Anda di halaman 1dari 6

IJIP 6 (1) (2014)

INTUISI
JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI

PERBEDAAN CAPAIAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANTARA REMAJA


YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN DAN REMAJA YANG TINGGAL
BERSAMA ORANG TUA DI MTS TAQWAL ILAH SEMARANG

Rahmatika Febriana1, Sri Maryati Deliana², Amri Hana Muhammad³


123
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tidak semua anak memiliki keluarga yang utuh. Banyak anak menghabiskan masa
Diterima Januari 2014 perkembangan tanpa pengasuhan orang tua kandung.Anak-anak dengan kondisi di
Disetujui Februari 2014
Dipublikasikan Maret 2014
atas dapat ditemukan di panti asuhan.ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaancapaian perkembangan sosialantara remaja yang tinggal di panti asuhan
Keywords: dan remaja yang tinggal bersama orang tuadi MTs Taqwal Ilah Semarang.
Social Development, Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif. Populasi penelitian ini
teenagers. adalah siswa MTS Taqwa Ilah dengan sampel yang diambil sebanyak 30 subjek
remaja yang tinggal di panti asuhan dan 30 subjek remaja yang tinggal bersama
orang tua. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah disproportionate stratified
random sampling.Data penelitian diambil menggunakan skala perkembangan sosial
remaja berdasarkan indikator-indikator perkembangan sosial yang dikemukakan
oleh Luellayang terdiri atas 58 item. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan capaian perkembangan sosial antara remaja yang tinggal di panti asuhan
dan remaja yang tinggal bersama orang tua di MTs. Taqwal Ilah Semarang.
Hubungan interpersonal antara anak asuh dengan ibu asuh harus ditingkatkan
supaya dapat mengantarkan remaja pada perkembangan yang sesuai dengan
usianya.
Abstract
Not all children have families that are intact. Many children spend their developmental care
giving without biological parents.Children with the above conditions can be found in
orphanages. It aims to tell the difference close to social development between teenagers who live
in orphanages and teenagers living with parents in MTs Taqwal llah of Semarang. This study
is a comparative quantitative research.The population of this research is the student of MTs
Taqwal llah with the samples taken are 30 subject teenagers who live in orphanages and 30
subjects teenagers who live with parents. Data collection technique which is used in this
research is disproportionate stratified random sampling.Research Data taken using a scale of
social development of teenagers based on social development indicators according to
Luellayang which is consists of 59 items. The results showed that there is a difference between
social developments close to teenagers who live in orphanages and teenagers living with parents
in MTS Taqwal Ilah of Semarang. Interpersonal relationships between foster care and foster
mother should be improved so that it can deliver on the development of teenagers according to
their age.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p-ISSN 2086-0803
Gedung A1, Lantai 1 FIP UNNES e-ISSN 2541-2965
Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
E-mail: piece_cez@yahoo.com
Rahmatika Febriana, et al. / Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 6 (1) (2014)

