INTUISI
JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI
diharapkan sebagai insan yang akan turut serta sosial yang dikemukakan oleh Luella yang terdiri
aktif di dalam bidang pembangunan nasional atas 58 item.
(Departemen Sosial 1986: 3). Analisis data merupakan kegiatan setelah
Menurut Departemen Sosial Indonesia data dari seluruh responden atau sumber data lain
(1986 : 5) panti asuhan mempunyai fungsi sebagai terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
berikut:1. pusatpelayanan kesejahteraan sosial mengelompokkan data berdasarkan variabel dan
anak. Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, jenis responden, mentabulasi data berdasarkan
perlindungan, pengembangan dan pencegahan; variabel dari seluruh responden, menyajikan data
2.pusat data dan informasi serta konsultasi tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
kesejahteraan sosial anak; 3. pusat untuk menjawab rumusan masalah dan
pengembangan keterampilan (yang merupakan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
fungsi penunjang). yang telah diajukan (Sugiyono, 2010: 207).
Penelitimenggunakanindependensample T-
METODE PENELITIAN testyang memanfaatkansoftwarepengolahan data
komputer.
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif komparatif. Populasi penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah siswa MTS Taqwa Ilah dengan sampel
yang diambil sebanyak 30 subjek remaja yang Berdasarkan hasil pengukuran
tinggal di panti asuhan dan 30 subjek remaja yang perkembangan sosial remaja yang tinggal di panti
tinggal bersama orang tua. Teknik pengambilan asuhan dan remaja yang tinggal bersama orang
data yang digunakan adalah disproportionate tua di MTs Taqwal Ilah dengan menggunakan
stratified random sampling.Data penelitian diambil skala dengan jumlah 50 item, sebagian besar
menggunakan skala perkembangan sosial remaja remaja memiliki capaian perkembangan sosial
berdasarkan indikator-indikator perkembangan remaja yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan
dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Pengukuran Perkembangan Sosial Remaja yang Tinggal Di Panti Asuhan dan
Remaja yang Tinggal Bersama Orang Tua Di MTs Taqwal Ilah
Interval Kategori Orang Tua Panti
Asuhan
F % F %
X < 100 Rendah 2 6% 4 13%
100 ≤ X < 130 Sedang 8 27% 9 30%
130 ≤ X Tinggi 20 67% 17 57%
Jumlah 30 100% 30 100%
Berdasarkan hasil perhitungan statistik bersama setiap sore harinya namun ada beberapa
secara SPSS perbedaan capaian perkembangan anak yang tidak memiliki minat dalam bidang
sosial antara remaja yang tinggal di panti asuhan olah raga, mereka lebih berminat dalam bidang
dan remaja yang tinggal bersama orang tua di pengetahuan. Tentu akan berdampak pada
MTs Taqwal Ilah didapatkan hasil p = 0,033. perkembangan sosialnya jika sesuatu yang
Karena p < 0,05 maka hasilnya signifikan artinya dikerjakan oleh seorang anak sebenarnya tidak
ada perbedaan capaian perkembangan sosial sesuai dengan minat yang diinginkannya. Anak
antara remaja yang tinggal di panti asuhan dan tersebut akan melakukannya dengan setengah hati
remaja yang tinggal bersama orang tua di MTs dan hasil yang dicapai juga tidak akan maksimal.
Taqwal Ilah,dengan demikian hipotesis yang Sedangkan anak yang dirawat oleh orang
diajukan diterima. tua kandungnya sendiri, mereka lebih bebas
Jika ditelaah lebih dalam, tiap indikator memilih apa yang menjadi minatnya dan
tersebut menunjukkan hasil capaian yang keinginannya. Mereka tau apa yang mereka
diperoleh oleh remaja.Anak yang tinggal bersama inginkan dan sesuai dengan minatnya tanpa harus
orang tua kandungnya memiliki minat yang lebih mematuhi sistem yang diterapkan di panti
mendalam dibandingkan anak yang tinggal di asuhan. Minat yang mereka miliki akan lebih
panti asuhan. Hal ini disebabkan oleh pola asuh menetap dan mendalam sesuai dengan
yang diterapkan di panti asuhan menerapakan kemampuan mereka sendiri. Anak akan
pola sama rata terhadap kegiatan yang diajarkan. melakukan dengan sepenuh hati dan hasil yang
Panti asuhan mengadakan kegiatan olahraga dicapai akan lebuh optimal.
