Anda di halaman 1dari 24

Makalah

“HAKIKAT PANCASILA KE 5 “

Disusun Oleh :

William Mangumban ( A021231048 )

Nur Aisyah ( F071231024 )

Anidya Prapta Nariswari ( G021231031

Nurismi ( L041231043 )

Irene Febrianty ( M011231034 )

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2024

1
Daftar Isi

Daftar Isi....................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3

1.1 Latar Belakang...................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................14

2.1 LANDASAN TEORI........................................................................................ .15

2.2 SIKAP YANG HARUS DIKEMBANGKAN PADA SILA KELIMA UNTUK

DITERAPKAN DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI.....................................................14

2.3 PELANGGARAN SILA KELIMA DIBERBAGAI BIDANG................................15

Analisis Pelanggaran.........................................................................................15

Upaya Pemecahan............................................................................................19

2.4 NILAI-NILAI LUHUR BANGSA YANG MASIH DIHAYATI/DIHIDUPI OLEH

MASYARAKAT INDONESIA KHUSUSNYA GENERASI MUDA...........................20

BAB III PENUTUP....................................................................................................22

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................22

3.2 SARAN............................................................................................................ 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila dirumuskan dari kehidupan bangsa Indonesia yang digunakan

untuk pedoman bangsa Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Pancasila memiliki fungsi sebagai dasar filsafah negara dijabarkan

juga sebagai jiwa bangsa, sebagai kepribadian bangsa, sebagai pandangan

hidup bangsa, yang kemudian dijadikan sebagai pedoman hidup bangsa

Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jika kita

mengamati kejadian di lingkungan masyarakat sekitar kita, kita dapat

mengetahui berapa jauh perubahan norma manusia yang melenceng dari kaidah

dan nilai Pancasila. Maka, agar Pancasila itu benar- benar terasa dalam

kehidupan sehari-hari dan sekaligus melestarikan Pancasila, maka rakyat

Indonesia harus berusaha melaksanakan pedoman pengamalan Pancasila,

dengan mendarah dagingkan nilai – nilai yang luhur yang terkandung dalam

Pancasila.

Pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, kesamaan

kedudukan terhadap hukum dan HAM, keseimbangan antara hak dan kewajiban

merupakan sikap yang tercermin dari pengamalan nilai Pancasila yakni sila ke -

5 yang berbunyi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Fungsi dari nilai

yang terkandung dalam Pancasila sila ke-5 ini berfungsi sebagai tujuan negara.

Namun, apakah nilai –nilai yang terkandung dalam sila ke lima Pancasila itu

sudah terlaksana seutuhnya di lingkungan kita? Kita dapat menilai dengan

mengamati kejadian di sekitar kita. Pemikiran flosofs tersebut mengandung

pemahaman bahwa Soekarno sangat memprioritaskan nilai keadilan dan

3
menjunjung tinggi nilai hak-hak asasi manusia dalam konsep hidup berbangsa

dan bernegara. Lahirnya gagasan tentang defnisi keadilan sosial merupakan

hasil refeksi Soekarno tentang masa gelap sejarah bangsa Indonesia. Bangsa

Indonesia telah mengalami penderitaan, penindasan, penghinaan dan

penghisapan oleh penjajahan Belanda dan Jepang. Pemikiran tersebut di atas

membuktikan bahwa Soekarno ingin mencanangkan keadilan sosial sebagai

warisan dan etika bangsa Indonesia yang harus diraih. Kita hendak mendirikan

suatu negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang, bukan buat satu

golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, - tetapi

“semua buat semua”.

Masih banyak masyarakat yang belum memahami betul makna yang

terkandung dari Sila pertama sampai ke lima. Banyak masyarakat hanya

memahami bacaan dari sila-sila Pancasila namun belum memahami butir-

butirnya sehingga banyak penyelewengan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Dan yang masih banyak penyelewengan adalah timpang tindihnya

keadilan di bangsaini, antara Pemerintah dengan rakyatnya. Dan kehidupan

bangsa ini yang kaya akan semakin berkuasa dan yang miskin akan semakin

sengsara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sikap apa yang seharusnya dikembangkan agar nilai-nilai Sila 5 dapat

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari?

