Oleh :
Endah Ayuningtyas A.
NIM: 1120410027
TESIS
YOGYAKARTA
2014
i
ABSTRAK
vii
MOTTO
“Jumlah umat yang besar tetapi dengan kualitas sedang-sedang saja tidak mustahil
akan menjadi beban sejarah tinimbang aset strategis untuk menenun masa depan agar
lebih berpihak kepada Islam.”1
1
Hlm. 76
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Almamaterku Tercinta
Kosentrasi Pemikiran Pendidikan Islam
Program Studi Pendidikan Islam
Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
tercurahkan kepada baginda rasul Muhammad saw yang telah menuntun manusia
Penulis juga amat bersyukur karena pada akhirnya penulisan tesis ini
dalamnya. Penulis menyadari terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Segenap civitas akademika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rektor (Prof. Drs. H.
Ketua Prodi Pendidikan Islam (Prof. Dr. H. Maragustam Siregar, M.A.) yang telah
2. Yang terhormat Bapak Dr. Karwadi, M. Ag., selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan koreksi terhadap tesis ini sehingga menjadi karya
x
3. Yang terhormat, Buya Ahmad Syafii Maarif yang telah memberikan ijin kepada
Semoga ilmu yang telah diberikan dapat menjadi bekal penulis dalam
5. Staf Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah melayani dan
6. Yang terhormat bapak Rahmanto, M.Pd., pahlawan prodi Pendidikan Islam yang
7. Kepada ayah dan ibu tercinta, bapak Giarto dan Ibu Eutik Jumariah atas dukungan
moral dan materiil yang tiada henti. Kepada kalian kulantunkan doa yang tulus
‘a>lami>n.
8. Kepada adik-adik tersayang (M. Ikhsan Jati Kusuma, Giah Muhanifah Amin, M.
Ilham Fikri Fathoni) yang senantiasa memberi motivasi serta do’a yang tiada henti.
9. Seluruh teman-teman PPs UIN Sunan Kalijaga dan terkhusus teman-teman belajar
di kelas PPI PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Aris Nurlailiyah (Kediri),
xi
Mobagu), M. Heriyudanta (Rembang), Riza Zahriyah Fallah (Ponorogo), Nur
Akhirnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan
tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang telah
diberikan dapat diterima disisi Allah swt dan mendapatkan limpahan rahmat dari-
Nya, a>mi>n.
Endah Ayuningtyas A.
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... . 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... . 10
D. Kajian Pustaka .................................................................... . 11
E. Landasan Teori ................................................................... . 15
F. Metode Penelitian ............................................................... . 41
G. Sistematika Penulisan ......................................................... . 46
xiii
D. Kecenderungan Pemikiran Ahmad Syafii Maarif ............. .... 99
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Arab
ة Bā‟ b be
ت Tā‟ t te
ج Jīm j je
د Dāl d de
ز Rā‟ r er
س sīn s es
xv
ش syīn sy es dan ye
غ gain g ge
ف fā‟ f ef
ق qāf q qi
ك kāf k ka
ل lām l el
و mīm m em
ٌ nūn n en
و wāw w w
هـ hā‟ h ha
ي yā‟ Y Ye
xvi
C. Tā’ marbūṭah
Semua tā’ marbūtah ditulis dengan h, baik berada pada akhir kata
tunggal ataupun berada di tengah penggabungan kata (kata yang diikuti oleh
kata sandang “al”). Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang
sudah terserap dalam bahasa indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya
xvii
E. Vokal Panjang
F. Vokal Rangkap
Apostrof
xviii
H. Kata Sandang Alif + Lam
awal “al”
Syamsiyyah tersebut
سًبء
ّ ان ditulis As-Samā’
سـنّة
ّ أهم ان ditulis Ahl as-sunnah
xix
BAB I
PENDAHULUAN
lenyapnya berbagai cabang ilmu ‘aqliyyah dari tradisi keilmuan dan pendidikan
Islam yang cukup lama. Ditambah dikotomi ilmu pengetahuan menjadi ilmu-ilmu
dunia.