42
Rahmatika Febriana, et al. / Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 6 (1) (2014)
Pada indikator “merefleksi dan bereaksi pantai asuhan harus berbagi dengan anak-anak
pada nilai yang berlaku pada pola kebudayaan panti asuhan lainnya.
orang dewasa” dapat dilihat melalui hasil Anak panti asuhan tidak dapat memenuhi
observasi yang menemukan ada juga individu kebutuhan hidupnya dengan berlebih, sedangkan
panti asuhan usia 14 tahun yang suka berdandan anak yang dirawat oleh orang tua kandungnya
secara berlebihan, seperti menggunakan lip stick. akan terpenuhi segala kebutuhannya baik rohani
Bahkan guru di MTs Taqwa Ilah Semarang maupun jasmani. Apa yang diterima anak yang
menemukan blush on pada tas salah satu murid tinggal di panti asuhan membuat anak rendah diri
perempuan. Meskipun salah satu tahap karena tidak sebanding dengan anak-anak remaja
perkembangan remaja adalah mulai menyukai pada umumnya. Mereka menjadi minder, tidak
lawan jenis, namun cara berdandan murid mau bergaul dengan teman-teman sebayanya dan
perempuan ini sudah berlebihan. menarik diri dari lingkungan.Mereka merasa tidak
Hal tersebut menunjukkan anak remaja pantas bergaul dengan teman-temannya yang
cenderung merefleksikan diri mereka pada pola tinggal dengan orang tua kandung.Berbeda
kebudayaan orang dewasa yang seharusnya dengan anak yang tinggal dengan orang tua
belum mereka lalui. Mereka berdadan secara kandungnya yang secara materi sudah cukup
berlebihan layaknya apa yang orang dewasa terpenuhi. Anak akan merasa percaya diri bergaul
lakukan. Mereka juga berperilaku melebihi anak dengan siapa saja dikarenakan status ekonominya
seusia mereka, ini akan berakibat anak menjadi lebih tinggi dibanding dengan anak panti asuhan.
dewasa sebelum waktunya. Orang tua asuh yang Kemampuan bersoasialisanya akan lebih bagus
kurang memperhatikan anak asuhnya satu dan mereka akan berfikiran lebih terbuka. Hal ini
persatu karena jumlah anak di panti asuhan jauh berdampak pada persahabatan yang terjalin lebih
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah orang awet dan lebih akrab. Mereka juga akan memilah-
tua asuhnya.Anak di panti asuhan tentu kurang milah mana yang harus dijadikan teman atau
mendapatkan perhatian yang lebih sehingga sahabat. Diharapakan dalam membina suatu
mereka lebih cenderung berperilaku kurang hubungan sosial dapat meningkatkan wawasan
terkontrol.Berbeda dengan anak yang tinggal dan pengetahuan mereka supaya lebih terbuka.
dengan orang tua kandungnya sendiri. Orang tua Beberapa indikator sebenarnya
akan lebih memantau perkembangan anak berhubungan satu sama lain. Keinginan untuk
mereka dikarenakan komunikasi yang terjalin melakukan kegiatan yang dapat memuaskannya
setiap harinya. Jika anak berperilaku kurang dalam rangka memperkembangkan pekerjaan,
sesuai dengan usianya orang tau akan akan minat, dan karya ilmiah atau hobi juga berhungan
langsung mengontrol dan membenahi perilaku dengan status sosial ekonomi keluarga yang
anaknya .Jadi anak tersebut tetap berjalan pada diperoleh. Anak di panti asuhan tentu akan sulit
jalur yang sesuai dengan usianya. mengembangkan minat dan hobinya karena
Status sosial ekonomi keluarga merupakan kemampuan mereka yang terbatas. Kebutuhan
faktor yang semakin penting dalam mereka juga kurang terpuaskan lantaran tidak
mempengaruhi dengan siapa anak laki-laki atau sejalan dengan kondisi finansial yang tidak
perempuan bergaul.Anak remaja membutuhkan memungkinkan.
