Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PANCASILA

“SILA KELIMA – KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH


RAKYAT INDONESIA”

Disusun Oleh Kelompol 5:


DESI DWI YANTI (PBC220051)
DESRI NATALIA (PBC220054)
LILIS KARLITA (PBC220056)
SRI LUSIYANI(PBC220055)
WA ODE RAHMA YUNITA(PBC220053)
JESLYN SANTIKA MAHARANI (PBC220052)

PRODI D3 FARMASI

JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK BAUBAU

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga dengan semangat yang ada penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta para pengikutnya. Penulis mengucapkan
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT.yang selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
dengan lancar. Penulis menyadari karya tulis ini tidak akan selesai tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat menambah ilmu
kita khususnya dalam hal menulis karya tulis ilmiah.

Baubau, 05,12,2022

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................................................1
Kata Pengantar...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................4
1. LATAR BELAKANG...........................................................................................4
2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4
3. TUJUAN................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................6
1. Keadilan.................................................................................................................6
2. Keadilan Sosial......................................................................................................6
3. Nilai dari Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.........................7
4. Realita dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”....................10
5. Dampak dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”..................12
6. Solusi dari masalah yang ditimbulkan sila “Keadilan Sosial bagi ............Seluruh
Rakyat Indonesia” 13
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................14
1. Kesimpulan..........................................................................................................14
2. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia yang merupakan


perwujudan dari jiwa bangsa dalam sikap mental dan tingkah laku serta
amal perbuatan. Pancasila sebagai filsafat hidup, dan juga sebagai ideologi
dan moral bangsa yang harus dikembangkan sesuai kodrat manusia.
Perbuatan yang menyimpang dari Pancasila berarti juga menyimpang dari
kehidupan tatanan Bangsa Indonesia yang luhur.

Pada kenyataanya penerapan Pancasila debagai Ideologi Bangsa Indonesia


masih jauh dari harapan Pancasila itu sendiri. Masih banyak masyarakat
yang belum memahami betul makna yang terkandung dari Sila pertama
sampai ke lima. Banyak masyarakat hanya memahami bacaan dari sila-sila
Pancasila namun belum memahami butir-butirnya sehingga banyak
penyelewengan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan yang
masih banyak penyelewengan adalah timpang tindihnya keadilan di
bangsa ini, antara Pemerintah dengan rakyatnya. Dan potret kehidupan
bangsa ini yang kaya akan semakin berkuasa dan yang miskin akan
semakin sengsara.

2. RUMUSAN MASALAH

 Apa nilai dari Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat


Indonesia” ?
 Bagaimana realita dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”?
 Apa dampak dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”

4
 Bagaimana Solusi dari masalah yang ditimbulkan sila “Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

3. TUJUAN

 Untuk mengetahui nilai dari Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh


Rakyat Indonesia”
 Untuk mengetahui realita dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia”
 Untuk mengetahui dampak dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia”
 Untuk mengetahui Solusi dari masalah yang ditimbulkan sila
“Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

5
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Keadilan

Menurut Noor Ms Bakry Istilah keadilan berasal dari pokok kata


adil, yang berarti memperlakukan dan memberikan sebagai rasa wajib
sesuatu hal yang telah menjadi haknya, baik terhadap diri sendiri, sesama
manusia maupun terhadap Tuhan. Adil dalam sila Keadilan sosial ini
adalah khusus dalam artian adil terhadap sesama yang dijiwai oleh adil
terhadap diri sendiri serta adil terhadap Tuhan. Keadilan dalam sila kelima
ini diartikan sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakikat adil untuk
mengakui hak sesama.

Keadilan adalah suatu keadaan dimana seseorang menerima


perlakuan yang sesuai dengan Haknya dan sesuai dengan Harkat dan
martabatnya sehingga tampak sama derajadnya dimata orang lain.

Keadilan dilindungi Undang-Undang untuk kebaikan bersama.


Tidak pilih kasih dan pandangan siapapun, setiap orang diperlakukan
sesuai hak dan kewajibannya.

Dalam Pancasila sila ke-5 berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh


rakyat Indonesia” yang artinya seluruh warga Indonesia berhak
mendapatkan keadilan yang merata.

2. Keadilan Sosial

6
Keadilan social adalah keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
bidang kehidupan, baik materil maupun spiritual. Hal ini berarti keadilan
itu tidak hanya berlaku bagi orang kaya saja, tetap diberlaku pula bagi
orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk rakyat biasa
pula, dengan kata lain seluruh rakyat Indonesia baik yang berada di
wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun bagi Warga Negara
Indonesia yang berada di negara lain

Sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung
sebelasmakna, yaitu:

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang


mencerminkan sikap dan suasana  kekeluargaan dan gotong-
royong.