Syafii Maarif:
1
Ahmad Syafii Maarif, al-Qur‟an, Realitas Sosial, dan Limbo Sejarah, (Bandung:
Pustaka, 1995), hlm. 13
1
Dalam perkembangan lebih lanjut, revolusi industri memunculkan imperialisme
menimbulkan krisis; kaum muslim yang disebut khairu ummah dengan begitu
mudah dikalahkan orang-orang kafir. Dalam situasi ini para pemikir Islam
menyatakan secara apologetik, tidak ada satupun yang salah dengan Islam itu
sendiri; yang keliru adalah ummatnya yang tidak dapat menangkap pertanda
zaman.
saat ini, selain membawa kemajuan dan kemudahan juga menyisakan berbagai
persoalan sosial dan kemanusian. Pendidikan Islam dirasa kurang berperan dalam
Pemberitaan dalam berbagai media massa tidak pernah luput dari kasus
2
remaja di bawah umur sampai kasus asusila yang melibatkan guru dan murid),
KKN (Korupsi, Kolusi dan, Nepotisme), serta berbagai pemberitaan lainnya yang
prestasi yang telah diraih bangsa ini. Masalah-masalah tersebut terus meningkat di
era modern bahkan di negara lain yang mungkin telah memasuki masa post-
berbagai pihak, tidak hanya tokoh pendidikan Islam saja, tokoh agama dan
Indonesia tidak ubahnya seperti yang terjadi di belahan bumi manapun. Selama
kurun waktu lebih dari beberapa dasawarsa sejak Indonesia bebas dari
yang signifikan terhadap kemajuan bangsa pada umumnya, dan ummat Islam di
Indonesia pada khususnya. Pendidikan Islam saat ini, kelihatan sering terlambat
3
merumuskan diri untuk merespon perubahan maupun kecenderungan
solusi yang coba ditawarkan oleh Malik Fadjar adalah pendidikan Islam harus
mendasar yang kita hadapi adalah lemahnya mental, kesadaran diri, akhlak/ moral,
Indonesia juga terkendala pada kondisi geografi dan masalah ekonomi. Kondisi
geografi Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang dipisahkan oleh laut dan
menjadikan cita-cita seorang Malik Fadjar masih sangat membutuhkan kerja keras
Indonesia. al-Qur‟an dan sunnah masih sangat general untuk dijadikan dasar
2
Azumardi Azra “Kata Pengantar” dalam Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam.
(Jakarta: CRSD Press, 2005), hlm. vii
3
Ahmad Barizi (ed)., Holistika Pemikiran Pendidikan A. Malik Fajar, (Jakarta: Rajawali-
UIN Malang Press, 2005), hlm. ix
4
filosofi pendidikan Islam. Idealnya, dasar filosofi dan paradigma pendidikan Islam
digali dari al-Qur‟an dan sunnah, setelah itu dirumuskan dalam sebuah redaksi
kemajuan pendidikan Islam pada akhirnya sangat kurang dirasakan atau dengan
peradaban yang lebih baik, seolah-olah tidak berdaya dan belum mampu duduk
dua. Terbukti dengan belum adanya lembaga pendidikan Islam baik dari tingkat
dasar maupun perguruan tinggi yang menempati posisi strategis diantara deretan
hidup manusia dan masih menghadapi masalah-masalah kompleks.4 Hal ini dapat
dalam suatu komunitas masyarakat muslim terbesar dan memiliki sejarah panjang,
4
Bakar U.A. dan Surohim, Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam: Respon Kreatif
Terhadap Undang-Undang Sisdiknas, (Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2005), hlm. 3
5
pendidikan Islam di Indonesia seharusnya sudah mampu menjadi teladan, sebagai
dan bukan sebaliknya yang seolah-olah pendidikan Islam tersisih dari mainstream
pendidikan nasional.
