Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

“HAKIKAT NILAI PANCASILA – SILA KELIMA


(KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA)”

Disusun Oleh Kelompok III:

Muhammad Afindito (D081211005)

Nurul Hidayah A (D081211009)

Iphigenia Rara (D081211011)

Nur Indah (D081211015)

Alfred Payung (D081211045)

DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN

FAKULTAS TEKNIK

UNVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga dengan semangat yang ada penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Nilai Pancasila – Sila
Kelima (Keadilan Social Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)”. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para
pengikutnya. Penulis mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah
SWT.yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar. Penulis menyadari karya tulis ini
tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Semoga dengan selesainya
makalah ini dapat menambah ilmu kita khususnya dalam hal menulis karya tulis
ilmiah.

Gowa, 22 Maret 2022

Kelompok III

2
DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................................................1
Kata Pengantar............................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................6
2.1 Keadilan...............................................................................................................6
2.2 Keadilan Sosial....................................................................................................6
2.3 Nilai dari Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.......................7
2.4 Realita dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”....................9
2.5 Dampak dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”................12
2.6 Solusi dari masalah yang ditimbulkan sila ke-lima…………...........................12
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................14
3.1 Kesimpulan........................................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia yang merupakan


perwujudan dari jiwa bangsa dalam sikap mental dan tingkah laku serta amal
perbuatan.Pancasila sebagai filsafat hidup, dan juga sebagai ideologi dan moral
bangsa yang harus dikembangkan sesuai kodrat manusia.Perbuatan yang
menyimpang dari Pancasila berarti juga menyimpang dari kehidupan tatanan
Bangsa Indonesia yang luhur.

Pada kenyataanya penerapan Pancasila debagai Ideologi Bangsa Indonesia


masih jauh dari harapan Pancasila itu sendiri. Masih banyak masyarakat yang
belum memahami betul makna yang terkandung dari Sila pertama sampai ke lima.
Banyak masyarakat hanya memahami bacaan dari sila-sila Pancasila namun
belum memahami butir-butirnya sehingga banyak penyelewengan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.Dan yang masih banyak penyelewengan
adalah timpang tindihnya keadilan di bangsa ini, antara Pemerintah dengan
rakyatnya. Dan potret kehidupan bangsa ini yang kaya akan semakin berkuasa dan
yang miskin akan semakin sengsara.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa nilai dari Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” ?
 Bagaimana realita dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”?
 Apa dampak dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
 Bagaimana Solusi dari masalah yang ditimbulkan sila “Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

4
1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui nilai dari Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”
 Untuk mengetahui realita dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”
 Untuk mengetahui dampak dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”
 Untuk mengetahui Solusi dari masalah yang ditimbulkan sila “Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

5
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Keadilan

Menurut Noor Ms Bakry Istilah keadilan berasal dari pokok kata adil,
yang berarti memperlakukan dan memberikan sebagai rasa wajib sesuatu hal yang
telah menjadi haknya, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia maupun
terhadap Tuhan.Adil dalam sila Keadilan sosial ini adalah khusus dalam artian
adil terhadap sesama yang dijiwai oleh adil terhadap diri sendiri serta adil
terhadap Tuhan.Keadilan dalam sila kelima ini diartikan sifat-sifat dan keadaan
yang sesuai dengan hakikat adil untuk mengakui hak sesama.

Keadilan adalah suatu keadaan dimana seseorang menerima perlakuan


yang sesuai dengan Haknya dan sesuai dengan Harkat dan martabatnya sehingga
tampak sama derajadnya dimata orang lain.

Keadilan dilindungi Undang-Undang untuk kebaikan bersama.Tidak pilih


kasih dan pandangan siapapun, setiap orang diperlakukan sesuai hak dan
kewajibannya.

Dalam Pancasila sila ke-5 berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia” yang artinya seluruh warga Indonesia berhak mendapatkan keadilan
yang merata.

2.2 Keadilan Sosial

Keadilan sosial adalah keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala


bidang kehidupan, baik materil maupun spiritual. Hal ini berarti keadilan itu tidak
hanya berlaku bagi orang kaya saja, tetap diberlaku pula bagi orang miskin, bukan
hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakyat biasa pula, dengan kata lain seluruh
rakyat Indonesia baik yang berada di wilayah kekuasaan Republik Indonesia
maupun bagi Warga Negara Indonesia yang berada di negara lain

6
Sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung sebelas
makna, yaitu:

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan


sikap dan suasana  kekeluargaan dan gotong-royong.