2. Apa contoh-contoh pelanggaran sila 5 dalam berbagai aspek ?

3. Apakah nilai-nilai luhur bangsa (Butir Sila 5) masih dihayati/dihidupi oleh

masyarakat Indonesia khususnya generasi muda saat ini?

4
5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Sila Kelima Pancasila

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakatdisegala

bidang kehidupan dan lapisan masyarakat seperti halnya dalam politik, hukum,

ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial–budaya.Keadilan sosial mengandung

arti tercapainya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan masyarakat.

Kehidupan yang dimaksud adalahkehidupan jasmani dan rohani. Makna pacasila

kelima berartimengembangkan perbuatan luhur dengan cara kekeluargaan dan

gotongroyong, selalu bersikap adil. Selain itu masyarakat harus seimbang antara

hak dan kewajiban dengan juga menghormati hak-hak orang lain.Hakekat sila kelima

terdapat pada pembukaan UUD 1945 padaalenia kedua yang berbunyi “Dan

perjuangan kebangsaan Indonesiatelah sampailah kepada saat yang berbahagia

dengan selamat setausamenghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang

kemerdekaanNegara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berkedaulat, adil,

danmakmur”.

Dalam sila kelima, terkandung nilai-nilai yang merupakan

tujuannegara sebagai tujuan dalam hidup ber sama, maka di dalam sila

kelimatersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan

bersama. Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilankemanusiaan

yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan

manusia lain, manusia dengan masyarakat,bangsa dan negaranya serta

hubungan manusia dengan Tuhannya.

Makna sila kelima Pancasila:

1. Pemerataan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

6
2. Kebijakan berorientasi pada pengurangan kesenjangan masyarakat.

3. Redistribusi kekayaan secara adil kepada masyarakat banyak.

4. Negara berpihak pada mayoritas rakyat jelata yang lemah.

5. Negara melindungi setiap warga negara untuk mendapatpenghidupan yang layak

Sila kelima dari falsafah pancasila ini dilihat dari segi fungsinya dapat

dikatakan sebagai sila yang berkedudukan sebagai tujuan. ‘…sila kelima ini

bukanlah dasar negra, tetapi adalah tujuan paling utama, tujuan pokoknya, yaitu

mewujudkan suatu keadilan soaial bagi seluruh rakyat Indonesia (Hazairin). Dengan

menunjuk sila kelima sebagai sila yang berkedudukan sebagai tujuan berarti telah

sempurnalah unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk satu kesatuan

pandangan hidup (way of life atau weltanschuung). Apabila silapertama, kedua dan

ketiga merupakan sila-sila yang menggambarkan pandangan hidup yang diyakini

bangsa Indonesia, sila keempat menggambarkan cara-cara yang harus dilakukan

sesuai dengan tujuan hidup yang dicita-citakan, maka sila kelima menggambarkan

tujuan hidup berbangsa dan bernegara yang dicita-citakan bangsa Indonesia.

Sila kelima intinya terletak pada rumusan “ Keadilan Sosial” (social Justice).

Plato dalam bukunya ‘Republic’ ‘The four cardival virtues’. Empat kebajikan tersebut

adalah pengendalian diri (discipline), keberanian(courage),kearifan (wisdom), dan

keadilan (justice). Sedan Liang Gie berpendapat bahwa kebajikan adalah yang

mencakup seluruhnya di atas ( all-embracing virtue).

Thomas Aquino merumuskan makna keadilan sebagai suatu ‘kemauan untuk

memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya’

7
Samuel pufendorf mendefinisikan keadilan sebagai ‘kecenderungan yang

bersifat tetap dan tak kunjung hilang untuk memberikan kepada setiap orang akan

haknya’

Dari beberapa batasan seperti di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

dimaksud ‘KEADILAN’ adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak

dan kewajiban, atau sikap yang mutlak untuk meletakkan hak dan kewajiban secara

prorposional, dan tidak merubah ketentuan-2 karena kasih saying atau benci.