pengakuan sosial di lingkungannya. Status sosial Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
yang rendah akan berpengaruh pada perbedaan perkembangan sosial remaja pada anak
perkembangan sosial anak remaja. Salah satu yang tinggal bersama orang tua dan remaja yang
guru di MTs Taqwa Ilah Semarang menyatakan tinggal di panti asuhan yaitu pada anak yang
bahwa anak-anak yang berasal dari panti asuhan tinggal bersama orang tua memiliki capaian
cenderung rendah diri dibandingkan dengan anak perkembangan sosial yang lebih tinggi. Hal ini
yang berasal dari orang tua kandung. disebabkan karena remaja yang tinggal bersama
Jika dilihat lebih cermat, kemampuan orang tua memiliki keluarga yang utuh, dimana
materi yang dimiliki oleh anak panti asuhan tidak kasih sayang yang diberikan kepada anak
sebanding dengan anak yang dirawat oleh orang langsung dari orang tua kandung sehingga remaja
tua kandung. Anak panti asuhan tentu memiliki merasakan adanya kenyamanan dan perasaan
materi yang jauh lebih sedikit dibandingkan diterima dalam melakukan interaksi serta
dengan anak yang dirawat oleh orang tua. beradaptasi dengan lingkungan. Berbeda dengan
Sebagai contoh anak panti asuhan hanya remaja yang tinggal di panti asuhan, mereka
mempunyai sedikit perlengkapan untuk hanya memiliki satu atau sedikit pengasuh
bepergian, sedangkan anak yang dirawat oleh sehingga tidak mendapatkan kasih sayang yang
orang tua cenderung mempunyai banyak cukup bagi perkembangannya, hal ini
perlengkapan seperti tas, baju, sepatu, dan menyebabkan remaja yang tinggal di panti asuhan
sebagainya. Hal ini disebabkan karena anak cenderung menutup diri terhadap lingkungannya.
43
Rahmatika Febriana, et al. / Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 6 (1) (2014)
Sudarman (2010) yang menyatakan bahwa anak. Pola komunikasi keluarga yang diterapkan
kurangnya peran pengasuh panti menggantikan akan menentukan pembentukan dan
peran orangtua terjadi karena para pengasuh perkembangan emosi tersebut. Remaja yang
harus berbagi perhatian dengan begitu banyak tinggal bersama orang tua cenderung memiliki
anak asuh lainnya yang menyebabkan kurang pola komunikasi yang baik dibandingkan dengan
meratanya kasih sayang, kehangatan dan pola komunikasi remaja yang tinggal di panti
perhatian yang diberikan oleh pihak panti maka asuhan.
hal yang timbul adalah kesepian. Selain itu, remaja yang tinggal di panti
Hasil penelitian ini diperkuat oleh asuhan memiliki kepercayaan diri yang rendah
penelitian Hartini (2001) tentang “deskripsi karena adanya perasaan minder oleh status sosial
kebutuhan psikologis pada anak panti asuhan”. yang disandangnya yaitu sebagai anak panti
Hasil penelitian menyatakan bahwa anak-anak asuhan. Oleh karena itu remaja yang tinggal di
yang tinggal di panti asuhan tidak mendapatkan panti asuhan cenderung membatasi diri dan
lingkungan yang sehat bagi perkembangan menutup diri terhadap pergaulan sosial dengan
psikologisnya, serta kebutuhan psikologis yang kelompok di luar komunitasnya (panti asuhan).
