INDONESIA. Diakses pada hari Selasa tanggal 5
Desember 2017 pukul 13.40.

12
Rastika, Icha. 2012. Inilah Lima Tren Pemberantasan Korupsi Masa Depan.
http://nasional.kompas.com. Yang di akses pada hari Selasa tanggal 5
Desember 2017 pukul 13.46.

13

Anda mungkin juga menyukai