2. Bersikap adil.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak-hak orang lain.

5. Suka memberipertolongan kepada orang lain.

6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

7. Tidak bergaya hidup mewah.

8. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

10. Menghargai hasil karya orang lain.

11. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkead 

2.3 Nilai dari Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

Menurut Darmodihardjo (1979), ‘Keadilan Sosial’ berarti keadilan yang


berlaku dalammasyarakat di bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual,
sedangkan ‘seluruh rakyat Indonesia’berarti setiap orang yang menjadi rakyat
Indonesia, baik yang berdiam di wilayah kekuasaan RepublikIndonesia maupun
warga negara Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi, ‘keadilan sosial
bagiseluruh rakyat Indonesia’ berarti bahwa setiap orang Indonesia berhak
mendapat perlakuan adil dalambidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan.Sila Keadilan Sosial ini merupakan tujuandari empat sila yang
mendahuluinya dan merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara,

7
yangperwujudannya ialah tata masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila (Darmodihardjo1979).

Ada tiga prinsip keadilan sosial yang dikemukakan oleh Suryawasita


(1989), yaitu keadilanatas dasar hak, keadilan atas dasar jasa, dan keadilan atas
dasar kebutuhan.Keadilan atas dasar hakadalah keadilan yang diperhitungkan
berdasarkan hak untuk diterima oleh seseorang.Keadilan atasdasar jasa adalah
keadilan yang diperhitungkan berdasarkan seberapa besar jasa yang telah
seseorangberikan.Sedangkan keadilan atas dasar kebutuhan adalah keadilan yang
diperhitungkan berdasarkanyang seseorang butuhkan.

Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab , Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan atau Perwakilan.

Dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai- nilai yang merupakan tujuan


Negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka dalam sila ke – 5 tersebut
terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama
( kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan
manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia
dengan manusia lain , manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta
hubungan manusia dengan Tuhannya

1) Keadilan Distributif

Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal


yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan tidak
sama. Keadilan distributif sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara negara
terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan
dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi
serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasrkan atas hak dan kewajiban.

2) Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)

8
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan
dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk
mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara.Plato
berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan subtansi rohani umum dari
masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya.Dalam masyarakat yang adil
setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok
baginya.Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan untuk yang lainnya
disebut keadilan legal.

3) Keadilan Komulatif

Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya
secara timbal balik.Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban
masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini
merupakan asan pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang
bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan
menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus


diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara
yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh
warganya dan wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula nilai-
nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara negara sesama
bangsa di dunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam
suatu pergaulan antar bangsa di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip
kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup
bersama (keadilan bersama).

2.4 Realita dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

Jika berbicara mengenai keadilan sosial, dimensi yang menonjol adalah


dimensi structural atau “kesenjangan antara kelompok yang memperoleh banyak
dan ada yang sedikit.”Berkaitan dengan hal ini, upaya pencapaian keadilan sering

9
kali dikaitkan dengan pengurangan kesenjangan(Sujatmiko, 2006).Jika demikian,
realitas di Indonesia yang menunjukkan lebarnya jurangkesenjangan sosial yang
mengantarai kaum elite dan kaum yang termarjinalkan telah
mengindikasikanadanya masalah ketidakadilan sosial di Indonesia.

Salah satu contoh konkret adalah kasus ketidakadilan yang terjadi di bumi
Papua.Berdasarkanhasil studi dan penelitian yang dilakukan LIPI pada 2008,
wacana pembangunan dalam perspektifrakyat Papua dimaknai sebagai upaya
negara dalam melakukan marjinalisasi rakyat Papua danmengenalkan sistem
kapitalisme yang bermuara pada eksploitasi sumber alam di Tanah Papua.
Selainitu, mereka yang relatif lebih diuntungkan dari pembangunan di Tanah
Papua adalah warga pendatang(Widjojo, dkk., 2009).

