Anda di halaman 1dari 138

PERAN NYAI HJ.

MASRIYAH AMVA DALAM


MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN KEBON
JAMBU AL-ISLAMY DI DESA BABAKAN CIWARINGIN
CIREBON

SKRIPSI

Disusun oleh :

NENENG ULVA TUNA SHIHA


NIM. 1415301049

SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYEKH NURJATI CIREBON
1440 H/2019 M

1
ABSTRAK

Neneng Ulva Tuna Shiha. NIM 1415301049. “Peran Nyai Hj. Masriyah Amva
Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Di Desa
Babakan Ciwaringin Cirebon”. Skripsi. Cirebon: Jurusan Sejarah Peradaban
Islam, Fakultas Ushuludin Adab Dakwah, Institut Agama Islam Negeri, Juni
2019.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan keberhsilan Nyai Masriyah Amva
dalam Pengembangan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di Desa
Babakan Ciwaringin Cirebon. Nyai Masriyah Amva sebagai Pengasuh telah
berupaya mengembangkan Pondok Pesantren di bidang pendidikan diantaranya,
kurikulum hingga sarana prasarana. Nyai Masriyah Amva memadukan antara dua
sistem pendidikan yakni sistem Khalafi dan Salafi serta Nyai menanamkan nilai
Feminis dan Pluralis pada santrinya. Lebih tepatnya memiliki transformasi kearah
modern karena memadukan pelajaran umum yang dikembangkan menjadi sekolah
umum dalam lingkungan pondok pesantren dan pemberdayaan pemikiran feminis
dan Pluralis. Topik ini penting untuk diteliti dikarenakan ada keunikan dalam hal
kepemimpinan di Pondok Pesanter Kebon Jambu Al-Islamy ini.

Penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana


biografi Nyai Masriyah Amva, Bagaimana sejarah dan pengembangan pondok
pesantren Kebon Jambu Al-Islamy dan Bagaimana peran Nyai Masriyah Amva
dalam pengembangan pondok esantren Kebon Jambu Al-Islamy di Desa Babakan
Ciwaringin Cirebon.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah.


Adapun langkah-langkahnya yang pertama yaitu tahapan heuristik (penelusuaran
sumber) kemudian tahapan verifikasi (kritik dan analisis) setelah itu tahapan
Interpretasi (penafsiran sumber) dan tahapan yang terakhir adalah tahapan
historiografi (penulisan).

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Nyai


Masriyah Amva dilahirkan dan dibesarkan di Desa Babakan Kec. Ciwaringin
Kab. Cirebon yang lahir pada tahun 1961, ia adalah cucu dari KH. Abdul Hannan
dan KH. Amin Sepuh. Peran Nyai Masriyah Amva diantaranya sebagai pemimpin
dalam keluarga, pengasuh atau pemimpin pondok pesantren Kebon Jambu Al-
Islamy dan serta sebagai tokoh aktivis Feminis dan Pluralis.

Kata Kunci: Peran Nyai Masriyah Amva, Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-
Islamy, Tokoh Feminis dan Pluralis.
2
3
4
5
6
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap, Neneng Ulva Tuna Shiha. Nama


panggilan Ulva dan nama kerennya Ulva Andallusy
Youmand. Dilahirkan di Riau, 06 July 1996 tepatnya
pada hari Sabtu pagi hari saat matahari muncul dari
arah Timur. Penulis merupakan anak pertama dari
enam bersaudara, dari pasangan Bapak Mohammad
Taubat Nasuha dan Ibu Siti Warinah. Beralamatkan di
Jl. Sido Jaya Desa Lenggadai Hulu Kecamatan Rimba
Melintang Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Kontak penulis 081275007409.
Adapun ID Sosial Media penulis: Instagram @Ulvaulvaandallusyyoumand67,
Facebook Princess Ulva Andallusy Youmand, Line @andallusy, Twitter
@Ulvaandallusy, Linkedln Neneng Ulva Tunnashiha.

Adapun riwayat pendidikan yang penulis tempuh adalah sebagai berikut:


1. TK Mutiah Lenggadai Hulu, Riau 2001-2002
2. SD 01 Negeri Lenggadai Hulu, Riau 2002-2008
3. MTs Nurul Insan Lenggadai Hulu, Riau 2008-2011
4. MAN 02 Kabupaten Cirebon, Cirebon 2011-2014
5. IAIN Syekh Nurjati Fakultas ushuluddin Adab Dakwah Jurusan Sejarah
Peradaban Islam (SPI) tahun 2015-2019

Adapun Riwayat Organisasi yang pernah penulis ikuti yaitu :


- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
- Member SANINDO Eks Cirebon (Santri Indonesia)
- Ambassador Cicil
(Applikasi Akses Cicilan Ringan Untuk Mahasiswa Indonesia)

7
MOTO

NGAJI RASA, SABAR DAN BERSYUKUR

“TIDAK PENTING SEBERAPA LAMBAT ANDA MELAJU, SELAGI


ANDA TIDAK BERHENTI”

8
PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua yaitu Bapak Muhammad Taubat Nasuha dan Mamah Siti
Warinah tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian dan
kasih sayang tiada hentinyakepada penulis, sehingga penulis dapat
termotivasi menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Tasrief (Kakek) dan Ibu Rokanah (Nenek), keluarga besar Bani
Arbi dan Buyut Marwan yang senantiasa memberikan doa, dukungan,
perhatian dan kasih sayang tiada hentinyakepada penulis, sehingga penulis
dapat termotivasi menyelesaikan skripsi ini.
3. Saudara Kandung sekaligus Adik saya, Kamal Abdul Qohar, Nisrina
Nayla Salwa, Aulia Izzatunnisa, Muhammad Kaffa Billah, yang selalu
memberikan semangat kepada penulis.

9
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin atas segala nikmat iman, Islam, kesempatan,


kesabaran serta kekuatan yang telah diberikan Allah Subhanahuwata’ala sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam untuk tuntunan dan
suri tauladan yang baik Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam beserta keluarga
dan sahabat beliau yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai islam yang
sampai saat ini menerangi hingga manusia di setiap penjuru dunia. Sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar sarjana Stara Satu (S1)
di Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon adalah membuat karya tulis
inilah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itu penulis menyusun skripsi ini
dengan judul: “PERAN NYAI MASRIYAH AMVA DALAM
PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN KEBON JAMBU AL-ISLAMY
DESA BABAKAN CIWARINGIN CIREBON”.
Pada penyusunan skripsi ini penulis tidak semata-mata berhasil dengan
upaya sendiri, namun banyak pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini,
maka penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada mereka yang telah
membantu, membimbing, mendoakan, dan memotivasi penulis. Rasa terimakasih
yang begitu tinggi saya sampaikan kepada:
1. Dr. H. Sumanta selaku Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
2. Dr. Hajam, M.Ag sekalu Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah.
3. Aah Syafa’ah, M.Ag selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam
sekaligus Pembimbing II yang telah banyak memberikan nasihat, motivasi,
dan bimbingan terhadap penulisan skripsi penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dedeh Nurhamidah, M.Ag selaku Sekertaris Jurusan Sejarah Peradaban
Islam sekaligus pembimbing akademik yang banyak memberi support
kepada penulis

10
5. Dr. Anwar Sanusi, M.Ag selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan motivasi, bimbingan dan dukungan untuk menyelesaikan
tugas akhir ini.
6. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah khususnya
dosen-dosen Jurusan Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan
wawasan dan pengetahuan terhadap penulis.
7. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan motivasi dan do’a.
8. Teman-teman Jurusan Sejarah Peradaban Islam yang selalu memberikan
semangat dan menjadi tempat diskusi.
9. Kebon Jambu Al-Islamy yang telah bersedia untuk diwawancarai dan
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Nia Widias Bolem selaku temen terdekat yang tak pernah henti
memberikan semangat dan dukungan sehingga penulis termotivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada Program Variarty Show Running Man, boyband BTS, EXO, dan
girlband BLACKPINK yang lagu-lagunya selalu menemani dan menjadi
penyemangat bagi penulis sehingga termotivasi dalam penyelesaian skripsi
ini.
12. Terimakasih untuk semua teman-teman antar fakultas, antar kampus, yang
telah membantu dan mendorong penulis dalam proses pengerjaan skripsi
ini.

11
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. i
PERSETUJUAN ........................................................................................................ ii
NOTA DINAS .......................................................................................................... iii
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ............................................................. iv
PENGESAHAN ......................................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. vi
MOTO ...................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7
C. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 8
E. Kegunaan Penelitian ................................................................................................. 8
F. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 9
G. Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 9
H. Metode Penelitian ................................................................................................... 11
I. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 14

BAB II BIOGRAFI NYAI HJ. MASRIYAH AMVA


A. Kelahiran dan Nasab ............................................................................................... 15
B. Riwayat Masa Kecil ................................................................................................ 16
C. Riwayat Pendidikan ................................................................................................ 17
D. Riwayat Pernikahan ................................................................................................. 19

12
E. Karya-Karya ............................................................................................................ 20
F. Amalan-Amalan ...................................................................................................... 25

BAB III SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN


KEBON JAMBU AL-ISLAMY BABAKAN CIWARINGIN
A. Pondok Pesantren Di Desa Babakan Ciwaring ........................................................ 30
1. Letak Geografis Desa Babakan ......................................................................... 30
2. Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-IslamyBabakan........................................ 32
3. Perkembangan Pesantren Kebon Jambu Al-IslamyBabakan ............................. 35
B. Kekhasan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy ........................................... 44

BAB IV PERAN NYAI HJ. MASRIYAH AMVA


A. Peran Kepemimpinan Dalam Keluarga................................................................... 47
B. Peran Kepemimpinan Di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy ................... 49
C. Perannya Sebagai Tokoh Feminis .......................................................................... 52
D. Perannya Sebagai Tokoh Pluralis ........................................................................... 55

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 57
B. Saran ......................................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku .......................................................................................................... 58
B. Sumber Arsip Dan Skripsi ...................................................................................... 60
C. Sumber Internet ....................................................................................................... 61
D. Sumber Wawancara ............................................................................................... 63

13
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 .............................................................................................................. 64
LAMPIRAN 2 .............................................................................................................. 69
LAMPIRAN 3 .............................................................................................................. 73
LAMPIRAN 4 .............................................................................................................. 76
LAMPIRAN 5 .............................................................................................................. 77
LAMPIRAN 6 .............................................................................................................. 80
LAMPIRAN 7 .............................................................................................................. 82
LAMPIRAN 8 .............................................................................................................. 85
LAMPIRAN 9 .............................................................................................................. 86
LAMPIRAN 10 ............................................................................................................ 87
LAMPIRAN 11 ............................................................................................................ 107
LAMPIRAN 12 ............................................................................................................ 110
LAMPIRAN 13 ............................................................................................................ 111
LAMPIRAN 14 ............................................................................................................ 115

14
ABSTRAK

Neneng Ulva Tuna Shiha. NIM 1415301049. “Peran Nyai Hj. Masriyah Amva
Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Di Desa
Babakan Ciwaringin Cirebon”. Skripsi. Cirebon: Jurusan Sejarah Peradaban
Islam, Fakultas Ushuludin Adab Dakwah, Institut Agama Islam Negeri, Juni
2019.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan keberhsilan Nyai Masriyah Amva
dalam Pengembangan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di Desa
Babakan Ciwaringin Cirebon. Nyai Masriyah Amva sebagai Pengasuh telah
berupaya mengembangkan Pondok Pesantren di bidang pendidikan diantaranya,
kurikulum hingga sarana prasarana serta Nyai menanamkan nilai Feminis dan
Pluralis pada santrinya. Lebih tepatnya memiliki transformasi kearah modern
karena memadukan pelajaran umum yang dikembangkan menjadi sekolah umum
dalam lingkungan pondok pesantren dan pemberdayaan pemikiran feminis dan
Pluralis. Topik ini penting untuk diteliti dikarenakan ada keunikan dalam hal
kepemimpinan di Pondok Pesanter Kebon Jambu Al-Islamy ini.
Penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana
biografi Nyai Masriyah Amva, Bagaimana sejarah dan pengembangan pondok
pesantren Kebon Jambu Al-Islamy dan Bagaimana peran Nyai Masriyah Amva
dalam pengembangan pondok esantren Kebon Jambu Al-Islamy di Desa Babakan
Ciwaringin Cirebon.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah.
Adapun langkah-langkahnya yang pertama yaitu tahapan heuristik (penelusuaran
sumber) kemudian tahapan verifikasi (kritik dan analisis) setelah itu tahapan
Interpretasi (penafsiran sumber) dan tahapan yang terakhir adalah tahapan
historiografi (penulisan).
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Nyai
Masriyah Amva dilahirkan dan dibesarkan di Desa Babakan Kec. Ciwaringin
Kab. Cirebon yang lahir pada tahun 1961, ia adalah cucu dari KH. Abdul Hannan
dan KH. Amin Sepuh. Peran Nyai Masriyah Amva diantaranya sebagai pemimpin
dalam keluarga, pengasuh atau pemimpin pondok pesantren Kebon Jambu Al-
Islamy dan serta sebagai tokoh aktivis Feminis dan Pluralis.

Kata Kunci: Nyai Masriyah Amva, Pondok Pesantren, Feminis dan Pluralis

15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pondok diturnkan dari bahasa Arab “Funduq” yang artinya ruang tidur
atau wisma, sedangkan pesantren dari kata asal “santri”, awalan “pe” dan akhiran
“an” yang menunjukkan tempat, sehingga memiliki makna “tempat para santri”.1
Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran
agama, umumnya dengan cara non klasikal, di mana seorang kyai mengajarkan
ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam
bahasa arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di
pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.
Pondok Pesantren merupakan lembaga yang sangat penting dalam
penyebaran dakwah Islam. Dikatakan demikian karena kegiatan pembinaan calon-
calon guru agama, kiyai-kiyai, atau ulama hanya dapat terjadi di pesntren.
Biasanya, setelah dari pesantren, seorang santri akan kembali ke kampung
halamannya masing-masing, dan menyebarkan atau mengamalkan ilmu yang
diperoleh dari pesantren. Di tempat asalnya, mereka menjadi tokoh agama dan
kiyai yang mendirikan pesantren dan menyelenggarakan pendidikan dengan pola
yang sama. Jadi, pondok pesantren beserta kiyainya mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses pengembangan pendidikan masyarakat. 2
Sejarah pesantren telah memperlihatkan perkembangan yang sangat besar
di Indonesia serta melahirkan berbagai tokoh-tokoh nasional dari pesantren.
Tokoh-tokoh itu sempat berjuang dalam lembaran sejarah bangsa Indonesia, baik

1
Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,
(Jakarta: LP3ES 1982) hlm 55
2
Ading Kusdiana, Sejarah Pesantren, Bandung: Humaniora, 2014, hal.2
16
sebagai pahlawan, ilmuan, pemimpin bangsa dan lainnya.3 Pesantren tidak luput
memberikan pelajaran serta pengetahuan kepada santri-santrinya dalam ilmu
agama dan pengetahuan umum.
Proses penyebaran Islam di wilayah kerajaan pajajaran lebih banyak
dikisahkan melalui Daerah Cirebon yang dikuasai oleh seorang ulama yaitu Syekh
Datuk Kahfi atau lebih di kenal dengan sebutan Syekh Nurjati, Pangeran
Cakrabuana dan Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan Sunan Gunung
Jati.4 Karena dua kekuasaan yang diperankannya yaitu kekuasaan politik dan
agama, maka Sunan Gunung Jati mendapatkan gelar Ratu Pandita5. Walaupun
sebenarnya pada abad ke-14 sudah ada pesantren Syekh Quro di Karawang.
Menurut Manfred Ziemek, kata pondok berasal dari kata funduq (Arab)
yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang
merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari
tempat asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi
awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya
adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant
(manusia baik)dengan suku kata tra (suka menolong, sehingga kata pesantren
dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. Sedangkan menurut Geertz,
pengertian pesantren diturunkan dari bahasa india shastri artinya ilmuan Hindu
yang pandai menulis, maksudnya, pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang
pandai membaca dan menulis.6

3
H. Amin Haedari, Refleksi Pesantren Otoritik dan Prospektif , (Jakarta, Ciputat
Institute, 2007) hlm 10
4
Zamzami Amin, Baban Kana (Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Dalam Kancah
Sejarah Untuk Melacak Perang Nasional Kedongdong 1802-1919), Bandung: Pustaka Aura
Semesta, 2004. Hal.30
5
Gelar Pandita Ratu Adalah Ucapan pimpinan yang seharusnya memang demikian dan
merupakan harapan rakyat kepada mereka. Dalam hal ini “Ratu” tidak hanya mewakili pimpinan
tertinggi pada khususnya tetapi juga “Umaroh” pada umumnya. Sedangkan “Pandita” adalah
“Ulama”. Bila dikaitkan dengan posisi raja pada zaman dulu, bahwa raja adalah senapati ing
ngalaga (Panglima Perang), khalifatulah (raja) sekaligus sayidin panatagama (pimpinanagama),
maka tanggungjawab raja adalah berat.
6
Zamzami Amin, Op. Cit. hal.4
17
Pentingnya menggali sejarah pondok pesantren tersebut karena ia
merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Nusantara. Dalam sejarah
perkembangannya pondok pesantren memiliki peranan yang sangat besar dalam
sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pondok pesantren telah membuktikan
eksistensi7 dan kiprahnya menjadi dinamisator8 dalam setiap proses perjuangan
dan pembangunan bangsa. Ciri khas yang paling menonjol yang membedakan
pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya adalah sistem pendidikan dua
puluh empat jam, dengan mengkondisikan para santri dengan satu lokasi asrama
yang dibagi dalam bilik-bilik atau kamar-kamar sehingga mempermudah
mengaplikasikan sistem pendidikan yang total. Kiprahnya tidak hanya sebatas
sebagai lembaga pendidikan, namun juga merupakan lembaga perjuangan,
lembaga sosial, ekonomi, lembaga spiritual keagamaan dan dakwah.
Sejak zaman penjajah, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan
yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, eksistensinya telah
mendapat pengakuan masyarakat. Pondok Pesantren ikut terlibat dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak hanya dari segi moril, namun telah pula
ikut serta memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin)9
telah banyak melahirkan ulama, tokoh masyarakat, mubaligh, guru agama yang
sangat dibutuhkan masyarakat. Hingga kini pondok pesantren tetap konsisten
melaksanakan fungsinya dan perannya sebagai pusat pengembangan
masyarakat.10

7
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Eksistensi adalah keberadaan,
kehadiran yang mengandung unsur bertahan, Selasa tanggal 30 Oktober 2018 pukul 19:22 di
Asrama PDK
8
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Dinamisator adalah yang
menimbulkan (menjadikan) dinamika; hal atau benda yang menyebabkan timbulnya tenaga untuk
selalu bergerak dan sebagainya
9
“Mann yuridullahu bihi khoiroyyufaqqihhu fiddinni wa innamal’ilmu bitta’limi”
(Barang siapa yang Allah kehendakikebaikan maka akan diberikan pemahaman mendalam pada
masalah agama. Sesungguhnya ilmu yang diraih dengan cara belajar, HR. Bukhari Muslim)
10
Zamzami Amin, Op.Cit.hal.5
18
Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan agama Islam tertua
sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili islam ‘tradisional’ 11 Indonesia yang
eksistensinya telah teruji oleh sejarah dan berlangsung hingga kini. Pesantren
merupakan sistem pendidikan Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat
islam di indonesia. Munculnya masyarakat Islam di indonesia berkaitan dengan
proses islamisasi, di mana proses islamisasi terjadi melalui pendekatan dan
penyesuaian dengan unsur-unsur kepercayaan yang sudah ada sebelumnya,
sehingga terjadi percampuran atau akulturasi12. Saluran islamisasi terdiri dari
berbagai cara antara lain melalui perdagangan, perkawinan, tasawuf, pondok
pesantren dan kebudayaan atau kesenian.13
Dalam perjalanannya, lembaga pesantren selalu mengalami dinamika yang
tidak pernah berhenti, sejalan dengan perubahan sosial yang terjadi. 14 Sebagai
sumbu utama dari dinamika sosial, budaya dan keagamaan masyarakat islam
tradisional, pesantren telah membentuk suatu subkultur yang secara sosio-
antropologis bisa dikatakan sebagai masyarakat pesantren hal ini diperlihatkan
pada dua fungdi utama yang dimiliki pesantren, yakni sebagai lembaga
pendidikan yang meniscayakan sebuah sistem pendidikan dan pola belajar-

11
Islam Tradisional adalah Islam yang berkembang secara turun-temurun berdasarkan
adat-istiadat mengikuti silsilah akar keturunan, seorang anak beragama islam karena orang tuanya
beragama islam, sebuah keluarga beragama islam karena kakek-neneknya beragama islam,
lingkungan islam karena masyarakatnya beragama islam, negara islam karena warganya mayoritas
beragama islam. (Izah Faizah,
http//www.academia.edu/Islam_tradisonal_merupakan_model_pemikiran_yang_berusaha_berpega
ng_pada_tradisi) Selasa tanggal 30 Oktober 2018 pukul 20:30 di Asrama PDK
12
Akulturasi adalah Suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur daru suatu kebudayaan asing. Kebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
13
Sartono kartodirjo, Elite Dalam Perspektif Sejarah, Jakarta: LP3ES, 1983, hlm.120
14
Usia pondok pesantren telah mencapai 300-400 tahun yang lalu, dimana untuk pertama
kalinya didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Magrhibi (W. 12 Rabiul
Awwal 822 H/8 April 1419). Beliau mendirikan pondok pesantren di jawa pada tahun 1399 M
untuk menyebarkan agama islam. Lihat Ronald Lukens Bull, A Peacceful jihad: Javanese
Education and Religion Identity Construction (Michigan: Arizona State University, 1997), hlm. 60
19
mengajar yang khas ala pesantren. Di samping itu, pesantren berfungsi juga
sebagai lembaga dakwah, yang senantiasa melakukan internalisasi nilai-nilai
islam di tengah masyarakat pesantren itu sendiri dan masyarakat umum.
Dalam sejarahnya, proses islamisasi di Jawa dilakukan oleh para wali yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan Walisongo15. Oleh karenanya, sebagian
pihak berpendapat bahwa asal-usul pesantren tidak lepas dari peranan Walisongo
pada abad 15-16 M di Jawa, lembaga pendidikan ini telah berkembang khususnya
di Jawa selama berabad-abad yang cikal-bakalnya dirintis oleh seorang tokoh
Walisongo yaitu Maulana Malik Ibrahim di Gresik Jawa Timur yang meninggal
tahun 1419 M.16
Pondok Pesantren di Babakan Ciwaringin ini wilayah awalnya di daerah
Desa Babakan bagian utara, yang kemudian seiring berjalannya waktu
berkembang hingga ke wilayah selatan Desa Babakan ini salah satunya adalah
dengan adanya bangunan kokoh Pondok Pesantren Miftahul Mutaalimin17 yang
awal pembangunannya didirikan oleh Kyai Muhammad Amin atau sering disebut
Ki Madammin kakek dari istrinya18 Kyai Syaerozie. Seiring berjalannya waktu
mulailah bermunculan Pondok Pesantren lainnya. Salah satunya pondok pesantren
yang berada di Desa Babakan wilayah selatan adalah Pondok Pesantren Kebon
Jambu Al-islami yang didirikan oleh Kyai Muhammad (Almarhum).
Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy adalah salah satu dari beberapa
Pesantren yang ada di “kampung Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa
Barat”. Lokasi Pesantren ini berada di Jln. Kebon Jambu No. 1 Desa Babakan

15
Walisongo adalah sembilan orang penyebar agama islam di pulau jawa yang paling
terkenal di antara mereka yang mendapat sebutan sunan. Istilah walisongo berasal dari kata wali
(bahasa Arab, yang berarti wakil) dan sanga (bahasa Jawa, yang berarti sembilan). Mereka
dianggap sebagai mubaligh agung, baik dari segi ilmu agama islam maupun bobot segala jasa dan
karomahnya terhadap kehidupan masyarakat dan kenegaraannya.
16
Abdurahman Mas’ud, Sejarah Dan Budaya Pesantren, Semarang: Pustaka Pelajar
Offset, 2002, hal.3
17
Pondok Pesantren Miftahul Mutaalimin ini adalah pesantren pertama yang
mempelopori munculnya pesantren-pesantren di Desa Babakan wilayah selatan
18
Istri Kiyai Syaerozie Abdurrohim adalah Nyai Hj. Tasmi’ah dan bapaknya adalah Kiyai
Abdul Hanan. Kakeknya adalah kiyai Maddamin
20
Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Disebut dengan kampung
Pesantren, karena di Desa ini dijumpai banyak Pesantren dengan identitas dan
penyelenggaraan sistem yang beragam sejak berdiri pada abad ke-16 M hingga
saat ini.
Pondok pesantren ini dikenal dengan sebutan Ma’had19 Kebon Jambu.
Pendirian pondok pesantren kebon jambu al-islamy ini dipelopori oleh Kyai
Muhammad dan Nyai Hj. Masriyah Amva. Pendiriannya dimulai pada tahun 1993
dibawah naungan Yayasan Tunas Pertiwi diatas tanah wakaf yang diberikan oleh
KH. Amrin Hannan ayah dari Nyai H Masriyah Amva. Sebagai pendiri, keduanya
merupakan tokoh Pesantren yang kaya dengan ilmu dan memperlihatkan akhlak
Ma’had yang mulia. Bahkan melalui karya-karya akademiknya dapat menemukan
dimensi etos studi keilmuan tradisional.
Berbicara tentang Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy tidak lepas
dengan peran Ibu Nyai Masyirah Amva dan suaminya Kyai Muhammad dalam
mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren ini pada tahun 1993 M20.
Sebelum mendirikan pondok pesantren ini, Kiyai Muhammad (suami dari nyai
Masriyah Amva) juga menjadi pengasuh di pondok pesantren kebon melati 21 yang
didirikan oleh Kiyai Sanusi (Almarhum). Setelah wafatnya Kiyai Muhammad,
sejak saat itulah tampuk kepemimpinan dipegang oleh istrinya yaitu Ibu Nyai Hj.
Masriyah Amva.

19
Ma’had dapat di definisikan sebagai tempat belajar Agama Islam
20
Mira Mustia Anggiani, Skripsi Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Di Desa
Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Di Era
Modern, Cirebon, 2012
21
Menurut hasil wawancara penulis dengan alumni Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy yaitu
Mb Leni (jabatan pengurus kebersihan saat masih mondok dan sekarang kuliah di kampus IAIN
Cirebon Jurusan Perbank-an Syariah semester 9) diceritakan bahwa pada saat akang (Kyai
Muhamad) masih hidup akang pernah bercerita bahwa perintah untuk merintis dan mengelola
Pondok Melati itu, tidak semata-mata diberikan sepenuhnya atas kepemilikan Pondok Melati,
melainkan dengan amanat “silahkan rintis dan kelola Pondok Kebon Melati selama belum ada
penerus dari pihak keluarga besar Embah Sanusi yang siap untuk meneruskan mengelola Pondok
Melati. Wawancara dengan Mb Leni, Selasa, 30 Oktober 2018, pukul 16:00 WIB, Kosan Putri
PDK
21
Berangkat dari pemaparan diatas, Kiyai muhammad memang berperan
dalam pembangunan awal pondok pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, namun
disini istri beliau yaitu Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva sebagai penganti
kepemimpinan di pesanten Kebon Jambu Al-Islamy setelah wafat suaminya.
Menarik penulis tulis dalam skripsi ini, karena beliau adalah seorang perempuan
dan nyai yang langsung memimpin pondok pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
setelah meninggalnya suami beliau. Menarik untuk dikaji ketika seorang
perempuan memimpin suatu lembaga yang mempunyai banyak santri. Peran Nyai
Masriyah Amva di pondok pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di Desa Babakan
Ciwaringin Cirebon tidak lepas dari K.H. Muhammad sebagai suaminya.
Banyak alasan penulis mengapa ingin menulis dan meneliti tentang ibu
Nyai Hj. Masriyah Amva. Di antaranya kurang adanya tentang informasi dan
pembahasan khusus mengenai peran Nyai Masriyah Amva dalam perjuangan
mengembangkan pondok pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di desa Babakan
Ciwaringin Cirebon. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
mengenai Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di Desa Babakan
Ciwaringin Cirebon dan penulis menyajikannya dalam sebuah judul “PERAN
NYAI MASRIYAH AMVA DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK
PESANTREN KEBON JAMBU AL-ISLAMY SERTA PENGARUHNYA BAGI
MASYARAKAY DI DESA BABAKAN KECAMATAN CIWARINGIN
KABUPATEN CIREBON”.
Menurut hemat penulis, judul ini menarik untuk diteliti karena dapat
mengungkap bagaimana seorang perempuan mengemban peran dalam memimpin
pengembangan pondok pesantren.

B. Rumusan Masalah
Kajian ini menelisik atau memahami dan mengetahui perjuangan Nyai
Masriyah Amva dalam mengembangkan pondok pesantren, selanjtnya Nyai
Masriyah Amva sebagai salah satu tokoh ulama perempuan yang berperan dalam
penyebaran dakwah islam melalui pendidikan kolaborasi dengan kebudayaan dan
modern.

22
Dari Latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Biografi Nyai Masriyah Amva ?
2. Bagaimana Sejarah dan Pengembangan Pondok Pesantren Kebon Jambu
Al-Islamy ?
3. Bagaimana peran Nyai Masriyah Amva Dalam Pengembangan Pondok
Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy ?

C. Ruang Lingkup penelitian


Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kajian ini akan
membatasi tentang peran Nyai Masriyah Amva dalam mengembangkan Pondok
Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy serrta Pengaruhnya Bagi Masyarakat di Desa
Babakan Ciwaringin Cirebon.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Adapun tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengungkap dan mengetahui biografi Nyai Masriyah Amva
2. Untuk mengetahui sejarah dan Pengembangan Pondok Pesantren Kebon
Jambu Al-Islamy
3. Untuk mengetahui peran Nyai Masriyah Amva sebagai pemimpin di
Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, adalah agar
penelitian ini dapat menjadi informasi yang positif terhadap masyarakat,
khususnya masyarakat islam yang mayoritas berada di desa babakan ciwaringin.
Penulis harap penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat,
terutama di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon itu sendiri
dalam memberikan gambaran eksistensi Nyai Masriyah Amva dalam
mengembangkan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-islamy di Desa Babakan
Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon.