PENDAHULUAN (2005: 63), masa remaja adalah anak yang berusia


12 atau 13 tahun sampai dengan 19 tahun.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Perkembangan sosialmenurut Yusuf
perkembangan sosial remaja adalah faktor (2011:122)merupakan pencapaian kematangan
keluarga.Secara umum, rasional bila orang tua dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan
kandung merupakan pihak yang paling ideal sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
untuk mengasuh anak.Kenyataan di lapangan terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
menunjukkan bahwa tidak semua anak memiliki tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan
keluarga yang utuh.Banyak anak menghabiskan dan saling berkomunikasi dan bekerja
masa perkembangan tanpa pengasuhan orang tua sama.Menurut Hurlock (1980: 250)
kandung.Anak-anak dengan kondisi di atas dapat perkembangan sosial adalah perolehan
ditemukan di panti asuhan. kemampuan berperilaku yang sesuai dengan
Orang tua adalah dua individu yang tuntutan sosial.Umumnya orang berharap
berbeda memasuki hidup bersama dengan memperoleh penerimaan sosial sehingga sesuai
membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan- dengan tuntutan kelompok.
kebiasaan sehari-hari (Gunarsa 1976: 27).Anak Perkembangan sosial remaja menurut
yang dirawat oleh orang tua kandung akan Luella (1959: 384) : yaitu minat lebih menetap
mendapatkan kasih sayang yang tulus dari orang dan lebih mendalam, perilaku maskulin dan
tua kandungnya, karena orang tua pasti feminin yang menghargai dan terkontrol,
menganggap anak adalah segalanya.Aktivitas merefleksi dan bereaksi pada nilai yang berlaku
anak panti asuhan berbeda dengan anak yang pada pola kebudayaan orang dewasa,
tinggal bersama orang tua kandung. mengidentifikasi dengan kelompok kecil pilihan,
Sahuleka (1977) menyatakan bahwa ada status sosial ekonomi keluarga merupakan faktor
hal positif dari panti asuhan, yaitu panti asuhan yang semakin penting dalam mempengaruhi
merupakan tempat bernaung bagi anak-anak dengan siapa anak laki-laki atau perempuan
maupun remaja yang terlantar dimana mereka bergaul, kegiatan sosial menjadi lebih formal,
mendapatkan bimbingan dalam bidang seperti rapat organisasi, berkencan merupakan hal
pendidikan dan pekerjaan. Akan tetapi panti yang lumrah/biasa, meningkatnya hubungan
asuhan juga memiliki hal-hal negatif karena dalam mempersiapkan membina rumah tangga,
kehidupan panti asuhan memungkinkan remaja persahabatan lebih awet, lebih sedikit dan lebih
mengalami penurunan emosi yang akrab, keinginan untuk melakukan kegiatan yang
mengakibatkan gangguan kepribadian seperti dapat memuaskannya dalam rangka
sikap menarik diri, tidak mampu membentuk memperkembangkan pekerjaan, minat, dan karya
hubungan yang hangat dan dekat dengan orang ilmiah atau hobi, meningkatkan wawasan dalam
lain sehingga hubungan mereka bersifat dangkal berhubungan sosial, memisahkan diri dari orang
dan tanpa perasaan, kurangnya stimulasi tua dan memutuskan untuk percaya pada diri
emosional dan intelektual serta kehidupan yang sendiri pada keputusan dan perilakunya, mencari
rutin dan kaku, juga perlakuan yang bersifat hubungan dengan orang dewasa lainnya yang
masal. setara/mempunyai kesamaan prinsip.
Piaget (dalam Hurlock1980: 206) Faktor-faktor yang mempengaruhi
mendefinisikan remaja sebagai usia ketika perkembangan hubungan sosial, proses sosialisasi
individu secara psikologis berinteraksi dengan individumenurut Ali dan Asrori (2005: 93) terjadi
masyarakat dewasa. Pada masa remaja, individu di tiga lingkungan utama, yaitu lingkungan
tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
yang lebih tua melainkan berada pada tingkat masyarakat.
yang sama. Antara lain dalam masalah hak dan Panti asuhan adalah lembaga usaha
berintegrasi dalam masyarakat, termasuk juga kesejahteraan sosial yang mempunyai
perubahan intelektual yang mencolok dan tanggungjawab untuk memberikan pelayanan
transformasi intelektual yang khas. kesejahteraan sosial kepada anak-anak terlantar
Monks (2004: 262) mengatakan bahwa dengan melaksanakan penyantunan dan
masa remaja berlangsung antara umur 12 dan 21 pengentasan anak-anak terlantar, memberikan
tahun. Pada masa ini terdapat beberapa fase, fase pelayanan pengganti orang tua atau wali anak
remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial
tahun), remaja pertengahan (usia 15 sampai pada anak asuh sehingga memperoleh
dengan 18 tahun), dan masa remaja akhir (usia 18 kesempatan luas, tepat, memadai bagi
sampai 21 tahun).Sedangkan menurut Zulkifli perkembangan kepribadiannya sesuai yang
41
Rahmatika Febriana, et al. / Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 6 (1) (2014)