Keadilan Sosial (Social justice)

Aristoteles membedakan keadilan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Keadilan Distributif (Distributive Justice), yang terwujud bilamana hal-hal

yang sama diperlakukan secara sama, dan hal-hal yang tidak sama

diperlakukan secara tidak sama. Keadilan disrtibutif ini dalam bentuk

konkritnya adalah sikap adilnya Negara terhadap seluruh warga negara, atau

Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganegaranya.

2. Keadilan Legal (legal Justice), yang terwujud bilamana setiap anggota

masyarakat melaksanakan fungsinya dengan baik sesuai dengan

kemampuan masing-masing. Bentuk konkrtinya ialah sikap adilnya warga

masyarakat terhdap Negara. Keadilan ini disebut juga keadilan bertaat, yaitu

warga Negara bersikap adil dalam wujud mentaati segala peraturan

perundang-undangan & peraturan lainya yg dikeluarkan Negara.

3. Keadilan komunitatif (Communitative Justice), yaitu keadilan yang

berlangsung dalam bentuk timbal balik secara proposional dalam kehidupan

bersama.

8
Setiap orang hendaknya memiliki hak yang sama terhadap sistem yang

menyeluruh dan yang terluas mengenai kebebasan-kebebasan dasar. Adapun yang

dimaksud dengan kebebasan dasar adalah meliputi:

1. freedom of speech &assembly (kebebasan berbicara & berkumpul)

2. liberty of conscience (kebebasan hati nurani)

3. freddom of thought (kebebasan berfikir)

4. freedom of the person (kebebasan Pribadi)

5. right to hold property (hak memiliki harta benda pribadi)

6. freedom from arbitrary arrest and seizure (kebebasan dari penahanan dan

penangkapan yang sewenag-wenang).

Sila Kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap manusia

Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan

sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan

perbuatannya luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan

gotong royong. Untuk itu diperlukan sikap adil terhadap sesama, menjaga

kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat

Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan

Yang Adil dan Beradab , Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh

Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan atau Perwakilan. Dalam sila ke – 5

tersebut terkandung nilai- nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam

hidup bersama. Maka dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai keadilan yang

harus terwujud dalam kehidupan bersama ( kehidupan sosial). Keadilan tersebut

didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan

9
manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain , manusia dengan

masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

Konsekwensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan

bersama meliputi:

1. Keadilan distributif Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana

bilamana hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak

sama diperlukan tidak sama ( just ice is done when equelz are treated equally

). Keadilan distributive sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara

terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi

keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan,

bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan

atas hak dan kewajiban.

2. Keadilan Legal ( Keadilan Bertaat ) Yaitu suatu hubungan keadilan antara

warga Negara terhadap negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang

wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-

undangan yang berlaku dalam Negara. Plato berpendapat bahwa keadilan

dan hukum merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat yang membuat

dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang

menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya ( the

man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan

untuk yang lainnya disebut keadilan legal.

3. Keadilan Komulatif Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan

yang lainnya secara timbal balik. Keadilan ini bertujuan untuk memelihara

ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian

keadilan ini merupakan ases pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.

10
Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan

akan merusak atau bahkan menghancurakn pertalian dalam masyarakat.

Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu Negara

berkebangsaan, mengharuskan Negara untuk menciptakan suatu peraturan

perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka Negara kebangsaan yang

berkeadilan sosial harus merupakan suatu negara yang berdasarkan atas Hukum.

Sehingga sebagai suatu negara hukum haruslah terpenuhi adanya tiga syarat pokok

yaitu:

1. pengakuan dan perlindungan atas hak-hak asasi manusia

2. peradilan yang bebas

3. legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya

Konsekuensinya sebagai suatu Negara Hukum yang berkeadilan sosial maka

Negara Indonesia harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia yang

tercantum dalam undang-undang 1945 pasal;

1. Pasal 27

1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

perintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya.

2) Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan.

2. Pasal 28

11
“ Setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan

kehidupannya. “

Pasal 28 A,B,C,D,E,F,G,H,I,J

3. Pasal 29

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaanya itu.