E. Tinjauan Pustaka
23
Penelitian mengenai peran Nyai Masriyah Amva dalam mengembangkan
Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di Desa Babakan Kecamatan
Ciwaringin Kabupaten Cirebon belum pernah dilakukan. Namun penelitian atau
buku yang membahas tentang pondok pesantren cukup banyak yang ditemukan
untuk dijadikan rujukan atau pegangan yang terkait dalam penelitian ini, di
antaranya:
1. Skripsi yang ditulis oleh Mira Mustia Anggiani pada tahun 2012 di IAIN
Syekh Nurjati yang berjudul Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
Di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon, Sejarah
Berdiri Dan Berkembangnya Di Era Modern. (sebagai bahan
perbandingan skripsi yang ditulis oleh mira akan menjadi review dalam
dalam pembahasan peran Nyai Hj. Masriyah Amva).
2. Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Muhyiddin pada tahun 2017 di IAIN
Syekh Nurjati yang berjudul Peran KH Syaerozie Abdurohim (1935-2000)
Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Assalafie Di Desa babakan
Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon (didalam skripsi yang ditulis
oleh Muhyiddin memaparkan tokoh kyai, berbeda dengan tokoh yang
sedang penulis selesaikan).
3. Skripsi yang ditulis oleh Siti Aminah pada tahun 2015 di IAIN Syekh
Nurjati yang berjudul Peran Kiyai Amin Sepuh Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan, Bidang Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan Di Pondok
Pesantren Roudlatut Tholibin Babakan Ciwaringin 1916-1972.
(pembahasan penulis berbeda dengan dengan skripsi yang ditulis oleh Siti
Aminah, karena penulis akan memaparkan peran Nyai Hj. Masriyah
Amva.
4. Skripsi yang ditulis oleh Mas’udah pada tahun 2013 di IAIN Syekh Nurjati
Cirebon yang berjudul Peran KH. Muhammad Sanusi Di Pondok
Pesantren Roudlotut Tholibin di Desa babakan Kecamatan Ciwaringin
Kabupaten Cirebon
5. Baban Kana (Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Dalam Kancah
Sejarah Untuk Melacak Perang Nasional Kedongdong 1802-1919 M)
Buku ini dikarang oleh KH Zamzami Amin seorang pengasuh Pondok

24
Pesantren Mualimin Babakan Ciwaringin Cirebon. Dalam Pembahasan
Buku ini dibahas sejarah awal berdirinya pondok pesantren Babakan
Ciwaringin yakni dari Babakan Utara sampai berkembang ke-Babakan
Selatan.
Dari beberapa skripsi diatas dapat disimpulkan bahwa skripsi yang
membahas secara khusus tentang tokoh Nyai Hj. Masriyah Amva dan Pondok
Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin
Kabupaten Cirebon belum ada.

F. Kerangka Pemikiran
Kyai atau Nyai merupakan elemen penting yang paling dominan dari suatu
pesantren, disebut juga dengan pendiri dan pemimpin dalam pesantren.
Pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi
kiai atau nyai tersebut. Menurut asal-usulnya kiai atau nyai dipakai untuk krtiga
jenis gelar, di antaranya sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap keramat, kemudian gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada
umumnya dan sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli
Agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren. Sebagaimana
dalam kepemimpinan Nyai Masriyah Amvadalam memimpin pondok Pesantren
Kebon Jambu Al-Islamy.
Sebagaimana dijelaskan di atas, kiai atau nyai merupakan pemimpin dalam
pesantren yang tidak lepas dari suatu peran yang dibawakannya. Karena tumbuh
dan berkembangnya suatu pesantren menyangkut pada peran yang dibawakan
seorang kiai atau nyai itu sendiri. Kemudian dalam kepemimpinan suatu pesantren
itu berkaitan dengan teori peran.
Teori peran (role theory) adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi
sosial yang menganggap sebagian besar sehari-hari menjadi pemeran dalam
kategori sosial (misalnya ibu, manager, guru). Setiap peran sosial adalah
seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang untuk

25
menghadapi dan memenuhi.22 teori yang merupakan perpaduan berbagai teori,
orientasi maupun disiplin ilmu.23
Menurut Biddle dan Thomas peran adalah serangkaian rumusan yang
membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.
Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi
anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. Dalam teorinya Bidlle
dan Thimas mengambil peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan,
yaitu istilah-istilah yang menyangkut:24
1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial terdapat dua
golongan diantaranya adalah pelaku dan orang lain yaitu orang-orang yang
mempunyai atau memiliki keterkaitan hubungan dengan pelaku tersebut dan
perilakunya. Sebagaimana dalam peran Nyai Masriyah Amva, yang disini menjadi
pelaku dan santrinya sebagai orang yang mempunyai atau memiliki hubungan
dengan pelaku. Kemudian perilaku yang muncul dalam interaksi sosial tersebut
diantaranya, melalui fatwa-fatwa (nasehat), wujud perilaku dalam peran, dan
penilaian.
2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
Keterkaitan orang dengan perilaku merupakan istilah teori peran yang
kriterianya berupa kesamaan atau ketidaksamaan, saling ketergantungan dan
gabungan antara keduanya (kesamaan dan saling ketergantungan). Hal ini
dilakukan oleh para pemimpin sebagai pelaku akan mempengaruhi, menyebabkan
dan menghambat hubungan orang dengan pelaku yang lain. Seperti Nyai
Masriyah Amva yang menjadi seorang nyai dan mampu mempengaruhi
masyarakat disekitarnya.

22
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, 1995, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, hlm. 209
23
James Georgas, 2004, Role Theory (Online),
(http://www.sciencedirect.com/topics/social-sciences/role-theory) diunduh 26 oktober 2018 pada
pukul 20:00 di Asrama PDK
24
Ibid.,
26
3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku
Dalam hal ini peran yang dibawakan oelh Nyai Masriyah Amva dikatakan
sebagai patron (pemimpin, suri tauladan) dalam masyarakat tersebut. Karena
mempunyai kedudukan atau memiliki posisi yang lebih dari yang lainnya.
4. Kaitan orang dengan perilaku
Peran yang dibawakan oleh seorang pelaku (aktor) itu sendiri dalam
perilakunya. Sebagai salah satu elemen pesantren dalam peranan yang dibawa
oleh Nyai Masriyah Amva dalam beberapa bidang.
Dengan demikian, teori peran merupakan suatu peran yang dibawakan
oleh seorang pelaku itu sendiri dalam perilakunya. Dikaitkan dengan istilah-istilah
yang menyangkut empat komponen diatas dapat dijadikan sebagai peranan yang
dibawakan oelh Nyai Masriyah Amva dalam mengembangkan Pondok Pesantren
Kebon Jambu Al-islamy.

G. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu dengan memakai
data kualitatif metode sejarah. Selanjutnya untuk melancarkan penelitian ini,
penulis menggunakan empat langkah, di antaranya:

a. Heuristik
Heuristik (menemukan) adalah teknik pengumpulan sumber, maupun itu
dari sumber primer ataupun sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang
langsung disaksikan oleh saksi mata, hal ini dalam bentuk dokumen. sedangkan
dalam sumber lisan (sumber primer) yaitu melakukan berbagai wawancara
langsung dengan pihak pemimpin atau pengasuh pondok pesantren 25, dari kelurga
yang berhubungan dengan Nyai Masriyah Amva dan dari pihak pengurus yaitu
Robiyatun Addawiyah yang kerap disapa Mb Beah. Kemudian sumber sekunder
adalah sumber yang diperoleh bukan dari saksi mata, misalkan berita di koran,
majalah, buku dan lainnya.26

25
Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva
26
Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007) hlm.85
27
Adapun sumber sekunder penulis temukan adalah berupa buku-buku yang
menceritakan tokok Nyai Masriyah Amva, selain dari itu juga diperoleh dari
bahan pustaka melalui beberapa buku-buku yang menunjang dan menjadi bahan
referensi, yang diperoleh dari berbagai perpustakaan di antaranya perpustakaan
Kampus IAIN, Perpustakaan Umum Sumber, Perpustakaan 400, dan lain
sebagainya.
b. Teknik Verifikasi atau Kritik Sumber
Verifikasi adalah kritikan untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam
hal ini, para sejarawan harus melakukan kritik terhadap dokumen-dokumen yang
telah terkumpul dari arsip-arsip.27 Ada dua titik yang dilakukan yaitu kritik intern
dan kritik ekstern. Kritik intern adalah kritik yang ditujukan pada kekredibilitasan
terhadap kesaksian yang diberikan oleh sumber data tersebut, sedangkan kritik
ekstern adalah kritik yang ditujukan terhadap masalah keotentikan sumber yang
telah tersedia.28 Penulis melakukan metode analisis data wawancara dan buku-
buku sebagai teori pengantar untuk pengetahuan penulis dalam melakukan
wawancara mengenai pesantren. Dalam tahapan verifikasi ini, dilakukan kritikan
berdasarkan evidensi29, penulis menelusuri kembali sumber data yang benar
mengenai kapan, di mana dan oleh siapa dokumen itu ditulis. Kemudian setelah
itu penulis mengklasifikasi dokumen menurut sistem dan kategori.30
Setelah melakukan langkah-langkah di atas, penulis melakukan metode
analisis data wawancara dan buku-buku sebagai tori pengantar untuk pengetahuan
penulis dalam melakukan wawancara mengenai pesantren. Dalam tahap verifikasi
ini, dilakukan kritikan berdasarkan evidensi, yang dilaksanakan dalam wawancara
dengan pengasuh, ustad/ustadzah, dan pengurus.

27
Helius Sjamsudin,Ibid., hlm. 130
28
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Group, 2007), hlm 64-65
29
Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan
adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk
memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris.
30
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, Loc. Cit
28
c. Interpretsi
Interpretasi yaitu salahsatu proses yang menetapkan makna atau
memberikan penafsiran dengan cara menghubungkan fakta-fakta yang telah
diperoleh atau didapat, sehingga kronologi atau cerita sejarah menjadi logis.
Dalam proses interpretasi sejarah, penulis sejarah harus benar-benar bisa
mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa sejarah
pada masa lampau. Oleh sebab itu, interpretasi digunakan dengan
membandingkan data yang ada untuk mengungkap alasan terjadinya sutau
peristiwa sejarah pada masa lampau.31
Setelah memaparkan pengertian interpretasi diatas, penulis menggunakan
metode analisis, yaitu menguraikan suatu peristiwa sejarah. Seperti halnya pada
penelitian ini, dengan menafsirkan dari apa yang terdapat dalam data mengenai
peran Nyai Masriyah Amva dengan menghubungkan fakta-fakta atau pun bukti
yang menguatkan atau kongkrit dari berbagai sumber yang ada dengan sumber
yang otentik. Dalam tahapan ini, penulis mencoba menguraikan data-data tertulis
maupun data dari lapangan, kemudian langsung diinterpretasikan semua data-data
tersebut sesuai dengan kebutuhan.
d. Historiografi
Tahapan yang terakhir adalah tahapan historiografi yaitu cara penulisan
atau pemaparan pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan, layaknya
laporan penelitian ilmiah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang
ada, sejarawan harus mempertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisannya.
Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat memahami pokok-
pokok pemikiran yang diajukan32 dari seluruh hasil penelitiannya. Proses
pemilihan unsur-unsur tertentu mengenai perjuangan tokoh, umpamanya
dilakukan penulis biografi dengan mendasarkan dari pada interpretasi historis atau
peristiwa yang dikehendaki, lalu disusunlah kisah baru.33
Sehingga peneliti menyajiakn hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang
tersusun secara sistematis dengan harapan mampu menjawab masalah-masalah

31
Sulasman, Metodoogi Penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014) hlm 139-141
32
Ibid., Hlm 147
33
Ibid., Hlm 148
29
yang ada dengan data yang diperoleh, dengan judul Peran Nyai Masriyah Amva
dalam mengembangkan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy serta
Pengaruhnya bagi masyarakat di desa Babakan Ciwaringin Cirebon.

H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penelitian peran Nyai Masriyah Amva ini, penulis
membuat rancangan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, didalamnya memaparkan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Berisi biografi Nyai Masriyah Amva dengan sub pokok bahasan,
dari kelahiran, silsilah sampai keturunan, pendidikan, karya atau amalan-amalan
yang dikerjakannya, dan proses pengangkatan sebagai pengasuh pondok pesantren
Bab III Membahas sejarah dan pengembangan pondok pesantren dengan
sub pokok bahasan, sejarah berdirinya pondok pesantren, sarana prasarana pondok
pesantren, pengembangan sarana prasarana, dan kurikulum pada masa nyai
masriyah amva
Bab IV Membahas mengenai peran Nyai Masriyah Amva, dengan sub
pokok bahasan, peran kepemimpinan di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-
Islamy serta peran Nyai Masriyah Amva pada bidang Feminisme dan Pluralisme.
Bab V Penutup, yang berisi kesimpulan dari semua sub-sub pembahasan
dan saran

30
BAB II
BIOGRAFI NYAI MASRIYAH AMVA

A. Kelahiran dan Nasab Nyai Masriyah Amva


Nasab atau silsilah secara etimologi berarti al qarabah (kekerabatan),
kerabat dinamakan nasab dikarenakan antara dua kata tersebut ada hubungan dan
keterkaitan. Berasal dari perkataan mereka nisbatuhu illa abiilihi nasaban
(nasabnya kepada ayahnya). Sementara secara terminologi, para ulama tidak
merumuskan definisi. Mereka mencukupkan makna nasab secara umum yang
digunakan pada makna etimologinya, yaitu alqarabah bayna syakhsain
(kekerabatan diantara dua orang) tanpa memberikan definisi terminologinya.34
Mengetahui nasab merupakan sesuatu yang sangat penting. Setiap orang
diharuskan memelihara nasabnya dengan akhlak yang mulia. Karena tidaklah
mudah untuk menjaga nasab, sebagai ikatan penyambung keturunan serta asal-
usul kembalinya keturunan seseeorang kepada leluhurnya. Dalam segi agama hal
ini penting untuk menentukan masalah hukum waris, wali pernikahan, kafaah35
suami terhadap istri dalam pernikahan dan masalah wakaf.36
Nasab atau Silsilah Nyai Masriyah Amva: Syekh Syarif Hidayatullah +
Ratu Pakungwati > Sultan Moh. Syamsul Arifin (Pangeran Pasarean) + Ratu
Fatimah (Talaga) > Pangeran Welang Awal > Pangeran Butat > Pangeran Welang
II > Syekh Abdul Latif > Syekh Abdul Rohim > Syekh Yasin > Syekh Fihir >
Syekh Murrah > Syekh Nasir > Syekh Kholid > Syekh Jamaludin > Syekh Irsyad

34
M. Abdul Mujieb, Mabruri, Syafi’i AM, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta : Pustaka Firdaus,
1994) hlm. 59
35
Secara etimologis, kata kafah berasal dari bahasa arab dari kata kafaa yang berarti
kesamaan, sepadan, dan rasa tinggi penanggungjawab. Nanang Rosidi, 2013, Pengertian Kafaah
(Online), https://www.kompasania.com/nanangrosidi/552b835e6ea834767d8b456e/apa-itu-
pengertian-kaffah-secara-luas diunduh pada tanggal 11 Desember 2018
36
Al Abdulan Majid Muhammad, Kitab Muthlub Wazif Fi Ahkam Al Usroh Al Islamiyah,
Panduan Hukum Keluarga Sakinah, Alih Bahas : Harits Fadly dan Ahmad Khotib, Era Media.
Cet. 1, Solo 2005, hal: 520
31
> Syekh Abdul Qahar (KH. Amin Sepuh) + Nyai Hj. Aliyah > KH. Hannan > KH.
Amrin Hannan + Nyai Hj. Fariatul ‘Aini > Nyai Masriyah Amva.37
Kelahiran Nyai Hj. Masriyah Amva tepat pada tanggal 13 Oktober 1961 di
sebuah kampung pesantren di Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon, Jawa
Barat. Dari seorang bapak yang bernama KH. Amrin Hannan dan Ibunya Nyai Hj.
Fariatul ‘Aini. Kemudian kedua kakeknya KH. Abdul Hannan dan KH. Amin
Sepuh adalah seorang tokoh pesantren dan tokoh masyarakat yang merupakan
ulama yang berkharismatik yang disegani, bukan hanya karena kedalaman
ilmunya, tetapi juga karena ketekunan dan kesabarannya dalam membimbing para
santri dan masyarakat yang ada di Desa Babakan Ciwaringin.
Sebagaimana dalam mempertahankan dan menyebarkan risalahnya sebagai
seorang Nyai keturunan dari Kyai besar di Desa Babakan Ciwaringin sudah
semestinya Nyai Masriyah Amva meneruskan risalahnya dari keturunan
terdahulu, kemudian beliau menikah dengan seorang santri dari keturunan
kalangan masyarakat biasa yang kemudian akan menghasilkan keturunan yang
bisa meneruskan risalahnya di masa yang akan datang dalam hal nasabnya.
Sebagai pertumbuhan dan perkembangakn untuk meneruskan risalah jihad
keluarganya.

B. Masa Kecil
Semasa kecil ia dididik langsung oleh ayah ibundanya, K.H. Amrin
Hannan dan Hj. Fariatul ‘Aini, yang sehari-hari menjadi pengasuh pesantren
mereka. Kedua kakeknya, yakni K.H. Amin Sepuh dan KH. Abdul Hanan,
keduanya adalah tokoh pesantren dan tokoh masyarakat di Babakan Ciwaringin
Cirebon. Kedua tokoh tersebut merupakan ulama yang berkharismatik yang
disegani, bukan hanya karena kedalaman ilmunya, tetapi juga karena ketekunan
dan kesabarannya dalam membimbing para santri dan masyarakat setempat.38
Meskipun lahir dari keluarga terhormat, namun ia bukan malah manja atau
sombong, tetapi ia lebih menghargai orang-orang yang begitu menghormati

37
Wawancara pribadi dengan Yayu Selly sebagai mantu Nyai Masriyah Amva Babakan,
Senin 10 Desember 2018, Pada Pukul 11.00
38
Masriyah Amva, Bangkit Dari Terpuruk, Jakarta, Kompas 2010 hlm 334
32
keluarganya. Pendidikan sikap disiplin yang diperoleh dari ibundanya mampu
membentuk kemandirian sikap serta prilakunya. Sikap disiplinnya terpatri dalam
melakuan pekerjaan rumah sebelum berangkat sekolah dan sesudah sekolah,
selalu membersihkan kamar tidurnya, padahal di rumah ia memiliki asisten rumah
tangga. Sejak kelas IV SD, ia sudah mencoba belajar mencari uang jajan sendiri
dengan cara berjualan jajanan di sekolah ketika jam istirahat kemudian hasil dari
dagangan tersebut ditabungkan. Mulai saat itulah, tumbuh jiwa dan naluri
kewirausahaan dalam diri Beliau yang sampai sekarang masih melekat nyata
dalam kesehariannya.39
Kesabaran dan kepedulian kedua orang tua Nyai Masriyah Amva saat itu
luar biasa, dalam menghadapi setiap persoalan yang muncul selalu dihadapi
dengan kesabaran. Oleh sifat tersebut yang akhirnya ditiru Nyai Masriyah Amva
dalam membesarkan dan memajukan pesantren. Kebiasaan baik yang dimiliki
kedua orang tuanya ditiru Nyai Masriyah Amva kecil sebagai identifikasi sosok
bapak dan ibu yang sangat dikagumi dan dihormati.
Sejak kecil, Nyai Masriyah Amva sudah memiliki kebiasaan yang begitu
berbeda dengan anak kecil lain seusianya. Ketika anak kecil pada umumnya suka
dan asyik bermain-main dan bersenda gurau, berbeda dengan beliau yang sejak
kecil sudah tekun belajar dan mandiri. Oleh karena itu ketika Nyai Masriyah
Amva tumbuh menjadi gadis dewasa ingin selalu tampil beda dengan
menunjukkan prestasinya. Hal ini karena didikan orang tuanya yang telah
membina beliau untuk menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, agama dan
bangsa.

C. Pendidikan
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan terhadap anak
didik. Dalam hal ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama individu yaitu

39
Kebon Jambu, Biografi Pengasuh, 2011
(https://kebonjambu.org/profil/ea21324ed9769ebdad9fa39c6ccbf66d/biografi_pengasuh/20#nyai_
hj_masriyah_amva), Selasa 18 Desember 2018 Pukul 10:50
33
yang dilakukan dalam keluarga maupun orangtua.40 Begitupun apa yang
dilakukan oleh Nyai Masriyah Amva dalam pendidikan yang pertamanya beliau
dibimbimng oleh orang tuanya. Sebelum melakukan pendidikan yang dilakukan
dengan lingkungan sosial maupun lembaga yang ada diluar.
Pada masa kecilnya, Nyai Masriyah Amva belajar dasar-dasar ilmu agama
kepada ayah dan ibudanya sendiri. Nyai Masriyah Amva menempuh pendidikan
dasar di SD 01 Babakan Ciwaringin dan pendidikan menengah didesanya sendiri
MTs Babakan Ciwaringin.41 Kemudian menginjak usia remaja, ia belajar di
pendidikan pesantren Al-Muayyad Solo di bawah bimbingan K.H. Umar42 dan
menyelesaikan pendidikan Aliyah di pesantren itu. Setelah menyelesaikan
pendidikan tingkat aliyah di pesantren Al-Muayyad, kemudiah Nyai Masriyah
Amva melanjutkan belajar di pesantren Al-Badi’iyah di Pati Jawa Tengah, di
bawah bimbingan KH. Sahal Mahfudz dan Nyai Nafisah Sahal. Serta mengikuti
pendalaman di Pesantren Dar Al-Lughah wa D’wah di Bangil, Jawa timur, dan
berguru langsung kepada Habib Hasan Baharun43.
Ibu Nyai masriyah Amva sempat melanjutkan studi di Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Cirebon, meski hanya mengikuti perkuliahan
selama dua semester saja. Setelah delapan tahun berumah tangga, ia berpisah
dengan K.H. Syakur Yasin dan setahun kemudian menikah lagi dengan K.H.
Muhammad, pendiri Pesantren Kebon Melati. Bersama suami keduanya ini Ibu
Nyai Masriyah Amva merintis pendirian Pondok Pesantren Kebon Jambu,
Babakan, Ciwaringin, di mana ia sendiri banyak mendampingi santri putrinya.44

40
Mukti Ali, dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, Jakarta Selatan:
Rumah Kitab 2017 hlm. 17
41
Wawancara pribadi dengan Ibu Nyai Masriyah Amva pengasuh Podok Pesantren
Kebon jambu Al-Islamy Babakan, Senin 17 Desember 2018, Pada Pukul 22.20
42
KH. Umar adalah seorang Kyai dari keturunan KH. Abdul Mannan dan Nyai Zaenab.
43
Habib Hasan Baharun adalah orang pertama yang membuka kembali hubungan antara
Yaman dan Indonesia setelah terputus puluhan tahun lamanya dan beliau yang mulai mengirimkan
santrinya untuk belajar di Yaman sehingga semua pahala orang yang belajar ke Yaman akan
kembali pahalanya kepada Al-Alim Al-Allamah Adda’i Illah Al-Ustadz Hasan Baharun. Adapun
silsilah beliau adalah Al Habib Hasan bin Ahmad bin Husein bin Thohir bin Umar bin Baharun.
Demikian penuturan Nyai Masriyah Amva
44
Ibid
34
Di luar tembok Pesantren, Nyai Masriyah Amva aktif di bidang
pemberdayaan masyarakat, khususnya penguatan ekonomi masyarakat bawah.
Sesekali ia juga berpartisipasi dalam kegiatan Muslimat-Fatayat NU, di organisasi
pendampingan perempuan Mawar Balqis, serta di pusat kajian keagamaan
Fahmina institute.45

D. Pernikahan
Pernikahan merupakan sunnah Allah dan sunnah Rasul. Sunnah Allah
berarti menurut qudrah dan iradah Allah dalam penciptaan alam ini, sedangkan
sunnah Rasul berarti suatu tradisi yang ditetapkan oleh Rasul untuk dirinya sendiri
dan untuk umatnya.46
Pada saat Nyai Masriyah Amva sedang mendalami keilmuan di Pesantren
Dar Al-Lughah wa D’wah Bangil, pengasuhnya yaitu Habib Hasan Baharun
menjodohkan Nyai Masriyah Amva dengan salah satu santri putra di pondok
pesantren tersebut yaitu KH. Syakur Yasin. Pernikahan pertama Nyai Masriyah
Amva pun tidak berlangsung lama. Dikarenakan perbedaan dalam memandang
perspektif hidup dalam rumah tangga.
Pada tahun 1973 dan bersamaan dengan memangku jabatan sebagai kepala
pondok pesantren Kebon Melati, K.H. Muhammad dinikahkan dengan Nyai
Nadziroh, keponakan K.H. Muhammad Sanusi. Pada tahun 1992, duka kembali
menyambangi KH. Muhammad dan keluarga pesantren, dimana Nyai Nadziroh
wafat. Dengan meninggalkan 6 anak, yaitu: Mariyatul Qibtiyah, H. Asror
Muhammad (Alm), Siti Aisyah, Hj. Siti Maryam, Hasan Rahmat dan Siti Fatimah
(Alm). Tak berlangsung lama, Allah SWT memberikan penggantinya. Tahun
1993 K. H. Muhammad menikahi Nyai Hj. Masriyah Amva Binti K. H. Amrin
Hannan. Pernikahannya dengan K.H. Muhammad tidak di karuniani keturunan
oleh Allah SWT.47

45
Masriyah Amva, Menggapai Impian, Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara: 2010 hlm
232
46
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003) hlm. 76
47
Hilyatul Auliya (Sekretaris Ponpes Kebon Jambu Putri), Kearsipan, Babakan 2018
35
Nyai Masriyah Amva boleh dikata sosok perempuan unik. Paling tidak ada
tiga mengapa ia demikian. Nyai Masriyah adalah seorang ibu dengan tujuh anak
remaja dan dewasa. Ia adalah pemimpin rumah tangga. Ialah yang mencukupi
seluruh kebutuhan hidup keluarga dan ia juga yang membenahi dan merawat
rumahnya dengan apik. Nyai Masriyah sadar, suaminya yang bersahaja adalah
seorang kiai yang hari-harinya diabadikan semata-mata untuk mendidik para
santrinya.48
Sejak muda, Nyai Masriyah tak pernah bergantung kepada orang lain,
termasuk pada orang tua dan suaminya. Ia meminta bantuan orang lain hanya jika
amat terpaksa. Semangat kemandirian selalu diperlihatkannya. Ia tak pernah
keberatan berlelah-lelah, berpeluh-peluh, dan menyingkirkan harga diri dalam
usaha mencari pekerjaan. Ia rela melakukan pekerjaan apa saja asalkan halal.49
Nyai Masriyah adalah satu dari sekian banyak perempuan kepala keluarga
yang sukses mengelola rumah tangga dan mendidik anak-anak. Fakta ini sering
dinafikan oleh norma kultural maupun hukum agama (Fikih). Masyarakat dan
para penafsir agama masih memandang perempuan tidak patut jadi kepala rumah
tangga. Mereka bergeming menganggap perempuan sebagai makhluk kelas dua
dan pemilik akal yang rendah. “Perempuan sebagai kepala rumah tangga
menyalahi kodrat,” begitu kata mereka.50 Dengan pandangan yang seperti ini Nyai
Masriyah Amva ingin memutar balikkan keadaan tentang perempuan yang
sesungguhnya.