diharapkan sebagai insan yang akan turut serta sosial yang dikemukakan oleh Luella yang terdiri
aktif di dalam bidang pembangunan nasional atas 58 item.
(Departemen Sosial 1986: 3). Analisis data merupakan kegiatan setelah
Menurut Departemen Sosial Indonesia data dari seluruh responden atau sumber data lain
(1986 : 5) panti asuhan mempunyai fungsi sebagai terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
berikut:1. pusatpelayanan kesejahteraan sosial mengelompokkan data berdasarkan variabel dan
anak. Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, jenis responden, mentabulasi data berdasarkan
perlindungan, pengembangan dan pencegahan; variabel dari seluruh responden, menyajikan data
2.pusat data dan informasi serta konsultasi tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
kesejahteraan sosial anak; 3. pusat untuk menjawab rumusan masalah dan
pengembangan keterampilan (yang merupakan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
fungsi penunjang). yang telah diajukan (Sugiyono, 2010: 207).
Penelitimenggunakanindependensample T-
METODE PENELITIAN testyang memanfaatkansoftwarepengolahan data
komputer.
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif komparatif. Populasi penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah siswa MTS Taqwa Ilah dengan sampel
yang diambil sebanyak 30 subjek remaja yang Berdasarkan hasil pengukuran
tinggal di panti asuhan dan 30 subjek remaja yang perkembangan sosial remaja yang tinggal di panti
tinggal bersama orang tua. Teknik pengambilan asuhan dan remaja yang tinggal bersama orang
data yang digunakan adalah disproportionate tua di MTs Taqwal Ilah dengan menggunakan
stratified random sampling.Data penelitian diambil skala dengan jumlah 50 item, sebagian besar
menggunakan skala perkembangan sosial remaja remaja memiliki capaian perkembangan sosial
berdasarkan indikator-indikator perkembangan remaja yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan
dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 1 Hasil Pengukuran Perkembangan Sosial Remaja yang Tinggal Di Panti Asuhan dan
Remaja yang Tinggal Bersama Orang Tua Di MTs Taqwal Ilah
Interval Kategori Orang Tua Panti
Asuhan
F % F %
X < 100 Rendah 2 6% 4 13%
100 ≤ X < 130 Sedang 8 27% 9 30%
130 ≤ X Tinggi 20 67% 17 57%
Jumlah 30 100% 30 100%

Berdasarkan hasil perhitungan statistik bersama setiap sore harinya namun ada beberapa
secara SPSS perbedaan capaian perkembangan anak yang tidak memiliki minat dalam bidang
sosial antara remaja yang tinggal di panti asuhan olah raga, mereka lebih berminat dalam bidang
dan remaja yang tinggal bersama orang tua di pengetahuan. Tentu akan berdampak pada
MTs Taqwal Ilah didapatkan hasil p = 0,033. perkembangan sosialnya jika sesuatu yang
Karena p < 0,05 maka hasilnya signifikan artinya dikerjakan oleh seorang anak sebenarnya tidak
ada perbedaan capaian perkembangan sosial sesuai dengan minat yang diinginkannya. Anak
antara remaja yang tinggal di panti asuhan dan tersebut akan melakukannya dengan setengah hati
remaja yang tinggal bersama orang tua di MTs dan hasil yang dicapai juga tidak akan maksimal.
Taqwal Ilah,dengan demikian hipotesis yang Sedangkan anak yang dirawat oleh orang
diajukan diterima. tua kandungnya sendiri, mereka lebih bebas
Jika ditelaah lebih dalam, tiap indikator memilih apa yang menjadi minatnya dan
tersebut menunjukkan hasil capaian yang keinginannya. Mereka tau apa yang mereka
diperoleh oleh remaja.Anak yang tinggal bersama inginkan dan sesuai dengan minatnya tanpa harus
orang tua kandungnya memiliki minat yang lebih mematuhi sistem yang diterapkan di panti
mendalam dibandingkan anak yang tinggal di asuhan. Minat yang mereka miliki akan lebih
panti asuhan. Hal ini disebabkan oleh pola asuh menetap dan mendalam sesuai dengan
yang diterapkan di panti asuhan menerapakan kemampuan mereka sendiri. Anak akan
pola sama rata terhadap kegiatan yang diajarkan. melakukan dengan sepenuh hati dan hasil yang
Panti asuhan mengadakan kegiatan olahraga dicapai akan lebuh optimal.