kewajiban bersama ummat Islam untuk melepaskan diri dari berbagai persoalan
tersebut. Adalah Ahmad Syafii Maarif salah satu tokoh modernis Islam di
Indonesia yang mendapat julukan sebagai Bapak Bangsa atau Bapak Moral
Ahmad Syafii Maarif juga merupakan satu dari sekian banyak cendekiawan yang
radikalisme, budaya KKN yang masif dan sistematis, serta paham-paham lainnya
tersebut bisa jadi dikarenakan latar belakang Ahmad Syafii Maarif yang
5
Ahmad Syafii Maarif, http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafi%27i_Ma%27arif,
diakses pada 20 Desember 2012
6
pula dalam diskusi dan dialog lintas agama. Diantara pandangan-pandangan
Tuhan yang dibekali dengan ilmu dan „aql (intelek atau penalaran), manusia
6
melalui kreatifitasnya dapat menemukan ilmu pengetahuan. Sedangkan
Ilmu itu penting bagi manusia, tak seorangpun yang dapat menafikannya.
Dalam Islam, iman dan ilmu merupakan prasarat untuk meningkatkan
martabat dan harkat kemanusiaan. Pada saat Tuhan menciptakan Adam,
dia memberinya ilmu. Dalam kasus manusia, ilmu itu sama pentingnya
dengan eksistensi manusia itu sendiri. Sekiranya manusia hanya diberi
eksistensi tanpa ilmu, keberadaannya tidak banyak artinya, tidak akan
berbeda dengan makhluk lain.7
hidupnya bagi pemenuhan ilmu pengetahuan tidak ada bedanya dengan makhluk
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia selain ilmu diperlukan juga
keimanan, dimana iman inilah yang akan menuntun manusia dalam keyakinannya
terhadap Sang Maha Pencipta dan pergaulan sosialnya. Seorang yang beriman
7
Masa depan yang gemilang sebuah bangsa tidak pernah dibangun di atas
kebodohan dan keserakahan melainkan dibangun di atas kecerdasan dan
moralitas. Untuk membangun itu, maka lembaga pendidikan merupakan
salah satu sarana yang paling mendasar dan efektif. Lembaga pendidikan
tidak cukup hanya menekankan aspek kecerdasan atau intelektualitas
manusia tetapi juga harus mampu membangun karakter manusia yang
mulia dan bertanggung jawab.8
Perpaduan antara dua aspek tersebut, yaitu aspek intektualitas dan akhlak
adalah apa yang dimaksud oleh Ahmad Syafii Maarif sebagai pendidikan
baik, beradab dan berkeadilan dalam suatu masyarakat tidak hanya ditopang oleh
seorang Prof. Ilmu Politik, The Ohio State University, Columbus OH, AS.,
Maarif yaitu, Syafii baru, atau mungkin lebih tepat sisi lain Syafii yang kurang
saya kenali, melalui bukunya ingin membuktikan bahwa Islamnya Ahmad Syafii
melanda bangsa Indonesia. Baik konflik yang melibatkan SARA (suku, agama,
yang luas, baik pada tingkat lokal maupun internasional. Sebagai akademisi dan
8
Siprianus Jemalur, Ahmad Syafii Maarif dan Masa Depan Indonesia,
http://sosbud.kompasiana.com/2012/10/15/ahmad-syafii-maarif-dan-masa-depan-indonesia-
501963.html, 2012, diakses pada 20 Desember 2012.
9
Ibid.
10
Ahmad Syafii Maarif, Mencari Autentisitas ..., hlm. XVII
8
seorang cendekiawan muslim, Syafii berinteraksi langsung dengan realita sosio-
historis ummat Islam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya dalam bergumul
bangsa Indonesia dan ummat Islam merupakan hasil refleksi yang didasarkan
pada pedoman hidupnya sebagai seorang yang beragama, sebuah agama yang
dijanjikan sebagai rahmatan lil a>lami>n (rahmat bagi seluruh alam), yaitu al-Qur‟an
kitab yang mulia. Ummat Islam tidak seharusnya menjadi ummat yang
terbelakang, mudah diadu domba, dan tercerai berai. Ummat yang kuat adalah
kita lihat, bahwa negara-negara super power adalah negara-negara yang berhasil
mengembangkan ilmu pengetahuan, juga karena semangat ilmu dan riset begitu
dalam perbuatan samalah artinya dengan bersikap zhalim terhadap kitab suci itu
sendiri.11
dengan usaha ini mampu menawarkan pemikiran baru dalam bidang pendidikan
11
Ahmad Syafii Maarif, al-Qur‟an, Realitas Sosial..., hlm. 5
9
Islam, bahkan jika mungkin, dapat dijadikan pertimbangan dalam menyusun
landasan maupun sistem pendidikan Islam pada saat ini maupun masa yang akan
datang.