E. Karya-karya dan Amalan Nyai Masriyah Amva


1. Karya - karya
Belakangan, Nyai Masriyah Amva pun aktif menulis prosa maupun puisi.
Sebagian karyanya sudah diterbitkan dalam tiga buku antologi puisi, yakni Ketika
Aku Gila Cinta, Setumpuk Surat Cinta, Ingin Dimabuk Asmara dan lainnya. Buku

48
Wawancara pribadi dengan Ibu Nyai Awanillah Amva sebagai dewan pengasuh Podok
Pesantren Kebon jambu Al-Islamy Babakan, Senin 17 Desember 2018, Pada Pukul 06.00
49
Pondok Kebon Jambu, Kearsipan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan
2018
50
Ibid
36
lain karya Nyai Masriyah Amva, yaitu Cara Mudah Menggapai Impian, Bangkit
dari Terpuruk, Menggapai Impian dan lainnya.
Nyai Masriyah Amva mendapat penghargaan dari :
1. Al-Biruni Award tahun 2012 sebagai tokoh yang sukses dalam
pengembangan dakwah dalam bidang seni dan budaya.
2. Penghargaan Apresiasi Pendidikan Islam dari Kementrian Agama
Republik Indonesia tahun 2014 atas prestasi dan jasanya dalam
memajukan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.
3. SK Trimurti Award Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Indonesia tahun
2014 sebagai tokoh gender dan plularis.
4. Penghargaan dari Bupati Cirebon tahun 2016 sebagai tokoh permpuan
inspiratif
Dalam khazanah tradisi pesatren dikenal apa yang disebut sebagai sastra
pesantren. Yakni sastra yang lahir dan berkembang didalam komunitas pesantren
dalam perkembangannya sastra pesantren terbagi ke dalam tradisi tulis (Karya
Buku, Novel dll) dan tradisi lisan (Amalan-amalan).
Karya-karya Nyai Masriyah Amva yang berbentuk buku :
1) Cara Mudah Menggapai Impian (Nuansa, 2009)
Buku ini menceritakan perjalanan seorang hamba dalam menggapai
kekuatan dalam kemandirian hidupnya. Kelemahan, kerapuhan dan banyak
kekurangannya tidak menjadikan dia frustasi dan menyerah. Lewat seribu jalan,
dia berusaha menggapai kekuatan dan betapa perjalanan itu sangat unik dan
irasional. Lewat buku ini semoga bisa menjadi bahan bacaan bagi orang-orang
yang merasa lemah dan memiliki banyak kekurangan agar tidak frustasi
menghadapi hidup. Karena kelemahan-kelemahan ternyata dengan kehendak
Allah SWT bisa dijadikan sebuah kekutaan.51
2) Bangkit Dari Terpuruk (Kompas, 2010)
Buku ini menceritakan kisah sejati seorang perempuan tentang keagungan
tuhan. Doa yang diucapkan dengan penuh penghayatan serta sugesti positif yang
ditanamkan ke dalam pikiran, sesungguhnya punya kekuatan yang luar biasa
besar. Pengetahuan dan pengalaman tentang hal inilah yang ingin dibagi Nyai

51
Masriyah Amva, Cara Mudah Menggapai Impian, Bandung, Nuansa:2009
37
Masriyah Amva kepada para pembaca buku ini. Lewat contoh penggalan-
penggalan kisah hidupnya, pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu, Babakan
Ciwaringin, Cirebon ini ingin meyakinkan bahwa dengan kekuatan iman, doa, dan
pikiran, siapa pun bisa segera kembali tegak walau telah terpuruk kejurang cobaan
yang sangat dalam.52
Tulisan yang sangat inspiratif yang lahir dari sebuah ketulusan, disusun
dengan gaya bahasa yang praktis, tidak bertele-tele, seolah kita mendengarkan
curahan hati beliau ketika membacanya, lembar demi lembar pun tak terasa silih
berganti, rasanya suit untuk berhenti membacanya. Lewat buku ini kita
diperkenalkan kepada hakikat sebuah ujian dan cobaan, bagaimana mengatasinya,
cara yang terbaik adalah langsung bertanya kepada yang memberi ujian itu sendiri
seperti yang diuraikan dengan sangat indah oleh penulisnya. Kemustahilan di
dunia ini adalah bagi orang yang merasa rendah diri, penulis mencoba
membongkar cara menjadikan kemustahilan menjadi mustahil, dengan cara
keyakinan penuh kepada yang Maha kuat, Maha kuasa, Maha segalanya yaitu
Allah, Tuhan semesta alam disertai keikhlasan hati menjalani kehidupan ini.
Semuanya tertuang dalam buku ini dari penderitaan keisakan hati seorang hamba
hingga berlimpah kebahagiaan.
3) Meraih Hidup Luar Biasa (Kompas, 2011)
Perempuan kerap masih dianggap makhluk lemah. Angapan ini nyatanya
tidak berlaku bagi Nyai Masriyah Amva.53 Dia justru membuktikan, perempuan
sesungguhnya makhluk luar biasa. Buku ini menceritakan kisah-kisah pribadi
Nyai Masriyah Amva. Tentang kesendirian yang justru menumbuhkan
kemandirian. Tentang tekad dan keikhlasan kepada sang kekasih. Tentang
kesadaran diri sebagai makhluk-Nya yang lemah. Tentang Baitullah yang penuh
mukjizat dan anugerah. Lewat karyanya ini Nyai Masriyah Amva berbagi rahasia
meraih kehidupan yang luar biasa melalui doa dan iman.54

52
Masriyah Amva, Op. Cit.hlm 334
53
Wawancara pribadi dengan Ibu Nyai Masriyah Amva pengasuh Podok Pesantren
Kebon jambu Al-Islamy Babakan, Senin 17 Desember 2018, Pada Pukul 23.00
54
Masriyah Amva, Meraih Hidup Luar Biasa, Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara:
2011
38
4) Rahasia Sang Maha (Kompas, 2012)
Buku ini menceritakan rahasia-rahasia sang maha dan menemukan jalan
kesuksesan dalam menjalani kehidupan yang diwarnai sejuta duka. Kehidupan itu
ibarat jurang yang begitu dalam dengan jalan-jalan yang terjal, penuh cerita-cerita
luka, membuat banyak orang tak berdaya menghadapi kehendak Sang Maha.
Cerita-cerita yang disuguhkan dalam buku ini adalah perenungan penulisnya atas
berbagai pengalaman spiritual yang dialami. Cerita-cerita yang membawa kita
bertamasya ke wilayah-wilayah yang penuh rahasia, yang dapat menjadikan
pembacanya lebih cerdas dalam menyikapi setiap duka dan kesulitan yang
dihadapi.55
5) Akang di Mataku (Salima, 2012)
Buku ini menceritakan sosok KH. Muhammad sebagai suami Nyai
Masriyah Amva. Buku ini benar-benar ditulis dengan hati. Buah rindu seorang
istri yang mengungkapkan kemuliaan dan keteladanan suami dengan begitu jujur,
inspiratif dan menggugah siapa saja yang membacanya. Figur KH. Muhammad
begitu penting untuk di teladani, bukan hanya bagi keluarga, santri, sahabat dan
masyarakat di sekitarnya, tetapi juga oleh siapa saja yang mau belajar ilmu
hikmah dan kebijaksanaan hidup.56
Sebuah buku biografi yang menggambarkan sosok kyai yang berjasa
dalam mengembangkan pendidikan pesantren salaf. Ditulis oleh istri pendamping
hidup sang tokoh yang tidak hanya uraian-uraian cerita, namun dihiasi dengan
puisi-puisi yang bermakna. Dengan hadirnya buku ini, diharapkan semangat dan
nilai-nilai kebaikan dari sosok KH. Muhammad dapat dipelajari dan ditularkan
kepada generasi penerusnya dan semua yang berkomitmen pada pendidikan
pesantren.57
6) Suamiku Inspirasiku (Salima, 2013)
Dalam buku ini, dengan jujur Bu Masriyah mampu menulis untaian cinta
dalam setiap level yang mengagumkan, karena setiap pasangan mempunyai

55
Masriyah Amva, Rahasia Sang Maha, Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara: 2012
56
Masriyah Amva, Akang Di Mataku, Bandung, PT. Salima dan Ponpes Kebon
Jambu:2012
57
Ibid
39
rahasia cintanya masing-masing. Terangkai dalam ekspresi yang beragam.
Pembaca diajak untuk memahami makna-maknanya yang mempesona. Kadang
tampak perbedaan pendapat, kadang berbentur masalah rumit, kadang terangkum
dalam bahasa komunikasi jiwa yang saling menerima dan memahami satu sama
lain, namun semuanya bersumber dari kejujuran dan kekayaan jiwa yang luar
biasa.
Satu hal lagi yang penting dari buku ini adalah keteladanan Kyai
Muhammad. Kesabaran, kesederhanaan, keikhlasan dan dedikasinya yang tinggi
pada santri adalah perilaku luhur yang jarang sekali orang mampu
mengejewantahkannya dalam kehidupan nyata. Akang- panggilan akrab sang
Kyai- mampu memberikan teladan bagi sesama dengan caranya yang khas,
inspiratif dan mengagumkan.
Kharismanya tak saja muncul dari kedudukannya sebagai pengasuh
pondok, tapi justru lebih banyak muncul dari sisi kepribadian seorang anak
manusia biasa yang mencontohkan akhlak luar biasa. Bagaimana tidak, meskipun
beliau sebagai Kyai, tapi tak segan-segan membersihkan septic tank yang
digunakan oleh santrinya sendiri, membersihkan sampah di pondok, mengayuh
sepeda digelap malam hanya untuk berbelanja, mencuci pakaian dan mengerjakan
tugas-tugas rumah tangga, sebagai ayah, suami dan pengasuh pondok. Inilah
keajaiban cinta yang sedang ditularkan oleh seorang KH Muhammad untuk kita
semua.
Buku ini menceritakan keistimewaan suami dimata Nyai Masriyah Amva.
Buku ini mengungkapkan asam-garam kehidupan ruamh tangganya. Kita seolah
diajak membaca lembar demi lembar hikmah dan sosok KH. Muhammad dari sisi
yang lebih mendalam dan personal. Begitu banyak ajaran hidup berumahtangga,
kesederhanaan, kedzuhudan dan kemuliaan pasangan ini terangkai dalam kisah
yang inspiratif dan berkesan.58
7) Menggapai Impian (Kompas, 2010)

58
Wawancara Pribadi dengan Siti Rabiatul Adhawiyah (Mb Beah) Sebagai Pengurus
Peribadatan Pusat di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Putri, Pada 04 Januari 2019 Pukul
17:53
40
Tulisan-tulisan di dalam buku ini menceritakan perjalanan usaha seorang
hamba yang sangat lemah dan banyak kekurangan dalam menggapai kekuatan dan
kemandirian hidup. Bukan hanya mandiri, aku diberi kemampuan untuk menjadi
tulang punggung keluarga, bahkan banyak orang. Semoga buku ini bisa menjadi
bahan bacaan bagi orang-orang yang merasa lemah dan memiliki banyak
kekurangan agar tidak frustasi menghadapi hidup. Percayalah kelemahan-
kelemahan itu akan berubah menjadi sebuah kekuatan, atas izin Allah.59
8) Aku Mencintaimu
Buku ini adalah ungkapan Nyai Masriyah Amva yang di tulis lewat puisi
dan dibaca banyak kalangan.60 semua orang ingin hidup dicintai Allah dan ingin
pula mampu menjadi pecintaNya yang agung. Begitu juga dengan diriku, lewat
puisi-puisi ini aku hanya bisa berharap dan berangan-angan untuk bisa menjadi
hamba yang benar-benar mencintaiNya. Apalah artinya sebuah harapan dan
impian. Oleh karenanya, semua orang harus memiliki impian-impian hidup. Ia
adalah sumber kenyataan. Seorang yang beriman akan berusaha mewujudkan
impian-impiannya lewat doa-doa keras penuh harapan kepada tuhannya, dari doa-
doa keras itu dengan izin Allah akan memunculkan kerja-kerja yang kerasn pula.
Demikianlah buku ini diterbitkan agar mereka bekerja keras lewat doa-doa dan
usaha.61
9) Setumpuk Surat Cinta ( Nuansa, 2008 )
Di dalam buku ini ialah kumpulan puisi-puisi tentang kehidupan yang ia
alami secara pribadi. Dalam buku ini terdapat 83 puisi-puisi indah yang di
kerjakan selama tiga puluh hari kurang lebih.62 Puisi-puisi cinta ini merupakan
ekspresi sufistik penulis ketika tidak lagi menemukan sosok selain Tuhannya.63
10) Umrah Perjalanan Spiritual

59
Masriyah Amva, Op. Cit,hlm 232
60
Wawancara pribadi, Siti Aisyah sebagai Divisi Sarana Prasaran di Pondok Pesantren
Kebon Jambu Al-Islamy Putri, Pada 04 Januari 2019 Pukul 18:47
61
Masriyah Amva, Aku Mencintaimu, Bandung, Mizan: 2012
62
Wawancara pribadi, Ibu Nyai Masriyah Amva pengasuh Podok Pesantren Kebon
jambu Al-Islamy Babakan, Senin 17 Desember 2018, Pada Pukul 23.44
63
Wawancara pribadi, Nyai Masriyah Amva pengasuh Podok Pesantren Kebon jambu
Al-Islamy Babakan, Senin 17 Desember 2018, Pada Pukul 23.44
41
Kota suci Makkah dan Madinah adalah kota dambaan setiap umat Islam.
Dua kota suci ini milik mereka yang kaya maupun yang miskin harta. Sayangnya
orang-orang tak berharta menutup diri dengan kemustahilan. Sehingga mereka
membiarkan pikirannya menjadi sangat terbatas. Dalam buku Umrah Perjalanan
Spiritual, Nyai Masriyah Amva menceritakan pengalamannya yang luar biasa
bagaimana di tengah ekonomi yang pas-pasan, dia bisa melakukan umrah rutin
dua kali setiap tahun. Ternyata ada cara yang bisa dilakukan untuk menuju
Makkah dan Madinah. Kerinduan yang membara kepada dua kota suci itu
membuatnya tenggelam dalam lautan doa yang tiada putus-putusnya. Kekuatan
doa yang mampu membuatnya berkali-kali menempuh jalan kemustahilan demi
memuaskan dahaga kerinduan. Berdoalah dengan bersungguh-sungguh, karena
doa adalah kekuatan besar.
Dalam buku Umrah Perjalanan Spiritual, Nyai Masriyah Amva
menceritakan pengalamannya yang luar biasa bagaimana di tengah kondisi
ekonomi yang pas-pasan, dia bisa melakukan umrah rutin dua kali setiap tahun.
Ternyata ada cara yang bisa dilakukan untuk menuju Mekah dan Madinah.64
11) Dalam Kasmaranku
Aku tak bisa merasa sebagai orng yang tangguh dalam menghadapi badai
asmara, karena pada kenyataanya aku adalah orang yang sangat rapuh. Kepingan
kehancuranku sering kupunguti kembali dan lalu ku betuk lagi menjadi kekuta.
Aku ingin sekali menjadi orang kuat, dan jalan satu-satunya yang ku tempuh
adalah bersandar kepada Allah SWT. Semoga segala nyayian yang ada dalam
buku ini menjadi munajat dan lagu kerinduan kepada sang kuasa.65
12) Taffakur Cinta
Di dalam buku Taffakur Cinta, Nyai Masriyah Amva menceritakan sebuah
perenungan kehidupan yang sangat memikat. Terkumpul dalam sebuah puisi
tentang kerinduan dan sisi-sisi lain dari setiap sudut kehidupan yang semuannya
hanya bersumber pada tuhan semata. Dia yang selalu hadir dalam setiap desahan
nafasku. Dan kau akan tersadar, hanya Dia-lah satu-satunya yang tak pernah

64
Masriyah Amva, Umrah Sebagai Perjalanan Spiritual, Jakarta Pusat, PT. Elex Media
Komputindo:2014
65
Masriyah Amva, Dalam Kasmaranku, Tangerang Selatan, Salima: 2013
42
sedikit pun pergi darimu. Sayap-sayap puisi ini akan membisikkan keindahan
melalui susunan-susunan kata tentang kebesaran dan semua yang ada pada-Nya.
Kumpulan puisi ini sarat akan perenungan dan membawamu semakin mengenal-
Nya.66
13) Ketika Aku Gila Cinta
Aku tiba-tiba menjadi seorang penyair dengan terbitnya antologi puisi
Ketika Aku Gila Cinta, yang berisi lebih dari 70 puisi, yang ditulis dalam selama
20 hari. Sungguh ini tidak terbayangkan sebelumnya. Aku tidak terbiasa membaca
dan menulis. Tetapi ‘bait-bait puisi’ telah tercipta dan memaksa untuk ditulis dan
dihidangakan ke hadapan khalayak.
14) Doa dan Muanajat Perempuan
Manusia adalah makhluk lemah, baik itu laki-laki maupun perempuan
kecuali manusia yang diberi kekuatan oleh Allah Swt. Sebagai makhluk yang
lemah, hendaklah kita memohon kekuatan-Nya lewat doa dan munajat yang
dilakukan tak henti setiap hari dan setiap waktu. Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan di depan Allah sejajar dan setara dalam segala hal, tidak ada
perbedaan sedikitpun. Kelemahan perempuan timbul karna pandangannya sendiri
yang menganggap dirinya makhluk lemah dan tak berdaya. Kesalahan pandangan
ini harus diluruskan lewat doa dan munajat kepada Allah Swt, sebagai sumber
segala kekuatan, menjadikan perempuan yang dianggap lemah menjadi kuat
menghadapi berbagai badai dalam kehidupannya.
Dalam buku ini menghadirkan doa-doa dan munajat untuk perempuan
yang merasa dirinya sebagai makhluk lemah. Lewat pancaran kekuatan kalimat-
kalimat doa yang disusun, penulis berusaha mengajak para perempuan untuk
mentransfer kekuatan-kekuatan Allah yang Maha luar biasa ke dalam
kehidupannya. Ada 134 munajat dan doa-doa yang bisa dibaca dalam buku ini.67

66
Masriyah Amva, Taffakur Cinta, Babakan, Kebon Jambu: 2015
67
Masriyah Amva, Doa dan Munajat Perempuan, Jakarta, Elex Media Komputindo,
2015
43
2. Amalan - amalan
Sebagai seorang pemimpin pondok pesantren, Nyai Masriyah Aamva pun
memiliki pengamalan-pengamalan bacaan yang rutinitasnya dilakukan ketika
sedang melaksanakan kewajibannya di hadapan sang penciptanya yaitu sholat
fardu lima waktu. Berikut pengamalannya:
Amalan-amalan Nyai Masriyah Amva (dibaca bersama para santri putri,
ketika Nyai menjadi imam sholat), yaitu :
1. Asmaul Husna dibaca setelah sholat Maghrib
2. Membaca Surat Al-Ikhlas 3X
3. Membaca Surat Al-Falaq 3X
4. Membaca Surat An-Nas 3X
5. Membaca Surat Al-Mu’minun ayat 97 – 98 3X
6. Membaca Surat Al-Mu’minun ayat 115 - 118 3X
7. Membaca Surat Ar-Rum ayat 19 3X
8. Membaca Surat Al-Hasyr ayat 21 - 24 1X
9. Membaca Surat Al-Saffat ayat 79 – 81 3X
10. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 256 3X
11. Membaca Surat Al-Imron ayat 19 3X
12. Membaca Surat At-Taubah ayat 129 7X
13. Membaca Sholawat Nariyyah 10X
14. Hizib Bahr, Hizib Nashri, Hizib Isyroq’, Hizib I’zzah, Hizib Fallah, Hizib
Nawawi, Hizib Al-Iqbal, Hizib Wiqoyah, dan Hizib Jazri dibaca setelah
sholat Ashar.
15. Sholawat Kamilah, Sholawat Munjiat, Sholawat Fatihi, Sholawat
Tibbiyyah, Sholawat Bahriyyah, Sholawat Arzhaqiyyah, Sholawat Basairil
Khairot, Sholawat Ifadoh, Sholawat ‘Abbasyiah, Sholawat Khoirol
Bariyyah dibaca setelah sholat Ashar.
16. Ratibh Al-‘Idrus, Ratibh Haddad, dan Ratibh ‘Atthas dibaca setelah sholat
Ashar.
Pembacaan amalan-amalan dilakukan ketika setelah melaksanakan sholat
magrib bersama para santri putri. Nyai Masriyah Amva sebagai imam sholat
sekaligus memimpin doa.

44
BAB III

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN


KEBON JAMBU AL-ISLAMY

Tentang kehadiran pesantren secara pasti di Indonesia pertama kalinya,


dimana dan siapa pendirinya, tidak dapat diperoleh keterangan yang pasti.
Berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Departemen Agama pada
tahun 1984-1985 M diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua didirikan pada
tahun 1062 M di Pamekasan Madura, dengan nama Pesantren Jan Tampes II.
Akan tetapi hal ini juga diragukan, karena tentunya ada Pesantren Jan Tampes I
yang lebih tua. Kendatipun Islam tertua di Indonesia yang peran sertanya tidak
diragukan lagi, adalah sangat besar bagi perkembangan Islam di nusantara.68
Di Indonesia sendiri pondok pesantren lebih dikenal dengan istilah Kutab
yang merupakan suatu lembaga pendidikan Islam. Sedangkan asal-usul pesantren
di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah pengaruh Walisongo abad 15-16 di
Jawa. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang unik di Indonesia.
Lembaga pendidikan ini telah berkembang khususnya di Jawa selama berabad-
abad. Maulana Malik Ibrahim (meninggal 1419 di Gresik Jawa Timur), ia sering
disebut spiritual father Walisongo, dalam masyarakat santri Jawa biasanya
dipandang sebagai gurunya-guru tradisi pesantren di tanah Jawa. Ini karena Syekh
Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi yang wafat pada 12
Rabi’ul Awal 822 H bertepatan dengan 8 April 1419 M dan dikenal sebagai
Sunan Gresik adalah orang yang pertama dari sembilan wali yang terkenal dalam
penyebaran Islam di Jawa.69
Meskipun begitu, ada juga tokoh yang dianggap berhasil mendirikan dan
mengembangkan pondok pesantren adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Ia
mendirikan pesantren di Kembang Kuning, yang pada waktu didirikan hanya

68
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996,
hlm. 41.
69
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1996,
hlm. 24.
45
memiliki tiga orang santri, yaitu Wiryo Suroyo, Abu Hurairah, dan Kyai
Bangkuning. Kemudian ia pindah ke Ampel Denta, Surabaya dan mendirikan
pondok pesantren di sana. Misi keagamaan dan pendidikan Sunan Ampel
mencapai sukses, sehingga beliau dikenal oleh masyarakat Majapahit. Kemudian
bermunculan pesantren-pesantren baru yang didirikan oleh para santri dan
putranya. Misalnya oleh Raden Patah, dan Pesantren Tuban oleh Sunan Bonang.70
Pondok pesantren memang bila dilihat dari latar belakangnya, tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya dalam masyarakat yang terdapat implikasi-
implikasi politis sosio kultural yang menggambarkan sikap ulama-ulama Islam
sepanjang sejarah. Sejak negara kita dijajah oleh orang barat, ulama-ulama
bersifat noncooperation terhadap penjajah serta mendidik santri-santrinya dengan
sikap politis anti penjajah serta nonkompromi terhadap mereka dalam bidang
pendidikan agama pondok pesantren. Oleh karena itu, pada masa penjajahan
tersebut pondok menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang
menggembleng kader-kader umat yang tangguh dan gigih mengembangkan agama
serta menentang penjajahan berkat jiwa Islam yang berada dalam dada mereka.
Jadi di dalam pondok pesantren tersebut tertanam patriotisme di samping fantisme
agama yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada masa itu.71
Pondok pesantren pun tidak hanya identik dengan makna keislaman, akan
tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia. Di Jawa Barat khususnya
Cirebon, ialah sebagai tempat berkembangnya dakwah Islam yang paling awal di
pulau Jawa, memiliki sejarah yang panjang terkait keberadaan pesantren sebagai
lembaga pendidikan Islam.
Kurang lebih sekitar tahun 1420 M sejarah pesantren di Cirebon erat
kaitannya dengan serombongan pedagang sekaligus ulama dari Baghdad yang
dipimpin oleh Syekh Idofi Mahdi (Syekh Nurjati) datang ke pelabuhan Muara
Jati, salah satu pelabuhan utama pada abad ke-15 di wilayai Pantai Utara Pulau
Jawa selain Tanjung Periuk, Jepara dan lain-lain. Mereka kemudian meminta izin
kepada Ki Jamanjan Jati penguasa pelabuhan Muara Jati, untuk diperkenankan

70
Hasbullah, Op.Cit., hlm. 26.
71
Djamaluddin, & Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Setia,
Bandung, 1998, hlm. 99.
46
menetap di perkampungan sekitar Muara Jati dengan alasan untuk memperlancar
dagangnya. Ki Jumanjan Jati yang menyambut rombongan Syekh Idofi Mahdi
tersebut mengizinkan tamunya tinggal di Kampung Pasambangan yang sekarang
terdapat di wilayah Gunung Jati.
Dalam interaksinya dengan masyarakat sekitar di tempat baru tersebut,
Syekh Nurjati mengajarkan tentang agama Islam kepada para pengikutnya, akan
tetapi juga ia berdakwah mengajak masyarakat lokal/pribumi untuk mengenal dan
memeluk agama Islam. Di samping itu, Syekh Nurjati juga mengajarkan
mengenai metode perkawinan dengan penduduk lokal. Tidak berlangsung lama
Syekh Nurjati menikah dengan Hadijah, cucu Haji Purwa Galuh Raden
Bratalegawa, yang diyakini sebagai pribumi pertama di Jawa Barat yang memeluk
Islam. Hadijah adalah janda dari seorang saudagar kaya raya yang bersal dari
Hadramaut. Dengan dukungan secara material dari istrinya itu, Syekh Nurjati pun
mendirikan sebuah pondok pesantren yang diberi nama Pasambangan Jati sesuai
dengan nama tempat dimana pondok itu berada. Pondok pesantren ini diyakini
sebagai pondok pesantren tertua di wilayah Cirebon (saat itu masih bernama
Nagari Singapura) dan pondok pesantren tertua di Jawa Barat (saat itu masih
bernama Kerajaan Galuh), setelah Pondok Pesantren Quro di Karawang, yang
didirikan oleh Syekh Quro (Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah).72
Cirebon dikenal sebagai pusat penyebaran Islam di Bagian Barat pulau
Jawa. Dengan adanya keberadaan pondok pesantren Pasambangan dan semakin
kokohnya agama Islam di Cirebon terutama setelah ada di tangan Sunan Gunung
Jati. Dalam periode berikutnya Cirebon memiliki banyak pesantren terutama sejak
pertengahan abad ke-18.73 Dari masa ke masa pesantren di Cirebon sekarang

72
Bambang Irianto, dan Siti Fatimah, Syekh Nurjati (Syekh Dzatul Kahfi) Perintis
Dakwah dan Pendidikan, Cirebon: STAIN Press, 2009. Hlm 14.
73
Yaitu dengan adanya Pondok Pesantren Buntet, Kempek, Gedongan dan Ciwaringin.
Pada abad 18 adanya pondok pesantren ini juga sebagai perlawanan dalam melawan penjajah
Belanda, hal ini terimplementasi dalam perang Kedongdong pada tahun 1802-1919. Pondok
Pesantren Buntet didirikan oleh Kyai Muqayim pada tahun 1758 M, kemudian pondok pesantren
Kempek didirkan pada tahun 1908 M oleh kyai Harun, putra dari pasangan KH. Abdul Jalil
Pekalongan) dan Nyai Kamali (kedongdong). Terakhir pondok pesantren Gedongan yang
didirikan oleh Kh. Muhammad Said pada tahun 1880 M.
47
semakin berkembang, baik secara kuantitatif maupun kualitatif seperti halnya di
Pesantren Buntet, Kempek, Gedongan dan Ciwaringin yang sampai sekarang
masih menorehkan sejarah dan eksistensinya di wilayah Cirebon ini.

A. Pondok Pesantren Di Desa Babakan Ciwaringin


1. Letak Geografis Desa Babakan
Sejarah pengambilan nama desa atau suatu wilayah tidak terlepas dari latar
belakang penamaan. Sama seperti halnya nama desa Babakan ini diambil untuk
mengenang kepopuleran seorang wali yang kerap diberi julukan Kiai Jatira. Ia
sangat berjasa karena yang pertama kali memulai dan membuka daerah yang
dikenal kering dan gersang ini sehingga menjadi sebuah tempat pemondokan.
Tidak heran, sebutan Babakan merupakan kata yang memiliki makna dari
kesejarahan pembentukan awal desa ini, kata Babakan bermakna mbabak-babak
(memulai atau membuka lahan).74
Desa Babakan Ciwaringin merupakan kawasan yang dilintasi oleh jalan
raya Cirebon-Bandung dan berbatasan dengan desa Budur di bagian barat
sekaligus dengan kabupaten Majalengka. Di sebelah selatan berbatasan dengan
desa Walahar, kemudian perbatasan desa di sebelah timur ditandai dengan batas
alam berupa sungai besar yang berhulu diperbukitan Cupang yang terbujur dari
selatan hingga ke utara, hingga mengaliri sepanjang sisi sebelah timur desa.
Sungai ini sekaligus menandai kawasan perbatasan desa Babakan Ciwaringin
dengan desa Gintung dan desa Ciwaringin yang juga merupakan kecamatannya,
dimana jarak antara desa di sebelah selatan dan kantor kecamatan kurang dari 1
Km. Sedangkan di sebelah utara desa ini berbatasan dengan desa Tangkil. Untuk
karakter kawasan Desa Babakan Ciwaringin yaitu memanjang yang membujur
dari selatan, dimana terdapat gerbang desa sekaligus akses utama ke pesantren,dan
akses ke utara sejauh kurang lebih 3 Km. Masyarakat desa tersebut lazim
membagi blok atau kawasan mereka dengan pembagian Babakan Ciwaringin
utara dan Babakan Ciwaringin selatan dengan batasan adanya letak kantor desa
yang relatif berada ditengah.

74
KH. Zamzami Amin, dkk, Baban Kana: Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin dalam
Kancah Sejarah untuk Melacak Perang Nasional Kedongdong 1802-1919. Hlm 142.
48
Desa Babakan ini bisa di tempuh dengan jarak 25 Km dari sebelah barat
kota Cirebon dan dengan waktu tempuh sekitar 30 menit menuju Desa Babakan
Ciwaringin Cirebon. Secara geografis Kecamatan Ciwaringin memiliki area
seluas 1.902 Km2 dengan berkependudukan sebesar 11.217 jiwa dan jumlah
kelurahan yang ada di Kecamatan Ciwaringin terbagi menjadi 8 kelurahan.75
Keberadaan pondok pesantren di desa Babakan Ciwaringin Cirebon
awalnya hanya satu yakni Pondok Gede Raudlatut Tholibin. Sehingga pondok ini
dikatakan sebagai pondok pesantren tertua di Desa Babakan. Pondok Pesantren
Babakan Ciwaringin Cirebon didirikan sekitar tahun 1715 M/ 1127 H oleh Kiai
Jatira. Sebutan Kiai Jatira sebenarnya adalah nama gelar dari KH. Hasanuddin
putra dari KH. Abdul Latief76 yang berasal dari desa Mijahan Plumbon Cirebon.
Dengan kehadiran Kiai Jatira yang memiliki nama asli KH. Hasanuddin
adalah seorang pejuang agama yang sangat dekat dengan masyarakat. Sehingga
desa yang kering dengan lahan pertanian yang kurang subur menjadikan dirinya
berpacu untuk mengembangkan pondoknya sebagai tempat peristirahatan yang
jauh dari keramaian terutama dari pengaruh kekuasaan dan penjajah belanda.
Maka dirintislah sebuah pesantren yang sederhana yang diberi nama Pesantren
Babakan.
Berawal dari satu pesantren yang didirikan oleh Kiai Jatira di desa
Babakan memiliki dampak positif bagi desa tersebut dan lingkungan sekitar. Citra
Babakan Ciwaringin secara fisik sangat tampak sebagai desa pesantren karena
ketika pagi hari suasana pesantren mulai terasa. Pelajar sekolah madrasah yang
belajar di sekolah-sekolah yang berada di Babakan Ciwaringin mulai berdatangan
baik para santri disitu atapun para pelajar yang datang dari luar daerah. Para siswa

75
Kecamatan Ciwaringin terbagi menjadi 8 kelurahan yaitu Kelurahan Babakan,
Kelurahan Bringin, Kelurahan Budur, Kelurahan Ciwaringin, Kelurahan Galagamba, Kelurahan
Gintung Kidul, Kelurahan Gintung Tengah dan Kelurahan Gintung Ranjeng.
76
Menurut versi dari KH. Sanusi, KH. Abdul Latif mempunyai silsilah nasab dari Kyai
Nawawi. Dimana Kyai Nawawi ini mempunyai dua garis keturunan dari Maulana ‘Ainul Yaqin
(Sunan Ampel) Surabaya. Antara Sunan Ampel (Maulana Rahmatullah) dan ayahanda Sunan Giri
(Maulana Ishaq masih satu garis keturunan dari Syekh Maulana Ibrohim As-Samarqondi). KH.
Zamzami Amin, dkk, Baban Kana: Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin dalam Kancah
Sejarah untuk Melacak Perang Nasional Kedongdong 1802-1919. Hlm 148.
49
memakai peci dan celana panjang sedangkan untuk siswinya mengenakan
seragam dan jilbab yang telah ditentukan dengan memenuhi kaidah keislaman dan
sesuai dengan peraturan sekolah yang ada.
Perkembangan pesantren di desa ini tidak bisa dilepaskan dengan pola
dakwah para kiai yang dilakukan terhadap masyarakat Cirebon. Dalam
dakwahnya, mereka lebih mengedepankan pola-pola keteladanan dan egaliteran.
Dengan pola demikian menjadikan masyarakat mempunyai pandangan dan
parameter dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Ukuran baik dan jelek
atau pantas dan tidaknya suatu perbuatan seringkali diukur dengan keteladanan
yang dicontohkan oleh para kiai di Babakan. Hal demikian ini menjadikan
semakin pesatnya perkembangan pesantren di Babakan, sehingga desa ini dijuluki
dengan sebutan desa santri atau desa pesantren.
Menurut data dari profil Desa Babakan Ciwaringin menjelaskan bahwa
terdapat lebih dari 50 pesantren yang tersebar di bagian Desa Babakan Utara77 dan
Desa Babakan Selatan78. Dengan jumlah santri secara keseluruhan sebanyak 7.000
lebih santri. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan atas keberadaan
pondok pesantren di Babakan Ciwaringin. Di Desa Babakan bagian selatan
terdapat Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy yang diasuh oleh seorang
perempuan dan Pondok ini juga merupakan pembahasan penulis.

2. Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy

77
Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Al-Badar, Bappenpori, As-Syuhada, Mahadul Ilmi, Al-
Amanah, Darul Furqon, Miftaahul Ilmi, Ikhwanul Muslimin, Al-Muttaqien, Al-Istiqomah,
Raudlatul Tholibin, MTBS, Dahlia, Al-Faqih, As-Sanusi, As-Sa’adah, As-sanusiyat, As-salafie,
As-Salafiyat, Al-Muntadhor, At-Taqwa, Asror Rofi’ah, Rokhmatan lil’alamin, As-Sholihah, Darul
Hikmah, Al-Azhar.
78
Mansyariqul Anwar putra, Mansyariqul Anwar Putri, Miftahul Muta’alimat, Miftahul
Mu’alimat, Hadiqoh Usyaqil Qur’an, Infarul Ghoyi, MQHS, Al-ikhlas, Al-Kamaliyah, Al-
Mukhtasun, Al-Kautsar, Raudlatul Banat, Miftahul Muta’alimin, Tegal Temu, Kebon Jambu Al-
Islamy, Mambaul ‘Ulum.
50
Sebelum mendirikan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, KH.
Muhammad diberi79 amanat oleh gurunya yaitu KH. Muhammad Sanusi Al-
Babakani (1 Juni 1974 Wafat) untuk mengasuh sebuah pondok pesantren yang
bernama Kebon Melati pada tahun 1975 M. Karena semakin banyaknya santri
yang berminat untuk belajar di Pondok Pesantren Kebon Melati, akhirnya pada
tanggal 20 November tahun 1993 Kyai Muhammad mendirikan Pondok Pesantren
Kebon Jambu Al-Islamy yang terletak lebih keselatan dari pondok pesantren
Kebon Melati untuk meningkatkan perkembangan dan kualitas pesantren yang
setiap waktu semakin berkembang pesat.
Dalam pengambilan nama pondok pesantren yang diasuhnya, Kyai
Muhammad selalu menghadirkan aspek geografis dari tempat pondok pesantren
yang ia dirikan tersebut dan pantang memakai nama-nama yang berbahasa arab.
Seperti halnya nama Pondok Pesantren Kebon Melati dimana sebelumnya tempat
tersebut memang sebuah kebon yang banyak ditumbuhi bunga-bunga melati dan
juga Pondok Pesantren Kebon Jambu yang dahulunya memang tempat tersebut
banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon jambu biji, begitupun pondok Pesantren
Kebon Kelapa yang terletak di Pejagan Asem Desa Kedungbunder Kecamatan
Gempol yang diasuh oleh menantunya.80 Namun dibalik penamaan tersebut, Kyai
Muhammad selalu berdoa dan mengharapkan agar kelak santri-santrinya bisa
menjadi santri yang berguna dan dicintai oleh masyarakat layaknya bunga Melati
yang dicintai keharumannya, Jambu dan Kelapa yang dicintai karena khasiat dan
rasanya yang enak.
Kyai Muhammad dalam memutuskan untuk mendirikan sebuah pondok
pesantren ini tidak terlepas dari dukungan istri dan mertuanya yaitu KH. Amrin
Hannan, karna pada saat itu mertuanya memberikan tanah wakaf untuk di bangun
sebuah pondok pesantren. Pendirian pondok pesantren ini juga didasarkan

79
Disini hubungan erat yang terjalin antara KH. Muhammad dengan KH. Muhammad
Sanusi hanyalah sebagai guru dan santri. Dimana saat itu KH. Muhammad yang masih menetap di
Pondok Gede Raudlatut Tholibin sekaligus sebagai santri yang begitu di percaya oleh KH.
Muhammad Sanusi ini yang berstatus sebagai mantu dari KH. Amin Sepuh.
80
Pondok Pesantren Kebon Kelapa ini didirikan pada tahun 2005 oleh KH. Syamsul
Ma’arif
51
keinginan Kyai Muhammad yang diperkuat dengan berdasarkan sholat istikhoroh
untuk memiliki pondok pesantren sendiri.
Sedangkan sebutan nama Al-Islamy sendiri bukanlah suatu sebutan
sembarang yang tanpa sejarah. Mulanya nama pondok ini hanyalah Kebon Jambu.
Pada masa awal berdiri, Pondok Kebon Jambu menerima kiriman bantuan buku-
buku dan kitab-kitab untuk pembuatan perpustakaan dari suatu lembaga
pemerintah di Jakarta. Pada waktu itu team pengirim bantuan buku-buku dan
kitab-kitab yang bertugas mencari alamat kebingungan, karena setelah berkeliling
mencari-cari pondok yang bernama Pondok Al-Islamy di desa Babakan
kecamatan Ciwaringin kabupaten Cirebon ternyata tidak ditemukan. Akhirnya
salah satu dari pengurus pondok berinisiatif untuk mendatangi balai desa Babakan
dan menanyakan langsung kepada aparat desa, ternyata aparat desa pun tidak
mengetahui nama pondok Al-Islamy (karena memang tidak ada). Setelah itu, ada
dari salah satu aparat yang menanyakan, siapa nama pengasuhnya, disebutkanlah
nama Kyai Muhammad, maka jadi jelaslah, alamat yang mungkin dimaksud
pengirim tersebut adalah Pondok Kebon Jambu (karena hanya ada satu nama
pengasuh Kyai Muhammad pada masa itu). Setelah kejadian itu, Pondok Kebon
Jambu diberi tambahan nama menjadi Pondok Kebon Jambu Al-Islamy. Ini
dilakukan agar laporan pengiriman buku-buku dan kitab-kitab telah sampai pada
alamat yang dituju, yaitu Pondok Al-Islamy alias Pondok Kebon Jambu Al-Islamy
yang diasuh oleh Kyai Muhammad.81 Setelah kejadian tersebut, hingga saat ini
kata Al-Islamy melekat dalam tubuh nama Pondok Pesantren Kebon Jambu, yang
sekarang menjadi nama Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy.
Bertepatan pada tanggal 1 November 2006 bertepatan degan tanggal 9
Syawal 1427 H, keluarga besar Pondok Pesantren Kebon Jambu mengalami duka
yang sangat mendalam, karena pendiri pondok pesantren yaitu Kyai Muhammad
wafat di rumah sakit pertamina Cirebon.
Sepeninggal Kyai Muhammad kepemimpinan pondok pesantren
selanjutnya dipegang oleh istrinya, yakni Nyai Masriyah Amva. Untuk
mengefektifkan keorganisasian pondok pesantren, langkah pertama yang

81
Pondok Pesantren Kebon Jambu, Dokumen Kearsipan, Babakan Ciwaringin 2018. Hlm
2.
52
dilakukan Nyai Masriyah Amva dengan membentuk dewan pengasuh yang
diketuai oleh Nyai Masriyah Amva sendiri dan beranggotakan KH. Asror
Muhammad (Putra ke 2), KH. Syafi’i Atsmari (menantu), KH. Syamsul Ma’arif
(menantu), KH. Shodikin Ali, dan Ustadz Muhyidin (Santri senior). Selain
pembentukan dewan pengasuh, Nyai Masriyah Amva juga membentuk dewan
pembimbing pesantren yang beranggotakan para alumni yang tinggal di sekitar
pesantren dan para santri senior yang telah menikah, dan juga membentuk dewah
pengarah yang beranggotakan Ustadz Abdul Aziz MS, S.Pd.I, Ustadz Ahmad
Yusuf dan Ustadz Muhammad. Adapun tugas dewan pengasuh memberikan
arahan dan juga menerima kritik saran untuk pembangunan kemajuan pondok
pesantren ini. Kemudian dewan pembimbing ini adalah bertugas memberikan
bimbingan dan arahan secara moril untuk pengembangan pendidikan Islam yang
ada di pesantren, dan disini dewan pengarah sebagai penasehat. Sebegitu hebatnya
sosok Kyai Muhammad sehingga untuk menggantikan satu orang perlu digantikan
dengan beberapa Kiai dan Asatidz untuk melanjutkan kepemimpinan Pondok
Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy.

3. Perkembangan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy


Dalam keberadaan sebuah pondok dikatakan berhasil haruslah memiliki
lima elemen dasar tradisi pondok pesantren seperti adanya kyai, santri, pondok,
masjid, dan pengajran kitab Islam klasik. Dengan lima elemen penting ini pondok
pesantren bisa terbentuk. Mengenai lima elemen pondok pesantren ini akan di
jelaskan satu persatu di bawah ini:
a. Kyai di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
Istilah Kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa
(Manfred Ziemek, 1986 130). Kata Kyai mempunyai makna yang agung, keramat,
dan dituahkan. Selain gelar Kyai diberikan kepada seorang laki-laki yang lanjut
usia, arif, dan dihormati di Jawa. Gelar Kyai juga diberikan untuk benda-benda
yang keramat dan dituahkan, seperti keris dan tombak. Namun demikian
pengertian paling luas di Indonesia, sebutan Kyai dimaksudkan untuk para pendiri
dan pemimpin pesantren, yang sebagai muslim terhormat telah membaktikan

53
hidupnya untuk Allah SWT serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-
ajaran serta pandangan Islam melalui pendidikan.82
Kyai berkedudukan sebagai tokoh sentral dalam tata kehidupan pesantren,
sekaligus sebagai pemimpin pesantren. Dalam kedudukan ini nilai
kepesantrenannya banyak tergantung pada kepribadian Kyai sebagai suri tauladan
dan sekaligus pemegang kebijaksanaan mutlak dalam tata nilai pesantren. Dalam
hal ini Zamakhsyari Dhofier mengatakan bahwa peran kyai sangat besar sekali
dalam bidang penanganan iman, bimbingan amaliyah, penyebaran dan pewarisan
ilmu, pembinaan akhlak, pendidikan beramal dan memimpin serta menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh santri dan masyarakat. Dan dalam hal pemikiran kyai
lebih banyak berupa terbentuknya pola berfikir, sikap, jiwa serta orientasi tertentu
untuk memimpin sesuai dengan latar belakang kepribadian kyai.
Di pesantren, guru dapat disebut sebagai ustadz, tetapi juga sebagai
pengasuh atau Kiai. Dalam pelaksanaannya di pesantren, ustadz bertanggung
jawab atas pengajaran para santri. Padahal ustadz juga masih belajar kepada kiai
dan berada di bawah pengawasan Kiai. Dengan kata lain peranan Kiai sangat
dominan dalam pelaksanaan tugas di pesantren. Hal tersebut dikarenakan bahwa
Kiai merupakan orang yang menguasai ilmu-ilmu keagamaan Islam sekaligus
menjadi pemimpin suatu institusi pendidikan keagamaan Islam yang dikenal
dengan pesantren.
Untuk Guru atau Ustadz di pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
dipilih dari santri senior (min 3 tahun mesantren), dan para alumni yang pernah
belajar langsung di bawah bimbingan KH. Muhammad. Pada saat awal berdirinya
Pondok pesantren Kebon Jambu, KH. Muhammad berperan penting sebagai guru.
Seiring berjalannya waktu, beberapa santri telah menguasai beberapa ilmu agama,
lalu santri tersebut mendapat amanah dari kiai untuk mengajar.
Namun dalam hal perekruitmen guru masih berlangsung hingga saat ini.
Apabila santri dianggap mampu dalam suatu bidang ilmu, maka akan diberi
amanah untuk ikut mengajar. Kemudian bagi santri yang dinyatakan lulus akan
tetap ikut mengajar. Akan tetapi etapi ketika pihak pondok pesantren membangun

82
Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1986. Cet. 1. Hlm
175
54
MA Tunas Pertiwi dan Sekolah Menengah Tunas Pertiwi, pola rekuitmen guru
sedikit ada yang berubah. Sehingga untuk mendapatkan guru tidak hanya dari
alumni saja, tetapi lebih dari siapapun yang mampu dalam beberapa kategori
pelajaran yang ada, sekaligus bersedia untuk mengajar. Kemudian pola
rekruitmen guru MA Tunas Pertiwi dan Sekolah Menengah Tunas Pertiwi dibagi
menjadi dua, pertama adalah untuk kategori guru agama. Untuk guru agama tidak
hanya para alumni saja, tetapi para lulusan pesantren atau dari lembaga
pendidikan islam lainnya juga bisa berkontribusi. Sedangkan untuk guru kategori
pelajaran umum tidak ada batasan syarat seperti lulusan studi S-1 atau S-2. Tetapi
lebih menekankan siapa saja yang mempunyai kemampuan dan juga bersedia
mengabdi sebagai guru di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy.83
b. Santri di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
Santri merupakan sebutan bagi peserta didik yang menimba ilmu
pengetahuan di pesantren. Santri menduduki elemen penting dalam sistem
pendidikan pesantren. Tanpa adanya santri tentu saja pesantren tidak dapat
menjalankan proses pembelajaran. Dalam system pendidikan pesantren, santri
merupakan identitas yang sarat nilai. Di masa lalu, ciri utama yang melekat pada
seorang santri adalah penampilannya yang sangat sederhana. Untuk santri putra
memakai peci hitam, memakai sarung, dan bakiak, sedangkan santri putri
memakai sarung jarit dan kerudung.
Mayoritas santri yang belajar di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-
Islamy merupakan kalangan menengah ke bawah. Pada awalnya santri Pondok
Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy hanya ada dua orang puti dan lima putra yang
di ambil dari Pondok Pesantren Kebon Melati. Seiring berjalannya waktu, jumlah
santri kian meningkat. Para santri berasal dari luar daerah seperti Indramayu,
Majalengka, bahkan lintas pulai seperti Sumatra. Mereka datang ke pondok
dengan tujuan untuk belajar agama secara mendalam. Selain menimba ilmu agama
secara mendalam, para santri juga memiliki tujuan lain yakni nyantri di Pondok
Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy sekaligus mengikuti sekolah umum. Dengan
kata lain, para santri yang berasal dari desa ataupun luar daerah yang ingin

83
Wawancara pribadi, Kang Didin, Salah satu Ustadz di Pondok Pesantren Kebon Jambu
Al-Islamy, Babakan 28 Desember 2018
55
melanjtkan sekolah di Babakan Ciwaringin, memilih mondok dari pada harus
menyewa kontrakan. Selain lebih hemat biaya kontrakan, mereka juga bisa
menimba ilmu agama Islam lebih mendalam baik ilmu umum maupun agama. Mb
Rhabiatul Al-Adawiyah salah seorang santri sekaligus pengurus pondok
mengatakan bahwa ia mondok sambil melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi
Agama Islam Ma’had Aly (STAIMA) yang berada di desa Babakan.84
Dalam pada itu, terdapat santri yang benar-benar bertujuan untuk menimba
ilmu agama Islam. Salah seorang diantaranya adalah Kang Erman. Dalam
wawancara diketahui bahwa setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) ia
memutuskan untuk melanjutkan studinya di pondok. Kang Erman merupakan satu
diantara para santri Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy yang terpaksa
tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya, di karenakan faktor
ekonomi.
Untuk keseharian para santri Kebon Jambu Al-Islamy sama seperti santri
pondok pesantren pada umumnya seperti belajar kitab kepada Kyai/Nyai, para
Ustadz, para Ustadzah, diskusi, sholat berjama’ah, hingga amalan sehari-hari
seperti doa dan wirid. Bagi para santri, amalan memiliki peranan penting, karena
fungsi dari amalan adalah untuk mendidik para santri dalam menanamkan
kesadaran Ketuhanan yang sedalam-dalamnya. Dalam bukunya Nurcholis Madjid
yang berjudul Islam Agama Peradaban Membangun Makna Dan Relevansi
Doktrin Islam Dalam Sejarah, mengatakan bahwa “amalan-amalan keagamaan
berfungsi untuk mendidik kita agar memiliki pengalaman Ketuhanan, serta
menanamkan kesadaran Ketuhanan yang sedalam-dalamnya.85
Selain amalan-amalan dalam aktivitas sehar-hari para santri, terdapat
jadwal ngaji yang cukup padat. Tetapi di sisi kepadatannya, terdapat waktu
kosong di pagi hari mulai jam 7 hingga setengah dzuhur sekitar jam dua siang.
Seiring berjalannya waktu, terdapat satu masalah yang muncul mengenai jam
pulang santri dari sekolah. Pada umumnya jam pulang santri dari sekolah adalah

84
Wawancara Pribadi, Rhabiatul Al-Adawiyah salah seorang santri Pondok Pesantren
Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan 27 Desember 2018.
85
Nurcholis Majid, Islam Agama Peradaban Membangun Makna Dan Relevansi Doktrin
Islam Dalam Sejarah, Jakarta: Dian Rakyat, 2008. Hlm 161.
56
jam 2 siang. Tetapi banyak dari santri yang mengikuti kegiatan ekstra kulikuler.
Hal tersebut merupakan alasan keterlambatan para santri pulang ke pondok.
Ketika sampai di pondok, para santri dirasa cukup lelah.
Sehingga pada akhirnya dari pihak pengasuh berfikir untuk membuat
sekolah sendiri yang di kelola oleh pesantren. Tujuan tersebut untuk menjawab
masalah keterlambatan santri pulang dari sekolah. Menurut Nyai Hj. Awanillah
Amva dalam wawancara pribadi, diketahui bahwa “jika kita punya sekolah
sendiri, maka jadwal kita bisa atur sendiri.sehingga jadwal sekolah dan jadwal
ngaji tidak menjadi masalah lagi. Dan para santri pun tidak kelelahan oleh
keduanya.” Setelah pihak pondok membangun sekolah yaitu MA Tunas Pertiwi
dan Sekolah Menengah Tunas Pertiwi, masalah tersebut berhasil di jawab, hingga
pada akhirnya jumlah santri di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
mengalami peningkatan cukup pesat hingga lebih dari 500 santri baru yang
mendaftar.
c. Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
Sebuah pondok pada dasarnya merupakan sebuah asrama pendidikan Islam
tradisional di mana para siswanya (santri) tinggal bersama di bawah bimbingan
seorang atau lebih guru yang lebih dikenal dengan Kyai Dengan istilah pondok
pesantren dimaksudkan sebagai suatu bentuk pendidikan ke-Islaman yang
melembaga di Indonesia. Pondok atau asrama merupakan tempat yang sudah
disediakan untuk kegiatan bagi para santri. Adanya pondok ini banyak menunjang
segala kegiatan yang ada. Hal ini didasarkan jarak pondok dengan sarana pondok
yang lain biasanya berdekatan sehingga memudahkan untuk komunikasi antara
Kyai dan santri, dan antara satu santri dengan santri yang lain.86
Dengan demikian akan tercipta situasi yang komunikatif di samping
adanya hubungan timbal balik antara Kyai dan santri, dan antara santri dengan
santri. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Zamakhsari Dhofir, bahwa adanya
sikap timbal balik antara Kyai dan santri di mana para santri menganggap Kyai

86
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES, Anggota Ikapi 2011.

57
seolah-olah menjadi bapaknya sendiri, sedangkan santri dianggap Kyai sebagai
titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi.87
Sikap timbal balik tersebut menimbulkan rasa kekeluargaan dan saling
menyayangi satu sama lain, sehingga mudah bagi Kyai dan ustadz untuk
membimbing dan mengawasi anak didiknya atau santri. Segala sesuatu yang
dihadapi oleh santri dapat dimonitor langsung oleh Kyai dan ustadz, sehingga
dapat membantu memberikan pemecahan ataupun pengarahan yang cepat
terhadap santri, mengurai masalah yang dihadapi para santri.
d. Masjid di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
Masjid merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan pesantren
dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri,
terutama dalam praktek ibadah lima waktu, khutbah dan shalat Jum’at dan
pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Sebagaimana pula Zamakhsyari Dhofir
berpendapat bahwa: “Kedudukan masjid sebagai sebagai pusat pendidikan dalam
tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan
Islam tradisional. Dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan Islam yang
berpusat di masjid sejak masjid Quba’ didirikan di dekat Madinah pada masa Nabi
Muhammad SAW. tetap terpancar dalam sistem pesantren. Sejak zaman Nabi,
masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam”.
Lembaga-lembaga pesantren di Jawa memelihara terus tradisi tersebut,
bahkan pada zaman sekarang di daerah umat Islam begitu terpengaruh oleh
kehidupan Barat, masih ditemui beberapa ulama dengan penuh pengabdian
mengajar kepada para santri di masjid-masjid serta memberi wejangan dan
anjuran kepada murid-muridnya. Di Jawa biasanya seorang Kyai yang
mengembangkan sebuah pesantren pertama-tama dengan mendirikan masjid di
dekat rumahnya. Langkah ini pun biasanya diambil atas perintah Kyainya yang
telah menilai bahwa ia sanggup memimpin sebuah pesantren. Selanjutnya Kyai
tersebut akan mengajar murid-muridnya (para santri) di masjid, sehingga masjid
merupakan elemen yang sangat penting dari pesantren.
e. Kajian Kitab Islam Klasik di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy

87
Ibid., hlm 49
58
Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik diberikan
sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu mendidik calon-
calon ulama yang setia terhadap faham Islam tradisional. Karena itu kitab-kitab
Islam klasik merupakan bagian integral dari nilai dan faham pesantren yang tidak
dapat dipiah-pisahkan. Penyebutan kitab-kitab Islam klasik di dunia pesantren
lebih populer dengan sebutan “kitab kuning”, tetapi asal usul istilah ini belum
diketahui secara pasti. Mungkin penyebutan istilah tersebut guna membatasi
dengan tahun karangan atau disebabkan warna kertas dari kitab tersebut berwarna
kuning, tetapi argumentasi ini kurang tepat sebab pada saat ini kitab-kitab Islam
klasik sudah banyak dicetak dengan kertas putih.
Pengajaran kitab-kitab Islam klasik oleh pengasuh pondok (Kyai) atau
ustadz biasanya dengan menggunakan sistem sorogan, wetonan, dan bandongan.
Adapun kitab-kitab Islam klasik yang diajarkan di pesantren menurut
Zamakhsyari Dhofir dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok, yaitu: (1) Nahwu
(syntax) dan Sharaf (morfologi), (2) Fiqih (hukum), (3) Ushul Fiqh
(yurispundensi), (4) Hadits, (5) Tafsir, (6) Tauhid (theologi), (7) Tasawuf dan
Etika, (8) Cabang-cabang lain seperti Tarikh (sejarah) dan Balaghah”.88
Kitab-kitab Islam klasik adalah kepustakaan dan pegangan para Kyai di
pesantren. Keberadaannya tidaklah dapat dipisahkan dengan Kyai di pesantren.
Kitab-kitab Islam klasik merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam, sedangkan
Kyai merupakan personifikasi dari nilai-nilai itu. Di sisi lain keharusan Kyai di
samping tumbuh disebabkan kekuatan-kekuatan mistik yang juga karena
kemampuannya menguasai kitab-kitab Islam klasik.
Sehubungan dengan hal ini, Kang erman mengatakan bahwa: “Ajaran-
ajaran yang terkandung dalam kitab kuning dijadikan sebagai kurikulum di
pondok pesantren ini. Karena merupakan pedoman hidup dan kehidupan yang sah
dan relevan. Sah artinya ajaran itu diyakini bersumber pada kitab Allah Al-Qur’an
dan sunnah Rasulullah (Al-Hadits), dan relevan artinya ajaran-ajaran itu masih
tetap cocok dan berguna kini atau nanti”.89

88
Ibid., Hlm 51
89
Wawancara pribadi, Kang Erman salah seorang santri takhasus sekaligus Kepala
Pondok Putra di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan 25 Desember 2018
59
Untuk kurikulum di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy dapat di
bedakan menjadi empat, yaitu pendidikan agama, pengalaman dan pendidikan
moral, sekolah dan pendidikan umum, keterampilan serta kursus. Kurikulum
berbentuk pendidikan agama Islam biasa disebut ngaji tingkat paling awal.
Tingkatan ini adalah belajar membaca dan menulis Al-Qur’an, tingkatan
berikutnya adalah ngaji kitab-kitab klasik, dikalangan pesantren disebut dengan
kitab kuning. Selanjutnya adalah kurikulum berbentuk pengalaman dan
pendidikan moral. Pengalaman dan pendidikan moral oleh pondok pesantren
menjadi sebuah kegiatan yang sangat penting. Karena kegiatan-kegiatan
keagamaan yang ditekankan dalam pondok pesantren adalah komitmen para
santri terhadap lima rukun Islam, disamping itu juga penekanan pada nilai
kesederhanaan dan keikhlasan para santri dengan dibiasakan melalui kehidupan
kebersamaan. Yang ketiga adalah kurikulum yang berbentuk sekolah dan
pendidikan umum. Pada kurikulum ini pondok pesantren lebih mengintegrasikan
dengan kurikulum pendidikan nasional. Sehingga kurikulum ini diberlakukan di
madrasah yang dibangun oleh pesantren. Selanjutnya yang terakhir kurikulum
yang berbasis kegiatan ekstra kurikuler pesantren/madrasah seperti kursus bahasa
inggris, kursus tari, belajar kesenian angklung, dan lain sebagainya.90
Penjabaran empat kurikulum diatas sebagai berikut. Pertama, pendidikan
agama Pondok Pesaantren Kebon Jambu Al-Islamy mengajarkan santri seperti
ngaji Al-Qur’an, kitab klasik, praktek ibadah mulai mensucikan diri dari hadast
(Thaharoh), shalat, dan lain-lain. Thaharah sendiri merupakan langkah awal
sebelum memulai ibadah seperti shalat. Dengan kata lain untuk mendekatkan diri
kepada sang Pencipta harus dalam keadaan bersih dan suci, sehingga thaharah
menjadi prosedur awal sebelum melakukan ibadah. Kedua, kurikulum berbentuk
pengalaman dan pendidikan moral yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Kebon
Jambu Al-Islamy adalah berupa proses menjalankan hidup secara kebersamaan.
Pola penerapan tersebut bertujuan untuk mendekatkan hubungan antara santri
dengan santri, santri dengan ustadz, bahkan dengan Kiai atau Nyai. Dengan
adanya pola tersebut, menjadikan santri saling mengerti bahkan menjauhkan dari

90
Wawancara pribadi, Mb Nida, salah satu Ustadzah sekaligus kepala pondok putri di
Pondok Pesantren Kebon jambu Al-Islamy, Babakan 28 Desember 2018.
60
sifat-sifat negatif di lingkungan pesantren. Kemudian yang terakhir adalah
kurikulum yang berbentuk sekolah dan pendidikan umum. Untuk kurikulum
terakhir ini dilaksanakan oleh pihak Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
menjadi dua yaitu kurikulum keagamaan dan kurikulum studi umum. Untuk
kurikulum keagamaan terdiri dari ilmu yaitu tauhid, fiqih, tafsir, hadits, tasawuf,
nahwu/sharaf, akhlak, dan sirah nabawi. Sedangkan kurikulum studi umum
berasal dari kementrian agama.
Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
menggunakan tingkatan dalam lembaga pendidikan formal seperti adanya tingkat
Sekolah Menengah Tunas Pertiwi (SMTP), Madrasah Aliyah Tunas Pertiwi (MA
Tunas Pertiwi), dan Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’had Aly. Pondok pesantren
juga menyelenggarakan metode Madrasah, yang bernama Madrasah Tahsinul
Akhlak Salafiyah (MTAS) yang berdiri tahun 1987 M, Madrasah Tahfidzi Al-
Qur’an (Khusus penghafal Al-Qur’an), Madrasah dimana pencetus dan sebagai
kepala madrasah pertamanya adalah Ust. Nashir (Lemah Abang, Cirebon).
Metode ini diperuntukkan bagi santri-santri yang mengkhususkan diri belajar
keilmuan Pendidikan Islam. Model pendidikan ini telah berlangsung lama, semasa
Akang masih mengasuh santri-santrinya di Pondok Kebon Melati pada tahun
1979 M, hingga sampai saat ini. Ketertarikan Akang pada model pembelajaran
madrasah ini banyak dipengaruhi oleh pengadopsian model pendidikan Islam
tradisional di Babakan sendiri yang sebelumnya telah lahir Madarasah Salafiyah
Syafi’iyah (MSS) yang didirikan oleh KH. Abdul Ghoni, KH. Athoillah, KH.
Mahsuni pada tahun (1943 M/1362 H). Namun, Faktor terpenting pengadopsian
sistem madrasah ini adalah model madrasah yang diselenggarakan oleh Madrasah
al-Hikamus Salafiyah (MHS) dengan menggunakan metode Bandongan dan
Sorogan, di mana KH. Muhammad sendiri merupakan santri yang penah belajar di
lembaga tersebut pada tahun 1960-an. Di samping itu, motivasi pendirian juga
dipengaruhi tanggung jawab pesantren dalam memfasilitasi santri-santri yang
tidak mengikuti sekolah formal. Sistem Madrasah inilah yang kemudian secara

61
kurikulum tidak dipengaruhi oleh kurikulum pendidikan formal, atau berdiri
sendiri.91
Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy tidak jauh berbeda dengan
pondok pesantren pada umumnya. Bermula dari sistem pendidikan tradisional
pada masa awal berdirinya hingga berkembang menjadi modern seperti saat ini.
Perubahan tersebut menjadi pilihan terakhir untuk mempertahankan Pondok
Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di era modern ini. Di tengah-tengah
masyarakat modern ini, banyak lembaga pendidikan yang telak berkembang
dengan berbagai macam sarana dan prasarana yang menunjang peserta didiknya
menjadi pribadi yang lebih baik. Di sisi lain, pesantren harus tetap
mempertahankan ciri khas pondok pesantren tersebut. Dan di saat itulah pondok
pesantren mengalami metamorforsa dari sistem tradisional menjadi modern.

4. Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy


Sarana dan prasarana pendidikan merupakan seluruh rangkaian kegiatan
yang direncanakan dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontonni
terhadap fasilitas dan pendukung pendidikan agar selalu dalam keadaan siap pakai
untuk proses pembelajaran. Perencanaan sarana dan prasarana melalui
serangkaian tahapan yaitu rapar koordinasi pesantren, penetapan program
pesantren, serta penetapan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan untuk
pelaksanaan program.92 Sehingga proses belajar mengajar semakin efektif dan
efesien bagi peningkatan mutu pembelajaran dan tercapainya tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy memiliki sarana dan prasarana
yang cukup lengkap antara lain: tempat tinggal Kyai atau Nyai, tempat tinggal
santri, tempat belajar bersama, tempat ibadah, ruang tamu, dan tempat tempat

91
Wawancara pribadi, Kang Erman, salah satu Ustadz sekaligus kepala putra di Pondok
Pesantren Kebon jambu Al-Islamy, Babakan 28 Desember 2018.
92
Nurul Yakin, Studi Kasus Pola Manajemen Pondok Pesantren Al-Raisiyah Di Kota
Mataram. Jurnal Studi Keislaman, Vol 18 No. 1, 2014. Hal 208-209.
62
memasak atau dapur, serta sarana prasarana penunjang kegiatan santri seperti
beberapa macam angklung, mesin jahit, komputer/laptop, infocus, fotocopy dan
lainnya. Untuk sarana dan prasarana Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
sama seperti pondok pesantren lainnya, seperti: (Ndalem) tempat tinggal Kyai
atau Nyai yang difungsikan juga sebagai tempat mengaji yang di khususkan
untuk santri penghafal Al-Qur’an ketika sehabis shalat isya, tempat tinggal santri
yang terdiri dari 3 komplek asrama putri dan 3 komplek asrama putra, aula tempat
belajar bersama, dapur untuk tempat memasak, dan beberapa tempat MCK.