2. Bersikap adil.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak-hak orang lain.

5. Suka memberipertolongan kepada orang lain.

6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

7. Tidak bergaya hidup mewah.

8. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

10. Menghargai hasil karya orang lain.

11. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan


berkead 

3. Nilai dari Sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

7
Menurut Darmodihardjo (1979), ‘Keadilan Sosial’ berarti keadilan
yang berlaku dalam masyarakat di bidang kehidupan, baik materiil
maupun spiritual, sedangkan ‘seluruh rakyat Indonesia’ berarti setiap
orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam di wilayah
kekuasaan Republik Indonesia maupun warga negara Indonesia yang
berada di luar negeri. Jadi, ‘keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’
berarti bahwa setiap orang Indonesia berhak mendapat perlakuan adil
dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Sila
Keadilan Sosial ini merupakan tujuan dari empat sila yang mendahuluinya
dan merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang
perwujudannya ialah tata masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila (Darmodihardjo 1979).

Ada tiga prinsip keadilan sosial yang dikemukakan oleh


Suryawasita (1989), yaitu keadilan atas dasar hak, keadilan atas dasar jasa,
dan keadilan atas dasar kebutuhan. Keadilan atas dasar hak adalah
keadilan yang diperhitungkan berdasarkan hak untuk diterima oleh
seseorang. Keadilan atas dasar jasa adalah keadilan yang diperhitungkan
berdasarkan seberapa besar jasa yang telah seseorang berikan. Sedangkan
keadilan atas dasar kebutuhan adalah keadilan yang diperhitungkan
berdasarkan yang seseorang butuhkan.

Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh


Rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab , Persatuan Indonesia, serta
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan atau Perwakilan.

8
Dalam sila ke – 5 tersebut terkandung nilai- nilai yang merupakan
tujuan Negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka dalam sila ke –
5 tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan
bersama ( kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh
hakikat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain , manusia dengan
masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan
Tuhannya

1) Keadilan Distributif

Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana


hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama
diperlukan tidak sama. Keadilan distributif sendiri yaitu suatu
hubungan keadilan antara negara terhadap warganya, dalam arti pihak
negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan
membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta
kesempatan dalam hidup bersama yang didasrkan atas hak dan
kewajiban.

2) Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)

Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap


negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum
merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan
menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang
menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya.
Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan untuk yang
lainnya disebut keadilan legal.

3) Keadilan Komulatif

9
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang
lainnya secara timbal balik. Keadilan ini bertujuan untuk memelihara
ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles
pengertian keadilan ini merupakan asan pertalian dan ketertiban dalam
masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan
ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian
dalam masyarakat.

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang


harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk
mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh
warganya serta melindungi seluruh warganya dan wilayahnya,
mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan
tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara negara sesama bangsa di
dunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam
suatu pergaulan antar bangsa di dunia dengan berdasarkan suatu
prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta
keadilan dalam hidup bersama (keadilan bersama).

4. Realita dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat


Indonesia”

Jika berbicara mengenai keadilan sosial, dimensi yang menonjol


adalah dimensi structural atau “kesenjangan antara kelompok yang
memperoleh banyak dan ada yang sedikit.” Berkaitan dengan hal ini,
upaya pencapaian keadilan sering kali dikaitkan dengan pengurangan
kesenjangan (Sujatmiko, 2006). Jika demikian, realitas di Indonesia yang
menunjukkan lebarnya jurang kesenjangan sosial yang mengantarai kaum
elite dan kaum yang termarjinalkan telah mengindikasikan adanya masalah
ketidakadilan sosial di Indonesia.

10
Salah satu contoh konkret adalah kasus ketidakadilan yang terjadi
di bumi Papua. Berdasarkan hasil studi dan penelitian yang dilakukan LIPI
pada 2008, wacana pembangunan dalam perspektif rakyat Papua dimaknai
sebagai upaya negara dalam melakukan marjinalisasi rakyat Papua dan
mengenalkan sistem kapitalisme yang bermuara pada eksploitasi sumber
alam di Tanah Papua. Selain itu, mereka yang relatif lebih diuntungkan
dari pembangunan di Tanah Papua adalah warga pendatang (Widjojo,
dkk., 2009).