melulu berkaca pada model pendidikan luar negeri atau model pemikiran
pemikiran pendidikan Islam dari tokoh-tokoh dalam negeri yang jelas lebih
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
Maarif.
10
2. Manfaat Penelitian
sistem pendidikan Islam pada saat ini maupun masa yang akan datang.
D. Kajian Pustaka
adalah :
terhadap materi dan metode yang dibagi menjadi dua bab. Bab pertama,
11
suatu kekuatan-kekuatan yang melebihi kekuatan manusia untuk ditaati
fisik tidak banyak berbeda dengan makhluk lain, manusia diberi potensi-
perbedaan itu sangat jelas sekali, karena hal ini telah dijelaskan dalam al-
teratur. Kedua, al-Qur‟an dan manusia itu sendiri.15 Ketiga, sejarah yang
12
Ahmad Syafii Maarif, Mencari Autentisitas ..., hlm. 24
13
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu, (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), hlm. 27,
30
14
Ahmad Syafii Maarif, Membumikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 1995), hlm. 9
15
Ahmad Syafii Maarif, Mencari Autentisitas..., hlm. 28
12
Bab kedua mencakup implementasi pemikiran Ahmad Syafii
dari sumber primer, yaitu buku Peta Bumi Intelektualisme Indonesia dan
topik-topik tertentu belum begitu tepat, seperti; perbedaan jiwa (nafs) dan
menetapkan dan menegaskan pola apapun tentang teori negara Islam yang
16
Ahmad Asroni, Pemikiran Ahmad Syafii Maarif Tentang Negara dan Syariat Islam di
Indonesia, Millah Vol. X, No. 2, Februari 2011.
13
karena menurutnya tidak memiliki basis religio-intelektual yang kukuh.
karena alasan teologis dan historis, baginya, wacana negara Islam dan
an.
dengan kokoh.
Ahmad Syafii Maarif tentang pendidikan Islam yang reliabel dan tentunya
14
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dengan tema yang serupa (Pemikiran
Ahmad Syafii Ma'arif Tentang Pendidikan Islam dan Implikasinya Pada Materi
dan Metode) oleh Setiyo Nugroho adalah sebagai pelengkap sekaligus koreksi
E. Landasan Teori
1. Pendidikan Islam
juga subjek, sehingga pendekatan yang dipilih dan aspek apa saja yang
secara matang.
15
Sastraprateja, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
bahwa, tidak ada makhluk Allah yang lebih bagus dari pada manusia.
17
M. Sastrapratedja, Manusia Multidimensional: Sebuah Renungan Filsafat, (Jakarta:
Gramedia, 1982), hlm. ix-x
18
Munawar-Rahman, ed. Budhy Munawar-Rahman, Kontekstualisasi Doktrin Islam
dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm. 774
19
Murtadha Muthahhari, Perspektif al-Qur'an Tentang Manusia dan Agama, terj. Haidar
Baqir, (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 121-122
16
Ditinjau dari segi kata (istilah) yang digunakan, al-Qur‟an
pengertian manusia. Ketiga kata tersebut adalah: al- insa>n ( ) اآلوسان, al-
al-Insa>n terbentuk dari akar kata nasiya yang berati lupa. Kata
disamping makhluk fisik yang memiliki potensi dasar, yaitu fitrah akal
20
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 3
21
Ibid.
17
berbagai unsurnya). Kedua dimensi spiritual (ditiupkannya ruh kepada
gesa, kikir, suka membantah, resah, dan gelisah, dan lain sebagainya.