B. Kekhasan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy


Salah satu yang menarik dari Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
ini adalah bahwa pesantren ini menjadi tuan rumah dari acara internasional yaitu
Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang berlangsung pada tanggal 25-
27 April 2017. Dimana kongres ulama perempuan diadakan pertama kali di
Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy di Babakan Ciwaringin Cirebon.
Untuk menegaskan pentingnya posisi ulama perempuan, mengakui kerja-kerja
mereka, dan mendiskusikan peluang dan tantangannya demi kiprah yang lebih
baik.93
Adapun hasil dari Kongres Ulama Perempuan Indonesia ini memiliki
empat tujuan utama, yaitu:
a. Memfasilitasi ruang perjumpaan para ulama perempuan Indonesia untuk
berbagi pengalaman dan membumikan nilai-nilai Islam dalam kerja-kerja
pemberdayaan perempuan dan keadilan sosial;
b. Merumuskan fatwa keagamaan tentang isu perempuan kontemporer
dalam perspektif Islam, dengan kerangka lived realities perempuan dan
struktur hukum nasional dan instrumen global;
c. Membangun pengetahuan bersama tentang keulamaan perempuan yang
mencakup kesejarahan, konteks sosial-politik-budaya, posisi, peran, dan
kontribusi yang diberikan bagi kemajuan perempuan dan peradaban umat
manusia;

93
Dokumen Resmi Proses & Hasil Kongres Ulama Perempuan Indonesia, 25-17 april
2017, Babakan Ciwaringin Cirebon
63
d. Mengukuhkan peran-peran taktis dan strategis ulama perempuan dalam
menjalankan dakwah bil hal untuk meneguhkan nilai-nilai keislaman,
kebangsaan, dan kenegaraan.

Selain sebagai tempat pendidikan santri, Pondok Pesantren Kebon Jambu


Al-Islamy juga terbuka untuk semua kalangan yang datang ke pondok pesantren.
Sehingga menjadi kewajaran apabila pondok pesantren ini banyak di kunjungi
para ilmuan dan tertarik untuk meneliti di pondok tersebut, bahkan pondok
pesantren ini perah di jadikan lokasi wisata kerohanian yang menjadi salah satu
program komunitas Mudabbir Mabni Syekh Nawawi Ma’had Al-Jami’ah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang berlangsung pada tanggal 5 Januari 2019.
Karena di dalam Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy terdapat makam Kyai
berkharismatik yaitu Kyai Muhammad. Kendati demikian, tidak terlepas dari
peran seorang Nyai Masriyah Amva yang menurutnya bahwa “Pondok Pesantren
Kebon Jambu Al-Islamy ini ialah toko serba ada. Siapa pun boleh datang dan
membeli apa pun yang ada di sini. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa sebagai
makhluk pluralis yang menghormati semua makhluk ciptaan Allah, karena
kecintaannya terhadap Allah”. Dalam ungkapan Nyai Masriyah Amva ini terdapat
makna bahwa Pluralis disini satu kesatuan makhluk tuhan yang tidak pernah
mempermasalahkan dengan kesetaraan sosial karena pada hakikatnya semua
ciptaan Tuhan itu sama.
Selain dari ciri khas pondok ini sebagai tuan rumah dari acara KUPI,
Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy mempunyai Kekhasan yang jarang
dimiliki pondok pesantren lainnya. Dalam kepemimpinan pondok ini di pimpin
oleh seorang perempuan. Perempuan yang memimpin pondok pesantren ini
mempunyai pemikirann yang bersifat selalu terbuka terhadap prespektif keadilan
jender94 dan pluralisme95 dalam perspektif Islam. Sehingga kekhasan seperti ini
yang kemudian jarang dimiliki oleh pondok pesantren lainnya.

94
Terdapat dua makna dalam istilah gender, pertama gender dalam arti biologis, yaitu
pemberian dari Tuhan mengenai jenis kelamin, anatomi fisik, reproduksi, hormon dan karakteristik
biologis lainnya. selanjutnya gender dalam arti non biologis yaitu perbedaan laki-laki dan
perempuan dalam konstruksi atau penilain masyarakat yang dapat berubah. Dikutip dalam buku
64
BAB IV

PERAN NYAI HJ. MASRIYAH AMVA

Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai


suatu status. Status atau kedudukan didefinisikan sebagai suatu peringkat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi suatu kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lainnya.96 Setiap orang mungkin mempunyai
sejumlah status dan diharapkan mengisi peran sesuai dengan status tersebut.
Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama.
Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah pemeranan
dari seperangkat kewajiban dan hak-hak tersebut. Peranan atau peran (role)
merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu
peranan.
Pentingnya peranan adalah karena mengatur perilaku seseorang. Peranan
menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-
perbuatan orang lain. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Misalnya,
norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki bila 25 berjalan bersama
seorang wanita, harus di sebelah kiri. Peranan yang melekat pada diri seseorang
harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang

KH. Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, Pembelaan Kyai


Pesantren,(Yogyakarta, LkiS 2009)
95
Pluralisme adalah sebuah paham yang menyatakan bahwa semua agama adalah benar
dan semua makhluk adalah sama. Pluralisme menyajikan sebuah kebebasan berfikir, toleransi
beragama, dan toleransi budaya. Pluralisme menyatakan bahwa semua agama itu sama, tidak ada
agama yang lebih benar dan lebih baik dari agama lainnya. kebenaran sebuah agama adalah relatif
dan subjektif yaitu tergantung pada pemikiran pemeluk agama masing-masing. Dikutip dari artikel
Yuliovictory, Pluralisme Dalam Pandangan Islam, 2015. (Online) https://yuliovictory-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/yuliovictory.wordpress.com/2015/04/30pluralisme-dalam-pandangan-
islam

96
Soerjono Soekanto, Patologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta 1986 hlm 219.
65
dalam masyarakat (yaitu social position) merupakan unsur statis yang
menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat.97
Eksistensi perannya dalam sebuah pondok pesantren akan sangat
menentukan corak tradisi pesantren itu sendiri. Karena karakteristik seorang kyai
atau nyai sangat menentukan kemajuan dan atau kemunduran sebuah pesantren.
Dalam menjalankan peranannya sebagai seorang kyai atau nyai juga harus bisa
dan mampu bersinegri dalam elemen pembangunan, namun tidak hanya santri saja
tapi juga pemerintah dan masyarakat. Melalui ketiga elemen inilah, sehingga
pesantren bisa saling memberikan dukungan untuk saling belajar dan mengajarkan
suatu keilmuan atau saling membangun satu sama lainnya.

Berbicara mengenai peran kyai, perlu kita ketahui terlebih dahulu


pengertian dan maksud dari kata peran adalah suatu fungsi atau kedudukan yang
secara implisit atau eksplisit melekat pada diri seseorang artinya peran seoarang
kyai di antaranya adalah sebagai pengasuh pesantren, pemimpin umat atau
masyarakat juga sebagai penjaga dan pembimbing moral umat atau masyarakat.
Sebagai seorang pengasuh pesantren dan upayanya dalam meningkatkan kualitas
pendidikan Islam pada santri dipesantren yang diasuh atau dipimpinnya. Seorang
kyai atau nyai memiliki kharisma dan figur sentral yang merupakan fakta yang
tidak bisa dipungkiri, khususnya di kalangan masyarakat pedesaan.
Seiring pesatnya perkembangan Pondok Pesantren kebon jambu al
islamy sehingga bangunan tempo dulu ketika awal berdiri, dirubah dan ganti
menjadi bangunan untuk area sekolah SMP, MA, Mah’had Aly. Berikut ini adalah
pemaparan penulis mengenai peran Nyai Masriyah Amva dalam Pondok
Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy.

A. Nyai Hj. Masriyah Amva Dalam Memimpin Pondok Pesantren Kebon


Jambu Al-Islamy
Dalam tradisi kepesantrenan Kyai adalah tokoh-tokoh sentral di pesantren
sebagai pusat pembelajaran dan dakwah. Selain sebagai pemimpin, mereka adalah
guru, teladan, dan sumber nasehat bagi para santrinya. Tetapi seiring kebutuhan
zaman, sosok perempuan didalam lingkungan pesantren mulailah tumbuh menjadi

97
Ibid., Hlm 220
66
sosok pemimpin pesantren yang bertanggungjawab penuh terhadap kondisi
pondok pesantren serta menjamin santri dalam kesehariannya dan dalam hal
pendidikan yang sedang ditempuh.
Di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy sejarah berdirinya pada
tahun 1993 sampai tahun 2018 terdapat sekitar 1.537 santri, yang terdiri dari 556
santri putri 981 santri putra. Santri putri beserta santri puta yang memiliki latar
belakang pendidikan, usia, asal dan tingkat kemampuan menangkap pengetahuan
yang berbeda. Hal ini mengakibatkan cara perlakuan, bimbingan dan pengajaran
yang berbeda pula. Disini Nyai Masriyah Amva sebagai pemimpin pondok
pesantren mempunyai cara-cara tersendiri dalam kepemimpinannya. Meskipun
suaminya telah meninggal, akan tetapi ia masih dapat meneruskan kepemimpinan
pondok, bahkan dapat mengurusi urusan-urusan domestik dan publik pondok
pesantren. Adapun peran domestik yang dilakukan oleh Nyai Masriyah Amva
dalam mengurusi dan memimpin hal-hal yang terkait dengan kerumahtanggaan
pondok pesantren. Nyai Masriyah Amva juga berperan dalam kebutuhan diranah
publik dengan mengurusi lembaga-lembaga yang ada dalam pesantren. Berikut ini
peran-peran Nyai Hj. Masriyah Amva dalam kepemimpinannya, yaitu:
1. Menciptakan kebersihan dan kerapihan pondok pesantren
Penerapan yang dilakukan Nyai Masriyah Amva dalam menciptakan
kebersihan dan kerapihan pondok dengan serta membuat piket jadwal kebersihan
di pondok pesantren. Hal ini untuk menciptakan kebersihan dan kerapihan pondok
pesantren ibu Nyai dibantu oleh pengurus dan dewan pengasuh pondok dalam
memantau dan mengontrolnya. Di pondok putri Kebon Jambu Al-Islamy terdapat
sekitar 16 kamar. Masing-masing kamar dihuni oleh 15-20 orang santriwati.
Setiap kamar dipimpin oleh satu orang santri anggota kamar yang ditunjuk
sebagai ketua kamar. Bagi santri yang tidak menjaga kebersihan dan kerapihan
kamar dikenakan sangsi berupa tambahan tugas untuk bersih-bersih.
Ketertibaan seperti ini tidak hanya berlaku untuk para santri, juga berlaku
pada para ustadzah, pembimbing bahkan pengasuh. Menjaga kebersihan dan
kerapihan pondok adalah suatu kewajiban pada setiap individu. Walaupun dalam
hal bersih-bersih dam perapihan kamar di area rumah kediaman Nyai itu

67
dilakukan pada santri khusus orang dalam Nyai yang sudah mendapatkan
kepercayaan. Hal ini tidak berlaku untuk para ustadzah dan pembimbing.
2. Menciptakan kedisiplinan
Untuk penerapan kedisiplinan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
juga ditegakkan oleh pimpinan pondok dengan cara membuat jadwal waktu
kegiatan untuk para santri, namun disini pimpinan pondok juga dibantu para
pengurus dan dewan pengasuh pondok. Kedisiplinan ini bertujuan supaya para
santri bisa bertanggung jawab terhadap aturan pondok dalam manajemen waktu
serta bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Konsekuensi bagi santri yang tidak
disiplin adalah dengan pemberian hukuman, hukuman itu tergantung kepada jenis
kesalahannya antara lain berupa peringatan, menghafal, membersihkan
lingkungan bahkan apabila melanggarnya berkali-kali bisa dikeluarkan dari
pondok pesantren. Untuk mengontrol kedisiplinan ini ibu Nyai dibantu oleh
pengurus pondok untuk menyuruh para santri untuk melaksanakan kegiatan
tersebut. Misalnya pada waktu sholat berjamaah subuh telah datang, akan tetapi
ada santri yang masih tidur, maka pengasuh lewat pengurus itu membangunkan
santri untuk sholat berjamaah. Jika santri melanggar dan tidak ikut sholat
berjamaah maka santri yang melanggar tersebut disuruh membersihkan kamar
mandi, ngepel atau menyapu.98
Kedisiplinan juga diterapkan para santri yang hendak izin pulang ke rumah
atau izin keluar untuk suatu kepentingan. Santri diperbolehkan izin pulang ke
rumah apabila ada waktu libur, atau ada kepentingan mendadak. Jika tidak
disebutkan alasannya maka tidak diperbolehkan pulang. Berkaitan dengan
perizinan seorang santri harus berpamitan atau izin terlebih dahulu kepada
pengasuh atau yang diwakilkan.
3. Menanamkan Akhlakul Karimah kepada santri
Di pondok pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Nyai Masriyah Amva juga
menekankan kepada santrinya untuk berakhlakul karimah. Dengan upaya yang
dilakukan adalah melalui pemberian materi tentang akhlakul al-karimah baik
dalam pendidikan nonformal (di pengajian pondok), maupun dalam pendidikan
formal. Kemudian materi tersebut diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
98
Wawancara pribadi, Nyai Hj. Masriyah Amva sebagi pemimpin Pondok Pesantren
Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan 29 Desember 2018
68
di pondok dan di luar pondok. Misalnya dalam hal akhlak untuk menghormati
kepada orang yang lebih tua. Ibu nyai menekankan kepada santrinya untuk
bersalaman dan cium tangan kepada para ustadzah apabila bertemu, ataupun
pamitan untuk belajar ke sekolah. Akhlak yang lainnya adalah dengan
mengucapkan salam. Ibu nyai juga mewajibkan kepada santrinya untuk menutup
aurat bagi perempuan, yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan, baik
ketika berada di pondok maupun di luar lingkungan pondok. Tidak diperkenankan
memakai celana panjang bagi santri putri, karena celana panjang masih dianggap
tidak menutup aurat, dimana masih terlihat lekuk-lekuk tubuh wanita yang akan
menimbulkan hasrat dari laki-laki.
Selain itu, di pondok pesantren Kebon Jambu Al-Islamy ini juga terdapat
larangan bagi santri yang menggunakan alat komunikasi. Dalam pemakaian alat
komunikasi atau HP99 larangan ini berlaku bagi santri tingkat Tsanawiyah dan
Aliyah. Kebolehan penggunaan alat komunikasi ini berlaku untuk santri yang
sudah ditingkat mahasiswa.100
Dalam penerapan tata tertib ini sebelum santri masuk ke pondok
pesantren, terlebih dahulu diberitahu kepada santri dan menyuruh calon santri
tersebut untuk memahami dan mempelajari tata tertib terlebih dahulu. Apabila
sudah cocok dan setuju maka baru diperbolehkan mendaftar sebagai santri.
Menurut bu Nyai penanaman akhlakul karimah di pondok ini betul-betul
dilaksanakan, sehingga apabila santri sudah keluar dari pondok pesantren sudah
ada kekuatan secara internal dan sudah siap bergaul secara luas di masyarakat.
4. Menyediakan kebutuhan logistik bagi santri
Di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy kebutuhan logistik
merupakan kebutuhan yang penting dibutuhkan sehari-hari oleh santri putri.
Kebutuhan logistik ini diperlukan santri dalam rangka untuk menunjang proses
belajar (mengaji) para santri putri. Kebutuhan logistik itu antara lain:
a. Penyediaan air bersih dan air minum untuk santri
b. Menyediakan makanan bagi santri putri

99
Tidak hanya alat komunikasi yang dilarang, tetapi ada juga peralatan elektronik seperti
MP3 (alat musik), laptop, perekam recorder dan lainnya.
100
Wawancara pribadi, Nyai Hj. Masriyah Amva sebagai pemimpin Pondok Pesantren
Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan 29 Desember 2018
69
c. Santri putri yang tinggal di pondok Pesantren Kebon Jambu mendapatkan
jatah makan sehari 2 (dua) kali, pagi dan malam. Makan siang tidak
disediakan karena kebanyakan santri mempunyai kesibukan diluar.
Meskipun demikian pondok menyediakan fasilitas memasak untuk para
santri.
d. Penyediaan dapur umum untuk memasak santri
e. Tujuan menyediakan fasilitas untuk memasak bagi santri supaya santri
dapat belajar memasak, atau untuk memasak bagi santri yang ingin
memasak.
f. Penyediaan perpustakaan santri
g. Penyediaan mini market untuk memenuhi kebutuhan santri. Mini market
ini menyediakan alat-alat tulis peralatan memasak dan peralatan makan,
peralatan mandi, makanan ringan dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

B. Pendiri Madrasah Aliyah Tunas Pertiwi (MATP)


Madrasah Aliyah Tunas Pertiwi merupakan lembaga pendidikan formal
pertama yang berada di tengah-tengah lingkungan pesantren Kebon Jambu yang
didirikan oleh Nyai Masriyah Amva pada tahun 2011. Madrasah Aliyah Tunas
Pertiwi merupakan lembaga pendidikan Islam yang berada di bawah naungan
Yayasan tunas pertiwi yang berdiri di lingkungan pesantren Babakan Ciwaringin
Cirebon. Dengan semangat dan kerja keras yang tidak mengenal lelah oleh
seluruh warganya telah menunjukan diri sebagai lembaga pendidikan Islam yang
unggul dengan perpaduan kurikulum KEMENAG dan kurikulum pesantren salaf.
Di dalam pendirian Madrasah Aliyah Tunas Pertiwi ini Nyai Masriyah
Amva berperan dalam posisi pembina yayasan. Sedang madrasah ini kepala
sekolah di pegang oleh Asep Saefullah, S.Pd.I yang kut berperan juga keluarga
Nyai Masriyah Amva dalam terlaksanya kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.
Kemudian dalam perjalanannya, madrasah ini juga berkembang daru mulai awal
pendirian hingga sekarang terlihat dari fasilitas yang tersedia meskipun belum
semuanya terpenuhi. Dalam meningkatkan kualitas lembaga, penerapan
managemen tidak lepas dari campur tangan Nyai Masriyah Amva sebagai

70
pembina dan kepala sekolah. Kepala madrasah memimpin suatu pendidikan untuk
melakukan analisis lingkungan.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang bercirikan khas Islam,
keberadaannya di republik ini sangat menonjol. Lembaga ini menempati peran
strategis bagi pendidikan dan pengajaran generasi muda ummat Islam dalam
mempersiapkan diri untuk menjalankan peran penting mereka bagi masyarakat di
kemudian hari. Keberhasilan madrasah dalam menyiapkan anak didik menghadapi
tantangan masa depan yang lebih kompleks, seperti: menghasilkan lulusan yang
akan menjadi pemimpin umat, pemimpin masyarakat, dan pemimpin bangsa yang
ikut menentukan arah perkembangan bangsa ini, ditentukan oleh kesiapan para
pengelolanya. Sebaliknya, kegagalan madrasah dalam menyiapkan anak didik
menghadapi tantangan masa depan akan menghasilkan lulusan-lulusan yang
frustrasi, tersisih, dan menjadi beban masyarakat. Artinya, di tengah gempuran
badai globalisasi yang menawarkan persaingan, diperlukan pengelola madrasah
yang mampu menjalankan sistem manajemen yang relevan dengan kondisi
zaman.101
Dalam kaitannya dengan era globalisasi dan perdagangan bebas yang
penuh dengan persaingan, seperti dijelaskan di atas, madrasah harus mampu
menyiapkan anak didiknya untuk siap bersaing di bidang apa saja yang mereka
masuki. Ini dimaksudkan agar lulusan madrasah tidak akan terpinggirkan oleh
lulusan sekolah umum dalam memperebutkan tempat dan peran dalam gerakan
pembangunan bangsa.
Keberadaan madrasah ini di latar belakangi sikap pemerintah yang masih
menganggap kecil porsi terhadap pendidikan madrasah. Namun Nyai Masriyah
Amva dengan semangat dan kerja keras yang tidak mengenal lelah oleh seluruh
warganya telah menunjukan diri sebagai lembaga pendidikan Islam yang luar
biasa dan berbeda dari Madrasah Aliyah yang sudah menjamur saat ini, terutama
jika dipandang dari kurikulum yang berbasis Pesantren, Kitab Kuning dan Akhlaq
al-Karimah dengan memunculkan potensi yang disesuaikan dengan tantangan
masa depan.

101
Wawancara pribadi dengan ustadz Mumu Muhyiddin sebagai santri senior sekaligus
menjabat sebagai Humas di struktur yayasan, Babakan 28 juni 2019.
71
Dalam hal ini hujjah Pesanren yang merupakan salah satu unggulan MA
Tunas Pertiwi akan menjawab ketimpangan-ketimpangan permasalahan Agama
yang sudah merebak di masyarakat melalui hujjah-hujjah (dalil-dalil) yang kuat
dan logis dengan tidak meninggalkan nuansa-nuansa kepesantrenan. Di samping
itu, dalam upaya penguatan Ahli Sunnah Wal Jama’ah, MA Tunas Pertiwi
memfasilitasi siswa-siswinya dengan pendalam Aswaja (Ke-NU-an). Dengan
memenuhi kurikulum yang berbasis kepesantrenan, MA Tunas Pertiwi
memaksimalkan pembekalan keagamaan siswa-siswi dengan pengajian Kutub al-
Mu’tabaroh sehingga outputnya mempunyai kredibilitas penguasaan Kutub al-
Mu’tabaroh yang mumpuni.
Dalam pendirian lembaga pendidikan Madrasah Aliyah Tunas Pertiwi ini
juga mempunyai Visi yaitu, Terwujudnya manusia pandai, terampil dan
berakhlaqul karimah agar menjadi orang shaleh yang mulia, dan beramal ikhlas.
Dengan memakai Misi-misi berikut. Pertama, Mencetak insan yang
berpengetahuan luas dalam rangka pmbangunan Nasional. Kedua, Mewujudkan
manusia yang berwawasan kebangsaan dan keagamaan Ketiga, Berakhlaqul
karimah dan menciptakan lembaga yang berkualitas, nyaman dan agamis.

C. Pendiri SMP Tunas Pertiwi (SMPTP)


Karakter bangsa yang kuat bisa diperoleh dari sistem pendidikan yang baik
dan tidak hanya mementingkan faktor kecerdasan intelektual semata, melainkan
juga pendidikan yang dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan serta
menghasilkan output yang tidak sekadar mampu bersaing di dunia kerja, namun
juga mampu menghasilkan karya yang berguna bagi masyarakat, agama, bangsa
dan negara. Untuk mewujudkan hal itu, maka diperlukan pendidikan yang
mencakup dua unsur utama, yaitu keunggulan akademik dan keunggulan
nonakademik (termasuk keunggulan spiritual).
Dengan di latar belakangi pendidikan Nyai Masriyah Amva yang di
penuhi sekolah non formal atau dunia pesantren, kini ia ingin membangun
pendidikan yang antara pendidikan non formal dan formal saling bersinegri.
Pembangunan pendidikan Madrasah Aliyah Tunas Pertiwi bisa dikatakan sukses
karna banyaknya peminat, Nyai Masriyah Amva pun banyak mendapat masukan

72
dan dukungan utuk membangun Sekolah Menengah Pertama. Dengan berjalannya
waktu banyak masyarakat yang antusias dengan pendirian pendidikan ini sehingga
tidak afdol apabila hanya pembangunan Madrasah Aliyah saja yang berjalan.
Dengan banyaknya masukan dan dukungan pembangunan sekolah menengah
pertama dari masyarakat sekitar dan para wali santrinya pada Nyai Masriyah
Masriyah Amva tiga tahun setelah mendirikan Madrasah Aliyah dilanjutkan
pembangunan Sekolah Menengah Pertama. tepat pada tahun 2014 mulai
pembangunan sekolah.
Berdirinya SMP Tunas Pertiwi jatuh pada tanggal 28 Mei 2014.102
Berdirinya Sekolah Menengah Pertama Tunas Pertiwi ini adalah salah satu
lembaga pendidikan formal yang berada di lingkup pesantren Babakan. SMP
Tunas Pertiwi Ciwaringin merupakan lembaga pendidikan Islam yang berada
dibawah naungan Yayasan Tunas Pertiwi Kebon Jambu. Hal ini dengan
memenuhi kurikulum dari DIKNAS yang ditunjang dengan pendidikan berbasis
Pesantren, SMP Tunas Pertiwi tentunya akan sedikit berbeda dengan SMP
lainnya. SMP Tunas Pertiwi juga memaksimalisasi pembekalan keagamaan
peserta didiknya dengan pengkajian kitab kuning yang bermultimedia, sehingga
outputnya pun diharapkan juga memiliki kreadibilitas penguasaan Kitab yang
mumpuni atau bermaksimal.
Sekolah formal adalah contoh lembaga pendidikan yang berfokus pada
faktor kecerdasan akademik meskipun tidak lantas mengabaikan hal-hal yang
bersifat spiritual atau keagamaan. Hanya saja, sistem pendidikan di sekolah
formal memang menekankan pencapaian prestasi anak didik dalam hal kecerdasan
intelektual yang pada akhirnya bermuara pada berbagai ukuran akademik. Dalam
hal kesuksesan bukan tentang karna dari lulusan sekolah favorit atau sekolah
juara, tapi dilihat dari keseriusan dalam belajar, keseriusan dalam menggapai
impian, seperti pribahasa usaha tidak akan mengkhianati hasil.103
Sementara itu, pondok pesantren menjadi salah satu pilihan lembaga
pendidikan yang mengutamakan upaya pencerdasan spiritual atau keagamaan

102
Data Kearsipan SMP Tunas Pertiwi, Babakan29 Juni 2019.
103
Wawancara pribadi dengan Nyai Masriyah Amva selaku pengasuh pondok pesantren,
Babakan 29 Juni 2019.
73
meskipun sekarang ini banyak pondok pesantren di Indonesia yang juga
memberikan pengetahuan umum secara terintegrasi. Dengan kata lain, sudah
banyak pondok pesantren modern yang mencerahkan sekaligus mencerdaskan.
Pilihan memadukan sistem pendidikan di sekolah formal dan di pondok
pesantren ini diambil setelah melihat dan mengamati secara seksama mutu
pendidikan yang dilahirkan oleh masing-masing sistem. Secara umum, sekolah
dan pondok pesantren merupakan dua lembaga pendidikan yang masing-masing
memiliki keunggulan yang berbeda satu sama lain. Apabila keunggulan dari
kedua lembaga pendidikan itu dipadukan, maka akan tercipta sebuah kekuatan
pendidikan yang kuat dan berpotensi mampu menghasilkan generasi muda
Indonesia yangunggul, handal, dan berkarakter.

D. Pendiri Ma’had Aly Kebon Jambu


Keberhasilan Nyai Masriyah Amva tidak hanya terlihat dalam
pembangunan pendidikan sekolah saja namun ia juga membangun pendidikan
yang setara dengan pendidikan sarjana yaitu Ma’had Aly. Pembangunan
pendirian Ma’had Aly mulai pada tahun 2014, namun dalam perjalanannya
peresmian gedung dilakukan pada tahun 2015 resmi didirikan pendidikan ini
diberi nama Ma’had Aly Kebon Jambu dan diresmikan oleh Menteri Agama RI
H. Lukman Hakim Saefudin dan Kyai Ahmad Mustafa Bisri (Gus Mus).104
Dalam peluncuran Ma`had Aly itu, dalam penyampaiannya Gus Mus
menekankan pentingnya pendidikan disamping pengajaran. Pendidikan adalah
soal karakter, pekerti, dan teladan. Sementara pengajaran adalah mengenai
transmisi pengetahuan semata.105 Ma`had Aly yang sejak tahun 2015 menjadi
lembaga formal setingkat strata 1 berbasis pesantren, harus memastikan proses-
proses pendidikan tidak dipinggirkan oleh prestis dan kerja pengajaran.

104
Wawancara pribadi dengan Hasan Rahmat selaku anak kandung Nyai Masriyah Amva
sekaligus Ustadz di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy pondok pesantren, Babakan 29
Juni 2019.
105
Fahmina, Gus Mus resmikan Gedung Ma’had Aly Kebon Jambu, 20 Juli 2017.
https://fahmina.or.id/gus-mus-resmikan-mahad-aly-kebon-jambu/ diunduh 29 juni 2019 di Asrama
PDK.
74
Dalam peresmian gedung Ma’had Aly yang berada di Pondok Pesantren
Kebon Jambu ini, merupakan jawaban atas rekomendasi yang disampaikan
kepada Menteri Agama Republik Indonesia H Lukman Hakim Saefuddin. Saat
menghadiri rapat Kongres Ulama Perempuan Indonesia di Pesantren Kebon
Jambu beberapa waktu lalu.106 Ketika mengadakan Kongres Ulama Perempuan,
salah satu usulan rekomendasinya yaitu mendirikian Ma`had Aly yang khusus
mengkaji tradisi keilmuan pesantren untuk kaderisasi ulama perempuan, lalu
terpilih lah Pesantren Kebon Jambu untuk ketempatan sebagai sarana Ma`had
Aly.
Ma’had Aly adalah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dalam bidang penguasaan ilmu agama
Islam. Pendidikan akademi di perguruan tinggi tersebut berbasis pada kitab
kuning yang diselenggarakan pondok pesantren. Sebagai unsur PTKI, Ma’had Aly
merupakan wujud pelembagaan sistemik tradisi intelektual pondok pesantren
tingkat tinggi yang keberadaannya melekat pada pondok pesantren. Maka lulusan
Ma’had Aly diharapkan menjadi kader kiai-ulama yang menguasai khazanah
keilmuan kutub at-turats secara mendalam.
Dalam pendidikan Ma’had Aly memiliki beragam masa operasional yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Beberapa di antaranya telah melangsungkan
kegiatan akademik perkuliahan jauh sebelum lembaganya diresmikan oleh
pemerintah. Keragaman lainnya ditemukan dalam banyak aspek, seperti tradisi
intelektual, bobot kajian kitab kuning, pengelolaan pembelajaran, kualifikasi dan
kompetensi akademik pendidik dan tenaga kependidikan, kapasitas kelembagaan,
serta dukungan finansial. Secara faktual, penyelenggaraan pendidikan tinggi di
pondok pesantren lebih dahulu muncul ketimbang regulasi yang mengaturnya.
Sebagian besar Ma’had Aly telah menyelenggarakan kegiatan akademik
perkuliahan jauh sebelum lembaganya diresmikan oleh pemerintah. Artinya,
Ma’had Aly tumbuh berkembang di sejumlah pondok pesantren yang memiliki
tradisi intelektual yang memadai berdasarkan inisiatif dan kreativitas para

106
Kebon Jambu, Sambutan Kementrian Agma H. Lukman Hakim saefudin, 25 April
2017. Sumber https://www.youtube.com/watch?v=P-DmNJFpv2E diunduh 29 Juni 2019 di
Asrama PDK.
75
pengasuh pondok pesantren itu sendiri, tanpa ada pedoman resmi yang menjadi
acuan dalam penyelenggaraannya. Saat ini, pondok pesantren penyelenggara
pendidikan Ma’had Aly dituntut untuk mengikuti dan memenuhi sejumlah
regulasi terkait Ma’had Aly dalam rangka memastikan adanya penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Ma’had Aly, baik
dalam bentuk evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.
Di satu sisi, pemenuhan unsur-unsur standardisasi pendidikan Ma’had Aly
ini bukan hal yang mudah diterima dan diikuti setiap pondok pesantren
penyelenggara pendidikan Ma’had Aly. Sebagai lembaga pendidikan keagamaan
non formal, pondok pesantren memiliki basis sejarah, tradisi, dan kekhasan
karakteristik yang unik dan tidak mudah dapat mengakomodasi instrumen
pendidikan formal, kecuali setelah dilakukan penyesuaian-penyesuaian dalam
batasan tertentu.