tidak dapat terpenuhi dengan baik. Anak-anak Penelitian yang dilakukan Sahuleka (1977)
panti asuhan sangat kaku dalam berhubungan mengemukakan bahwa panti asuhan juga
sosial atau dengan orang lain dan sebagian besar memiliki hal-hal negatif karena kehidupan panti
dari mereka mengalami kesulitan dalam asuhan memungkinkan remaja mengalami
hubungan interpersonalnya. penurunan emosi yang mengakibatkan gangguan
Lebih lanjut, berdasarkan hasil penelitian kepribadian.
remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki Remaja yang tinggal bersama orang tua
keterbatasan dalam mengembangkan memiliki waktu bersama dengan keluarga cukup
kemampuan komunikasi interpersonal. Hal ini lama dibanding remaja yang tinggal di panti
terjadi karena padatnya jadwal kegiatan yang asuhan. Remaja yang tinggal di panti asuhan
berlangsung di dalam panti sehingga remaja tidak memiliki waktu yang sistematis sesuai dengan
memiliki banyak kesempatan dalam membangun jadwal yang telah diberikan oleh ibu asuh.
relasi sosial dengan teman-teman maupun Mereka tidak memiliki banyak waktu untuk
lingkungan sosialnya. Keterbatasan dalam berkumpul bersama ibu asuh. Hal ini sesuai
mengembangkan komunikasi interpersonal dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana dan
membuat remaja di dalam panti cenderung Sofia (2009) yang berjudul “Komunikasi Remaja-
mengorientasikan diri terhadap kegiatan-kegiatan Orangtua dan Agresivitas Pelajar”. Penelitian
yang berfokus pada dirinya secara pribadi tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi
daripada melibatkan diri terhadap hal-hal yang komunikasi orang tua dan remaja semakin rendah
berkaitan dengan hubungan sosialnya bersama agresivitas pelajar. Sebaliknya, semakin rendah
orang lain. Sedangkan remaja yang tinggal komunikasi orangtua dan remaja semakin tinggi
bersama orang tua lebih memiliki kesempatan agresivitas pelajar.
dalam mengembangkan hubungan Penelitian yang dilakukan oleh Marietje
interpersonalnya, tidak adanya kegiatan dan dan Prawitasari (2005) yang berjudul “Hubungan
peraturan yang mengikat secara formal membuat Antara Tempat Tinggal dan Sense Of Industry
remaja yang tinggal bersama orang tua lebih dengan Prestasi Belajar Anak Pasca Konflik”
leluasa dalam membina hubungan sosial dengan menyatakan bahwa makin baik tempat tinggal
peer group (teman sebaya)nya maupun lingkungan dan sense of industy, akan semakin memudahkan
sosial di sekitarnya. Oleh karena itu remaja yang anak usia sekolah dasar dalam meraih prestasi
tinggal bersama orang tua memiliki belajarnya yang tinggi.
perkembangan sosial yang lebih baik apabila Remaja yang tinggal bersama orang tua
dibandingkan dengan remaja yang tinggal di lebih mudah diawasi oleh orang tua ketika belajar
panti asuhan. daripada remaja yang tinggal di panti asuhan. Ibu
Hal ini diperkuat oleh penelitian Setyowati asuh yang berada di panti asuhan harus
(2005) terkait perbedaan perkembangan sosial memberikan kasih sayang kepada anak-anak yang
remaja yang berjudul “pola komunikasi keluarga berada di panti asuhan yang jumlahnya tidak
dan perkembangan emosi anak (studi kasus sedikit. Sedangkan remaja yang tinggal bersama
penerapan pola komunikasi keluarga dan orang tua lebih sering mendapat perhatian dari
pengaruhnya terhadap perkembangan emosi anak orang tuanya.
pada keluarga Jawa)”. Setyowati mengemukakan Dari beberapa hal yang dijelaskan dapat
bahwa proses belajar anak pada awalnya dilihat bahwa hubungan interpersonal pada tiap
berlangsung dalam keluarga, sehingga keluarga individu berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang
menjadi faktor penentu bagi perkembangan emosi mempengaruhi hubungan interpersonal.