4. Pasal 31

1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan.

2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya.

3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang.

2.2 SIKAP YANG HARUS DIKEMBANGKAN PADA SILA KELIMA UNTUK

DITERAPKAN DI KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Sila kelima pancasila “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” memiliki

makna pokok dari keadilan yaitu hakikat kesesuaian dengan hakikat adil. Sila kelima

pancasila didasari dan dijiwai oleh keempat sila lainnya yaitu ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan. Hal ini mengandung hakikat makna bahwa

keadilan adalah sebagai akibat adanya Negara kebangsaan dari manusia – manusia

12
berketuhanan Yang Maha Esa. Sila keadilan sosial adalah tujuan dari keempat sila

lainnya.

Secara ontologis, hakikat keadilan sosial juga ditentukan oleh adanya hakikat

keadilan sebagaimana terkandung dalam sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil

dan beradab.. menurut Notonagoro. Hakikat keadilan yang terkandung dalam sila

kedua yaitu keadilan yang terkandung dalam hakikat manusia monopluralis yaitu

manusia yang adil terhadap diri sendiri, terhadap sesama dan terhadap Tuhan.

Penjelmaan dari keadilan kemanusiaan monopluralis menyangkut manusia sebgaai

makhluk hidup dan makhluk sosial. Dengan demikian keadilan sosial didasari oleh

sila kedua.

Atas dasar uraian diatas, lalu bagaimanakah sikap yang harus

dikembangkan? Sikap yang harus dikembangkan pada diri kita harus mencakup 3

keadilan yang terwujud dalam kehidupan bersama yaitu:

1. Keadilan Distributif

Suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap warga negaranya,

dalam arti pihak Negara yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk

keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta

kesempatan dalam hidup bersama didasarkan atas hak dan kewajiban.

2. Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)

Hubungan keadilan antar warga Negara tehadap Negara dan dalam

hal ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati

peraturan perundang – undangan yang berlaku dalam Negara.

3. Keadilan Komulatif

13
Keadilan antara warga satu dengan warga lainnya secara timbal balik.

Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan

kesejahteraan bersama.

2.3 PELANGGARAN SILA KELIMA DIBERBAGAI BIDANG

Analisis Pelanggaran

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang merupakan sila

ke lima dari Pancasila ternyata dalam pelaksanaanya sudah tidak sesuai

dengan kondisi dan harapan rakyat Indonesia saat ini.

Sila ke-5, yang seharusnya sudah terlaksanakan dengan baik dalam

kehidupan, justru pada prakteknya, pelaksanaan dari sila tersebut tidak

sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia saat ini, dimana masih ada praktek

diskriminasi dari para penguasa. Menanggapai masalah tersebut dalam

tulisan ini ada empat hal yang ingin saya paparkan yaitu mengenai bukti

penerapan keadilan dalam bidang hukum, kesehatan, pendidikan dan

ekonomi, yang dirasa mempunyai masalah kompleks terhadap implementasi

dari sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

1. Bidang Hukum

Hukum memang harus ditegakkan tetapi keadilan terhadap hukum

tersebut juga harus ditegakkan. Contoh kecil yang menggambarkan bukti

ketidakadilan hukum di Indonesia ini adalah banyaknya kasus korupsi yang

menyeret pejabat publik seperti kepala daerah, anggota legislatif, para

anggota kabinet dan politisi partai politik yang merugikan negara sampai

milyaran rupiah, tetapi hukuman yang diberikan tidak sebanding dengan apa

yang telah diperbuat dan kadang walaupun sudah divonis sebagai tersangka

masih saja bisa pergi kemana-mana bahkan sampai keluar negeri.

14
Sedangkan jika kasusnya menimpa rakyat miskin seperti yang pernah

menimpa nenek Minah yang tersandung kasus pencurian 2 buah Kakao justru

hukuman yang diterima tidak sebanding dengan apa yang diperbuat. Dari sini

menggambarkan bahwa hukum yang ada itu hanya berlaku untuk orang-

orang miskin saja, sedangkan untuk orang kaya atau pejabat publik hukum itu

tidak terlalu ditegakkan dengan benar. Sehingga hukum itu dapat diibaratkan

sebagai pisau, lancip dibawah dan tumpul diatas.