42
Rahmatika Febriana, et al. / Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 6 (1) (2014)

Pada indikator “merefleksi dan bereaksi pantai asuhan harus berbagi dengan anak-anak
pada nilai yang berlaku pada pola kebudayaan panti asuhan lainnya.
orang dewasa” dapat dilihat melalui hasil Anak panti asuhan tidak dapat memenuhi
observasi yang menemukan ada juga individu kebutuhan hidupnya dengan berlebih, sedangkan
panti asuhan usia 14 tahun yang suka berdandan anak yang dirawat oleh orang tua kandungnya
secara berlebihan, seperti menggunakan lip stick. akan terpenuhi segala kebutuhannya baik rohani
Bahkan guru di MTs Taqwa Ilah Semarang maupun jasmani. Apa yang diterima anak yang
menemukan blush on pada tas salah satu murid tinggal di panti asuhan membuat anak rendah diri
perempuan. Meskipun salah satu tahap karena tidak sebanding dengan anak-anak remaja
perkembangan remaja adalah mulai menyukai pada umumnya. Mereka menjadi minder, tidak
lawan jenis, namun cara berdandan murid mau bergaul dengan teman-teman sebayanya dan
perempuan ini sudah berlebihan. menarik diri dari lingkungan.Mereka merasa tidak
Hal tersebut menunjukkan anak remaja pantas bergaul dengan teman-temannya yang
cenderung merefleksikan diri mereka pada pola tinggal dengan orang tua kandung.Berbeda
kebudayaan orang dewasa yang seharusnya dengan anak yang tinggal dengan orang tua
belum mereka lalui. Mereka berdadan secara kandungnya yang secara materi sudah cukup
berlebihan layaknya apa yang orang dewasa terpenuhi. Anak akan merasa percaya diri bergaul
lakukan. Mereka juga berperilaku melebihi anak dengan siapa saja dikarenakan status ekonominya
seusia mereka, ini akan berakibat anak menjadi lebih tinggi dibanding dengan anak panti asuhan.
dewasa sebelum waktunya. Orang tua asuh yang Kemampuan bersoasialisanya akan lebih bagus
kurang memperhatikan anak asuhnya satu dan mereka akan berfikiran lebih terbuka. Hal ini
persatu karena jumlah anak di panti asuhan jauh berdampak pada persahabatan yang terjalin lebih
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah orang awet dan lebih akrab. Mereka juga akan memilah-
tua asuhnya.Anak di panti asuhan tentu kurang milah mana yang harus dijadikan teman atau
mendapatkan perhatian yang lebih sehingga sahabat. Diharapakan dalam membina suatu
mereka lebih cenderung berperilaku kurang hubungan sosial dapat meningkatkan wawasan
terkontrol.Berbeda dengan anak yang tinggal dan pengetahuan mereka supaya lebih terbuka.
dengan orang tua kandungnya sendiri. Orang tua Beberapa indikator sebenarnya
akan lebih memantau perkembangan anak berhubungan satu sama lain. Keinginan untuk
mereka dikarenakan komunikasi yang terjalin melakukan kegiatan yang dapat memuaskannya
setiap harinya. Jika anak berperilaku kurang dalam rangka memperkembangkan pekerjaan,
sesuai dengan usianya orang tau akan akan minat, dan karya ilmiah atau hobi juga berhungan
langsung mengontrol dan membenahi perilaku dengan status sosial ekonomi keluarga yang
anaknya .Jadi anak tersebut tetap berjalan pada diperoleh. Anak di panti asuhan tentu akan sulit
jalur yang sesuai dengan usianya. mengembangkan minat dan hobinya karena
Status sosial ekonomi keluarga merupakan kemampuan mereka yang terbatas. Kebutuhan
faktor yang semakin penting dalam mereka juga kurang terpuaskan lantaran tidak
mempengaruhi dengan siapa anak laki-laki atau sejalan dengan kondisi finansial yang tidak
perempuan bergaul.Anak remaja membutuhkan memungkinkan.
pengakuan sosial di lingkungannya. Status sosial Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
yang rendah akan berpengaruh pada perbedaan perkembangan sosial remaja pada anak
perkembangan sosial anak remaja. Salah satu yang tinggal bersama orang tua dan remaja yang
guru di MTs Taqwa Ilah Semarang menyatakan tinggal di panti asuhan yaitu pada anak yang
bahwa anak-anak yang berasal dari panti asuhan tinggal bersama orang tua memiliki capaian
cenderung rendah diri dibandingkan dengan anak perkembangan sosial yang lebih tinggi. Hal ini
yang berasal dari orang tua kandung. disebabkan karena remaja yang tinggal bersama
Jika dilihat lebih cermat, kemampuan orang tua memiliki keluarga yang utuh, dimana
materi yang dimiliki oleh anak panti asuhan tidak kasih sayang yang diberikan kepada anak
sebanding dengan anak yang dirawat oleh orang langsung dari orang tua kandung sehingga remaja
tua kandung. Anak panti asuhan tentu memiliki merasakan adanya kenyamanan dan perasaan
materi yang jauh lebih sedikit dibandingkan diterima dalam melakukan interaksi serta
dengan anak yang dirawat oleh orang tua. beradaptasi dengan lingkungan. Berbeda dengan
Sebagai contoh anak panti asuhan hanya remaja yang tinggal di panti asuhan, mereka
mempunyai sedikit perlengkapan untuk hanya memiliki satu atau sedikit pengasuh
bepergian, sedangkan anak yang dirawat oleh sehingga tidak mendapatkan kasih sayang yang
orang tua cenderung mempunyai banyak cukup bagi perkembangannya, hal ini
perlengkapan seperti tas, baju, sepatu, dan menyebabkan remaja yang tinggal di panti asuhan
sebagainya. Hal ini disebabkan karena anak cenderung menutup diri terhadap lingkungannya.