44
Rahmatika Febriana, et al. / Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 6 (1) (2014)
Dari hasil penelitian, analisis data dan Ali, Moh. dan Moh. Asrori. 2011. Psikologi Remaja:
pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
BumiAksara.
1. Capaian perkembangan sosial remaja yang
Cole, Luella. 1959. Psychology of Adolessence(5th Ed).
tinggal di panti asuhan berada pada kriteria
New York: Holt, Rineheart and Winston.
tinggi. Indikator tertinggi yang dicapai remaja Departemen Sosial. 1986. Petunjuk Teknis Pelaksanaan
panti asuhan adalah “meningkatnya wawasan Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar
dalam berhubungan sosial”. melalui Panti Asuhan Anak. Jakarta:
2. Capaian perkembangan sosial remaja yang Departemen Sosial.
tinggal bersama orang tua berada pada kriteria Diana, Rachmy. R, dan Sofia Retnowati. Komunikasi
tinggi. Indikator tertinggi yang dicapai remaja Remaja-Orangtua dan Agresivitas Pelajar. Jurnal
yang tinggal bersama orang tua adalah Psikologi. Vol. 2.
Hartini, Nurul. 2001. Deskripsi Kebutuhan Psikologis
“kegiatan sosial menjadi lebih formal”.
pada Anak Panti Asuhan. Jurnal Psikologi. Vol.
3. Terdapat perbedaan capaian perkembangan 3.
sosial antara remaja yang tinggal di panti Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Edisi
asuhan dan remaja yang tinggal bersama Kelima. Jakarta :Erlangga
orang tua di MTs Taqwal Ilah Semarang. L. Zulkifli. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT.
Perkembangan sosial antara remaja yang Remaja Rosdakarya.
tinggal di panti asuhan dan remaja yang Marietje A. L. C. dan Johana E. Prawitasari. 2005.
tinggal bersama orang tua di MTs Taqwal Ilah Hubungan Antara Tempat Tinggal dan Sense Of
Semarang sama-sama berada dalam kriteria Industry dengan Prestasi Belajar Anak Pasca
Konflik. Jurnal Sosiosains. Vol. 3
tinggi, tetapi tingkat perkembangan sosial
Monks, F. J., Knoers A.M.P., dan Siti Rahayu
remaja pada kriteria tinggi kebanyakan ada Haditono. 2006. Psikologi Perkembangan:
pada remaja yang tinggal bersama orang tua Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:
daripada remaja yang tinggal di panti asuhan. gajahmada University Press
Hal ini dimungkinkan karena di panti asuhan Ny. D. Gunarsa Singgih dan Singgih D. Gunarsa. 1989.
hanya memiliki sedikit pengasuh untuk Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK
merawat banyak anak, sedangkan anak yang GunungMulia.
di rawat bersama orang tua mendapat kasih Sahuleka, J. M. 1977. Panti Asuhan sebagai Suatu
sayang yang utuh. Lingkungan Bagi Perkembangan Anak. Jakarta.
Universitas Indonesia. Skripsi.
Setyowati, Yuli. 2005. Pola Komunikasi Keluarga dan
Saran Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus
Penerapan Pola Komunikasi Keluarga dan
Berdasarkan hasil penelitian dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Emosi
kesimpulan, maka penulis akan mengajukan Anak pada Keluarga Jawa). Jurnal Ilmu
beberapa saran sebagai berikut : Komunikasi. Vol. 2 nomor 1.
1. Bagi panti asuhan Sudarman, A. R. 2010. Kesepian Pada Remaja Yang
Hendaknya panti asuhan memastikan Tinggal Di Panti Asuhan (studikasus).
ketercukupan jumlah pengasuh agar anak- Universitas Gunadarma. Skripsi.
anak yang berada di panti asuhan mendapat Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta
kasih sayang yang maksimal sehingga anak
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak &
berkesempatan untuk berinteraksi langsung Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
dengan orang yang berfariasi.
45