E. Penanaman Nilai Feminis dan Pluralis di Pondok Pesantren Kebon Jmbu Al-
Islamy
Salah satu jenis lembaga pendidikan di Indonesia yang secara historis
memiliki peran penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia
Indonesia adalah pesantren.107 Pesantren merupakan sebuah institusi pendidikan
di mana nilai-nilai moral Islam diajarkan, dipahami, dihayati dan diamalkan serta
dijadikan pedoman dalam berperilaku sehari-hari. Ajaran Islam yang disampaikan
berupa Alquran dan hadis, disamping juga beberapa kitab klasik yang disebut
kitab kuning.
Pemberdayaan yang dimaksudkan adalah pembangunan kesadaran tentang
dirinya berikut kemampuan untuk mandiri dalam menentukan kehidupan dirinya
sebagai manusia, tanpa ketergantungan, ketertekanan dan diskriminasi. Islam
sejak awal telah menegaskan transformasi tanpa menyamakan dengan laki-laki.
Pendidikan merupakan instrumen penting transformasi yang dimulai dari
pengetahuan untuk membangun kesadaran. Pesantren sebagai pendidikan Islam
memiliki peran dalam proses ini. Karena pesantren mengajarkan ilmu-ilmu yang

107
M. Dawam Rahardjo, Dunia Pesantren dalam Peta Pembaharuan dalam
Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1995), hlm 2.
76
berlandaskan ajaran agama sehingga membentuk kesadaran dan tindakan berdasar
agama. Hanya saja, masih terdapat beberapa persoalan terkait dengan kurikulum,
materi dan metode pendidikannya. Karena pesantren mendasarkan materi dan
kurikulumnya pada penjelasan kitab kuning yang merupakan penafsiran para
ulama atas Kitab Suci Alquran dan hadis. Kandungan kitab kuning oleh sementara
peneliti mengindikasikan diskriminasi gender seperti dalam 'Uqud al-Lujjain108
yang merupakan pegangan hampir di semua pesantren tradisional. Dalam hal ini,
pesantren perlu berinteraksi dengan keilmuan modern dalam isu gender sehingga
melahirkan sensitivitas gender. Selain itu, juga perlu ada perkenalan dengan
pembelajaran kritis dan peningkatan profesionalisme guru. Dengan itu, proses
pendidikan pesantren akan lebih memberdayakan sesuai dengan perkembangan
zaman sekaligus sejalan dengan prinsip ajaran Islam.
Pondok pesantren sebagai pusat transmisi dan diseminasi ilmu-ilmu
keislaman selama ini sering dikesankan sebagai sarang konservatisme, kejumudan
dan cenderung eksklusif karena resisten terhadap nilai-nilai yang datang dari luar,
termasuk di dalamnya nilai-nilai feminisme yang memperjuangkan kesetaraan
gender antara laki-laki dan perempuan. Karena eksklusi tasnya ini, pendidikan
pesantren masih sarat dengan nilai-nilai yang bias gender.109
Nilai-nilai feminisme dalam pesantren sebenarnya telah muncul
berbarengan dengan terbukanya ruang partisipasi perempuan di pesantren.
Ketimpangan gender yang terjadi di pesantren merupakan warisan budaya para
pendahulunya, yang kemudian dikuatkan oleh legitimasi tafsir agama. Superior
laki-laki sebagai warisan budaya pra Islam belum sepenuhnya terkikis oleh
referensi budaya islami yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. Sebab itu,
pemahaman terhadap ajaran Islam harus disesuaikan dengan konteks sosiologis,
dengan prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, kemaslahatan dan kerahmatan untuk
semua umat manusia, tanpa harus dibatasi oleh jenis kelamin, laki-laki atau
perempuan.110 Pemahaman itu menekankan pada penggabungan antara teks dan

108
Kitab ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan tentang hubungan rumah tangga
109
Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan
(Jakarta: Paramadina, 1997), hlm 90
110
Siti Malikhah Towaf, “Wawasan Gender dan Peran Produktif Perempuan
77
konteks mengenai gender sehingga penempatan antara laki-laki dan perempuan
tidak mengalami ketimpangan, melainkan justru muncul keseimbangan di antara
keduanya.
Pondok pesantren Kebon Jambu Al-Islamy dapat dikategorikan sebagai
pesantren yang sudah semi modern. Selain telah berdiri lembaga pendidikan
formal, juga munculnya pemahaman yang menempatkan perempuan sebagai
individu yang layak memegang amanah di lingkungan pesantren tersebut.
Menurut salah seorang pengurus, menyatakan bahwa: “Di pesantren ini telah
menerapkan sistem yang terbuka bagi perempuan untuk mengembangkan
partisipasi dan kreasinya. Setidaknya, pesantren ini telah menempatkan
perempuan sebagaimana mestinya sesuai hak dan kewajiban yang dimilikinya.”111
Wawancara di atas menegaskan bahwa perbedaan perlakuan atau
ketimpangan gender sebagai warisan budaya terdahulu mulai hilang secara
perlahan dan lebih menempatkan peran laki-laki dan perempuan sesuai kapasitas
dan kompetensinya. Nilai-nilai feminisme kalau boleh disebutkan telah tumbuh
dan berkembang meskipun secara implisit. Hal itu lebih dikarenakan masih
banyaknya sumber daya laki-laki yang memegang peranan strategis dan demi
kestabilan organisasi yang dijalankan di pesantren tersebut.
Pada pesantren Babakan Ciwaring Cirebon pada umumnya perempuan
sudah sadar diri akan kiprah dan perannya dalam berbagai sektor bidang
kehidupan, tetapi masih dalam batas-batas tertentu karena masih terhambat
adanya paradigma dan budaya patriarkhi yang mengakar. Seperti adanya
pemberian awal tentang pengetahuan peran kepada anak-anak tentang perbedaan
peran laki-laki dan perempuan, sejak kecil diberikan konsepsi bahwa laki-laki
harus menjadi kuat dan harus bisa bertanggung jawab karena akan menjadi
sandaran keluarga dan masyarakat, tetapi sebaliknya perempuan bisa
menyandarkan dirinya dan kehidupannya terhadap laki-laki. Konsepsi awal ini

Pesantren” dalam Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2008, hlm. 24.
111
Wawancara pribadi dengan Mb Nida sebagai kepala pondok putri di pondok pesantren
Kebon Jambu Al-Islamy. 20 Juni 2019 Babakan.
78
yang akan berpengaruh dan menuntun mereka kepada perkembangan hidupnya
hingga dewasa.112
Dalam pondok pesantren Kebon Jambu Al-Islamy ini yang dipimpin oleh
Nyai Masriyah Amva dengan menaruhkan pemikirannya mengenai Feminis
terhadap para santrinya. Adapun penerapan nilai-nilai feminisme yang diterapkan
pada para santrinya sebagai berikut:113
Pertama, dengan kajian dakwahnya Nyai Masriyah Amva biasanya setelah
sholat berjama’ah ia memberikan kultum pada jamaahnya dengan memulai tema
yang berisikan seputar tentang feminis di kalangan pesantren bahkan isu-isu yang
mendunia. Penyampaian dakwahnya ini mengangkat tema yang membahas rumah
tangga, peran perempuan dalam keluarga, dan lainnya. tema-tema yang diangkat
tidak terlepas dari kandungan isi kitab ‘Uqudu Lujain, Qhirotul Uyun, dan lainnya
serta kitab hadis Ibnu Hajar Al-Asqalani pensyarah kitab Shahih Bukhari dengan
judul Fath al-Bari, dan itu adalah kitab dan hadis yang sering ibu pakai dalam
menyampaian dakwahnya, tak terlepas juga dengan melakukan tanya jawab
kepada santrinya. Kedua, dengan menyelenggarakan diskusi kecil kepada para
pengurus pondok putri lebih mendalami kandungan dari kitab dan hadis yang
sudah disebutkan diatas, namun para santri yang belum menjadi pengurus belum
diperbolehkan untuk mengikuti kajian ini. Ketiga, dengan mencontohkan prilaku-
prilaku kepemimpinan yang dilakukan perempuan seperti halnya Nyai Masriyah
Amva yang berhasil dalam memimpin pesantren.
Berdasarkan pada pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
nilai-nilai feminisme telah berkembang secara formal di pondok pesantren Kebon
Jambu Al-Islamy. Dalam artian telah ada pengakuan secara formal bahwa
perempuan mendapatkan ruang untuk mengembangkan peranan dan
partisipasinya di lingkungan pesantren. Sedangkan secara kultural, masih terdapat

112
Wardah Nuroniyah, Feminisme Dalam Pesantren: Narasi Pemberdayaan Perempuan
Di Pondok Pesantren Buntet Cirebon, IAIN Syekh Nurjati Jurnal Holistik Vol 14 Number 01,
2013/1435 (Online) Hlm 167
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/holistik/article/download/182/154 diunduh 28
Juni 2019.
113
Wawancara pribadi dengan Mb Nida sebagai kepala pondok putri di pondok pesantren
Kebon Jambu Al-Islamydan beberapa pengurus . 20 Juni 2019 Babakan.
79
sisa-sisa budaya patriarkhi yang tidak mudah dihilangkan dari pesantren meskipun
telah ada perubahan sedikit demi sedikit.

80
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dipaparkan pada bab-bab di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Peran
Nyai Masriyah Amva dalam pengembangan Pondok Pesantren Kebon
Jambu Al-Islamy sebagai berikut:
1. Nyai Masriyah Amva lahir dan dibesarkan di kalangan pesantren.
Ia juga mengenyam pendidikan non formal dan formal. Namun
Nyai Masriyah Amva lebih menekuni dunia pendidikan non
formal.
2. Perkembangan Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy sangat
pesat. Hal ini baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang
sarana prasarana.
3. Peran Nyai Masriyah Amva sebagai pengasuh Pondok Pesantren
Kebon Jambu Al-Islamy adalah dengan membangun pendidikan
formal di kalangan pesantrennya serta juga menanamkan nilai
pluralis dan feminisme di kalangan santrinya.
B. Saran
Penelitian Nyai Masriyah Amva belum terpenuhinya dapat di
telusuri dengan baik dan memadai. Karena masih banyak perannya yang
cukup banyak sementara kemampuan penulis masih sangat terbatas. Oleh
karenanya penulis mengharapkan ada penelitian lanjutan untuk
mengangkat peran Nyai Masriyah Amva secara lebih baik dan
komprehensif.

81
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Abdurrahman, Dudung, 2007. Metodologi Penelitian Sejarah, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group.
Ali, Mukti, dkk,2010 Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren,
Jakarta Selatan: Rumah Kitab.
Amin, Zamzami, 2004. Baban Kana (Pondok Pesantren Babakan
Ciwaringin Dalam Kancah Sejarah Untuk Melacak Perang Nasional Kedongdong
1802-1919), Bandung: Pustaka Aura Semesta.
Amva, Masriyah, 2010. Bangkit Dari Terpuruk, Jakarta: Kompas.

Amva, Masriyah, 2010 Menggapai Impian, Jakarta: PT. Kompas Media


Nusantara.

Amva, Masriyah, 2009. Cara Mudah Menggapai Impian, Bandung:


Nuansa.

Amva, Masriyah, 2011. Meraih Hidup Luar Biasa, Jakarta: PT. Kompas
Media Nusantara.
Amva, Masriyah, 2012 Rahasia Sang Maha, Jakarta: PT. Kompas Media
Nusantara.

Amva, Masriyah, 2012. Akang Di Mataku, Bandung: PT. Salima.

Amva, Masriyah, 2012 Aku Mencintaimu, Bandung: Mizan.


Amva, Masriyah, 2014. Umrah Sebagai Perjalanan Spiritual, Jakarta
Pusat: PT. Elex Media Komputindo.
Amva, Masriyah, 2013. Dalam Kasmaranku, Tangerang Selatan: Salima.
Amva, Masriyah, 2015. Taffakur Cinta, Babakan: Kebon Jambu.

Bahri, Saeful, 2011. Studi Arkeologi Keagamaan Masjid Kuno Bersejarah,


Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.

Dhofier, Zamakhsyari, 2011. Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup


Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES, Anggota
Ikapi.

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pendidikan


Keagamaan, dan Pondok Pesantren Departemen Agama,2004. Profil Pondok
Pesantren Mu’adalah, Cet I Jakarta: Departemen Agama R.I

Djamaluddin, & Abdullah Aly, 1998. Kapita Selekta Pendidikan Islam,


Bandung: Pustaka Setia.

82
Haedari, Amin dkk, 2004. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan
Modernitas Dan Tantangan Komplesitas Global, Jakarta: IDR Press.

Haedari, Amin, 2007. Refleksi Pesantre Otoritik dan Prospektif , Jakarta,


Ciputat Institute.
Hasbullah, 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada.
Hasbullah,1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo.

Hidayat, Ara, Imam Machali, 2010. Pengelolaan Pendidikan (Konsep,


Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah), Bandung:
Pustaka Eduka.

Irianto, Bambang, dan Siti Fatimah, 2009. Syekh Nurjati (Syekh Dzatul
Kahfi) Perintis Dakwah dan Pendidikan, Cirebon: STAIN Press.

Kartodirjo, Sartono, 1983. Elite Dalam Perspektif Sejarah, Jakarta:


LP3ES.

Kusdiana, Ading, 2014. Sejarah Pesantren, Bandung: Humaniora.

Madjid, Nurcholish 1997. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret


Perjalanan, Jakarta: Paramadina.

Majid, Al Abdulan Muhammad Muthlub Wazif Fi Ahkam Al Usroh Al


Islamiyah, 2005. Panduan Hukum Keluarga Sakinah, Alih Bahas : Harits Fadly
dan Ahmad Khotib, Era Media. Solo, Cet 1.

Masyhud, Sulthon, Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren,


Jakarta: IDR Press.

Mas’ud, Abdurahman, 2002. Sejarah Dan Budaya Pesantren, Semarang:


Pustaka Pelajar Offset.

Muhammad, Husein, 2009. Islam Agama Ramah Perempuan, Pembelaan


Kyai Pesantren,Yogyakarta: LkiS.

Muin M, Abd. dkk, 2007. Pesantren Dan Pengembangan Ekonomi Umat,


Jakarta: Cv. Prasari.

Mujieb, M. Abdul Mujieb, dkk, 1994. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta:


Pustaka Firdaus.

Qomar, Mujamil, 2005. Pesantren Dari Transformasi Metologi Menuju


Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rahardjo, M. Dawam, 1995. Dunia Pesantren dalam Peta Pembaharuan


dalam Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES.
83
Saifuddin Zuhri, 1979. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya
di Indonesia, Bandung : Al-Ma’arif Bandung.

Sjamsudin, Helius, 2007. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak

Soebahar, Abd. 2013. Kebijakan Pendidikan Islam Dari Ordonasi Guru


Sampai Uu Sisdiknas, jakrta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono, 1986. Patologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Sulasman, 2014. Metodoogi Penelitian Sejarah, Bandung: Pustaka Setia.

Syarifuddin, Amir, 2003. Garis-garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana.

Yakin, Nurul, 2014. Studi Kasus Pola Manajemen Pondok Pesantren Al-
Raisiyah Di Kota Mataram. Jurnal Studi Keislaman, Vol 18 No. 1.

Ziemek, Manfred, 1986. Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta:


P3M, Cet. 1.

B. Sumber Arsip, Skripsi dan Jurnal

Dokumen Resmi Proses & Hasil Kongres Ulama Perempuan Indonesia,


25-17 april 2017, Babakan Ciwaringin Cirebon.

Hilyatul Auliya (Sekretaris Ponpes Kebon Jambu Putri), Kearsipan,


Babakan 2018

Mira Mustia Anggiani pada tahun 2012 di IAIN Syekh Nurjati yang
berjudul Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Di Desa Babakan Kecamatan
Ciwaringin Kabupaten Cirebon, Sejarah Berdiri Dan Berkembangnya Di Era
Modern.

Muhammad Muhyiddin pada tahun 2017 di IAIN Syekh Nurjati yang


berjudul Peran KH Syaerozie Abdurohim (1935-2000) Dalam Mengembangkan
Pondok Pesantren Assalafie Di Desa babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten
Cirebon.

Siti Aminah pada tahun 2015 di IAIN Syekh Nurjati yang berjudul Peran
Kiyai Amin Sepuh Dalam Mempertahankan Kemerdekaan, Bidang Pendidikan
dan Sosial Kemasyarakatan Di Pondok Pesantren Roudlatut Tholibin Babakan
Ciwaringin 1916-1972.

Towaf, Siti Malikhah, 2008. “Wawasan Gender dan Peran Produktif


Perempuan Pesantren” dalam Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 6, Nomor 2.

84
C. Sumber Internet

Fahmina, Gus Mus resmikan Gedung Ma’had Aly Kebon Jambu, 20 Juli
2017. https://fahmina.or.id/gus-mus-resmikan-mahad-aly-kebon-jambu/

Izah Faizah, 2011, Islam Tradisional,


http//www.academia.edu/Islam_tradisonal_merupakan_model_pemikiran_yang_b
erusaha_berpegang_pada_tradisi

James Georgas, 2004, Role Theory,


http://www.sciencedirect.com/topics/social-sciences/role-theory

Kebon Jambu, Biografi Pengasuh, 2011.


https://kebonjambu.org/profil/ea21324ed9769ebdad9fa39c6ccbf66d/biografi_pen
gasuh/20#nyai_hj_masriyah_amva

Kebon Jambu, Sambutan Kementrian Agma H. Lukman Hakim saefudin,


25 April 2017. Sumber https://www.youtube.com/watch?v=P-DmNJFpv2E

Nanang Rosidi, 2013, Pengertian Kafaah (Online),


https://www.kompasania.com/nanangrosidi/552b835e6ea834767d8b456e/apa-itu-
pengertian-kaffah-secara-luas

Wardah Nuroniyah, Feminisme Dalam Pesantren: Narasi Pemberdayaan


Perempuan Di Pondok Pesantren Buntet Cirebon, IAIN Syekh Nurjati Jurnal
Holistik Vol 14 Number 01, 2013/1435 (Online) Hlm 167
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/holistik/article/download/182/154

D. Sumber Wawancara

Wawancara dengan Nyai Hj. Masriyah Amva selaku Pengasuh/Pemimpin


Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan Ciwaringin Cirebon.

Wawancara dengan Nyai Hj. Aliyatul Whatoni Amva selaku


Pengasuh/Pimpinan Pondok Pesantren Mambaul Fallah, Babakan Ciwaringin
Cirebon.

Wawancara dengan Nyai Hj. Awanillah Amva selaku Dewan Pimpinan


Santri Putra Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan Ciwaringin
Cirebon.

Wawancara dengan KH. Asmawi selaku Pengasuh/Pemimpin Pondok


Pesantren Azziyadah, Babakan Ciwaringin Cirebon.

85
Wawancara dengan Nyai Sayyly Rahmah (Mantu) selaku Pembimbing
santri putri Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan Ciwaringin
Cirebon.

Wawancara dengan Nyai Annisah (Mantu) selaku Pembimbing santri putri


Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islamy, Babakan Ciwaringin Cirebon.

Wawancara dengan Siti Rabiatul Adhawiyah (Mb Beah) Sebagai Pengurus


Peribadatan Pusat di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Putri, Babakan
Ciwaringin Cirebon.

Wawancara dengan Siti Aisyah sebagai Divisi Sarana Prasaran di Pondok


Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Putri, Babakan Ciwaringin Cirebon.

Wawancara dengan Syifa (alumni) dan santri setempat, di Pondok Pesantren


Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan Ciwaringin Cirebon.

Wawancara dengan Mb Dina selaku Ketua Putri Pondok Pesantren Kebon Jambu
Al-Islamy, Babakan Ciwaringin Cirebon.

Wawancara dengan Arman Maulana selaku Ketua Putra Pondok Pesantren Kebon
Jambu Al-Islamy, Babakan Ciwaringin Cirebon

86
87
LAMPIRAN 1

STRUKTUR KEPENGURUSAN
PONDOK KEBON JAMBU AL-ISLAMY
PESANTREN BABAKAN CIWARINIGIN CIREBON
MASA KHIDMAT 1437-1438 H / 2016-2017 M

Pelindung : Masyayikh Babakan Ciwaringin

Dewan Penasehat : K. Abdul Jalil


KH. Abdul Qohar
KH. Ma’sum Hidayatullah
K. Abdul Aziz
Dewan Pengasuh
Ketua : Ny. Hj. MasriyahAmva
Wakil Ketua : KH. Asror Muhammad
K. M. Syafi’i Atsmary
K. Syamsul Ma’arif
KH. Ahmad Najiyullah Fauzi, Lc,
M.H.I

Dewan Pembimbing
Keamanan : KH. Fadholi
Humas Eksternal : K. Hamidi Maulana
Humas Internal : K. Shodiqin Ali
Alumni, LDP dan PTSG : K. Aban Cholid Barja
Ubudiyyah dan Ziarah : KH. Iim Abdurrahim
Ust. Makhsus Iskandar
Pendidikan dan Ketakhasusan : Ust. Muhyiddin
Perairan, Perlistrikan dan Peralatan : Ust. Qomaruddin
Organisasi dan Multimedia : Ust. Ibi Syatibi
Konsumsi dan Perekonomian : Ust. M. Mukhlisin
Keuangan dan Pendidikan : Ust. Hasan Rahmat
Ruang tamu dan Kesehatan : Ust. Muhammad
Ibdal

Dewan Pengarah : Ust. Abdul Azis MS, S.Pd.I


Ust. Ahmad Yusuf
Ust. Muhammad

BADAN PENGURUS HARIAN

Kepala Pondok : Ust. M. Yogi Dzikri Maulana


Sekretaris : Ust. Muhammaad Syadid Daelami
Bendahara : Ust. Irfan Maulana
88
DIVISI-DIVISI

1) Pendidikan : Ust. Muhammad Harir


Ust. Muhibbul Karim
Ust. Idin Mahfudzin
Ust. Diding A Qodir
Ust. Ibnu Ubaidillah
Ust. Syarif Hidayatullah

2) Keamanan : Ust. Erman Maulana


Ust. Deni riyanto
Ust. Muhammad Irfan
Ust. Asrori
Ust. Rahmat Abdullah
Ust. Abd Qohar Muhyi, S.Pd.I

3) Ketakhosusan
A. MTAS : Ust. Abdurahman As-Syuja’i,
S.Kom.I
Ust. M. Taqiyudin
Ust. M. Sam’un
Ust. M. Kaelani
Ust. Alamul Yaqin
Ust. Faqihuddin

B. SMPTP : Ust. Abdurahman As-Syuja’i,


S.Kom.I Ust. Moh Abdul Hakim,
M.Pd.I ( Komite)
Ust. Moh. Mahfudzin
Ust. Moh Faqih, S.Pd.I
Ust. M. Asep Saifudin

C. MA Tunas Pertiwi : Ust. Hamdani, S.E


Ust. Ahmad Kurniawan, S.Pd.I
Ust. Auful Anam, S.Pd.I
Ust. Yadi Setiadi, S.H.I
Ust. Ajat Sudrajat, S.Pd.I

4) Perlistrikan & Sound System : Ust. Syamsuri


Ust. Ali Masduqi

5) Pembangunan : Ust. Shobirin (Koordinator)


Ust.Ugi Ginanjar
Ust. Dede Qomarudin
Ust. Haris Awali

6) Perairan : Ust. Syamsul Arif


89
Ust. Muamar Solihin
Ust. Maulana M Zuhri

7) Kebersihan : Ust. Imammudin


Ust. Muhammad Lutfi

8) Humas & Multimedia : Ust.Faisal Tamim

9) Logistik & Peralatan : Ust. Riyadul Jinan


Ust. M. Jazuli

10) R.Tamu & Kesehatan : Ust. M. Ridwan Budi Santoso


Ust. Abu Bakar
Ust. Syamsul Arifin

11) DKM : Ust. Abdul Qohar Muhyi, S.Pd.I

12) PTSG : Ust. Abu Bakar

13) Ekonomi
A. BURSA : Ust. A. Khoirudin Azis
Ust. Zenal Arifin
Ust. M Nur Mukhtar
Ust. Didin Sahlaludin
Ust. Iif Mukhtafi
Ust. Subhan Fauzi
Ust. Ma’ruf Al-Kurhi
Ust. Faiz Mubarok

B. LKKJ : Ust. Misbah Mustofa


Ust. Qomarudin
Ust. Hisyam Sayuti

C. Koprasi : Ust. Sholehudin


Ust. Busyrol Karim

D. Kantin : Ust. Diding A Qodir


Ust. Wildan Afiat

E. Jam’iyah Konsumsi : Ust. M. Ali Fikri

F. Transfortasi : Ust. Atang Sutisna


Ust. Tamrin Kamali

14) New Zahro : Ust. Faiz Mubarok (Cirebon)

15) Pengurus Dalem : Ust. Agus Lu’ni Maulana


90
Ust. Muqoddim

16) PENGURUS KOMPLEK AROFAH AL-MUSYAROFAH

Kepala Komplek : Ust. Burhanuddin


Sekretaris : Ust. Hadi Sa’dullah
Pendidikan : Ust. Saepudin
Ust. Ahyad Fakhruroji
Keamanan : Ust. Muslimin
Kebersihan&Peralatan : Ust. Amrullah
Ust. Abdul Qohar
Humas / Multimedia :Ust. Nurul Fauzi

Kepala Kamar1 : Kang M. Subhan


Kepala Kamar 2 : Kang Agung Wildan Azizi
Kepala Kamar 3 : Kang A Dimyati
Kepala Kamar 4 : Kang Walid Hasyim
Kepala Kamar 5 : Kang Arif Afifudin
Kepala Kamar 6 : Kang Habib Riziq
Kepala Kamar 7 : Kang Asep Nur Fuad
Kepala Kamar 8 : Kang M. Fikri Rahman
Kepala Kamar 9 : Kang Arif Nurhidyat
Kepala Kamar 10 : Kang Ae M. Laeli Mubarok
Kepala Kamar 11 : Kang Syahrudin
Kepala Kamar 12 : Kang M. Irfan
Kepala Kamar 13 : Kang Wahyu Agus Bahri
Kepala Kamar 14 : Kang Affan afnan
Kepala Kamar 15 : Kang Fadzlurohman azis

17) PENGURUS KOMPLEK MAKKAH AL-MUKARROMAH

Kepala Komplek : Ust. Muhammad Yasin


Sekretaris : Ust. Fahmi El-mubarok
Pendidikan : Ust. Moh Nasrudin
Ust. M. Jammaluddin
Keamanan : Ust. M Mukhtar
Kebersihan & Peralatan : Ust. Khoirur Rofiko
Ust. Restu Aditiya
Mulimedia & Humas : Ust. Iif Faizudin

Kepala Kamar 16 : Kang A Fakhruroji


Kepala Kamar 17 : Kang Muhtadi Amin
Kepala Kamar 18 : Kang Fiqih Hidayaturrahman
Kepala Kamar 19 : Kang M Makinun Amin
Kepala Kamar 20 : Kang Nur Ismail
Kepala Kamar 21 : Kang Adji M Dwi Romji
Kepala Kamar 22 : Kang Ade Hidayatullah
Kepala Kamar 23 : Kang Cecep Abdurrohim
91
Kepala Kamar 24 : Kang M. Nurul Fajri
Kepala Kamar 25 : Kang M. Rohimuddin
Kepala Kamar 26 : Kang Bisri Mustofa
Kepala Kamar 27 : Kang Faiz Mubarok (Indramayu)
Kepala Kamar 28 : Kang Fawaidul Rijal

18) KOMPLEK BARU

Kepala Komplek : Ust. Ridho Mahdi


Pendidikan : Ust. Nana Rusmana
Kebersihan : Ust. Nashori

Kepala Kamar 29 : Kang Irfan Fahrurozi


Kepala Kamar 30 : Kang Abdul Mugis Septi
Kepala Kamar 31 : Kang Abdul Gofar
Kepala Kamar 32 : Kang Aziz Abdul Malik
Kepala Kamar 33 : Kang Lukmanul Hakim
Kepala Kamar 34 : Kang M. Ahadun

92
LAMPIRAN 2

SUSUNAN KEPENGURUSAN
PONDOK KEBON JAMBU PUTRI AL-ISLAMY
PESANTREN BABAKAN CIWARINGIN CIREBON
MASA KHIDMAT 1439-1440 H/ 2018-2019 M

Pelindung : Masyayikh Babakan Ciwaringin


Cirebon
Dewan Pengasuh
Ketua : Ny. Hj. Masriyah Amva
Anggota : Ny. Hj. Awanillah Amva, S.Kom.I
Ny. Hj. Maryatul Qibtiyah, S.Kom.I
Ny. Hj. Siti Aisyah. S.Kom.I
Ny. Hj. Siti Maryam, S.Kom.I
Ustdz. Sa’diyah
Dewan Pembimbing : Ustdz. Anisah
Ustdz. Saily Rahmah
Ustdz. Siti Maslahatul Ammah
Ustdz. Sri Salamah
Ustdz. Yayah Ruqoyah
Dewan Pengurus Harian
Pengarah Pengurus : Ustdz. Siti Sholiha, S.Pd.I
Kepala Pondok : Ustdz. Nida Cholipah
Wakil Kepala Pondok : Ustdz. Hanifa Kusumawati
Sekretaris : Ustdz. Hilyatul Aulia
Bendahara : Ustdz. Dena Ayu
1. Divisi Pendidikan
Koordinator : Ustdz. Ulya
Anggota : Ustdz. Latifah
Ustdz. Khoeru Sofiah
Ustdz. Puput Fauziah
Ustdz. Zian Fauziah
Ustdz. Sa’diyatus Sholihah
2. Divisi Peribadatan
Koordinator : Ustdz. Siti Rabi’atul Adawiah
Anggota : Ustdz. Ririn Rositasari
Ustdz. Siti Julaikha
Ustdz. Qurotul ‘Uyun
Ustdz. Salsa Nafisatul Umami
Ustdz. Itsna Fauziah
Ustdz. Ipah Masriyah

3. Divisi Kebersihan

93
Koordinator : Ustdz. Syafiqoh
Anggota : Ustdz. Halimatus Sa’diyah
Ustdz. Sumyati
Ustdz. Ai Munawaroh
Ustdz. Nursofwatul Qulub
Ustdz. Ayu Fatonah
Ustdz. Sinta Dinillah

4. Divisi Keamanan
Koordinator : Ustdz. Tsamrotul Jannah
Anggota : Ustdz. Ai Hayatul Afiah
Ustdz. Nisa Nurkholistiani
Ustdz. Vina Topika
Ustdz. Sella Carissa

5. Divisi Sarana Prasarana dan Perairan (SARPRAS)


Koordinator : Ustdz. Anis Khoerunisa
Anggota : Ustdz. Hana Ni’matul Izza
Ustdz. Siti Aisyah
Ustdz. Tika Rizkia
Ustdz. Nurussa’adah

6. Divisi Pengembangan Bakat dan Potensi Santri (PBS)


Koordinator : Ustdz. Dena Ayu
Anggota : Ustdz. Peti Masluhatul Rizki
Ustdz. Sarah Mudrikah
Ustdz. Hana Halimatus Sa’diah
Ustdz. Alfiyatus Sholiha
7. Divisi Kesehatan
Koordinator : Ustdz. Siti Lilis Nurkholisoh
Anggota : Ustdz. Jijah Faizatul Jannah
Ustdz. Uswatun Hasanah