Ketidakadilan sosial yang dirasakan oleh para penduduk asli Papua


ini secara jelas dinyatakan oleh mantan Ketua DPRD Papua (1974-1977)
dan Wakil Gubernur (1977-1982) Ellyas Paprindey. Menurutnya, perasaan
tidak puas, ketidakadilan bagi rakyat Papua dalam pembangunan—
khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan—mengakibatkan
munculnya tuntutan kemerdekaan oleh masyarakat Papua (Maniagasi,
2001). Hal ini juga didukung oleh hasil studi dan penelitian yang
dilakukan Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan
Masyarakat Sipil Indonesia (YAPPIKA) yang menyatakan bahwa para
penduduk Papua merasa diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah
dan aparat keamanan yang dianggap lebih berpihak kepada kaum pemilik
modal yang merupakan masyarakat pendatang dibandingkan dengan
penduduk asli Papua. Alat-alat produksi juga dikuasai kaum pendatang,
sehingga penduduk lokal sangat tergantung kepada mereka. Selain itu,
masyarakat lokal juga sulit mencapai akses ke pasar, sehingga membatasi
pengembangan produk pertanian dan pengolahan hasil bumi lainnya
(Raweyai, 2002). Daftar panjang ketidakadilan yang diterima rakyat Papua
itu ditambah lagi dengan penanganan konflik di Papua yang cenderung
diabaikan atau hanya diselesaikan secara sepihak, sehingga tidak hanya
menimbulkan kebingungan, kecurigaan serta apatisme di kalangan
masyarakat Papua (Widjojo, dkk., 2009).

11
Realitas ketimpangan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di
Papua juga ternyata mendapat menimbulkan konflik kekerasan dan
mendorong munculnya kelompok identitas lokal, baik dalam bentuk kelas
atau kelompok bersenjata maupun kelompok ideologi (Widjojo, dkk.,
2009). Salah satu contoh kelompok identitas lokal tersebut adalah
Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sering kali bersikap
antipemerintah dan menyuarakan keinginan sebagian masyarakat Papua
untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika
keadaan ketidakadilan ini terus berlanjut, dapat diprediksi dalam beberapa
tahun ke depan Indonesia akan kehilangan Papua— sebagaimana telah
terjadi dengan Timor Leste—sebagai salah satu bagian dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Melalui kasus di Tanah Papua ini dapat dikatakan bahwa masalah


ketidakadilan sosial kini telah menjadi salah satu masalah utama bangsa
Indonesia yang dapat mengancam kebersamaan dan keintegrasian bangsa.
Masalah yang berakar pada adanya ketimpangan sosial akibat
pengimplementasian keadilan sosial yang tidak sempurna ini akan
menimbulkan kecemburuan bagi kaum yang merasa tertindas dan
berdampak pada hilangnya perasaan senasib dan tekad bersama untuk
bersatu sebagai satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Jika kelompok-
kelompok identitas yang menunjukkan adanya gerakan separatis mulai
muncul, integrasi bangsa, yang lebih merupakan suatu ikatan moril, akan
terancam keberadaannya.

12
Ancaman terhadap integrasi bangsa seperti ini tidak boleh
dibiarkan terus berlanjut. Berangkat dari Suryawasita (1989), bahwa fokus
utama dari asas keadilan sosial adalah perhatian pada nasib anggota
masyarakat yang terbelakang, maka terhadap anggota masyarakat yang
terbelakang inilah fokus perhatian perlu lebih diberikan, sehingga mereka
juga tetap dapat merasakan keadilan social sebagai bagian dari bangsa
Indonesia (Suryawasita, 1989). Keadilan dan persatuan di Indonesia
haruslah mengacu pada sikap peduli yang berimbang, bukan hanya
terfokus pada salah satu bagian Pancasila, Keadilan Sosial atau wilayah
saja. Redistribusi sumber daya kesejahteraan yang merata oleh negara
sebagai agensi publik perlu diperhatikan dan diimplementasikan dengan
lebih sempurna (Bagir, dkk., 2011).

Pemberdayaan segala sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia


secara maksimal, termasuk di dalamnya sumber daya manusia, juga
menjadi salah satu solusi konkret bagi permasalahan ketidakadilan sosial
yang berujung pada disintegrasi bangsa. Pemberdayaan atau
pengembangan sumber daya manusia yang dimaksud dapat berupa
pelatihan atau pendidikan, seperti yang telah dilakukan oleh Prof. Yohanes
Surya yang bersedia memberi diri untuk mendidik sejumlah siswa Papua
berprestasi. Apabila seluruh elemen masyarakat, termasuk masyarakat
yang paling terbelakang, diikutsertakan dalam pembangunan dan dapat
memberikan sumbangsih yang nyata, rasa kesatuan bangsa akan dapat
lebih kental terlihat dalam setiap individu bangsa.