43
Rahmatika Febriana, et al. / Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 6 (1) (2014)

Sudarman (2010) yang menyatakan bahwa anak. Pola komunikasi keluarga yang diterapkan
kurangnya peran pengasuh panti menggantikan akan menentukan pembentukan dan
peran orangtua terjadi karena para pengasuh perkembangan emosi tersebut. Remaja yang
harus berbagi perhatian dengan begitu banyak tinggal bersama orang tua cenderung memiliki
anak asuh lainnya yang menyebabkan kurang pola komunikasi yang baik dibandingkan dengan
meratanya kasih sayang, kehangatan dan pola komunikasi remaja yang tinggal di panti
perhatian yang diberikan oleh pihak panti maka asuhan.
hal yang timbul adalah kesepian. Selain itu, remaja yang tinggal di panti
Hasil penelitian ini diperkuat oleh asuhan memiliki kepercayaan diri yang rendah
penelitian Hartini (2001) tentang “deskripsi karena adanya perasaan minder oleh status sosial
kebutuhan psikologis pada anak panti asuhan”. yang disandangnya yaitu sebagai anak panti
Hasil penelitian menyatakan bahwa anak-anak asuhan. Oleh karena itu remaja yang tinggal di
yang tinggal di panti asuhan tidak mendapatkan panti asuhan cenderung membatasi diri dan
lingkungan yang sehat bagi perkembangan menutup diri terhadap pergaulan sosial dengan
psikologisnya, serta kebutuhan psikologis yang kelompok di luar komunitasnya (panti asuhan).
tidak dapat terpenuhi dengan baik. Anak-anak Penelitian yang dilakukan Sahuleka (1977)
panti asuhan sangat kaku dalam berhubungan mengemukakan bahwa panti asuhan juga
sosial atau dengan orang lain dan sebagian besar memiliki hal-hal negatif karena kehidupan panti
dari mereka mengalami kesulitan dalam asuhan memungkinkan remaja mengalami
hubungan interpersonalnya. penurunan emosi yang mengakibatkan gangguan
Lebih lanjut, berdasarkan hasil penelitian kepribadian.
remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki Remaja yang tinggal bersama orang tua
keterbatasan dalam mengembangkan memiliki waktu bersama dengan keluarga cukup
kemampuan komunikasi interpersonal. Hal ini lama dibanding remaja yang tinggal di panti
terjadi karena padatnya jadwal kegiatan yang asuhan. Remaja yang tinggal di panti asuhan
berlangsung di dalam panti sehingga remaja tidak memiliki waktu yang sistematis sesuai dengan
memiliki banyak kesempatan dalam membangun jadwal yang telah diberikan oleh ibu asuh.
relasi sosial dengan teman-teman maupun Mereka tidak memiliki banyak waktu untuk
lingkungan sosialnya. Keterbatasan dalam berkumpul bersama ibu asuh. Hal ini sesuai
mengembangkan komunikasi interpersonal dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana dan
membuat remaja di dalam panti cenderung Sofia (2009) yang berjudul “Komunikasi Remaja-
mengorientasikan diri terhadap kegiatan-kegiatan Orangtua dan Agresivitas Pelajar”. Penelitian
yang berfokus pada dirinya secara pribadi tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi
daripada melibatkan diri terhadap hal-hal yang komunikasi orang tua dan remaja semakin rendah
berkaitan dengan hubungan sosialnya bersama agresivitas pelajar. Sebaliknya, semakin rendah