8. Divisi Kemakmuran Musola


Koordinator : Ustdz. Lia Amelia
Anggota : Ustdz. Siti Euis Nurhidayah
Ustdz. Dinda Fitriyani

9. Kepala Komplek Alia : Ustdz. Kopsah Kopsiana


Sekertaris : Mba. Ervi Nurazizah
Bendahara : Mba. Sri Sulastri
Peribatan : Mba. Fitriani
Mba. Ana Sopiana
94
Mba. Hana Humaeroh
Pendidikan : Mba. Ratna Siti Hasanah
Mba. Nadia Mutmainah
Mba. Hana Fatimah
Keamanan : Mba. Umul Khoir
Mba. Fajar Tanjali
Kebersihan : Mba. India Gilang
Mba. Nurlaela
Mba. Izzatul Milah
Nadhira 1 : Mba. Salsa Fadia Aulia
Mba. Helga Aulia
Nadhira 2 : Mba. Shofwatul Aini Rahmah
Mba. Wafiq Azizah
Alia 1 : Mba. Ayu Rahmawati Putri
Mba. Nurabidah
Alia 2 : Mba. Fitri Nurjannah
Mba. Nurussipa
Alia 3 : Mba. Anissa
Mba. Rika Wulan Cahyani
Tsania 1 : Mba. Cerin Bibah
Mba. Nadia Nurul Aulia
Tsania 2 : Mba. Iip Sarifah
Mba. Nida Raudatul Jannah
Gurfah Jadid : Mba. Siti Nurhabibah
Mba. Maulani Ainul Yaqin

Kepala Komplek Varia ‘AINI : Ustdz. Dewi Atika Firdayanti

Kepala Komplek : Ustdz. Dewi Atika Firdayanti


Sekertaris : Mba. Mariatul Qibtiyah
Bendahara : Mba. Siti Na’imah

95
Peribatan : Mba. Dina Nurfadilah
Mba. Nurjannah
Mba. Jilan Alifah Khoerunnisa
Pendidikan : Mba. Melawati
Mba. Nurherlina
Mba. Erna Isrotul Fitriyah
Mba. Khalimatus sa’diyah
Keamanan : Mba. Anika Hakim
Mba. Nurul Azzah
Mba. Eka Yuliyanti
Kebersihan : Mba. Qori’ah
Mba. Maesaroh
Mba. Hanifiah Husna
Mba. Yeni KartikaSari
Varia 1 : Mba. Shinta Rahmah
Mba. Nurlaelatul Maulidia
Varia 2 : Mba. Shinta Wati A
Mba. Ina Noviyanti
Marina 1 : Mba. Kholina
Mba. Habibatul Mahfudzoh
Marina 2 : Mba. Evi Shopia
Mba. Anggi Yulianti
Salica 1 : Mba. Nurdiana
Mba. Siti Nurhasanah
Salica 2 : Mba. Putri Hilwa
Mba. Sohifah
Salica 3 : Mba. Sintawati B
Mba. Fifin Indah
Aula : Mba. Siti Nurrahma
Mba. Ambar Winarti

96
LAMPIRAN 3

1. Kegiatan Harian
Waktu (Istiwa’) Kegiatan Keterangan
03.00 – 03.30 Persiapan dan Sholat Sunnah
03.30 – 04.30 Qobliyahan
04.30 – 05.00 Sholat Subuh
05.00 – 06.15 Pengajian Subuh Muroja’ah Hafalan
06.15 – 07.00 Persiapan
07.00 – 10.00 Madrasah Takhossus (Non Formal)
06.45 – 01.00 Sekolah Formal
12.15 – 12.30 Sholat Dhuhur Takhossus (Non Formal)
12.35 – 14.00 Pengajian Dhuhur Formal
13.00 – 15.30 Istirahat dan Muthola’ah
15.30 – 16.15 Sholat Atsar
16.15 – 17. 30 Pengajian Atsar
17.30 – 18.00 Persiapan
18.00 – 18.30 Sholat Maghrib
18.30 – 19.30 Pengajian Maghrib Wajib bagi seluruh santri

19.30 – 20.00 Persiapan (Muthola’ah)


20.00 – 20.30 Sholat Isya’
20.30 – 22.00 Pengajian Isya’
22.00 – 03.00 Istirahat

2. Kegiatan Mingguan

Kegiatan Waktu
- Marhabanan Malam Jum’at
- Ekstrakulikuler
a. LBJ (Lingkar Budaya
Jambu) – Bidang Seni
dan Budaya
b. SC2 (Seni Corat Coret)
– Bidang Kesenian
Terapan dan Kaligrafi
c. Seni Tilawah
Al’Qur’an (Murrotal
dan Qiro’)
d. Seni Sholawat –
Bidang Pengembangan Selasa Sore

97
Sholawat
e. New Zahro – Bidang
Marawis, Gambus dan
Rebana
f. Seni Retorika Dakwah
g. Komunitas Bahasa
Arab
h. Pelatihan Jurnalistik
i. Seni Musik Angklung
(Putri)
j. Seni Tari (Putri)
k. Kursus Bahasa Arab
dan Inggris (Putri)
l. Kursus Menjahit (Putri)
m. Kursus (Komputer)
- Panca Tunggal Serba Guna
(PTSG)
- MusyGab (Musyawarah
Gabungan)
- Kajian Fiqh Kontemporer
(Buya Husein dari Cirebon)
- Pengajian Gabungan Putra dan
Putri (Kitab Tafsir Munir)
- Mujahadah Mingguan Malam Selasa
- Mujahadah Harian Tengah Malam
- Manaqib Syekh Abdul Qodir Jum’at Sore
Al-Jailani

98
3. Kegiatan Bulanan dan Tahunan
Kegiatan Bulanan Kegiatan Tahunan

- Kajian Tasawuf (Syekh - Ujian Pondok Pesantren


Rohimuddin dan Syekh (2 semester)
Dliyauddin)
- Pembacaan Dzikir - Akhirussanah
Ratibh Syamsi Al- (Khataman Al-Qur’an
Syumusy dan Kitab Al-fiyyah)
- Jam’iyyah Organisasi - Ziarah Wali Songo
daerah (Orda) (Madura)
- Temu Alumni (Dwi - Safari Dakwah
Wulanan) Ramadhan
- Kajian seni dan Budaya - Pasaran Ramadhan
(‘Ulama Seni)
- Kliwonan - PPL Tahunan
- Rapat Kordinasi dan Inti - Bahtsul Masail
- Rapat Yayasan (Dwi - Musabaqoh ‘Ammah
Wulanan) - PHBI
- Wada’an

99
LAMPIRAN 4

Lembaga-lembaga Di Pondok Pesantren Kebon Jambu A-Islamy


(Program Unggulan)

Lembaga Pendidikan Lembaga Pendidikan Lembaga Ekonomi dan


Non Formal Formal Sosial
(Madrasah)
- Madrasah Tahfidz - Madrasah Aliyah - Lembaga
Al-Qur’an (Putri) Tunas Pertiwi Kesejahteraan
Sosial Anak
- Madrasah - Sekolah (LKSA)
Tahsinul Akhlak Menengah Tunas - Badan Usaha
Assalafiyyah Pertiwi Milik Pesantren
(BUMP) Bursa
- Program Bariklana
- Madrasah Metode Kesetaraan Paket - Lembaga
Qiro’ati (Metode B dan C Keuangan Kebon
Belajar Al- Jambu (LKKJ)
Qur’an) - Ma’had Aly
Kebon Jambu
- Madrasah Metode
Almiftah Lil
‘Ulum (Metode
Belajar Kitab
Kuning)

100
LAMPIRAN 5

Jadwal Pengajian Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy

WAKTU TINGKAT PENGAJIAN PENGAJAR TEMPAT


Qoblah SP/Fasholatan Mhf Tashrifan Tim Komplek
Jurumiyah Mhf Tim Komplek
Subuh Jurumiyyah +
Amrity
Mutammimah Mhf Alfiyah 1 Tim Komplek
Alfiyah Mhf Alfiyah 2 Tim Masjid
Bawah
Fathul Qorib Mhf Jauharul Tim Pendopo Al-
Maknun Mukarrom
Kelas 6 MTAS Mhf Sulam Al Tim Depan Kantor
Munawaroq MTAS
Pengurus Mujahadah Tim Griya Al-
Ghozali Mukarrom
Ba’da Santri Baru Iqro Tim Makkah
Fasholatan Metode Al Lihat Bangunan
Subuh Miftah Keterangan Baru
Kelas 1 & 2 Fasholatan & Tim Arofah Atas
MTAS Juz ‘Amma
Jurumiyah A Tajwid Ust. Ajat Perpustakaan
Sudrajat
Jurumiyah B Ust. Riyadul Arofah Timur
Jinan
Jurumiyah C Ust. M. Irfan Arofah Barat
Mutammimah I'roban dan Ust. Masjid
& Kelas 3 Tahriran Muhyiddin Bawah
MTAS
Alfiyah Alfiyah Ibnu Ust. Hasan Pendopo Ibu
Malik Rohmat
Kelas IV Al-Qur’an Ust. Kantor
Abdurrahman MTAS
Assyuja’i
Fathul Qorib Ushul Fiqih Ust. Saekhu Maqbaroh
Tahassus Kitab 11 Ust. Diding Pendopo Al-
AQ Mukarrom
Ba’da Kelas 1 Khos Jurumiyah Ust. Alamul Kantor
Yaqin MTAS
Dzuhur Kelas 2 Khos Minh As Ust. M. Arofah Timur
Saniyyah Mukhlisin
Kelas 3 Khos Sulam At Ust. Robith Arofah Barat

101
Taufik Hasymi Yasin
Kelas 4 MTAS Ta’lim Al Ust. Hasan Arofah Atas
Muta’alim Rohmat
Kelas 5, 6, & Arrisalah Al KH. Asror Pendopo Al-
Tahassus Qusyaeriyah Muhammad Mukarrom
Ba’da SP & Adab KH. Asror Masjid
Fasholatan Muhammad
Ashar Jurumiyah Jurmiyah + Ust. Maqbaroh
Amrity Muhyiddin
Mutammimah Praktek Ust. M. Kharir Arofah Atas
A Nahwu Shorof
Mutammimah Ust. Busyrol Arofah Timur
B Karim
Kelas 3, 4, 5, Durroh An Ust. M. Kondisional
& 6 MTAS Nasihin Syam’un
Syarah Safinah Ust.
Anwar Al Faqihuddin
Masalik Ust.
Abdurrahman
Assyuja’i
Kelas 3 ‘Am Tukhfah Al Ust. Kaelani Arofah Atas
Atfal Mukhsin
Alfiyah Riyadh Al Ust. Diding Pendopo Ibu
Badi’ah AQ
Fathul Qorib Fath Al Qorib Ust. Makkah
Sholehudin
Tahassus Fath Al Muin Ust. Makhsus Pendopo Al-
Iskandar Mukarrom
Ba’da SP, Fasholatan Al-Qur’an Tim Masjid
& Jurumiyah Bawah
Maghrib Kelas 1, 2 Sorogan Al- Tim Masjid Atas
MTAS Qur’an
Kelas 3 MTAS Sorogan Tim Arofah Atas
Riyadh Al
Badi’ah
Mutammimah Shorof KH. Asror Pendopo Al-
Muhammad Mukarrom
Alfiyah Alfiyah Ibnu Ust. Hasan Pendopo Ibu
Malik Rohmat
Kelas 4 MTAS Sorogan Tim Kantor
Taqrib MTAS
Fathul Qorib Jauharul Ust. Robiyh Makkah
Maknun Hasymi Yasin
Kelas 5 MTAS Pendalaman Ust. M. Arofah Barat
Kitab 11 Taqiyuddin

102
Tahassus Al-Quran Ust. Bangunan
Abdurrahman Baru
Assyuja’i
Ba’da Santri Baru Iqro+ Sorogan Tim Makkah
Juz ‘Amma
Isya (I’dad)
Fasholatan Sorogan Kitab Tim Masjid
Jurumiyah Sorogan Kitab Tim Masjid
Mutammimah Sorogan Kitab Tim Masjid Atas
Alfiyah Musyawaroh Ust. Ibnu Pendopo Ibu
Al-Fiyah Ubaidillah
Fathul Qorib Musyawaroh Ust. M. Kharir Pendopo Al-
Ad-Diniyyah Mukarrom
Tahassus Musyawaroh Ust. Diding Bangunan
Ad-Diniyyah AQ Baru
Kelas 3 Khos Musyawaroh Ust. Kaelani Arofah Timur
Mukhsin
Kelas 3 ‘Am Musyawaroh Ust. Arofah Barat
Abdurrahman
Assyuja’i
Kelas 4 MTAS Musyawaroh Ust. Alamul Perpustakaan
Yaqin
Kelas 5 MTAS Musyawaroh Ust. M. Kantor
Syam’un MTAS Luar
Kelas 6 MTAS Musyawaroh Ust. M. Kantor
Taqiyuddin MTAS Dalam

103
LAMPIRAN 6

Prestasi Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy


a. Prestasi Santri Putra
Lomba Umum Musabaqoh al-Kutub

1. Juara 1 Lomba Kaligrafi Se-Wilayah 1. Juara 1 Lomba Muhafadzah


3 Cirebon Jurmiyyah Tingkat Kabupaten
2. Juara 1 Lomba Kaligrafi Tingkat 2. Juara 2 Lomba Muhafadzah
Provinsi ‘Imrithi Tingkat Kabupaten
3. Juara 2 Lomba Kaligrafi Tingkat 3. Juara 1 Lomba Muhafadzah
Provinsi Alfiyyah Se-Wilayah 3 Ciriebon
4. Juara 2 Lomba Kaligrafi Tingkat 4. Juara 1 MQK Kitab Safinah
Nasional Tingkat Kabupaten
5. Juara 1 Lomba Pidato Se-Wilayah 3 5. Juara 1 dan 2 MQK Kitab
Cirebon Fathul Qorib Tingkat Kabupaten
6. Jaura 2 Lomba Pidato Tingkat 6. Juara Umum MQK Tingkat
Provinsi Kabupaten
7. Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Arab
Se-Wilayah 3 Cirebon
8. Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Arab
Tingkat Nasional
9. Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Jawa
Tingkat Kabupaten
10. Juara 1 Lomba Baca Puisi Se-Wilayah
3 Cirebon
11. Juara 1 Lomba Baca Puisi Tingkat
Provinsi
12. Juara 2 Hadroh Tingkat Kabupaten
13. Juara 1 MSQ Tingkat Kabupaten
14. Juara 1 Musik Kreatif Se-Wilayah 3
Cirebon
15. Juara 1 Lomba Cerdas Cermat Islam
Tingkat Wilayah 3 Cirebon

104
b. Prestasi Santri Putri
Lomba-lomba yang pernah diikuti dan juara
1. Juara 1 MQK Marhalah Wustho Tingkat
Kabupaten Cirebon

2. Juara 1 MKA (Musabaqah Khat Arobi)


Wilayah III Cirebon

3. Juara 3 MQK Wilayah III Cirebon

4. Juara 3 MQK Kitab ‘Imrithy Wilayah III


Cirebon

5. Juara 1 MSQ al-Biruni

6. Juara 1 Pidato Bahasa Jawa Se Wilayah III


Cirebon

7. Juara 1 Pidato Bahasa Indonesia Se Wilayah


III Cirebon

8. Juara 2 Pidato Bahasa Daerah Se Wilayah III


Cirebon

9. Juara 2 Hadroh di al-Biruni

10. Juara 1 Cerpen di al-Biruni

11. Se-10 Besar Cindai (Cirebon Mencari Bakat)

105
LAMPIRAN 7

NASIHAT GURU

2 PERINTAH 9 LARANGAN

“Bila orang mencari ilmu ingin berhasil dan mendapatkan ilmu bermanfaat, maka
ia harus mentaati peraturan-peraturan orang mencari ilmu, agar mendapat ridho
Allah swt. dan do’a serta berkah dari ulama sholihin”

Peraturan-peraturan orang mencari ilmu itu terdiri dari perintah dan larangan,
dikenal dengan “Dua Perintah dan Sembilan Larangan Guru”, sebagaimana
tercantum di bawah ini :

PERINTAH GURU
1. Harus sungguh-sungguh mengaji, supaya cepat pandai.

2. Harus sungguh-sungguh sholat berjamaah, supaya kelakuannya baik dan benar.

Setelah menjadi orang pandai dan kelakuannya benar, barulah


dinamakan sholeh yang Insya Allah akan dianugerahi selamat, bahagia, dan mulia
bagi dirinya serta anak cucunya.

Selamat artinya tidak akan disiksa baik di dunia maupun di akhirat.


Bahagia artinya segala yang dicita-citakan akan tercapai. Mulia artinya akan
disegani dan dihormati.

106
LARANGAN GURU
1. Tidak Boleh Banyak Jajan.

Yakni belanja harus terbatas, tidak boleh sesuka hati ( menuruti hawa nafsu )
akhirnya orang tua tidak mampu lagi membekali.

2. Tidak Boleh Banyak Tidur.

3. Tidak Boleh Banyak Keluyuran

Karena banyak tidur mengakibatkan kurang cerdasnya otak. Waktu


tidur sehari- semalam harus cukup 6 (enam) jam, yaitu dari pukul 22.00 sampai
04.00 pagi. Baik siang maupun malam karena keluyuran akan mengakibatkan
hatinya beku dan ngawur. Tidak ada keinginan untuk menjadi orang pandai.
Apabila sudah tiba jam 22.00 harus berkumpul dan tidur di pondok masing-
masing atau masjid. Tidak boleh tidur di luar komplek Pondok Kebon Jambu Al-
Islamy.

4. Tidak Boleh Melihat Tontonan.

Sekalipun kecil seperti TV, VCD, dll. karena menonton itu menuruti hawa
nafsu yang akan mengganggu konsentrasi belajar

5. Tidak Boleh Ikut Dalam Permainan.

Seperti main bola dan yang serupa dengannya sebab akibatnya akan
ketinggalan mengaji dan sholat berjamaah.

6. Tidak Boleh Jambulan ( Lepas Peci ) Dan Berambut GondrongKarena orang


yang suka jambulan sifat kekanak-kanakannya akan terbawa sampai tua dan
hukumnya makruh. Bila rambut sudah panjang melebihi 5 cm harus dipotong.

7. Tidak Boleh Sering Pulang

Yang akibatnya tidak betah di pesantren. Pulang maksimal 1 kali dalam 6


bulan. Dan bila mau pulang harus memohon izin terlebih dahulu kepada pengasuh
dengan membawa surat izin yang disediakan di kantor pusat. Kemudian surat izin
itu harus ditanda tangani oleh orang tua / wali santri dan dikembalikan kepada
pengasuh.
107
8. Tidak Boleh Pindah Sebelum 7 Tahun.

Minimal 7 tahun menempuh pendidikan di pesantren dalam satu tempat, bila


kurang dari 7 tahun sudah pindah / boyong, maka tidak ada pertanggung jawaban
dari pesantren

Catatan :

Orang menggali sumur satu meter pindah, atau dua meter pindah, sampai sepuluh
kali pindah pun tidak akan keluar air yang dicari. Begitupun halnya dengan orang
yang menuntut ilmu.

9. Tidak Boleh Keluar / Boyong Sebelum Pandai.

Meskipun sudah 20 tahun lamanya pendidikan di pesantren kalau belum


berhasil jangan mundur, teruskan sampai berhasil

108
LAMPIRAN 8

MARS JAMBU
Kami santri Kebon Jambu Al-Islamy
Penerus Risalatun Nabi
Menyampaikan perintah Robbul Izzati
Di sana tugas suci telah menanti
Wahai kawan-kawanku angkatan muda Islam
Penerus pergerakan Islam
Ayo singsingkan lengan bajumu
Demi cita-cita yang kita tuju
Maju terus pantang mundur
Biar badan kita hancur
Berkalang tanah masuk kubur
Demi semangatnya leluhur
Mengembangkan ……
Dinul Islam
Menghalau s'gala rintangan
Maju terus
Pantang mundur
Demi mencapai tujuan
Di sini pondokku
Pondok Kebon Jambu
Hatiku sedih di hari minggu
Pernah kualami
Tak betah di sini
Namun aku sabar menjalani
Di Kebon Jambu aku mengaji
Walaupun apa yang kan terjadi
Di Kebon Jambu aku mengaji
Walaupun apa yang kan terjadi
109
Pesantren, pesantren di pesantren aku mengaji
Pesantren, pesantren di pesantren aku mencuci
Pesantren, pesantren di pesantren aku kenal si Umi
Pesantren, pesantren di pesantren aku dapat istri
Tinggalkan ayah tinggalkan ibu (jawab) ayah ibu
Relakan kami pergi berjuang (jawab) berjuang
Di bawah kibaran panji Islam (jawab) panji Islam
Demi membela agama agama Islam (jawab) agama Islam
Tidak kembali pulang (jawab) pasti pulang
Sebelum kita semua menang (jawab) pasti menang
Walau mayat di medan perang
Demi Islam kurela berkorban (jawab) serbu
Maju ayo maju ayo terus maju
Singkirkanlah dia, dia, dia
Kikis habislah mereka
Demi agama kita semua
Wahai kawanku pejuang yang mulia
Di mana kau berada (jawab) di sini
Ayo singsingkanlah lengan bajumu
Demi satu cita-cita yang kita tuju

110
LAMPIRAN 9

Makna Lambang Kebon Jambu

LAMBANG MAKNA LAMBANG


1. Warna Dasar Hijau Muda Ketenangan, Ketentraman
1. Dua Bintang Kuning Emas Dua Cita-Cita yang Tinggi
1. Bola Dunia Putih/ Hijau Tua Kehidupan Dunia dan Akhirat
1. Buah Jambu Muda Hijau Tua Tunas-Tunas Bangsa dan Agama
1. Garis Putih Kesucian Jiwa
1. Tambang dan Pita Kuning Emas-Hitam Ikatan Persaudaraan
1. Garis Hitam Bola Dunia Menghapuskan Kebodohan
1. Kitab Kuning Emas Hukum-Hukm Islam

Makna : Menciptakan Ketenangan dan Ketentraman Dunia dan Akhirat


Bagi Tunas-Tunas Bangsa dan Agama dengan Menanamkan Rasa
Persaudaraan, Kejujuran dan Kesucian Jiwa Serta Menghilangkan
Kebodohan diatas Dasar Hokum-Hukum Islam

Ditetapkan di Pondok Jambu Al-Islamy


Jum’at 01 Shofar 1418 H
06 Juni 1997 M

Pendiri PKJ

KH. Muhammad

111
TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ustadzah Nida (Kepala Pondok Putri)

Waktu : 28 Desember 2018

Tempat: Babakan, di Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy

Pertanyaan 1

Apa yang Mb Nida ketahui tentang sosok KH. Muhammad ?

Jawab:

Ya, saya mengenal KH. Muhammad. Di mata saya beliau adalah sosok
guru yang berwibawa tapi lucu. Saya katakan lucu karna setiap yang beliau
katakan itu bersifat serius tetapi di ungkapkan dengan kalimat-kalimat
yang rileks, santai enak di dengar gitu. Saat saya duduk di bangku MTs
menyaksikan kehidupan beliau

Bagaimana Sejarah Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy ?

Jawab:

Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy didirikan pada tahun 1993


diatas tanah seluas 1.400 M2 yang beralamat di Jl. Kebon Jambu No. 1
Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
Pada tahun tersebut hanya bergerak pada bidang pengajian di majlis.
Sejalannya mengikuti arus waktu perlu adanya perkembangan. Karena
mengantisipasi kemajuan zaman penting kualitas keilmuan agama dan
umum secara agar seimbang. Karena menyadari hal tersebut penting
memiliki legalitas ijazah. Maka dari itu didirikanlah sekolah atau madrasah
yang berkesinambungan di bidang pelajaran umum atau pelajaran sekolah
formal. Sekolah yang didirikan ini pun terdaftar dalam data Kemendikbud.

Pertanyaan 2

Bagaimana Visis dan Misi Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy ?

Jawab:

112
Pastinya setiap suatu lembaga mempunyai Visi dan Misi. Seperti halnya
Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy ini mempunyai Visi dan Misi
juga. Semuanya selalu berkaitan dengan kata Islam di pondok ini.

1. Visi Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy


Terwujudnya manusia pandai, terampil, dan berakhlakul karimah agar
menjadi orang saleh/shalehah yang mulia, dan beramal ikhlas.
2. Misi Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
Pertama, Mencetak insan yang berpengetahuan luas dalam rangka
mewujudkan pembangunan Nasional. Kedua, Mewujudkan manusia yang
berwawasan kebangsaan dan keagamaan. Ketiga, Menjadikan para santri
berakhlakul karimah, dan keempat menciptakan lembaga yang berkualitas,
nyaman dan agamis.
Pertanyaan 3

Bagaimana bentuk kurikulum atau penerapan di pondok pesantren ini ?

Jawab:

Kurikulum di pondok ini tidak hanya berupa mata pelajaran yang diajarkan
di kelas, tetapi mencakup seluruh aktivitas santri, baik ketika di kelas, di
asrama, di masjid, di lapangan olahrga dan sebagainya. Seluruh kegiatan
yang dapat mengantarkan pesantren untuk mencapai tujuan pendidikannya,
termasuk kurikulum pesantren. Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang
diikuti, dilihat, dan didengar oleh santri semuanya dimaksudkan untuk
pendidikan. Prinsip ini diabadikan dalam motto “Semua yang kamu lihat,
yang kamu lakukan dan yang kamu dengar adalah untuk pendidikan”.
Semua mata pelajaran yang digunakan sesuai dengan kelas dan jenjang
pendidikannya. Kalo lebih lengkapnya tentang pendidikan yang diterapkan
di pondok ini semuanya sudah tertulis di arsip pondok. Pondok disini juga
tidak hanya memakai sistem dulu tp juga memakai sistem modern.

Pertanyaan 4

Bagaimana cara pondok ini menyeimbangkan kurikulum berbasis tradisional dan


kurikulum modern ?
113
Jawab:

Sebenarnya tidak ada kata pembaharuan antara yang klasik atau tradisional
dengan sistem yang di pakai modern ini. Akan tetapi sistem modern
sekarang ini adalah pengembangan dari kurikulum klasik atau tradisional
itu sendiri. Seperti misalnya pengajaran para kyai yang hidup pada zaman
dulu itu lebih menggunakan sistem pengajian membacakan kitab-kitab
klasikyang menggunakan arab gundul, kemudin di transformasikan atau di
terjemahkan dalam tulisan latin. Mengapa demikian, karna sekarang ini
banyak anak-anak muda yang hidup di kota kemudian di pesantrenkan.
Kan kalo pemuda-pemuda kota biasanya kurang memahami bahasa arab
apalagi arab gundul. Jadi terkadang pondok pesantren itu menyesuaikan
santri yang akan masuk ke pondok. Seandainya santri dari orang-orang
kota lebih banyak. Yah, ada beberapa pesantren yang seperti itu. Biasanya
seorang ustadz atau kyai menilai terhadap berbagai aspek yang ada pada
santri, baik aspek pengetahuan terhadap pengasaan materi kitab itu atau
perilaku yang mesti ditunjukkan dari pengkajian materi kitab, ataupun
ketrampilan tertentu yang diajarkan dalam kitab tersebut. Dengan
menggunakan aspek pengetahuan (kognitif) dilakukan dengan menilai
kemampuan santri dalam membaca, menterjemahkan dan menjelaskan.
kemudian sspek sikap (afektif) pun mempengaruhi yang dapat dinilai dari
sikap dan kepribadian santri dalam kehidupan keseharian. Kemudian yang
terakhir aspek keterampilan (skill) yang dikuasai oleh para santri dapat
dilihat melalui praktek kehidupan sehari-hari ataupun dalam bidang fiqh,
misalnya dapat dilakukan dengan praktek atau demonstrasi yang dilakukan
oleh para santri pada halaqah tersebut. Ini lah yang kemudian menjadi
tolak ukur kyai atau ustadz dalam menilai para santri.

Pertanyaan 5

Perkembangan pondok pesantren sudah terlihat dengan adanya pembangunan


asrama yang bertambah, terus juga sistem pengajian di pondok semakin
berkembang mengikuti arus zaman. Apakah perkembangan pondok pesantren ini
dalam insfastruktur ada pendanaan atau dukungan dari luar ?

114
Jawab:
Pastinya dalam hal pembangunan pondok ini tidak terlepas dari pendanaan
secara internal (keluarga) atau eksternal (orang lain). Saya lupa pada tahun
berapanya. Pondok ini pernah mendapatkan bantuan hampir sekitar lima
ratus juta, untuk pembangunannya saja. Ibu Nyai kan sangat di kenal di
masyarakat apalagi orang-orang yang pro feminis dalam hal ini. Mungkin
karna ibu Nyai cukup terkenal terus ibu juga mempunyai banyak banyak
kenalan di berbagai belahan dunia. Jadi ya banyak sekali dari teman-tean
ibu ikut berdonasi berupa materi dan teman-teman ibu juga mendukung
dengan apa yang sedang diperjuangkan ibu dalam hal pemberdayaan
manusia dalam hal ini di lingkup pesantren. Banyak sekali yang
mendonasikan sebagian hartanya untuk mendukung pembangunan pondok
ini, terutama para alumni, orang tua santri dan lain-lainnya. biasanya ibu
menyerahkan hal semacam ini kepada para tukang bangunan yang sudah
terpercaya, ibu hanya memberikan uang segini untuk pembangunan
selebihnya itu di pantau oleh adiknya ibu. Adiknya ibu itu sebagai dewan
pondok pesantren ini. Pembangunan terus dilakukan oleh pondok ini untuk
bisa menjadi lembaga yang berkualitas dan keluaran dari pondok ini
berguna untuk bangsa dan agama.
Cirebon, 22 Mei 2019
Mengetahui
Nara Sumber Pewawancara

Nida Neneng Ulva T.S

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Rhabiatul Al-Adhawiyah (Pengurus Peribadatan Pondok Putri)

Waktu : 27 Desember 2018

Tempat: Babakan, di Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy

Pertanyaan 1

115
Berapa jumlah santri Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy ?

Jawab:

Pondok ini berbeda dengan pondok lainnya Mb. Biasanya pondok lain itu
lebih banyak santri putrinya dari pada santri putranya. Nah kalo di pondok
ini jumlah santri putra sekitar kurang lebih 1.000 santri dan santri putri
kurang lebih 700 santri. Ini sudah terhitung dengan kabinet kepengurusan.

Pertanyaan 2

Dengan banyaknya santri di pondok ini. Ada berapa jumlah kamar di Pondok
Pesantren Kebon Jambu ini ?

Jawab:

Untuk jumlah kamar di putri kurang lebih 16 kamar yang terbagi dalam 2
komplek. Kemudian di pondok putra sekitar kurang lebih 40 kamar yang
terbagi dalam 3 komplek yaitu komplek Arofah, komplek Makkah, dan
Komlplek Ji’ronah. Di putri ataupun di putra setiap komplek memiliki
kepengurusan komplek tidak terlepas dari pada anggotanya santri.

Pertanyaan 3

Bagaimana cara pendisiplinan terhadap santri sebanyak ini ?