Untuk itu agar manusia hidup sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah, maka
22
Ibid., hlm. 4
23
Ibid.
18
diungkapkan firman Allah dalam al-Qur‟an; “Katakanlah:
alamiahnya saja.
24
Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan, (Jakarta: Pustaka Maghfirah, 2006),
hlm. 294
25
Ramayulis, Ilmu Pendidikan ..., hlm. 5
19
Selain pengertian di atas, kata al-na>s juga dipakaikan dalam al-
26
Ibid., hlm. 6
27
Ibid.
20
material (fisik) immaterial (psikis). Kesatuan wujud manusia antara
perbedaan.30
28
Ibid., hlm. 7
29
Ibid., hlm.14
30
Ibid.
31
Ibid.
21
2) تربيت: يربيى: ربي: yang memiliki arti tumbuh (nasya’) dan
dua huruf ra dan ba tasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah
yang berarti pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya. Selain itu kata ini
kepemimpinan. 32
banyak digunakan, meskipun banyak istilah lain seperti kata ta’lim atau
32
Ibid.
22
kegiatan tarbiyah. 33 Dengan demikian maka istilah pendidikan Islam
33
Muhammad „Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok-Pokok Pendidikan Islam, Terj.
Bustami A. Ghanidan Djohar Bahri, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm. 100
34
Ramayulis, ilmu pendidikan ..., hlm. 16
35
Ramayulis Ilmu Pendidikan ...., hlm. 21
23
c. Komponen-Komponen Pendidikan
bahwa Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin
wujudkan.37
36
Zakiah Darajat, et. al., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 29
37
Zuhairini, et. al., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 159
24
Menurut pandangan Islam, dalam diri manusia terdapat
38
Zubaedi, Isu-Isu Baru dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita Selekta
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 36-37
25
berdasarkan pada cita-cita ideal dalam al-Qur‟an (Q.S.
hikmah.
26
Dengan mengakomodasi keempat tujuan pendidikan di atas,
adalah;39
kesempurnaan.
ilmu.
training and it‟s aim to produce highly cultured men and women fit
39
Muhammad „Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok..., hlm. 13-16
27
citizen of state.40 Pendidikan adalah suatu latihan mental, fisik, dan
40
Ibid.
41
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I, (Bandung: Pustaka Setia,
1997), hlm. 10
28
kepada Allah baik dalam level individu, komunitas, dan manusia
secara luas.
Islam.44
42
UU Sisdiknas No. 2 Tahun 2003, hlm. 2
43
Maragustam Siregar, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta,
2014), hlm. 203
44
Ibid.
29
Ahmad Marimba mengartikan pendidik sebagai manusia
sebaik mungkin.46
adalah spiritual father atau bapak rohani bagi murid. Gurulah yang
45
Syafaruddin dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2009), hlm. 53
46
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.
63
30
membenarkannya. Oleh karena itu, menjadi pendidik hendaklah
yang tercela.
seorang guru
menguasai pelajaran.
sebagai pendidik.
47
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, Paradigma Baru Pendidikan
Hadhari Berbasis Integratif-Interkoneksi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 2011, hlm. 111
31
Nasional Pendidikan. Peserta didik adalah anggota masyarakat
pendidikan tertentu.48
48
Peraturan Pemerintah No. 32 Th 2013 tentang Perubahan atas PP. No. 19 Th. 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, hlm. 5
49
Hartono Agung, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Hlm. 16.
32
pemahaman tersebut, pendidik akan dapat melaksanakan tugas dan
50
Shahih Muslim, Kitab ke 47. Takdir, Hadits ke 4308,
http://www.lidwa.com/app/?k=muslim&n=4803, diakses pada 01 Juli 2014.
33
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
tauhid atau iman kepada Allah swt. Mengenai hal ini, Abd.
51
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, hlm. 5
52
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan ..., hlm. 110
53
Omar Muhammad al-Toumi al-Syaebani, Filsafat Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 490-519
34
mencakup dimensi duniawi-ukhrowi, jasmani-rohani, dan materiil-
metodos. Kata ini terdiri dua suku kata: yaitu metha yang berarti
melalui atau melewati dan hados yang berarti jalan atau cara.