orang lain. Sedangkan remaja yang tinggal komunikasi orangtua dan remaja semakin tinggi
bersama orang tua lebih memiliki kesempatan agresivitas pelajar.
dalam mengembangkan hubungan Penelitian yang dilakukan oleh Marietje
interpersonalnya, tidak adanya kegiatan dan dan Prawitasari (2005) yang berjudul “Hubungan
peraturan yang mengikat secara formal membuat Antara Tempat Tinggal dan Sense Of Industry
remaja yang tinggal bersama orang tua lebih dengan Prestasi Belajar Anak Pasca Konflik”
leluasa dalam membina hubungan sosial dengan menyatakan bahwa makin baik tempat tinggal
peer group (teman sebaya)nya maupun lingkungan dan sense of industy, akan semakin memudahkan
sosial di sekitarnya. Oleh karena itu remaja yang anak usia sekolah dasar dalam meraih prestasi
tinggal bersama orang tua memiliki belajarnya yang tinggi.
perkembangan sosial yang lebih baik apabila Remaja yang tinggal bersama orang tua
dibandingkan dengan remaja yang tinggal di lebih mudah diawasi oleh orang tua ketika belajar
panti asuhan. daripada remaja yang tinggal di panti asuhan. Ibu
Hal ini diperkuat oleh penelitian Setyowati asuh yang berada di panti asuhan harus
(2005) terkait perbedaan perkembangan sosial memberikan kasih sayang kepada anak-anak yang
remaja yang berjudul “pola komunikasi keluarga berada di panti asuhan yang jumlahnya tidak
dan perkembangan emosi anak (studi kasus sedikit. Sedangkan remaja yang tinggal bersama
penerapan pola komunikasi keluarga dan orang tua lebih sering mendapat perhatian dari
pengaruhnya terhadap perkembangan emosi anak orang tuanya.
pada keluarga Jawa)”. Setyowati mengemukakan Dari beberapa hal yang dijelaskan dapat
bahwa proses belajar anak pada awalnya dilihat bahwa hubungan interpersonal pada tiap
berlangsung dalam keluarga, sehingga keluarga individu berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang
menjadi faktor penentu bagi perkembangan emosi mempengaruhi hubungan interpersonal.

44
Rahmatika Febriana, et al. / Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 6 (1) (2014)

Diantaranya, sistem pribadi, konsep diri, 2. Bagi peneliti selanjutnya


kebutuhan interpersonal, orientasi interpersonal, Bagi peneliti selanjutnya yang melaksanakan
dan daya tarik interpersonal. peneliti serupa hendaknya memperhatikan
Jadi, hubungan interpersonal antara anak jenis pola asuh yang diterapkan di panti
asuh dengan ibu pengasuh harus ditingkatkan asuhan dan yang dirawat bersama orang tua.
supaya dapat mengantarkan remaja pada Hal tersebut diharapkan akan mampu
perkembangan yang sesuai dengan usianya. memberikan gambaran yang lebih spesifik
Peran orang tua semakin diperlukan sebagai yang berhubungan dengan perkembangan
pengasuh, pendidik maupun pembimbing supaya sosial remaja. Jumlah sampel dalam penelitian
terjalin hubungan yang baik antara orang tua dan selanjutnya sebaiknya lebih besar dan tidak
anak. hanya menggunakan metode kuantitatif tetapi
juga dengan metode kualitatif dan wawancara
SIMPULAN DAN SARAN untuk melihat pengaruh yang lebih mendalam.