5. Dampak dari sila “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat


Indonesia”

 Dampak Positif :

1. Perlakuan yang adil dalam berbagai kehidupan atau tidak diskriminasi

13
2. Menghilangkan politik dinasti (kekuasaan turun menurun; dari orang
tua ke anaknya)
3. Kamakmuran masyarakat yang berkeadilan, meratakan keadilan tanpa
memandang status dan kepentingan
4. Keseimbangan yang adil dalam antara kehidpan pribadi dan
masyarakat
5. Keseimbangan yang adil antara kebutuhan jasmani dan rohani, materi
dan spiritual

 Dampak Negatif
1. Membedakan fasilitas umum antara pejabat dan rakyat biasa.
2. Keadilan hanya untuk golongan tertentu, dalam artian menindak suatu
permasalahan selalu tebang pilih dan menguntungkan pihak yang
seharusnya salah
3. Membeda-bedakan perhatian antar suku

6 Solusi dari masalah yang ditimbulkan sila “Keadilan Sosial bagi


Seluruh Rakyat Indonesia”

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain
5. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
8. Suka bekerja keras.

14
9. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
10. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.

15
BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan

a) Dari hasil pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa ketimpang


tindihan keadilan di negri ini masih banyak terjadi.
b) Pemerintah seakan mengabaikan peraturan yang telah diatrunya
sendiri, kini perlahan UU dan Pancasila mulai diabaikan dan lebih
mementingkan kepentingan partai ataupun koalisi partai.
c) Melimpahnya sumber daya manusia dan alam tidak menjamin negri ini
untuk memakmurkan semua rakyatnya, yang mendapatkan hasilnya
hanya segelintir rakyat yang berkuasa saja.

2. Saran

Seharusnya Pemerintah melaksanakan apa yang menjadi tujuan


utama dari sila ke-5. Seperti pada bidang hukum, ekonomi, pendidikan,
dll. Bukan saja Pemerintah yang memiliki tanggung jawab untuk
terwujudnya tujuan dari sila ke-5, namun juga peran masyarakat dan
lingkungan serta para pendidik untuk ikut menanamkan rasa keadilan
kepada setiap orang tanpa membedakan ras, agama, latar belakang, warna
kulit, dll. Sehingga para calon penerus bangsa Indonesia memiliki jiwa
sesuai dengan isi dari sila ke-5, yang akhirnya tercipta rasa persatuan
sebagai rakyat Indonesia yang kekeluargaan, kegotongroyongan dan penuh
keadilan.

16
DAFTAR PUSTAKA

• Darmodiharjo, Darji, Prof.S.H., dkk. 1978. Santiaji Pancasila. Surabaya.


Usaha Nasional.
• http://aristasundari.blogspot.co.id/2016/12/makalah-pancasila-sila-
keadilan-sosial.html
• http://hanifanrazikah.blogspot.co.id/2016/05/pancasila-solusi-dari-10-
permasalahan.html
• https://ibelboyz.wordpress.com/2011/06/21/pancasila-menjadi-solusi-
dalam-permasalahan-bangsa-dan-negara/
• http://miftadwi53.blogspot.co.id/2013/10/sila-ke-lima-keadilan-sosial-
bagi.html
• Ms Bakry,Noor(1997), Orientasi Filsafat Pancasila ,Liberty ,Yogyakarta.
• Raweyai, Y. T. H. (2002). Mengapa Papua Ingin Merdeka. Jayapura:
Presidium Dewan Papua.
• Sujatmiko, I. G. (2006). Keadilan Sosial dalam Masyarakat Indonesia.
Dalam Irfan Nasution dan
• Ronny Agustinus (Eds.), Restorasi Pancasila. Bogor: Brighten Press.
• Suryawasita, A. (1989). Asas Keadilan Sosial. Yogyakarta: Kanisius.
• Widjojo, M. S., Elisabeth, A., Al Rahab, A., Pamungkas, C., & Dewi R.
(2009). Papua Road Map: Negotiating the Past, Improving Present and
Securing the Future. Jakarta: LIPI.

17

Anda mungkin juga menyukai