Padahal dalam UUD 1945 Pasal 28D Ayat (1) Tentang Hak Asasi

Manusia hasil amandemen disebutkan bahwa “setiap orang berhak atas

pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Tetapi pada kenyataanya jauh dari

apa yang diharapkan, ini menjadi bukti bahwa keadilan bagi seluruh rakyat

Indonesia belum sepenuhnya bisa ditegakkan dengan baik.

2. Bidang Kesehatan

Buruknya layanan kesehatan masih menjadi keluhan dikalangan

masyarakat yang kurang mampu di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari

berbagai aspek, mulai dari antrean yang panjang, kerumitan dalam mengurus

syarat-syarat administrasi, bahkan tidak jarang yang mendapat penolakan

dari berbagai rumah sakit. Hingga pungutan liar untuk memperoleh

pengobatan gratis juga masih terjadi.

Buruknya pelayanan kesehatan yang diterima rakyat miskin menjadi

potret bahwa keadilan belum bisa ditegakkan dengan baik. Tapi disisi lain,

orang kaya atau orang yang mempunyai jabatan/pangkat tinggi justru

mendapatkan pelayanan yang istimewa. Padahal dalam UUD 1945 pasal (28)

H ayat (2) tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa “setiap orang

15
berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh

kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan

keadilan”. Tetapi pada kenyataannya rakyat miskin masih banyak

mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pihak rumah sakit.

3. Bidang Pendidikan

Masalah lain yang memperlihatkan ketidakadilan dalam dunia

pendidikan yaitu ketidakmampuan warga miskin untuk memperoleh

pendidikan yang layak, sehingga banyak anak-anak Indonesia yang tidak

mampu untuk sekolah karena biaya sekolah yang dirasa memberatkan. Oleh

sebab itu pemerintah seharusnya memprioritaskan warga miskin Indonesia

dengan memberikan pendidikan. Sehingga anak-anak yang kurang mampu

tersebut dapat mengenyam pendidikan yang layak dibangku sekolah seperti

anak-anak pada umumnya.

4. Bidang Ekonomi

Keadilan dalam bidang ekonomi di negara kita belum bisa terwujud

sebagaimana yang telah diharapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan

Pancasila. Justru masalah yang paling miris di bidang ekonomi yaitu masalah

kemiskinan. Kemiskinan ini menjadi bukti dari penegakkan keadilan yang

tidak sempurna padahal dalam konstisusi telah ditetapkan bahwa fakir miskin

dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara, tapi pada kenyataanya malah

menyimpang dari apa yang telah ditetapkan pada konstitusi, fakir miskin dan

anak-anak terlantar dibiarkan keliaran dijalan-jalan untuk mengemis, bahkan

mereka tidur di bawah kolong jembatan hanya dengan beralaskan kardus

bekas.

16
Masalah lain yang mencerminkan tidak adanya keadilan dalam bidang

ekonomi adalah pengeksploitasian terhadap buruh-buruh pabrik untuk bekerja

selama berjam-jam tetapi dengan tingkat upah yang sangat rendah. Sehingga

dari eksploitasi tersebut perusahaan memperoleh keuntungan yang sangat

besar, karena perusahaan bisa mempekerjakan buruh yang murah dan yang

mau bekerja keras untuk kemajuan perusahaanya. Itulah sedikit potret

mengenai bukti dari implementasi dari sila ke-5 yang tidak sesuai dengan

kondisi masyarakat Indonesia saat ini.

5. Bidang Budaya

Kehidupan masyarakat papua dengan masyarakat jakarta tentulah

sangat berbeda, yang penduduknya juga merupakan penduduk Indonesia

juga, tetapi kehidupan mereka sangat jauh berbeda. Masih banyak

masyarakat papua yang memakai koteka, pembangunan di derah tersebut

juga tidak merata. Kita bandingkan saja dengan kehidupan masyarakat di

Jakarta, banyak orang-orang memakai pakaian yang berganti-ganti model,

banyak bangunan menjulang tinggi.