54
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 61
55
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995), hlm. 652
35
bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk
pembelajaran
tekanan
anak didik
h) Mentode demonstrasi
i) Metode eksperimen
56
M. Arifin, Ilmu Pendidikan ..., hlm. 217
36
6) Lingkungan dan Lembaga Pendidikan Islam
masyarakat.58
a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
37
Zuhairini, et. al., berpendapat bahwa lingkungan merupakan
didik, dan baik buruk pribadi peserta didik juga sangat bergantung
59
Ibid.
60
Zuhairini, et. al., Filsafat Pendidikan..., hlm. 173
61
M. Syamsul Arifin, Individualisasi Pengajaran, (Malang: Proyek Operasi dan
Perawatan Fasilitas IKIP Malang, 1991), hlm. 83
62
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke-21, (Jakarta: Pustaka Al-
Husna, 1998), hlm. 12-13
38
lembaga pendidikan Islam menurut Ramayulis secara lebih
spesifiknya adalah:
masyarakat.63
Mulkhan ialah;
Secara etimologi pemikiran berasal dari kata dasar pikir yang berarti
63
Ramayulis, Ilmu Pendidikan ..., hlm. 278
64
Abdul Munir Mulkhan, Outline Kuliah Filsafat Pendidikan Islam, Pemikiran
Pendidikan Islam 2012/2013, hlm. 1
39
secara bijaksana. 65 Dalam konteks ini, pemikiran dapat diartikan sebagai
upaya cerdas dari proses kerja akal dan kalbu untuk melihat fenomena dan
pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu
yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah
65
Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 2-3
66
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, Pengantar Silsafat Pendidikan
Islam dan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1993), hlm. 184
40
khususnya di Indonesia.67 Secara khusus, menurut Samsul Nizar, pemikiran
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
yang bersifat kualitatif. Sebagaimana yang sudah diketahui secara luas oleh
67
Susanto, Pemikiran Pendidikan... , hlm. 4
68
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001, hlm. 8
41
lainnya yang terdapat dalam kepustakaan. 69 Dalam melakukan penelitian,
2. Sumber Data
data. Karena sifatnya adalah kajian pustaka, maka objek yang dapat dijadikan
sumber adalah buku, jurnal, bulletin, artikel, dan karya-karya ilmiah lain yang
relevan.71
Adapun sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi sumber data
a) Sumber data primer yang menjadi kajian dalam tesis ini adalah
69
Joko Subagyo, Metode Penelitian dan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1991), hlm.
109.
70
Ibid.
71
Abdullah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: IKIP Malang, 2000), hlm. 29
42
2. al-Qur‟an, Realitas dan Limbo Pustaka
Pelajar(1995)
Press(1996)
dan Kemanusiaan
(2010)
(Tulisan Bersama)
43
Kedua, Membumikan Islam. Serta ketiga, al-Qur‟an, Realitas dan Limbo
Sejarah-Sebuah Refleksi.
3. Pendekatan Penelitian
menekankan pada aspek atau basis filsafat, maka pendekatan yang digunakan
44
diutamakan adalah mencari struktur ide-ide dasar dari sebuah pemikiran
tokoh.72
relevansinya.
5. Analisis Data
72
Anton Bekker, Metode-Metode Filsafat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hlm. 141
73
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta; Bina
Usaha, 1980), hlm. 62.
74
L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990),
hlm. 10.
45
Metode content analysis merupakan sebuah analisis terhadap
kandungan isi yang tidak akan lepas dari interpretasi sebuah karya. Secara
terhadap pemahaman yang tidak hanya berkutat pada analisa teks tetapi juga
G. Sistematika Pembahasan
tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian,
Bab II berisi diskursus pendidikan Islam. Pada bab ini akan dipaparkan
hingga saat ini, khususnya di Indonesia. Diskursus ini sebagai penjelasan atas
75
Guide H. Stempel, Content Analysis, terj. Jalaludin Rahmat dan Arko Kasta (Bandung:
Arai Komunikasi, 1983), hlm. 3.