Ketidakadilan sosial yang dirasakan oleh para penduduk asli Papua ini
secara jelas dinyatakanoleh mantan Ketua DPRD Papua (1974-1977) dan Wakil
Gubernur (1977-1982) Ellyas Paprindey.Menurutnya, perasaan tidak puas,
ketidakadilan bagi rakyat Papua dalam pembangunan—khususnyauntuk
meningkatkan kesejahteraan—mengakibatkan munculnya tuntutan kemerdekaan
olehmasyarakat Papua (Maniagasi, 2001). Hal ini juga didukung oleh hasil studi
dan penelitian yangdilakukan Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan
Kemitraan Masyarakat Sipil Indonesia(YAPPIKA) yang menyatakan bahwa para
penduduk Papua merasa diperlakukan secara tidak adiloleh pemerintah dan aparat
keamanan yang dianggap lebih berpihak kepada kaum pemilik modal
yangmerupakan masyarakat pendatang dibandingkan dengan penduduk asli
Papua. Alat-alat produksi jugadikuasai kaum pendatang, sehingga penduduk lokal
sangat tergantung kepada mereka.Selain itu,masyarakat lokal juga sulit mencapai
akses ke pasar, sehingga membatasi pengembangan produkpertanian dan
pengolahan hasil bumi lainnya (Raweyai, 2002). Daftar panjang ketidakadilan
yangditerima rakyat Papua itu ditambah lagi dengan penanganan konflik di Papua
yang cenderungdiabaikan atau hanya diselesaikan secara sepihak, sehingga tidak
hanya menimbulkan kebingungan,kecurigaan serta apatisme di kalangan
masyarakat Papua (Widjojo, dkk., 2009).

10
Realitas ketimpangan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di Papua
juga ternyatamendapat menimbulkan konflik kekerasan dan mendorong
munculnya kelompok identitas lokal, baikdalam bentuk kelas atau kelompok
bersenjata maupun kelompok ideologi (Widjojo, dkk., 2009). Salahsatu contoh
kelompok identitas lokal tersebut adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang
seringkali bersikap antipemerintah dan menyuarakan keinginan sebagian
masyarakat Papua untukmemisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Jika keadaan ketidakadilan ini terusberlanjut, dapat diprediksi dalam
beberapa tahun ke depan Indonesia akan kehilangan Papua—sebagaimana telah
terjadi dengan Timor Leste—sebagai salah satu bagian dari Negara
KesatuanRepublik Indonesia.

Melalui kasus di Tanah Papua ini dapat dikatakan bahwa masalah


ketidakadilan sosial kinitelah menjadi salah satu masalah utama bangsa Indonesia
yang dapat mengancam kebersamaan dankeintegrasian bangsa. Masalah yang
berakar pada adanya ketimpangan sosial akibatpengimplementasian keadilan
sosial yang tidak sempurna ini akan menimbulkan kecemburuan bagikaum yang
merasa tertindas dan berdampak pada hilangnya perasaan senasib dan tekad
bersama untukbersatu sebagai satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Jika
kelompok-kelompok identitas yangmenunjukkan adanya gerakan separatis mulai
muncul, integrasi bangsa, yang lebih merupakan suatuikatan moril, akan terancam
keberadaannya.

Ancaman terhadap integrasi bangsa seperti ini tidak boleh dibiarkan terus
berlanjut. Berangkatdari Suryawasita (1989), bahwa fokus utama dari asas
keadilan sosial adalah perhatian pada nasibanggota masyarakat yang terbelakang,
maka terhadap anggota masyarakat yang terbelakang inilahfokus perhatian perlu
lebih diberikan, sehingga mereka juga tetap dapat merasakan keadilan social
sebagai bagian dari bangsa Indonesia (Suryawasita, 1989). Keadilan dan persatuan
di Indonesiaharuslah mengacu pada sikap peduli yang berimbang, bukan hanya
terfokus pada salah satu bagianPancasila, Keadilan Sosial atau wilayah saja.
Redistribusi sumber daya kesejahteraan yang merata oleh negara sebagai

11
agensipublik perlu diperhatikan dan diimplementasikan dengan lebih sempurna
(Bagir, dkk., 2011).

Pemberdayaan segala sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia secara


maksimal, termasuk didalamnya sumber daya manusia, juga menjadi salah satu
solusi konkret bagi permasalahanketidakadilan sosial yang berujung pada
disintegrasi bangsa.Pemberdayaan atau pengembangansumber daya manusia yang
dimaksud dapat berupa pelatihan atau pendidikan, seperti yang telahdilakukan
oleh Prof. Yohanes Surya yang bersedia memberi diri untuk mendidik sejumlah
siswaPapua berprestasi. Apabila seluruh elemen masyarakat, termasuk masyarakat
yang paling terbelakang,diikutsertakan dalam pembangunan dan dapat
memberikan sumbangsih yang nyata, rasa kesatuanbangsa akan dapat lebih kental
terlihat dalam setiap individu bangsa.