Upaya Pemecahan

Untuk menciptakan keadilan yang merata seperti yang tercermin

dalamPancasila tepatnya sila ke-5, peran dari pemerintah untuk

mengupayakan hal tersebut sangat diperlukan. Agar implementasi dari sila

tersebut dapat benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan

bukan malah merugikan masyarakat.

Sebagai contoh dalam bidang kesehatan, pemerintah membebaskan

biaya kesehatan dan mengutamakan pelayanan kesehatan terhadap warga

17
yang kurang mampu, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan

bagi warga yang kurang mampu serta meningkatkan partisipasi dan

konsultasi kesehatan terhadap warga yang kurang mampu

Contoh Kasus Ketimpangan di Dunia Pendidikan di Indonesia

Selasa, 23 Agustus 2016

Di tengah perayaan hari ulang tahun ke-71 Kemerdekaan Indonesia,

kita patut prihatin karena masih banyak fasilitas pendidikan yang kondisinya

memprihatinkan. Bahkan, di pelosok-pelosok Nusantara banyak gedung

sekolah yang sudah reyot dan hampir roboh. Masih tingginya angka

kemiskinan dan keterbelakangan juga menjadi pertanda bahwa belum semua

penduduk Indonesia bisa menjangkau pendidikan formal. Banyak faktor yang

menyebabkannya seperti masih kentalnya budaya setempat yang menjadikan

sekolah bukan sebagai kebutuhan penting bagi anak serta faktor

keterbatasan ekonomi.

Seperti diberitakan media-media massa baik cetak maupun elektronik

setiap menjelang HUT Kemerdekaan RI, ketimpangan fasilitas pendukung

sekolah di wilayah pelosok negeri, sangatlah menyedihkan. Selain ruang

untuk belajar mengajar yang banyak memprihatinkan, sekolah-sekolah di

pedesaan hingga wilayah pelosok negeri rata-rata belum memiliki sarana

perpustakaan memadai bagi anak didik di luar buku-buku mata pelajaran.

Guru yang tersedia juga minim, tidak sebanding dengan jumlah anak didik.

Bahkan, gaji yang diberikan kepada para guru tersebut sangat rendah

dan kurang layak yakni sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Sangat jauh

18
dibandingkan gaji seorang guru PNS yang telah bersertifikasi profesi guru

yang bisa mencapai Rp 5 juta per bulan. Padahal, beban guru di wilayah

pelosok lebih berat tanpa didukung fasilitas pendidikan yang memadai.

Kondisi fasilitas pendidikan di pedesaan dan wilayah pelosok negeri yang

memprihatinkan tersebut makin komplit ditambah dengan akses bagi

mobilitas warga menuju sekolah yang tidak mendukung. Salah satu media

cetak lokal pernah memberitakan, warga Desa Purwojiwo, Kecamatan

Kalikajar, Wonosobo yang berjumlah 3.000 jiwa mayoritas hanya tamat SD.

Sebagian besar bekerja sebagai petani. Mereka tidak mampu menyekolahkan

anaknya ke jenjang menengah ditambah dengan akses menuju sekolah yang

sulit.

Potret yang memprihatinkan tersebut seharusnya menjadi tamparan

keras bagi pemerintah. Di tengah usia Republik Indonesia yang sudah cukup

tua yakni 71 tahun, ketimpangan di dunia pendidikan seharusnya tidak ada

lagi. Kondisi ini jika diketahui negera lain terutama negeri jiran, akan sangat

memalukan, terlebih dulu beberapa negara tetangga seperti Malaysia pernah

mempelajari pendidikan di Indonesia. Namun, patut disayangkan, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Muhadjir Effendy tampaknya belum

memahami adanya ketimpangan di dunia pendidikan kita. Setelah diangkat

Presiden Joko Widodo menggantikan Anies Baswedan, Menteri Muhadjir

justru langsung menggagas program sekolah sehari penuh (full day

school/FDS) dan akan menghapus kebijakan sekolah gratis karena dianggap

menyulitkan APBN.