46
Bab III yaitu profil Ahmad Syafi Maarif. Berisi: biografi Ahmad Syafii
organisasi yang pernah digeluti dan karya-karya pemikiran Ahmad Syafii Maarif,
menghasilkan nilai atau makna yang bermanfaat bagi para pembaca penelitian ini.
Bab IV merupakan bab inti dalam penelitian ini. Pada bab ini berisi
Islam di Indonesia.
Bab V merupakan bab terakhir yaitu penutup. Dalam bab ini akan berisi
kesimpulan dari hasil penelitian serta saran. Setelah bab penutup peneliti akan
tesis ini, serta lampiran-lampiran berupa riwayat hidup, bukti seminar proposal,
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebelumnya, ada dua kesimpulan pokok yang dapat diambil, khususnya terkait
dengan dua permasalahan yang diajukan pada bab pendahuluan yaitu; pertama,
kaya dalam amal (karya dan prestasi) serta anggun dalam moral dan
194
potensi kemanusian, hakikat pendidikan serta tujuan pendidikan Islam
Indonesia.
B. Saran
yang dimiliki oleh setiap anak (peserta didik). Sebagai konsekuensinya usaha dan
195
Kurikulum yang menekankan dan memperhatikan pada salah satu aspek/ potensi
kemanusiaan saja jelas tidak relevan dengan hakikat pendidikan Islam itu sendiri.
ilmu, setiap orang pasti ingin lebih bermanfaat baik bagi agamanya,
196
tersebut dengan pandangan dan pemikiran-pemikiran besar beliau,
demokrasi yang seperti apa yang sesuai bagi bagi bangsa Indonesia,
oleh Kuntowijoyo, ataukah teori pohon ilmu yang dibangun oleh Imam
dialektika mengenai isu-isu tersebut dan potensial untuk terus dikaji serta
197
Daftar Pustaka
Arief, Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Siputat
Pers, 2002.
Asroni, Ahmad, Pemikiran Ahmad Syafii Maarif Tentang Negara dan Syariat
Islam di Indonesia, Millah Vol. X, No. 2, Februari 2011.
198
_________________, Kata Pengantar dalam Armai Arief, Reformulasi
Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press, 2005.
Bahan Refreshment PLPG Dosen Fak Tar dan Kegur 2013, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
199
Kennedy, Hugh, Tradisi-Tradisi Intelektual Islam; Kehidupan Intelektual Islam
Pada Empat Abad Pertama, terj. Fuad Jabali dan Udjang Tholib, Jakarta:
Erlangga, 2002.
Maarif, Ahmad Syafii, Islam dan Masalah Kenegaraan, Jakarta: LP3ES, 1985.
_________________, http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Syafi%27i_Ma%27arif.
200
Mulkhan, Abdul Munir, Paradigma Intelektual Muslim, Pengantar Silsafat
Pendidikan Islam dan Dakwah, Yogyakarta: Sipress, 1993.
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Partanto, Pius A., M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola.
201
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
Stempel, Guide H., Content Analysis, terj. Jalaludin Rahmat dan Arko Kasta,
Bandung: Arai Komunikasi, 1983.
Subagyo, Joko, Metode Penelitian dan Praktek, Jakarta: Rhineka Cipta, 1991.
Syaebani, Omar Muhammad al-Toumi al-, Filsafat Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Syafaruddin et. al., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2009.
Uhbiyati, Nur, Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I, Bandung: Pustaka Setia,
1997.
U.A., Bakar, Surohim, Fungsi Ganda Lembaga Pendidikan Islam: Respon Kreatif
Terhadap Undang-Undang SISDIKNAS, Yogyakarta: Safiria Insani Press,
2005.
202
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya, 1990.
Zakiah Darajat, et. al., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Zubaedi, Isu-Isu Baru dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita
Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Zuhairini, et. al., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
203
CURRRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
C. Pengalaman Organisasi