2.5 Dampak dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

• Dampak Positif :
1. Perlakuan yang adil dalam berbagai kehidupan atau tidak diskriminasi
2. Menghilangkan politik dinasti (kekuasaan turun menurun; dari orang tua
ke anaknya)
3. Kamakmuran masyarakat yang berkeadilan, meratakan keadilan tanpa
memandang status dan kepentingan
4. Keseimbangan yang adil dalam antara kehidpan pribadi dan masyarakat
5. Keseimbangan yang adil antara kebutuhan jasmani dan rohani, materi dan
spiritual
• Dampak Negatif :
1. Membedakan fasilitas umum antara pejabat dan rakyat biasa.
2. Keadilan hanya untuk golongan tertentu, dalam artian menindak suatu
permasalahan selalu tebang pilih dan menguntungkan pihak yang
seharusnya salah
3. Membeda-bedakan perhatian antar suku

12
2.6 Solusi dari masalah yang ditimbulkan sila “Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia”

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan

suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan

terhadap orang lain.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal bersifat pemborosan dan gaya

hidup mewah.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan

kepentingan umum.

8. Suka bekerja keras.

9. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan

dan kesejahteraan bersama.

10. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang

merata dan berkeadilan sosial.

13
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Dari hasil pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa ketimpang tindihan


keadilan di negri ini masih banyak terjadi.

b. Pemerintah seakan mengabaikan peraturan yang telah diatrunya sendiri, kini


perlahan UU dan Pancasila mulai diabaikan dan lebih mementingkan kepentingan
partai ataupun koalisi partai.

c. Melimpahnya sumber daya manusia dan alam tidak menjamin negri ini untuk
memakmurkan semua rakyatnya, yang mendapatkan hasilnya hanya segelintir
rakyat yang berkuasa saja.

3.2 Saran

Seharusnya Pemerintah melaksanakan apa yang menjadi tujuan utama dari


sila ke-5. Seperti pada bidang hukum, ekonomi, pendidikan, dll.Bukan saja
Pemerintah yang memiliki tanggung jawab untuk terwujudnya tujuan dari sila ke-
5, namun juga peran masyarakat dan lingkungan serta para pendidik untuk ikut
menanamkan rasa keadilan kepada setiap orang tanpa membedakan ras, agama,
latar belakang, warna kulit, dll.Sehingga para calon penerus bangsa Indonesia
memiliki jiwa sesuai dengan isi dari sila ke-5, yang akhirnya tercipta rasa
persatuan sebagai rakyat Indonesia yang kekeluargaan, kegotongroyongan dan
penuh keadilan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji, Prof.S.H., dkk. 1978. Santiaji Pancasila. Surabaya.


Usaha Nasional.

http://aristasundari.blogspot.co.id/2016/12/makalah-pancasila-sila-keadilan-
sosial.html

http://hanifanrazikah.blogspot.co.id/2016/05/pancasila-solusi-dari-10-
permasalahan.html

https://ibelboyz.wordpress.com/2011/06/21/pancasila-menjadi-solusi-dalam-
permasalahan-bangsa-dan-negara/

http://miftadwi53.blogspot.co.id/2013/10/sila-ke-lima-keadilan-sosial-
bagi.html

Ms Bakry,Noor(1997), Orientasi Filsafat Pancasila ,Liberty ,Yogyakarta.

Raweyai, Y. T. H. (2002). Mengapa Papua Ingin Merdeka. Jayapura:


Presidium Dewan Papua.

Sujatmiko, I. G. (2006). Keadilan Sosial dalam Masyarakat Indonesia. Dalam


Irfan Nasution dan

Ronny Agustinus (Eds.), Restorasi Pancasila. Bogor: Brighten Press.

Suryawasita, A. (1989). Asas Keadilan Sosial. Yogyakarta: Kanisius.

Widjojo, M. S., Elisabeth, A., Al Rahab, A., Pamungkas, C., & Dewi R.
(2009). Papua Road Map: Negotiating the Past, Improving Present
and Securing the Future. Jakarta: LIPI.

15

Anda mungkin juga menyukai