 Analisis Penyimpangan

19
Kasus di atas, yaitu kasus ketidakmerataan pendidikan di Indonesia.

Kasus ini merupakan kasus penyimpangan terhadap nilai pancasila pada sila

ke-5, karena pada hakikatnya seluruh warga negara Indonesia berhak atas

pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidupnya seperti yang tercantum

pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28C Ayat (1) yang menyebutkan

bahwa “Setiap warga negara berhak mengembangkan diri melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan

memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,

demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat

manusia”. Serta yang tercantum pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31

Ayat (1) yang menyebutkan “Setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan”.

Solusi :

Untuk solusi pada kasus tersebut, pemerintah sebaiknya melakukan

pendataan sekolah-sekolah terutama sekolah yang berada di daerah

terpencil. Karena sering kali sekolah-sekolah yang berlokasi di daerah

terpencil tidak terdata dan terjamah oleh pemerintah. Hal ini yang

menyebabkan ketertinggalan dan minimnya sarana prasarana pendidikan di

daerah terpencil. Setelah melakukan pendataan, langkah selanjutnya adalah

memberikan sarana prasarana pendidikan yang terstandar sehingga tidak ada

kesenjangan antara kualitas pendidikan di kota dan di daerah terpencil.

Dengan demikian hak setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan

pendidikan yang layak dapat terwujud.

20
2.4 NILAI-NILAI LUHUR BANGSA YANG MASIH DIHAYATI / DIHIDUPI OLEH

MASYARAKAT INDONESIA KHUSUSNYA GENERASI MUDA

Pancasila merupakan pencerminan jiwa kebangsaan Indonesia. Nilai –

nilai yang terkandung didalamnya sangatlah luhur. Pancasila dirancang

sedemikian rupa sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Penerapan

nilai luhur sila kelima ini erat hubungannya dengan hak dan kewajiban kita

sebagai makhluk sosial. Makna dalam sila kelima ini adalah adanya

kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dimana seluruh kekayaan

diperguanakan untuk kebahagiaan bersama dan melindungi yang lemah.

Contoh realisasi penerapannya pada generasi muda yang paling

sederhana adalah bersikap adil terhadap teman, tidak membedakan status

sosial diantara teman, menghormati hak – hak orang lain, mengembangkan

perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan serta

gotong royong (dalam hal ini contohnya adalah mengikuti berbagai kegiatan

organisasi di lingkungan kampus sehingga menumbuhkan semangat

kekeluargaan yang didalamnya setiap anggota diberi tugas yang sesuai

dengan kapasitas kemampuan masing – masing), suka memberi pertolongan

kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri, tidak menggunakan hak milik

orang lain untuk usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain

serta suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan

dan kesejahteraan bersama.

21
BAB III

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang kami sepakati bersama adalah pada masa ini, nilai – nilai

yang terkandung dalam sila kelima pancasila sudah terlupakan dan terabaikan oleh

seluruh elemen baik itu masyarakat maupun pemerintah. Tidak hanya sila kelima

pancasila tetapi pelanggaran juga terjadi terhadap keempat sila lainnya. Sangat

disayangkan nilai – nilai pancasila yang diambil dari kepribadian bangsa yang

seharusnya mudah diterapkan tetapi pada kenyataannya hanya sebatas teori saja

tanpa pangamalan.

4.2 SARAN

Dari penjelasan yang kami tuliskan diatas mengenai sila keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia kami telah menarik kesimpulan mengenai isi dari makalah

22
ini. Isi dan kesimpulan yang kami tulis bisa saja berubah apabila ditemukan data

yang lebih akurat dan valid dari yang telah ada dalam makalah kami ini. Karena itu

janganlah terlalu berpegang pada makalah ini yang tentunya memiliki banyak

kekurangan, baik yang diketahui ataupun tidak diketahui, maka bacalah juga

makalah, buku, artikel ataupun bacaan lain yang berhubungan dengan materi yang

kami bahas ini yang tentunya akan menambah pengetahuan kita bersama dalam

pengamalan dan penerapan butir – butir pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

23
24

Anda mungkin juga menyukai