Jawab:

Terkadang santri pengurus pun kewalahan dalam bidang pendisiplinan


santri, karna banyak juga santri yang terkadang tidak mematuhi peraturan
pedispilan yang sudah diterapkan di pondok. Seperti adanya peraturan
harus sholat jama’ah lima waktu. Namun ada saja santri yang tidk
mengikuti shoalt jama’ah dengan berbagai alasan. Tapi tetap saja alasan
seperti apapun kecuali untuk perempuan datang bulan (menstruasi) di
perbolehkan. Untuk santri yang tidak mengikuti kegiatan sholat
berjama’ah akan dikenakan takziran (hukuman). Dikenakan takziran
seperti membersihkan kamar mandi, membersihkan ruang tamu,
membuang sampah. Takzirannya tergantung seberapa santri sering tidak

116
mengikuti sholat berjama’ah. Itu hanya salah satu contoh untuk
pendisiplinan santri. Kemudian ada juga santri yang tidak pulang tepat
waktu saat pulang sekolah menuju ke pondok biasanya di takzir
membersihkan halaman pondok dan membca surat pendek. Tapi ada juga
peraturan yang langsung dari ibu. seperti kalau urusan perizinan pulang ke
rumah itu langsung di tanggani pengasuh. Dan pengurus tidak ikut campur.
Namun kalau ibu tidah ada di rumah diwakilkan oleh anaknya atau
mantunya. Santri diberi pendisiplinan seperti ini, agar para santri bisa
belajar dari hukuman yang diberikan.

Pertanyaan 4

Apakah ada peraturan tidak tertulis di pondok ini ?

Jawab:

Iyah ada. Kalau peraturan tidak tertulis itu seperti mengucapkan salam. Itu
tidak tertulis tapi wajib dilakukan oleh santri. Kemudian peraturan tidak
tertulis seperti lungguh kalau untuk bertemu pengasuh sama itupun tidak
tertulis tapi wajib dilakukan santri. Juga ada ketentuan umum untuk santri
seperti selalu mentaati syariat Islam, peraturan yang berlaku dan Tata
Tertib Pondok Pesantren, menjaga nama baik pondok pesantren, dan dan
santri wajib taat kepada pengasuh Pondok Pesanter serta hormat kepada
dewan guru (ustadz) dan para kepengurusan lainnya. kemudian santri juga
diwajibkan untuk bersikap jujur, ramah serta saling menghargai,
melaksanakan jadwal piket bergiliran, kemudian juga wajib memelihara
semua alat-alat yang ada di pondok, wajib melaporkan kepada pengasuh
dan atau kepala sekolah jika mengetahui santri maupun santriwati lain
menderita sakit, dan masih banyak lagi. Tapi di pondok santri juga
memiliki hak seperti mendapatkan pendidikan dan pengajaran sesuai
ketentuan yang berlaku di Pondok Pesantren, menempati Pondok
Pesantren dan mempergunakan fasilitas yang diperuntukkan bagi santri
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Pondok Pesantren, bebas bertanya
dan mengeluarkan pendapat pada saat proses belajar mengajar dengan
tidak melupakan adab dan masih banyak lagi.
117
Pertanyaan 5

Bagaimana bentuk larangan untuk santri beserta sanksinya ?

Jawab:

Setiap lembaga atau suatu pondok pesantren pasti memiliki cara tersendiri
dalam mendidik para santri. Hal ini juga yang dilakukan Pondok pesantren
Kebon Jambu dalam menjadikan santri-santri yang bertakwa dengan
menjauhi larangan-larangan yang sudah di buat di pondok pesantren.
Setiap santri dilarang melakukan perbuatan yang merugikan dan
mencemarkan nama baik Pondok Pesantren, keluar dari lingkungan
Pondok Pesantren tanpa seizin pengasuh atau kepala sekolah, membawa
handphone, radio, tape recorder, membawa dan atau memakai barang
santri lain tanpa izin pemiliknya dan masih banyak lagi larangan yang
diterapkan kepada santri. Disipun siapapun santri yang melanggarnya akan
menerima sanksi. Pelanggaran tata tertib akan di kenakan sanksi. Sanksi
ini di bagi lagi. Ada sanksi ringan, dan sanksi ringan ini memiliki 3
kategori: Diberi nasihat dan peringatan oleh dewan guru, diberikan teguran
secara lisan dan atau tertulis, menghafal ayat-ayat pendek, membersihkan
MCK, Halaman, dan Ruangan dan hal-hal lain yang snksinya bisa di
kategorikan sanksi ringan . kemudian ada juga sanksi berat ini memiliki 3
kategori juga: Diskors sementara untuk mendapat bimbingan dari
orangtuanya, diserahkan kembali pendidikannya ke orang tuanya/ dicabut
haknya sebagai santri, diberhentikan secara tidak hormat/diusir dari
pondok. Di berhentikan secara tidak hormat di pondok ini belum pernah
terjadi dan dikeluarkan pun belum pernah terjadi.

Pertanyaan 6

Sebagai seorang santri yang sudah lama tinggal di pondok ini Mb beah
sudah menempuh pendidikan dari MTs hingga perguruan Tinggi. Berarti
dengan kata lain Mbah Beah ini sudah mengenal betul sosok Nyai
Masriyah Amva. Bagaimanakah sosok Nyai Masriyah amva di mata Mb
Beah ?

118
Jawab:

Ibu panggilan akrab Nyai Masriyah Amva di kalangan santri.


Menurut saya Ibu Nyai Masriyah sama seperti orang tua saya
sendiri. Dalam hal menasehati sangat berkeibuan. Banyak hal yang
patut dicontoh dalam diri ibu untuk saya. Seperti dalam hal
memimpin keluarga Ibu semenjak di tinggal suaminya, masih
selalu kuat memimpin keluarga bahkan menjadai tulang punggung
keluarga. Ibu selalu tegas dalam menghadapi masalah dan itu yang
harus saya contoh. Apalagi ketika ibu di tinggal suaminya, ibu
ditunjuk langsung memimpin pondok ini dan ibu juga mendapatkan
cobaan yang begitu banyak. Pernah ada seseorang yang meragukan
kepemimpinan ibu dalam pondok ini. Tapi ibu hanya berserah diri
kepad Allah SWT karna ibu yakin kekasih yang barunya yaitu
Allah SWT selalu melindunginya dalam hal apapun. Selain ibu
tegas, ibu juga open minded (terbuka) untuk kalangan luar yang
ingin lebih tau pondok ini. Untuk kalangan luar yang ingin
berkunjung ke pondok, bahkan banyak juga dari para bule yang
datang kesini sampai pernah pondok ini jadikan film pendek.
Pondok ini juga terbuka dengan budaya-budaya luar yang sifatnya
untuk membangun kreasi para santri. Pondok ini juga pernah
menghadirkan Iwan fals ketika khataman,terus juga istri dari
almarhum Wesrendra pernah mengisi acara kesenian di pondok ini.

Cirebon, 22 Mei 2019

Mengetahui
Nara Sumber Pewawancara

Rhabitul Aladhawiyah Neneng Ulva T.S

119
TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ustadzah Shyyly Rahmah (mantu Nyai Masriyah Amva)

Waktu : 28 Desember 2018

Tempat: Babakan, di Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy

Pertanyaan 1

Apa yang Yu Shelly ketahui tentang Kyai Muhammad ?

Jawab :

Beliau dimata saya itu sosok kyai yang dermawan dan penyayang juga
‘alim. Beliau hidup dengan kesederhanaannya, suka berkumpul dengan
semua kalangan, intinya Kyai Muhammad ini tidak membeda-bedakan.

Pertanyaan 2

Apa yang Yu Shelly ketahui di dalam sosok Nyai Masriyah ?

120
Jawab :

Beliau panggilannya akrabnya Ibu. ibu ini orangnya berbeda dengan


bapak. Perbedaannya terlihat pada cara berpakaian. Kalau bapak nih dalam
berpakaian dalam hal sederhana sah saja, tapi kalau ibu dalam
berpenampilan itu harus serasi atau sewarna. Contohnya ibu pakai gamis
warna ungu, nah jilbabnya juga harus ada warna ungunya juga walaupun
warna ungu dijilbab tidak mendominasi. Kemudian ibu juga suka
berbelanja. Tapi dalam ranah sosial ibu juga sama seperti bapak terbuka
gitu dalam semua kalangan dan tidak ada unsur membed-bedakan.

Pertanyaan 3

Apa yang dilakukan Nyai Masriyah dalam kesehariannya ?

Jawab :

Ibu itu bukan tipe ibu yang kesibukannya harus bergerak keluar rumah.
Tapi kesibukan ibu sehari-hari itu mencari kalimat-kalimat yang indah
untuk dicantumkan dalam puisi-puisi ibu dan akan di bukukan. Keseharian
ibu di rumah ya main sama cucu, ngurusin santri banyak hal yang
dilakukan ibu dalam sehari-harinya. Tapi ada jam-jam tertentu istirahat.
Biasanya setelah sholat subuh sampai jam 12 siang itu ibu istirahat
dikamar, nanti keluar kamar ketika mau ngimamin santri putri sholat.
Walaupun ibu istirahat dikamar bukan berarti tidur.

Cirebon, 22 Mei 2019

Mengetahui
Nara Sumber Pewawancara

121
Shayyly Rahmah Neneng Ulva T.S

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ustadz Erman (Kepala Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Putra)
Waktu : Desember 2018
Tempat: Babakan, di Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy
Pertanyaan 1
Bagaimana metode pengajaran di Pondok Pesantren Kebon Jambu ini ?
Jawab :
Pada masa lalu, pengajaran kitab kuning atau kitab klasik, terutama
karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi’i, merupakan satu-
satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pondok
pesantren. Tujuan utama mereka belajar ilmu agama untuk memperdalam
ilmu agama dan mencari pengalaman. Pengajaran kitab ini juga diajarkan
oleh kiai disuatu ruangan atau aula yang berada di pondok pesantren. Tapi
berbeda dengan zaman sekarang. Pengajaran kitab kuning di pondok saat
ini sudah diseimbangkan dengan nilai-nilai kemodern namun tidak
meninggalkan identitas kitab kuning itu sendiri. Kitab-kitab yang diajarkan
di pondok pesantren ini terutama kitab kuning dapat digolongkan ke dalam
122
8 kelompok jenis pengetahuan yaitu: 1. Nahwu dan Shorof 2. Fiqih 3.
Ushul Fiqih 4. Hadits 5. Tafsir 6. Tauhid 7. Tasawuf 8. Cabang-cabang
lain seperti Tarikh dan Balagho.
Pertanyaan 2
Bagaimana pembagian waktu dalam pengajaran di pondok ini ?
Jawab :
Pembagian waktu mengaji santri disesuaikan dengan tingkatan kelas santri
itu sendiri. Kemudian berbeda dengan santri yang mondok sekaligus
sekolah formal dengan santri yang hanya mondok saja atau nama lainnya
takhasus. Mengapa demikian, karna pihak pondok pun tidak ingin
memberatkan santri dan membuat kebingunan santri dalam pembagian
waktu mengaji.

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Nyai Hj. Awanillah Amva


Waktu : 25 Desember 2018
Tempat: Kediaman Nyai di Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy
Pertanyaan 1
Bagaimana pendapat Nyai sebagai saudara kandung, tentang Nyai Masriyah
Amva sebagai perempuan yang memimpin pondok ini ?
Jawab :
Menurut saya sah-sah saja ketika perempuan menjadi pemimpin. Dalam
tradisi Islam, perempuan itu menjadi warga nomor 2 dalam hal
kepemimpinan. Lelaki diutamakan menjadi pemimpin dalam kehidupan,
salah satunya dalam lingkungan pesantren. Kaka saya Masriyah Amva
menjadi sosok perempuan berbeda di Indonesia. dia mendobrak patriarki
di tradisi Islam dengan menjadi pimpinan pondok pesantren. Status dia
‘Nyai’ sebagai tanda seorang pemimpin perempuan di Pondok Pesantren
Kebon Jambu Al-Islamy ini. Dia menjadi pemimpin dengan jumlah santri
lebih dari 1.000 santri lelaki dan perempuan, dia Masriyah menghadapi
banyak tantangan. Terutama banyak peristiwa kekerasan seksual yang
123
dialami santri perempuannya. Ada juga santri lelaki menjadi pelakunya.
Dia juga ulama perempuan yang berani dan kontroversi. Dia dianggap
terlalu vulgar membicarakan soal seksual dalam tulisan-tulisan di belasan
bukunya. Sebab untuk berbicara pendidikan seks di lingkungan pesantren,
menurutnya itu tidak mungkin.
Cirebon, 25 Mei 2019

Mengetahui
Nara Sumber Pewawancara

Nyai Hj. Awanillah Amva Neneng Ulva T.S

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Nyai Hj. Masriyah Amva


Waktu : 05 Januari 2019
Tempat: Kediaman Nyai di Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy

Pertanyaan 1
Dalam tradisi Islam, jarang sekaliperempuan memimpin pondok pesantren.
Bagaimana awalnya Nyai Masriyah Amva bisa memimpin pesantren ini ?

Jawab :

Ini sebabnya karena suami saya meninggal. Pesantren ini patriarki.saya


menjadi pemimpin di pesantren ini, adalah kenyataan yang tidak bisa
dihindari. Kalau bicara soal teori kepemimpinan dalam Islam, kadang
tidak sesuai dengan kenyataan. Disini, pada kenyataannya pesantren ini
patriarki, pesantren salaf tradisional. Saat suami meninggal, dan saya
diminta menjadi pemimpin, rasanya gelap. Bagaimana bisa saya
memimpin ? terlebih penampilan saya bukan seperti nyai. Sementara anak
laki-laki saya baru saja menikah dan belum siap. Kemapanan sosialnya
belum ada. Sementara harus ada yang menjadi pemimpin di pesantren ini,
jika tidak pesantren akan bubar. Akhirnya kepemimpinan saya diterima
oleh kyai-kyai. Karena mereka memandang tidak ada lagi yang bisa. Saya

124
tidak suka banyak berteori. Ini sebuah kenyataan, perempuan juga bisa
memimpin dlam Islam. Apa mereka yang menentang bisa mengusir saya
dari sini? Ternyata tidak ada yang menolak.

Pertanyaan 2

Seketat apa tradisi Islam memberikan izin kepada perempuan untuk memimpin?

Jawab :

Dulu istri Rasulullah, Aisyah Radhiallahu Anha memimpin perang Jamal.


Saat itu yang memimpin adalah perempuan yang dominan dan yang
dianggap paling mampu, bukan yang diangkat. Jadi otomatis dan hukum
alam, dia yang jadi pemimpin. Nah, perempuan itu tidak dilarang untuk
memimpin. Agama itu menggambarkan kehidupan. Perempuan memimpin
karena kebutuhan.

Pertanyaan 2

Kemunculan ulama perempuan di Indonesia sudah banyak, salah satunya yang


sering muncul di layar TV, menurut Nyai bagaimana eksistensi mereka saat ini ?

Jawab :

Kemunculan ulama perempuan sudak sejak dulu dan banyak sekali. Tapi
arti ulama perempuan yang sebenarnya, mereka terjun ke masyarakat dan
memperhatikan gejolak sosial. Bukan hanya memperhatikan dirinya. Salah
satunya, dengan adanya kegiaatan internasional yang dikumpulkan untuk
dijadikan satu dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI).
Alhamdulillah kongres ulama perempuan ini berjalan lancar pada tahun
2017 yang lalu dan kongres ini adalah yang pertama, ada dari berbagai
negara yang datang.

Pertanyaan 3

Bagaimana kalau kepemimpinan perempuan dilakukan karena penunjukan ?

Jawab :

125
Penunjukan dalam kepemimpinan perempuan tidak relevan, seharusnya
terjadi dengan sendirinya. Seseorang harus memilih pemimpin yang paling
mampu, termasuk yang dipilih adalah perempuan. Kecuali jika orang itu
diikat dengan pandangan agama yang sempit, kemudian dia mengalahkan
naluri kemanusiaannya.

Pertanyaan 4

Pandangan sempit bagaimana nyai ?

Jawab :

Memandang teks agama dengan terbatas, dan tidak disesuaikan dengan


zaman dan keadaan. Itu sama dengan orang yang berfikir perempuan wajib
berhijab dan bercadar. Mereka mengambil pemahaman itu karena tidak
melihat keadaan di Indonesia. Jangan memandang Islam itu adalah Arab
Saudi. Cadar adalah bagian dari tradisi Arab, bukan Islam. Sebab di Arab
adalah kawasan berpasir, pakai cadar untuk melindungi kulit dari cuaca
panas dan debu.

Pertanyaan 4

Bukankah mengenakan cadar bagian dari ajaran Islam ?

Jawab :

Iya, memang betul. Tapi saat itu Islam ada di Arab Saudi dengan budaya
disana.salahnya, kebanyakan orang memahami semua perempuan di mana
pun harus begitu, padahal tidak. Jika begitu, Islam tidak akan diterima di
negara lain.

Pertanyaan 5

Saat ini Nyai Masriyah Amva sudah menjadi pemimpin pondok pesantren ini,
adakah kesulitan yang Nyai hadapi ?

Jawab :

Menjaga perempuan di sini kesulitan paling pertama. Saya dititipkan oleh


orangtua siswi untuk menjaga mereka, agar mereka itu bisa menjaga
126
pergaulan. Terutama pergaulan dengan lelaki, jangan sampai mereka
bergaul bebas sampai melanggar aturan agama. Jadi kebanyakan orangtua
menitipkan anak lelaki dan perempuannya agar mereka dijaga dari
pergaulan yang merusak. Banyak sekali aturan yang saya terapkan untuk
menjaga mereka. Tidak boleh keluar malam, tidak boleh keluar tanpa izin,
dan tidak boleh memegang ponsel kecuali saat pergi kuliah. Di pesantren
ini ada 900 lelaki dan 500 perempuan, jadi hampir 1.000 santri yang saya
asuh. Jika ada melanggar aturan berat, akan dikeluarkan dan dikirim ke
pesantren yang mau menerima mereka. Sebab kalau ada santri yang nakal,
dia akan menjadi virus untuk santri-santri lain.

Pertanyaan 6

Menjaga perempuan. Apa yang Nyai lakukan dalam menjaga perempuan ?

Jawab :

Kebanyakan santri perempuan pernah mengalami kekerasan seksual. Saya


banyak sekali mempunyai santri yang menghadapi kasus kekerasan
seksual. Misalnya saja, ada santri perempuan yang masih polos berkenalan
dengan lelaki, tidak sedikit lelaki itu yang melakukan kekerasan seksual ke
mereka. Padahal lelaki itu memperkenalkan dirinya ke saya dan mengaku
ingin berbuat baik. Tapi lelaki itu mencabuli di luar pesantren. Santri
perempuan itu sebenarnya meronta dan melawan, tapi mereka diancam.
Hal ini beberapa kali terjadi. Bahkan murid saya ada yang cerita diperkosa
oleh saudara dan bapak tirinya. Mereka takut mengadu karena dalam
posisi dibiayai hidupnya oleh pelaku. Ada juga yang waktu kecil digauli
oleh tetangga lelaki, dan ibunya tidak tahu. Kekerasan seksual itu terjadi
saat orangtuanya pergi ke sawah. Mereka tidak mengerti, peristiwa itu
masih terbayang sampai dewasa. Dari banyaknya kasus itu di pesantren
ini, saya jadi merenung betapa sulitnya menjadi perempuan. Sebab
kekerasan seksual itu terjadi di lingkungan terdekat, dan dilakukan oleh
tetangga dan keluarga sendiri.

127
Pertanyaan 7

Apakah Nyai membatasi pergaulan santri perempuan?

Jawab :

Tidak, karena pergaulan mereka sudah benar. Hanya saja, mereka bertemu
dengan teman lelaki yang tidak tepat. Sering lelaki yang berbuat tidak
benar itu saya tegur, kalau itu santri lelaki saya akan dipanggil.

Pertanyaan 8

Apakah kasus kekerasan seksual juga ada terjadi di kalangan santri lelaki?

Jawab :

Ada, banyak yang mengadu ke saya. Ada juga yang menjadi pelaku
kekerasan seksual, tapi itu dulu. Dan akhirnya dikeluarkan.

Pertanyaan 9

Apakah ada pendidikan seksual di pesantren ini?

Jawab :

Tidak ada. Tapi kami sering bicara soal pendidikan seksual di ruang tak
formal. Karena ini penting agar mereka memahami segala hal yang harus
dijaga.

Pertanyaan 10

Jika begitu, Mengapa tidak ada pendidikan seksual yang formal?

Jawab :

Karena ini pesantren, dianggapnya itu tabu dan belajar seks. Lebih baik
ngobrol dari hati ke hati. Saya banyak menulis puisi soal cinta, antara

128
hubungan lelaki dan perempuan. Saya itu diprotes, “kamu, ibu Nyai kok
bicara soal cinta?” Saya jawab, cinta itu terjadi dengan sendirinya. Kalau
orang tidak mempunyai cinta, dia tidak normal. Saya harus memberikan
lentera kepada murid saya yang dimabuk cinta. Sehingga mereka punya
panduan. Jadi banyak puisi saya memandu orang yang penuh dengan
memabuk agama. Saya mengarahkan mereka kembali ke Tuhan. Semisal
begini lirik puisi itu, “sayang, dalam rinduku padamu aku tak akan sudi
memanggil namamu. Aku lebih tertarik memanggil nama Tuhanku yang
memilikimu. Dalam rinduku padamu, aku lebih tertarik mencari
Tuhanku”. Jadi itu cara untuk membelokan perasaan mereka ke Tuhan.
Jadi rahmat Allah jauh lebih besar daripada cintanya.

Pertanyaan 12

Nyai Masriyah Amva ini sebagai agamawan, apakah Nyai terbatasi memberikan
pendidikan seksual ke santri?

Jawab :

Tidak. Karena saya tidak melakukan hal-hal yang merusak. Kalau saya
harus terangkan, maka harus saya terangkan. Misalnya saja memberikan
pemahaman soal cinta, seharusnya itu tidak layak untuk seorang pemimpin
pesantren. Tapi saya blak-blakan saja. Karena cinta itu tidak bisa
dipungkiri dan terjadi dalam setiap manusia. Bahkan saya menceritakan
kehidupan di ranjang dalam buku ‘Bangkit dari Terpurukan’. Saya
menceritakan perempuan menghadapi suaminya yang tidak memuaskan di
tempat tidur. Saya ditentang karena tidak pantas sebagai nyai. Saya pun
jelaskan, setiap kehidupan di ranjang itu punya problema tersendiri. Saya
menyuguhkan solusinya. Tapi saya dianggap sebagai pimpinan pesantren
yang tidak Islami. Jarang sekali tokoh agama, bahkan tidak ada yang
berani memberikan pencerahan terhadap orang-orang yang tengah
dimabuk cinta.

129
Pertanyaan 13

Apakah Nyai setuju dengan kata ‘berpacaran’ di kalangan anak muda saat ini?

Jawab :

Dalam Islam, berpacaran itu tidak boleh. Kita seharusnya hidup


berlandaskan iman, bukan nafsu. Untuk menjadi orang yang seperti itu
sangat sulit, karena harus menekan sisi kemanusiaannya, dan menekan
keinginannya. Jika ada yang bisa, dia orang pilihan. Tapi paling tidak saya
memebrikan pilihan, apakah Anda ingin menjadi orang pilihan atau tidak?
Begitu saja.

Pertanyaan 14

Belakangan perempuan dijadikan alat oleh kelompok teroris. Di sisi lain,


perempuan berperan penting dalam membentuk karakter keluarga bersama suami.
Bagaimana pendapat Nyai mengenai hal ini?

Jawa :

Tidak ada satu pesantren pun yang mengajarkan terorisme. Pesantren


model apa yang mengajarkan itu? Islam tidak mengajarkan terorisme.
Keluarga harus terbuka, jika tidak ada manusia yang suka dengan aksi
teror. Apapun alasanya, kekerasan tidak dibolehkan. Kita harus
menjunjung perdamaian. Suami dan istri harus sering bicara soal itu.

Cirebon, 27 Mei 2019

Mengetahui
Nara Sumber Pewawancara

Nyai Hj. Masriyah Amva Neneng Ulva T.S

130
Lampiran 11

Dunia pendidikan kepesantrenan di desa Babakan menunjukkan


perkembanganny dengan banyaknya asrama pesantren yang didirikan. Karena
banyaknya pesantren yang berdiri, sehingga secara geografis menjadi dua sebutan,
kemudian masyarakat setempat menyebutnya dengan komplek Babakan Utara dan
Babakan Selatan.

Nama-nama Pondok Pesantren di bagian Babakan Utara, di antaranya:

1. Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, pengasuh kyai Jatira – Kyai


Nawawi – Kyai Ismail – Kyai Amin Sepuh – Kyai Fathoni Amin – Kyai
Fuad Amin – Kyai Abdullh Amin – Kyai Bisri Amin – Kyai Amrin Hanan
– Kyai Azhari Amin – Kyai Zuhri Afif Amin – Kyai Thohari Sodiq.
2. Pondok Pesantren Ilmi/AFMI, pengasuh KH. Maksum Mukhtar
3. Pondok Pesantren Asrarur Rafi’ah, pengasuh KH. Muhtadi Syarief
4. Pondok Pesantren Al-Badar, pengasuh Kyai Thohari Shodiq
5. Pondok Pesantren At’Ta’lim al-Baqiyah as-shaliha/MTBS, pengasuh
Ustadz Yusuf
6. Pondok Pesantren Az-Ziyadah, pengasuh KH. Asmawi
7. Pondok Pesantren al-Barakah, Pengasuh KH. Syadzili
8. Pondok Pesantren Balai Pendidikan Pondok Putri (Bapenpori), pengasuh
KH. Amin Fuad
9. Pondok Pesantren As-sanusi As-Sanusiyah, pengasuh KH. Abdul Qohar
10. Pondok Pesantren Dahliyah, pengasuh KH. Marzuki
11. Pondok Pesantren As-Syuhada, pengasuh Kyai Thoha Amin
12. Pondok Pesantren As-Sa’adah, pengasuh Kyai Abdul Rahman
13. Pondok Pesantren Ikhwanul Muslimin/PPIM, pengasuh KH. Natsir
14. Pondok Pesantren Attaqwa, pengasuh Kyai Busaeri
15. Pondok Pesantren Al-Munir, pengasuh Kyai Munir
16. Pondok Pesantren Al-Furqon, pengasuh Kyai Hasan
17. Pondok Pesantren Al-Musta’in, pengasuh Kyai Marzuki
18. Pondok Pesantren Al-Faqih, pengasuh KH. Thobi’in
19. Pondok Pesantren Al-Azhar, pengasuh Kyai Munif Azhari Amin
131
20. Pondok Pesantren al-Istiqomah, pengasuh Kyai Oki Syauqi Fuad Amin
21. Pondok Pesantren Hibailahiyyah, pengasuh KH. Thoha Ahmad
22. Pondok Pesantren Rahmatal Lil’alamin, pengasuh KH. Muhammad
Mudzakir (Alm)
23. Pondok Pesantren Ki Jatira, pengasuh Kyai Ma’sum Hidayatullah
Nama-nama Pondok Pesantren di Babakan Bagian Selatan, di antaranya:

1. Pondok Pesantren Miftahul Muta’alimin, pengasuh kyai Mad Amin – KH.


Syarif Hud Yahya
2. Pondok Pesantren As-Salafie, pengasuh KH. Syaerozie – KH. Azka
Hammam – KH. Yasyif Maemun Syaerozie – KH. Wawan Arwani
Syaerozie - KH. Lukman Hakim
3. Pondok Pesantren Mu’alimin Mu’alimat, pengasuh Kyai amin Halim –
KH. Zamzami Amin – KH. Marzuki
4. Pondok Pesantren Mu’alimin Mu’alimat Tegal Temu, pengasuh KH.
Zamzami Amin
5. Pondok Pesantren as-Salam, pengasuh KH. Muktasun
6. Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, pengasuh KH. Muhammad –
Nyai Hj. Masriyah Amva
7. Pondok Pesantren Raudlatut Banat, pengasuh KH. Syarief Hud Yahya
8. Pondok Pesantren Al-Munthador, pengasuh KH. Bahrudin
9. Pondok Pesantren Al-Hikmah, pengasuh KH. Nasikhin Aziz
10. Pondok Pesantren Hadiqoh Usyaqil Qur’an, pengasuh KH. Nurhadi
Thayib
11. Pondok Pesantren Al-Ikhlas, pengasuh KH. Mukhlas
12. Pondok Pesantren As-Shalihah, pengasuh KH. Hasan Palalo
13. Pondok Pesantren Al-Huda, pengasuh Kyai Romli Muntab
14. Pondok Pesantren Masyariqul Anwar (PPMA), pengasuh KH. Makhtum
Hanan
15. Pondok Pesantren Al-Kamaliyah, pengasuh KH. Tamam Kamali
16. Pondok Pesantren Al-Kautsar, pengasuh KH. Muhaimin
17. Pondok Pesantren Madinah Ar-Rasul, pengasuh KH. Husaen
18. Pondok Pesantren Az-Zahra, pengasuh KH. Abu Bakar
132
19. Pondok Pesantren Hablana, pengasuh KH. Hasyim Yahya Masduki
20. Poondok Pesantren Miftahul Muta’alimin, pengasuh Kyai Fathuallah
Di samping itu, selain asrama pondok pesantren, Desa Babakan juga memiliki
sejumlah lembaga pendidikan formal maupun swasta.

Di antara pendidikan negeri yaitu:

1. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 02 Kabupaten Cirebon


2. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MtsN)
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)
4. Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Sedangkan pendidikan swasta di antaranya :

1. Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’had Aly


2. Ma’had Aly Kebon Jambu
3. Pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak, RA/TK Uswatun Hasanah
4. Madrasah Ibtidaiyah (Madrasah Terpadu Tunas Cendekia dan Madrasah
Rahmatal Lil’alamin)
5. Madrasa Tsanawiyah (Salafiyah Syafi’iyah/MSS)
6. Madrasa Terpadu Tunas Cendekia jenjang Tsanawiyah
7. Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU)
8. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
9. Sekolah Menengah Kejuruan Tunas Pertiwi
10. Madrasah Mu’alimin Mu’alimat

133
LAMPIRAN 12

134
LAMPIRAN 12

Lampiran 9: Gerbang Utama Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy


Sumber : Arsip Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy

Lampiran 10 : Ibu Nyai Masriyah Amva Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren


Kebon Jambu Al-Islamy
Sumber : Arsip ponpes Kebon Jambu Al-Islamy

135
Lampiran 11: KH. Muhammad (Alm) suami ke-2 Nyai Masriyah Amva, sekaligus
pendiri Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy
Sumber : Arsip Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy

Lampiran 12: Foto Keluarga Nyai Masriyah Amva


Sumber: Arsip Pribadi
136
Lampiran 13 : Foto Anak, Mantu dan Cucu Nyai Masriyah Amva
Sumber : Arsip Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy

Lampiran 14: Foto Penulis bersama Nyai Masriyah Amva


Sumber : Arsip Pribadi

137
Lampiran 15: Foto Penulis bersama Yu Shelly (Istri Ust. Hasan Rohmat, Anak
Nyai Masriyah Amva)
Sumber : Arsip Pribadi

Lampiran 16: Foto Nyai Masriyah Amva beserta suami dan sanak saudara
Sumber : Arsip Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy

138

Anda mungkin juga menyukai