Simpulan DAFTAR PUSTAKA

Dari hasil penelitian, analisis data dan Ali, Moh. dan Moh. Asrori. 2011. Psikologi Remaja:
pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
BumiAksara.
1. Capaian perkembangan sosial remaja yang
Cole, Luella. 1959. Psychology of Adolessence(5th Ed).
tinggal di panti asuhan berada pada kriteria
New York: Holt, Rineheart and Winston.
tinggi. Indikator tertinggi yang dicapai remaja Departemen Sosial. 1986. Petunjuk Teknis Pelaksanaan
panti asuhan adalah “meningkatnya wawasan Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar
dalam berhubungan sosial”. melalui Panti Asuhan Anak. Jakarta:
2. Capaian perkembangan sosial remaja yang Departemen Sosial.
tinggal bersama orang tua berada pada kriteria Diana, Rachmy. R, dan Sofia Retnowati. Komunikasi
tinggi. Indikator tertinggi yang dicapai remaja Remaja-Orangtua dan Agresivitas Pelajar. Jurnal
yang tinggal bersama orang tua adalah Psikologi. Vol. 2.
Hartini, Nurul. 2001. Deskripsi Kebutuhan Psikologis
“kegiatan sosial menjadi lebih formal”.
pada Anak Panti Asuhan. Jurnal Psikologi. Vol.
3. Terdapat perbedaan capaian perkembangan 3.
sosial antara remaja yang tinggal di panti Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Edisi
asuhan dan remaja yang tinggal bersama Kelima. Jakarta :Erlangga
orang tua di MTs Taqwal Ilah Semarang. L. Zulkifli. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT.
Perkembangan sosial antara remaja yang Remaja Rosdakarya.
tinggal di panti asuhan dan remaja yang Marietje A. L. C. dan Johana E. Prawitasari. 2005.
tinggal bersama orang tua di MTs Taqwal Ilah Hubungan Antara Tempat Tinggal dan Sense Of
Semarang sama-sama berada dalam kriteria Industry dengan Prestasi Belajar Anak Pasca
Konflik. Jurnal Sosiosains. Vol. 3
tinggi, tetapi tingkat perkembangan sosial
Monks, F. J., Knoers A.M.P., dan Siti Rahayu
remaja pada kriteria tinggi kebanyakan ada Haditono. 2006. Psikologi Perkembangan:
pada remaja yang tinggal bersama orang tua Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:
daripada remaja yang tinggal di panti asuhan. gajahmada University Press
Hal ini dimungkinkan karena di panti asuhan Ny. D. Gunarsa Singgih dan Singgih D. Gunarsa. 1989.
hanya memiliki sedikit pengasuh untuk Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK
merawat banyak anak, sedangkan anak yang GunungMulia.
di rawat bersama orang tua mendapat kasih Sahuleka, J. M. 1977. Panti Asuhan sebagai Suatu
sayang yang utuh. Lingkungan Bagi Perkembangan Anak. Jakarta.
Universitas Indonesia. Skripsi.
Setyowati, Yuli. 2005. Pola Komunikasi Keluarga dan
Saran Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus
Penerapan Pola Komunikasi Keluarga dan
Berdasarkan hasil penelitian dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Emosi
kesimpulan, maka penulis akan mengajukan Anak pada Keluarga Jawa). Jurnal Ilmu
beberapa saran sebagai berikut : Komunikasi. Vol. 2 nomor 1.
1. Bagi panti asuhan Sudarman, A. R. 2010. Kesepian Pada Remaja Yang
Hendaknya panti asuhan memastikan Tinggal Di Panti Asuhan (studikasus).
ketercukupan jumlah pengasuh agar anak- Universitas Gunadarma. Skripsi.
anak yang berada di panti asuhan mendapat Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta
kasih sayang yang maksimal sehingga anak
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak &
berkesempatan untuk berinteraksi langsung Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
dengan orang yang berfariasi.
45

Anda mungkin juga menyukai